Seharian ini, Rita ada sesi pemotretan untuk iklan produk pakaian dalam dan dilanjutkan dengan peragaan busana koleksi salah satu desainer ternama tanah air. Gadis itu merasa lelah sekali. Dengan perlahan, dia melepaskan kedua sepatu hak tingginya.Saat berjalan menuju rak sepatu, Rita mendengar pintu apartemennya terbuka. Dia melihat Fathan ketika berbalik. Dia lalu berjalan mendekati kekasihnya itu.“Kenapa wajahnya surem gitu?” tanya Rita.“Tadi ada nasabah yang marah-marah,” katanya sambil menyalakan televisi. Dia lalu melemparkan tubuhnya ke sofa.“Marah kenapa?” tanya Rita. Dia ikut duduk di sofa.“Ada nasabah yang ATM-nya keblokir,” jawab Fathan. Dia lalu mengeluarkan ponsel, “padahal kan salah dia sendiri ya masukin pin ga benet sampe tiga kali. Eh pas gue minta sebutin data buat kroscek dan gue tanya ngambilnya di ATM mana malah marah-marah.”Rita tertawa. Dia lalu menyandarkan pundaknya ke pundak Fathan. “Itu udah risiko sebagai customer service, Yang,” katanya, “ya kalo uda
Ketika Dania kembali dari dapur, semua orang sudah bersiap di teras rumah. Mereka sudah mau berangkat rupanya.“Lo lama banget deh,” kata Sisil, “ngapain aja?”Dania berusaha menunjukkan wajah netral meski sebenarnya dia ingin tersenyum setiap detik. “Ta ... tadi gue sama sekalian mampir ke toilet,” balasnya.Selama melakukan perjalanan dari rumah Zevan ke bandara, Dania terus mengecek ponselnya. Dia berharap ada pesan dari Endra. Tapi karena beberapa kali mengecek dan tak juga melihat ada WhatsApp dari laki-laki itu, akhirnya Dania beralih ke Instagram.Dania melihat beberapa postingan di Instagramnya tentang aktifitas Evolution. Di semua postingan itu selalu mendapat banyak suka dan komentar. Fakta itu membuatnya senang. Semakin banyak yang mengenal dia, maka semakin mudah jalannya untuk bisa terjun ke dunia seni peran.“Sil, gue dulu suka banget seni peran pas masih sekolah,” kata Dania pada Sisil yang ada di sampingnya. Dia berniat menceritakan keinginannya untuk terjun di dunia s
“Gue nggak nyuruh lo maki gue ya,” kata Okan, “gue nyuruh lo jawab.”Zevan tampak berpikir selama beberapa detik. “Kalo nggak salah setengah tahun yang lalu,” jawab Zevan, “Dua ronde. Doggy sama enam sembilan.”Okan tertawa puas. Dua member Evolution yang lain juga.“Enak banget ya, Van, sampe nambah?” kata Jojo setelah tawanya reda.“Iya, mana enam sembilan lagi,” Raden ikut menyahut, “gue aja kalo jajan gak pernah sampe jilat-jilat.”“Bangke lo semua ya!” maki Zevan. Dia lalu memutar botolnya lagi dengan cepat.Botol itu berputar tiga kali sebelum akhirnya berhenti di depan Raden. Melihat itu, Okan menyeringai puas.“Truth or dare?” tanya Okan. Dia tahu kalau di anatara semua personel Evolution, selain Zevan, Radenlah orang yang paling tidak suka rahasianya diketahui. Dia yakin kalau Raden akan menjawab “dare” sehingga dia bisa mengerjai gitaris Evolution itu.“Dare,” jawab Raden.“Kita suruh ngapain ya enaknya, Guys?” kata Okan sambil tersenyum-senyum licik.Okan lalu meminta Zevan
Setibanya di kamar, Dania segera melemparkan tubuhnya ke ranjang. Dia lalu mengambil ponselnya dari tas dan mengirim chat WhatsApp untuk Rita.IshaDania:Ta, pengalaman pertama lo pacaran gimana sih?Balasan dari Rita datang dalam hitungan detik.Rita:Pengalaman pertama ngapain?Heh, jangan bilang lo udah ehm ... ehm sama Endra. Lo tau kan maksud gue?IshaDania: Enggak lah. Kejauhan. Orang kiss doang.Rita:Oh kiss. Ya gitu deh. Enak dan mendebarkan. Rasa karamel. Wakaka. Emang lo rasa apa?IshaDania: Degdegan aja. Nggak ada ah rasa karamel apaan. Lo kira permen!Rita:Ya bercandhaa, Sheyeng. Eh, terus lo yakin cumma kissing doang?IshaDania: Iya lah. Emang mau apa lagi? Lo jangan mikir yang aneh-aneh ya. Gue nggak akan ngelakuin sejauh hubungan lo sama Fathan.Bisa digorok Ibuk sama Bapak kalo mereka tau.Rita:Enggak ML juga sih maksud gue, Dan.Masa sih tangan Endra gak ke mana-mana? Dia gak ada elus-elus buah kembar lo gitu?IshaDania:Enggak lah!Rita:Ih sayang banget.Pada
Sesuai janjinya, Endra menjemput Dania jam empat lebih sepuluh menit. Gadis itu rupanya sudah menunggu di depan lobi.“Maaf ya aku telat jemputnya,” kata Endra saat Dania masuk ke dalam mobil.“Nggak apa-apa kali,” kata Dania, “aku juga baru keluar lima menit yang lalu kok.”Endra lalu menjalankan mobilnya.“Yang, aku boleh tanya sesuatu nggak sama kamu?” kata Endra.“Tanya apa?” tanya Dania, “tanya saja. Selagi aku tahu jawabannya pasti aku jawab kok.”Endra tertawa. “Yaampun, ini bukan soal ujian nasional kali, Yang,” katanya setelah tawanya reda, “kamu jelas tau lah jawabannya. Cuma ya emang agak privasi makanya aku izin dulu.”“Nggak apa-apa sih,” sahut Dania, “tanya apa?”“Kalo aku pengen hubungan kita lanjut ke jenjang pernikahan menurut kamu kejauhan nggak sih?” tanya Endra.“Enggak lah,” sahut Dania, “kenapa kamu bisa kepikiran kayak gitu?”“Soalnya kan kita baru jadian sebulan nih,” kata Endra, “aku takut kamu nganggep aku mikirnya kejauhan kalo punya keninginan ke arah sana.
