ADAM mengecek pemotretan pakaian musim panas yang sedang berlangsung. Seperti biasa, Diandra tampil mempesona layaknya bidadari yang jatuh ke bumi. Sepertinya, tidak ada masalah apa pun yang perlu ia khawatirkan di sana.
Adam beralih menuju ruang rias, di sana Syila tengah dirias oleh penata rias agensinya. Model barunya ini pun disulap hingga terlihat sangat menawan, kulit putihnya dipadukan dengan gaun pendek berwarna cokelat muda, wajahnya yang memang pada dasarnya sudah cantik, semakin terlihat memikat dan juga ... menggoda.
"Syil!"
Syila menoleh cepat. "Iya, Bang?"
"Gue mau ngomong berdua sama lo." Adam memberi isyarat pada penata rias agar keluar dari ruangan, sebelum ia mulai berbicara dengan model barunya.
"Mau ngomong apa, Bang?" tanya Syila penasaran. Dia cukup takut akan dipecat padahal ia belum sempat mendapat royalti apa pun.
"Lo hari ini berpasangan sama Jake, dia aktor terkenal," jelas Adam pelan-pelan.
Syila mengernyitkan dahi. "Gue tahunya sama aktor doang, Bang. Terus ada masalah, Bang?" tanyanya tak mengerti.
"Si Jake mau lo nemenin dia setelah pemotretan selesai, lo bisa, nggak?" tanya Adam, sedikit berharap kalau Syila mengerti maksud kalimat terselubungnya.
Syila mengangguk. "Nemenin doang, kan, Bang?"
"Maksudnya, iya, gitu." Adam menghela napas kasar. Ternyata ia salah perkiraan. Syila tidak mengerti maksudnya. "Lo harus ngasih tubuh lo ke dia."
Mata Syila melotot sempurna. "Enak aja! Gue nggak mau, Bang! Mendingan gue nggak jadi pemotretan kalau itu orang mintanya aneh-aneh begitu."
Adam menghela napas kasar. "Gue bilangin ke Jake dulu."
"Bang, emang nggak ada cowok lain apa selain aktor kurang ajar begitu? Atau fotonya bareng Abang aja, deh, gue lebih ikhlas daripada harus foto sama orang terkenal, tapi imbalannya harus ngasih tubuh gue buat dia. Idih! Gue bukan cewek murahan kali, Bang!"
"Model-model gue lagi nggak ada di sini, Syil," jelas Adam tampak putus asa.
Akhir-akhir ini, usahanya memang sedikit mengalami penurunan, beberapa modelnya yang namanya mulai besar dengan perlahan keluar dari agensi yang telah membesarkannya.
Adam tidak bisa berbuat banyak, karena kontrak mereka pun sudah selesai, dan mereka bisa bebas ikut agensi mana pun setelahnya.
"Kalau pakai gue sebagai modelnya, gimana?"
Adam menoleh, Syila pun sama. Seorang laki-laki tinggi dengan senyuman manis tampak melambaikan tangan tak berdosa. Rambutnya dipotong rapi, bahkan poni rambutnya melambai dengan indah di sebelah kiri.
"Bayarannya, cukup kasih gue nomor telepon lo aja, deh, gue ikhlas," lanjut laki-laki itu sembari menatap Syila intens.
Adam berdeham keras. "Kapan lo ke sini, Ki?"
"Barusan dan gue langsung masuk sini gara-gara nama cewek itu dipanggil-panggil, tapi nggak ada keluar." Laki-laki yang dipanggil 'Ki' itu menyeringai kecil. "Si Jake tumben-tumbenan mau mainin model?"
"Biasa, namanya juga laki, egonya kesentil dikit, semua kena imbasnya." Adam menghela napas kasar. "Kalau lo mau, gue ganti Jake sama lo."
Senyuman laki-laki itu terlihat semakin lebar dari sebelumnya. Syila memandangi laki-laki itu dari atas sampai bawah, tampak menilai, padahal dia sedang mengingat-ingat apakah mereka pernah bertemu sebelumnya.
