Home / Romansa / Crash Melody / Crash Melody 34

Share

Crash Melody 34

Author: Rani Giza
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sebenarnya, Dania bukan tidak pernah ke Bogor. Dania pernah dua kali datang ke kota ini. Pertama saat dia masih kuliah. Kedua sekitar setengah tahun yang lalu bersama dengan Rita. Tapi entah mengapa rasanya dia seperti masih sangat takjub ketika menginjakkan kaki di kota ini.

Dia merasa nyaman dan damai. Terutama ketika melihat pemandangan tumbuh-tumbuhan hijau di sepanjang jalan dan di sekitar villa tempat dia menginap sekarang.

“Dan, lo nggak tidur?”

Dania tersentak. Dia lalu mengalihkan pandangannya dari jendela ke Sisil yang ada di belakangnya.

“Jam berapa sih ini?” tanya Dania.

“Baru jam sembilan sih,” sahut Sisil.

“Oh, lo tidur duluan aja kalo mau tidur,” kata Dania, “gue tutup tirainya ya.”

Sisil menggeleng. “Enggak-enggak,” sahutnya, “gue masih mau nemenin anak-anak latihan di studio musik yang ada di samping villa ini. Tadi gue ke kamar mau ambil charger soalnya batre gue lowbat.”

“Oh, oke,” kata Dania.

“Gue keluar dulu ya,” pamit Sisil.

Dania mengangguk. “Salam buat anak-ana
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Crash Melody   Crash Melody 35

    Selama beberapa hari terakhir Dania hobi stalking akun Instagram Endra. Semakin dia merasa dekat dengan Endra justru dia diliputi rasa takut. Bagaimana kalau laki-laki itu sudah mempunyai kekasih? Bagaimana kalau laki-laki itu hanya ingin bermain-main dengannya?Sosok yang paling Dania curigai tentu saja sekertaris pribadi Endra. Dania merasa perlu waspada dengan kedekatan mereka berdua. Maka dari itu dia berusaha mencari informasi tentang Kara dari akun sosial media Endra.Dania tersenyum puas saat akhirnya dia menemukan akun Instagram Kara dari following Instagram Endra. Dengan kepala yang dipenuhi rasa penasaran, gadis itu melihat profil Kara. Rasa curiganya bertambah saat dia melihat banyak foto yang Kara unggah di Instagram. Hampir di semua foto yang gadis itu unggah selalu ada Endra.“Stalking siapa sih lo serius amat sampe nyureng-nyureng,” kedatangan Rita ke ruang tamu mengagetkan Dania. Gadis itu membawa dua gelas jus buah. Satu gelas yang ada di tangan kirinya dia letakkan d

  • Crash Melody   Crash Melody 36

    Selama ini, setiap kali Evolution melakukan perilisan album pasti keempat personelnya melakukan siaran langsung di akun Instagram official untuk menyapa penggemar. Selain meminta dukungan, mereka biasanya juga akan membahas funfact di balik penulisan lagu.Saat perilisan album ketiga pun mereka melakukan hal yang sama. Sisil segera mengarahkan para personel Evolution untuk berkumpul di sofa panjang yang ada di studio musik untuk melakukan live.“Guys lima menit lagi kalian bakalan nge-live di akun Instagram offocial Evolutioner ya,” kata Sisil.“Kita masih wajib nge-live di akun pribadi nggak sih abis itu?” tanya Jojo.“Nggak sih,” sahut Sisil sambil menyiapkan ponsel dan tripodnya, “tapi kalau kalian pengen cerita lebih banyak sama Evolutioner secara pribadi, pengen menyampaikan rasa terimakasih kalian atau perasaan personal kalian selama penggarapan album ini ke mereka ya tertserah.”“Kayaknya gue entar mau live lagi sendiri,” sahut Zevan, “tapi bentar aja.”Sisil mengangguk. “Boleh

  • Crash Melody   Crash Melody 37

    Kafe teman Endra rupanya sangat luas. Parkirannya tak hanya didominasi oleh motor, tapi juga ada banyak mobil. Dania sempat takjub melihatnya. Sirkel Endra benar-benar sangat keren kalau teman-temannya memang pengusaha semua begitu.Di kafe itu rupanya ada dua bagian. Satu bagian di depan yang tersambung langsung dengan pelataran parkir. Sementara bagian kedua dipisahkan oleh taman dengan bagian kafe yang pertama. Dania dan Endra memilih tempat duduk yang ada di bagian kedua.“Emm ka ... mu nggak lagi banyak kerjaan?” tanya Dania. Dia mencoba menepis rasa gugupnya saat memanggil Endra dengan sebutan kamu.Endra tersenyum. Senyumnya dalam dan manis sekali. Dania seperti meleleh dibuatnya. “kalau aku banyak kerjaan, aku nggak akan bisa ngajak kamu jalan ke sini, Dan,” balas Endra.Dania tersenyum canggung. “Eh iya, sekertaris kamu itu namanya siapa?” tanyanya, sengaja memancing.“Kara,” jawab Endra, “kenapa?”“Enggak,” sahut Dania, “ini ... dia cantik ya.”“Kenapa jadi bahas dia sih?” k