Zevan sedang berada di kamarnya. Laki-laki itu sedang menonton satu demi satu video klip Evolution melalui laptopnya yang dia letakkan di atas meja. Sesekali dia menghisap vape yang dia simpan di saku celananya.Kalau dipikir-pikir, keempat video klip itu viewersnya cukup banyak dan cukup cepat mengalami kenaikan daripada video klip albumnya sebelum ini. Dia senang karena di setiap album Evolution selalu mengalami peningkatan dalam segala hal.Zevan menoleh ke belakang ketika mendengar ponselnya yang ada di atas ranjang berbunyi. Dia lalu berdiri dan mengambil benda itu. Dia mengerutkan kening saat tahu bahwa yang melakukan panggilan video adalah Raden. Untuk apa anak itu menelfon menjelang jam sebelas malam begini?“Ngapain sih video call malem-malem?” tanya Endra. Gangguin orang lagi nonton video klip aja.”“Kenapa sih seneng banget di rumah sendirian?” tanya Raden.“Gue nggak sendirian, Dodol,” sahut Zevan, “ada nyokap, bokap, ART, satpam, sopir dan si Endra.”“Maksud gue sendiri t
“Maaf udah bikin Pak Endra nunggu lama,” kata Karra.Endra menngambil alih cangkir dari tangan Kara. Dia lalu tersenyum. “Nggak apa-apa kok,” katanya, “Gue lagi ngantuk banget soalnya makanya nelfon lo buru-buru.”Karra menghembuskan napas panjang. Bosnya itu selalu saja memaksakan diri. Padahal kalau dia mau istirahat lebih awal juga tidak masalah. Tidak akan ada juga yang memarahinya.“Kalau ngantuk dan capek istirahat aja, Pak,” kata Karra, “dikerjain besok lagi.”Endra meletakkan cangkirnya di meja. Dia lalu duduk di kursinya. “Tanggung ah,” katanya, “ini tinggal dikit lagi. Kalo lo mau pulang dulu nggak apa-apa banget lo. kayaknya gue sudah nggak butuh apa-apa lagi sih. Gue pesenin taksi online ya?”Karra menggeleng. “Nggak ah,” balasnya, “saya mau nemenin Pak Endra.”Endra mengangguk. Dia lalu menatap layar laptopnya lagi.“Pak Endra akhir-akhir ini kok kelihatan bahagia banget,” kata Karra, ragu-ragu, “Pak Endra habis menang lotre ya?”Endra menghentikan aktifitasnya. Dia lalu
“Gue setuju,” kata Zevan.“Yang lain?” tanya Sisil.“Setuju lah,” kata Okan, “setuju ya, Guys.” Dia menoleh ke Jojo dan Raden. Kedua laki-laki itu mengangguk.***Zevan merasakan dadanya sakit sekali saat sedang mengatur filter suara di komputernya. Laki-laki itu lalu berjalan mendekati tasnya yang dia letakkan di dekat pintu. Setelah menemukan obat dan botol minumannya di sana, dia lalu meminum obat. Setelah merasa sedikit membaik, Zevan kembali ke kursinya.Belum ada satu menit duduk, Zevan dikagetkan dengan kedatangan Sisil.“Habis apa lo?” tanya Sisil.Ezra gelagapan. “Ngapain apaan?”“Tadi habis minum apa lo?” tanya Sisil, “jangan bilang lo ngobat?”Zevan terkekeh. “Yaampun, itu tadi gue minum obat flu soalnya beberapa hari ini sempet bersin-bersin,” balas Zevan, “mumpung belum parah jadi gue obatin aja.”Sisil mengangguk-angguk. “Tapi lo istirahat nggak apa-apa banget loh, Van,” katanya, “kan ada editor. Ngapain lo repot-repot. Itu bukan tugas lo.”“Nanggung ah, tinggal dikit,”