"Ah!" teriaknya tiba-tiba yang membuat Adam dan laki-laki itu menatapnya. "Lo yang main jadi Atha di film Memori, kan? Gue inget, gue inget, lo mirip banget sama si Atha itu soalnya."
Laki-laki itu tertawa geli. "Iya, gue yang meranin Atha, lo suka?"
Wajah Syila langsung datar. "Enggak."
Adam bahkan langsung melotot mendengar balasan lempeng seorang Syila pada salah satu teman aktornya yang besar dari agensi ini, Veroga Arizki. Nama Rizki cukup terkenal baik setelah ia memainkan film berjudul "Memori". Film yang sukses membuat penontonnya baper sampai real life.
"Kenapa?" tanya Rizki penasaran.
"Karena Atha jahat banget sama Manda, gue nggak suka Atha." Syila geleng-geleng kepala. "Nggak laik banget pokoknya, nggak laik!"
Rizki tersenyum geli. "Itu kan tuntutan naskah, mau gimana lagi? Maaf, ya?"
Syila mendengkus kecil. "Iya, deh."
Adam berdeham sekilas. "Syil, kalau lo udah kelar riasnya langsung keluar, ya? Pemotretan tunggal dulu, sebelum pemotretan couple. Ki, lo siap-siap sekarang. Gue mau ketemu sama Jake."
"Salamin sama dia, gue kangen," ucap Rizki yang dibalas lambaian tangan oleh Adam.
"Lo kangen sama Jake? Jangan-jangan lo udahbelok, ya?" tanya Syila dengan nada lempeng tak berdosa.
Rizki mendengkus. "Kalau gue belok, mana mungkin gue minta nomor lo buat bayaran jadi model nanti?" Rizki tersenyum tipis. "Jadi, lo udah punya pacar atau belum?"
Syila menggeleng. "Gue nggak mau pacaran dulu sampai umur dua lima."
"Kenapa?"
Rizki mengernyitkan dahi. Dia cukup penasaran, kenapa perempuan secantik Arsyila ini tidak mau pacaran sampai dia umur dua puluh lima tahun?
"Kalau gue punya pacar, gue juga harus siap ditanyain kapan nikah. Iya, kalau pacar gue orangnya bener, kalau ternyata orangnya belok gimana? Bukannya nikah cepet, malah putus di tengah jalan. Jadi, mendingan gue punya pacar dan nikah sama orang yang udah gue kenal baik aja, daripada sakit belakangan, kan? Gue juga yang rugi nantinya, Bang."
Penjelasan mantap itu membuat Rizki menyerah. "Oke." Gue bakal buktiin kalau gue orang terbaik buat lo, Syil, lanjutnya dalam hati.
____
Eeerrr, aku cuma mau bilang ke Jake.
"Kacian deh kamu!"
"DIA di sini?" Jake bertanya usai Adam menjelaskan penolakannya."Ya, dia lagi pemotretan bareng model baru gue. Gue bahkan curiga kalau dia ada naksir sama anak baru itu." Adam mengangkat bahunya. "Dia emang cantik, sih, beda dari model gue yang biasanya.""Gue jadi penasaran-" Jake berdiri dan menutup kepalanya dengan penutup kepala hoodie hitam yang ia kenakan. "-gimana kriteria cewek seorang Veroga Arizki."Jake menuju ruang pemotretan dengan segera. Berharap dia masih bisa melihat bagaimana rupa wanita idaman seorang Rizki yang selalu tertutup kisah asmaranya.Namun, saat melihat perempuan itu berada dalam pelukan Rizki, jantung Jake terasa berhenti.Dia ingat betul, siapa perempuan itu. Jake sangat mengingatnya, jelas, karena perempuan itu adalah sumber dari mimpi buruknya akhir-akhir ini.Arsyila Putri.Dia ... modelnya? Apa dia m
SYILA pikir, mereka tidak akan bertemu lagi. Alasan itulah yang membuat Syila lebih memilih menjadi wanita murahan, daripada menjadi seorang wanita baik-baik yang menolak pernikahan.Namun, tidak ada yang tahu bagaimana takdir.Keduanya bertemu kembali, bahkan dengan jarak yang semakin menipis. Apakah Syila akan mengulangi malam panas itu lagi dengannya? Membayangkan saat laki-laki itu mengerang puas ketika menggagahinya, membuat wajah Syila bersemu merah.Syila ingin mengulanginya lagi."Apa, sih, yang gue pikirin? Masa gue beneran jadi murahan setelah lepas p*rawan sama dia?"Terkutuklah pada pesan mamanya, agar Syila selalu menjaga diri dan tak pernah mencoba mengecap dosa manis itu. Karena dosa itu benar-benar manis, dia tidak akan bisa berhenti begitu berani mengecap walau hanya sedikit. Saking manisnya, Syila menginginkannya lagi, w
SYILA mengernyitkan dahi saat Jake mengikuti langkahnya dari belakang. Bukannya apa atau bagaimana, tapi penampilan Jake terlihat lebih menyeramkan dari kelihatannya.Jake memakai hoodie hitam dengan penutup kepala terpasang, ditambah kacamata hitam, tak lupa masker hitam yang menutupi mulut serta hidung mancungnya. Sudah mirip penguntit yang sedang mencari mangsa."Bang!""Lo manggil gue?""Iyalah," dengkus Syila yang merasa kesal, "manggil siapa lagi kalau bukan lo, Bang. Kan cuma lo yang lagi jalan sama gue."Jake berdeham. "Soalnya, baru kali ini ada yang manggil gue abang. Rasanya, agak gimana gitu.""Kalau gitu, gue manggilnya apa? Masa iya manggil Jake doang?" Syila mencibir, "Sekalian aja ditambahin abang, jadi abang ojek gitu."
HARUSKAH Jake mengumpat keras-keras sekarang? Dia sudah berada di ujung tanduk, tapi perempuan yang sedang ia gagahi malah sibuk lirik-lirik pintu kamar dengan wajah takut. Ditariknya wajah Syila agar kembali menatapnya, lalu ia bungkam bibirnya dengan ciuman maut.Jake harus mendapatkan pelepasannya sekarang atau dia akan uring-uringan seharian. Kalau saja dia bisa main solo atau menyewa j*lang lain setelah pulang dari sini. Namun, ia ingat betul saat miliknya tiba-tiba saja berhenti berfungsi saat ia sedang mencoba tidur dengan wanita lain.P*rawan sialan!"Ugh Bang, ada tamu di luar," kata Syila sembari mendesah atas kenikmatan yang ia berikan."Sssttt, abis ini."Jake memompa miliknya semakin cepat sampai keduanya sama-sama mencapai kulminasi, lalu Jake menarik diri. Syila sendiri langsung bangkit dan bergegas menuju almari, mengeluarkan pakaian tidurnya lalu mengenakannya
SYILA menatap penampilannya sekali lagi sebelum membuka pintu. Sosok perempuan berambut pirang panjang melewati punggung berdiri di depannya sambil berkacak pinggang."Gue nungguin elo buka pintu sampai lumutan, tahu. Abis ngapain aja lo di dalam? Berendam?"Syila nyengir kuda. Dia merasa bersalah, tapi perempuan ini juga bersalah. Gara-gara dia, Jake kabur lewat beranda——semoga dia tidak mati saja, karena Syila belum menerima uang satu milyar yang dijanjikan Jake padanya."Kak Mika ngapain ke sini?""Ngapain-ngapain," sungut Mika yang langsung menerobos masuk. Hidungnya mengendus-endus aroma yang tak asing dan dia lantas menatap Syila horor. "Lo bawa cowok ke sini?"Syila menggeleng cepat, panik, dia tanpa sadar mengambil langkah mundur."Iya? Lo bawa cowok ke sini?" Mika melotot tajam. "Kalian ngapain aja? Heh, kalau Om Raffa sampai tahu gimana? Lo masih ada o
Selamat ....Jake akhirnya bisa menghela napas lega setelah berhasil lolos dari maut. Untung saja Jake ingat, kalau apartemen temannya berada tepat di sebelah apartemen Syila, kalau tidak?Dia pasti sudah dikebiri sama orang tua Syila.Jake mencari-cari ponselnya di saku dalam hoodie-nya, tapi tidak ada. Dia mencari di saku celana jinnya, tapi tetap tidak ada."Ponsel gue di mana?" tanyanya seraya bangkit dan meraba-raba tubuhnya sendiri.Mencoba mengingat-ingat, dia yakin kalau dirinya hanya melepas hoodie-nya di apartemen Syila saat mereka hendak bercinta. Hanya di sana, itu berarti di apartemen sebelah."Masa gue ngelompatin beranda lagi buat ngambil ponsel doang?" Jake mendengkus. "Besok ajalah, lagian, kalau orang tuanya nginep malah bahaya ntar gue."Jake menjatuhkan tubuhnya ke sofa dan langsung selonjoran kaki d
"MUKA lo kusut banget," adalah komentar pertama yang Jake dapat di pagi hari, "abis mimpi buruk?""Hm."Jake menguap lebar, lalu mengusap wajahnya kasar. Dia sudah meminta asistennya untuk mengambil pakaian baru dari apartemennya, tapi dia tetap tak merasa bergairah. Dia malas melakukan apa-apa, padahal, siang sampai malam nanti ada jadwal syuting episode lanjutan dari serial drama yang dibintanginya.Jake mengumpat, dia menuju kamar Rein, tapi sebelum benar-benar menghilang, Jake berpesan, "Kalau Dio ke sini, suruh dia letakin barang-barang gue di kamar, ya?""Lo ada jadwal?"Jake tak membalas, dia masuk ke kamar mandi dan memilih berendam dengan air dingin. Pikirannya kembali menerawang. Bayang-bayang tubuh indah Syila yang berada dalam kungkungan tubuhnya membuat Jake sangat ingin memilikinya kembali.Sebenarnya itu mudah, Jake hanya perlu ke beranda aparteme
BEBERAPA hari ini, Jake tidak pernah kemari. Antara Syila ingin merindu atau bersyukur, karena dengan absennya laki-laki itu dia bisa melupakan sedikit waktu yang pernah mereka habiskan bersama.Jujur saja, pengalaman pertama memang tidak bisa dienyahkan dengan mudah. Bahkan sampai sekarang, bayang-bayang percintaan panas mereka kerap menghantui malam-malamnya.Namun, Syila mencoba bertahan. Demi harga dirinya dan harga diri keluarganya. Dia tidak akan menjadi murahan dan mencari di mana Jake sekarang.Itu mengapa, kini dia fokus pada karir yang baru dirintisnya. Sesuai perkiraan Adam, wajah Syila mulai terkenal sejak debutnya bersama aktor tampan Veroga Arizki.Ngomong-ngomong soal Rizki, Syila jadi sering berhubungan lewat WhatsApp dengan laki-laki itu sekarang. Hal itulah yang kadang juga membuat perhatian Syila dari Jake agak teralihkan. Walaupun mereka tidak bertemu secara langsu
Hold On - Chord OverstreetPERNIKAHAN Rein dan Irin berjalan sesuai rencana. Kedua mempelai terlihat bahagia. Tidak ada yang sadar jika mereka hanya sedang berpura-pura bahagia. Kecuali mungkin sang mempelai pria yang sejak lama telah memendam rasa, tapi tak berani mengungkapkannya.Jake mengawasi dari jauh. Mata elangnya menyelisik wilayah sekitar, mencari-cari keberadaan orang terkasih yang tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.Jake menghela napas kasar. Dalam hati dia bertanya-tanya. Apa Syila tidak datang ke pesta pernikahan kakak kandungnya?Laki-laki itu menggelengkan kepala. Itu tidak mungkin, kan?Rein su
"GIMANA kabar?""Baik."Laki-laki yang mengenakan hoodie merah yang menutupi kepalanya itu mengernyitkan dahi. Tatapan sinis ia lemparkan pada perempuan yang wajahnya terlihat semakin tembam dengan aksen tambahan mata merah, kelopak mata menghitam, tak lupa suaranya yang serak-serak menggelikan."Yakin?" Laki-laki itu mendengkus keras, sembari mengaduk-aduk minumannya.Bibir perempuan di hadapannya maju beberapa senti. "Udah tahu, jangan nanya mulu kenapa. Lo mau lihat gue nangis di depan muka lo emangnya?""Idih, galak!" Laki-laki itu tersenyum tipis. "Lo nggak banyak berubah ternyata.""Emang, lo bakal ngarep gue berubah kayak gimana?""Jadi lebih kalem dan manisan dikit, mungkin." Laki-laki itu tertawa pelan, tapi cukup untuk membuat Syila melemparinya dengan tisu bekasnya tadi. Tiba-tiba saja laki-laki itu berdeham. "Irina mau nikah?"
JAKE terbebas dari tuduhan, karena ternyata video yang beredar hanyalah editan yang berusaha merusak nama baiknya. Ahli IT dan forensik sudah membenarkan, bahwa Jake tidak bersalah dan dia akan dilepaskan.Yang menjadi pertanyaannya sekarang, siapa yang menyebarluaskan video tersebut?Setelah dilacak, ponsel pertama yang menyebarluaskan ternyata sudah dibuang, tidak ada pemiliknya. Nomor yang ada di ponsel ternyata tidak didaftarkan secara lengkap dan hal itu menyulitkan penyelidikan.Jake hanya berpesan, jika pelaku tertangkap, dia akan balik menuntut dengan pasal "pencemaran nama baik".Jake kembali ke apartemennya setelah memastikan Dio berada di sana. Temannya itu akhirnya bisa bernapas lega setelah mendengar penjelasan Jake mengenai video yang sempat viral di dunia maya beberapa jam yang lalu."Bukan Rein pelakunya," kata Dio, setelah memastikan Jake menyelesaikan penjelas
DARI mana aja lo?" Dio langsung melempar soal begitu Jake masuk ke apartemennya.Jake terkejut, walau hanya sekilas, sebelum ia tertawa terbahak-bahak. "Lo nanya kayak emak-emak yang nanyain anak perawannya pulang kemaleman aja, Yo."Jake mendekati teman baik, sekaligus kaki tangannya itu duduk di sofa setelah meletakkan tas serta gitarnya di atas meja.Dio mengernyitkan dahinya curiga. "Gitar?"Jake mengangguk. "Barusan gue beli di tempatnya Sera.""Ngapain lo ke sana lagi, ha?""Beli gitarlah, mau ngapain lagi?" Jake mendengkus geli. "Jangan mikir gue balikan sama dia, ya, nggak mungkin ada sejarahnya yang kayak gitu.""Terus, kenapa ponsel lo bisa mati?""Emang iya?" Jake merogoh saku di balik jasnya dan mengeluarkan ponsel yang tidak lagi bernyawa. "Nggak tahu kenapa mati sendiri, nih!" Jake menunjukkan ponselnya pada Dio yang
TIDAK ada drama apa pun yang terjadi saat ia melamar Syila. Semuanya setuju, kecuali Rein yang mengumpat berulang kali, karena hal itu berarti kalau tanggal pernikahannya pun ikut ditetapkan.Benar, mereka akan menikah secara bersamaan dengan Rein serta Irin. Konsep sudah diatur, tempat sudah dipesan, undangan sedang dibuat dan siap disebar. Dua bulan lagi, mereka benar-benar resmi menjadi suami istri.Setiap malam, Jake ke apartemen Syila, karena Syila lelah naik-turun lift setiap harinya. Dia bahkan diberikan akses masuk ke apartemen oleh Syila.Sedangkan Rein pulang ke rumah, dia menetap di rumah sampai hari pernikahannya tiba. Entah apa yang mau direncanakan calon kakak iparnya itu. Jake tidak peduli, yang jelas dia bebas bermesraan dengan Syila tanpa takut ada yang mengganggunya di sana."Sayang, sini, deh!"Jake tersenyum manis. Tangannya melambai-lambai, meminta Syila ya
PERCINTAAN panas itu berakhir dengan Jake yang tidak mau melepaskan Syila. Sebulan tidak menyentuh kekasihnya ditambah rindu akibat belum bertemu selama seminggu membuat ia tidak bisa berlaku biasa saja. Senyuman yang sejak tadi terpatri di bibirnya kian melebar saat ia menarik kekasihnya ke dalam dekapan."Kangen banget," gumamnya di atas telinga Syila yang sedang berusaha menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka."Kangen, sih, kangen. Biarin gue pakai baju dulu, bisa kali, Bang?"Jake mengeratkan pelukannya. "Coba abis ini 'lo-gue'nya diganti jadi 'aku-kamu', gimana? Udah lama pacaran, masih aja 'lo-gue'an.""Idih, kayak anak alay lu, Bang."Jake mengeratkan pelukannya. "Biarin," balasnya cuek."Bang?""Hm," tanggapnya sambil menyorokkan kepalanya ke leher Syila."Yang tahu sandi apartemen lo siapa aja?" tanya Syila t
TERLALU muluk jika ia berharap Syila sudah sampai di apartemennya. Jam masih menunjukkan pukul dua siang, sedang Syila berkata padanya akan ke apartemennya sore-sore.Jake tersenyum lebar, dia memang mengharapkan Syila datang ke apartemennya sekarang. Bukan masalah dia sedang membawa kue perdana yang dibuat khusus untuknya, melainkan dia sudah merindukan perempuan itu.Jika diingat-ingat, memang seminggu terakhir ini mereka belum bertemu. Jake memang mendatangi apartemen Syila, tapi perempuan itu tidak ada di tempat. Syila bilang, dia sedang berada di restoran tantenya untuk melakukan eksperimen pembuatan kue ulang tahun Jake.Tanpa sadar, senyuman itu semakin lebar. Jemarinya bahkan bergerak sendiri menghubungi perempuan yang hampir sebulan ini menjadi kekasihnya."Kenapa, Bang?" tanya Syila dari seberang sana."Masih lama, ya? Udah kangen gue sama lo. Lama nggak ketemu."
HARI ulang tahunnya akhirnya tiba. Jake sengaja tidak memejamkan mata, karena dia tahu pasti, sebentar lagi, dua sahabatnya akan membangunkannya di tengah malam sambil membuat video memalukan.Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Syila membuat laki-laki yang baru memasuki usia dua puluh delapan itu tersenyum lebar.Arsyila Sayang :Happy birthday, ya, Bang.Semoga panjang umur dan sehat selalu.Kuenya gue anterin nanti sore ke apartemen lo.Ada masalah, dikit.Jake sengaja tidak membalas pesan Syila. Dia malah bergerak menuju pintu, bersiap menyambut ketika kenopnya terlihat bergerak. Jake menghitung sampai tiga, lalu berteriak mengagetkan dua orang yang kini terjengkang ke belakang."DOR!""Bangsat!""Berengsek, kaget gue!"Dio misuh-misuh sambil mulai berdiri dan memegangi pantatnya
MASAKAN Syila memang selalu enak di lidahnya. Jake diam-diam membatin, kalau dia ingin dimasakin setiap hari dari pagi, siang, sore, dan malam. Dia tidak masalah kalau harus menunggu lama hanya untuk bisa menikmati makanannya, karena memang masakan Syila selalu luar biasa.Syila sendiri sudah selesai makan lebih dulu. Perempuan itu tidak banyak makan, tapi kalau masak tidak pernah tanggung-tanggung. Porsi besar untuk orang yang sangat kelaparan dan sepertinya itu khusus dibuat untuknya.Jake mengambil surat yang ia simpan sementara di saku belakang celana jinnya, lalu mulai membaca isi pesan itu dalam diam. Dia tidak benar-benar membaca, karena rerata dia sudah tahu semuanya tentang Clarisa. Dia hanya mencari kalimat yang bisa memberinya petunjuk, kapan dia akan menemui Clarisa dan menyelesaikan masalah terakhir mereka.Jake tidak mau terlibat lebih jauh lagi dengan wanita itu. Baginya, sejak Clarisa membohon