  • Crash Melody   Crash Melody 38

    Seharian ini, Rita ada sesi pemotretan untuk iklan produk pakaian dalam dan dilanjutkan dengan peragaan busana koleksi salah satu desainer ternama tanah air. Gadis itu merasa lelah sekali. Dengan perlahan, dia melepaskan kedua sepatu hak tingginya.Saat berjalan menuju rak sepatu, Rita mendengar pintu apartemennya terbuka. Dia melihat Fathan ketika berbalik. Dia lalu berjalan mendekati kekasihnya itu.“Kenapa wajahnya surem gitu?” tanya Rita.“Tadi ada nasabah yang marah-marah,” katanya sambil menyalakan televisi. Dia lalu melemparkan tubuhnya ke sofa.“Marah kenapa?” tanya Rita. Dia ikut duduk di sofa.“Ada nasabah yang ATM-nya keblokir,” jawab Fathan. Dia lalu mengeluarkan ponsel, “padahal kan salah dia sendiri ya masukin pin ga benet sampe tiga kali. Eh pas gue minta sebutin data buat kroscek dan gue tanya ngambilnya di ATM mana malah marah-marah.”Rita tertawa. Dia lalu menyandarkan pundaknya ke pundak Fathan. “Itu udah risiko sebagai customer service, Yang,” katanya, “ya kalo uda

  • Crash Melody   Crash Melody 39

    Ketika Dania kembali dari dapur, semua orang sudah bersiap di teras rumah. Mereka sudah mau berangkat rupanya.“Lo lama banget deh,” kata Sisil, “ngapain aja?”Dania berusaha menunjukkan wajah netral meski sebenarnya dia ingin tersenyum setiap detik. “Ta ... tadi gue sama sekalian mampir ke toilet,” balasnya.Selama melakukan perjalanan dari rumah Zevan ke bandara, Dania terus mengecek ponselnya. Dia berharap ada pesan dari Endra. Tapi karena beberapa kali mengecek dan tak juga melihat ada WhatsApp dari laki-laki itu, akhirnya Dania beralih ke Instagram.Dania melihat beberapa postingan di Instagramnya tentang aktifitas Evolution. Di semua postingan itu selalu mendapat banyak suka dan komentar. Fakta itu membuatnya senang. Semakin banyak yang mengenal dia, maka semakin mudah jalannya untuk bisa terjun ke dunia seni peran.“Sil, gue dulu suka banget seni peran pas masih sekolah,” kata Dania pada Sisil yang ada di sampingnya. Dia berniat menceritakan keinginannya untuk terjun di dunia s

  • Crash Melody   Crash Melody 40

    “Gue nggak nyuruh lo maki gue ya,” kata Okan, “gue nyuruh lo jawab.”Zevan tampak berpikir selama beberapa detik. “Kalo nggak salah setengah tahun yang lalu,” jawab Zevan, “Dua ronde. Doggy sama enam sembilan.”Okan tertawa puas. Dua member Evolution yang lain juga.“Enak banget ya, Van, sampe nambah?” kata Jojo setelah tawanya reda.“Iya, mana enam sembilan lagi,” Raden ikut menyahut, “gue aja kalo jajan gak pernah sampe jilat-jilat.”“Bangke lo semua ya!” maki Zevan. Dia lalu memutar botolnya lagi dengan cepat.Botol itu berputar tiga kali sebelum akhirnya berhenti di depan Raden. Melihat itu, Okan menyeringai puas.“Truth or dare?” tanya Okan. Dia tahu kalau di anatara semua personel Evolution, selain Zevan, Radenlah orang yang paling tidak suka rahasianya diketahui. Dia yakin kalau Raden akan menjawab “dare” sehingga dia bisa mengerjai gitaris Evolution itu.“Dare,” jawab Raden.“Kita suruh ngapain ya enaknya, Guys?” kata Okan sambil tersenyum-senyum licik.Okan lalu meminta Zevan

  • Crash Melody   Crash Melody 41

    Setibanya di kamar, Dania segera melemparkan tubuhnya ke ranjang. Dia lalu mengambil ponselnya dari tas dan mengirim chat WhatsApp untuk Rita.IshaDania:Ta, pengalaman pertama lo pacaran gimana sih?Balasan dari Rita datang dalam hitungan detik.Rita:Pengalaman pertama ngapain?Heh, jangan bilang lo udah ehm ... ehm sama Endra. Lo tau kan maksud gue?IshaDania: Enggak lah. Kejauhan. Orang kiss doang.Rita:Oh kiss. Ya gitu deh. Enak dan mendebarkan. Rasa karamel. Wakaka. Emang lo rasa apa?IshaDania: Degdegan aja. Nggak ada ah rasa karamel apaan. Lo kira permen!Rita:Ya bercandhaa, Sheyeng. Eh, terus lo yakin cumma kissing doang?IshaDania: Iya lah. Emang mau apa lagi? Lo jangan mikir yang aneh-aneh ya. Gue nggak akan ngelakuin sejauh hubungan lo sama Fathan.Bisa digorok Ibuk sama Bapak kalo mereka tau.Rita:Enggak ML juga sih maksud gue, Dan.Masa sih tangan Endra gak ke mana-mana? Dia gak ada elus-elus buah kembar lo gitu?IshaDania:Enggak lah!Rita:Ih sayang banget.Pada

  • Crash Melody   Crash Melody 42

    Sesuai janjinya, Endra menjemput Dania jam empat lebih sepuluh menit. Gadis itu rupanya sudah menunggu di depan lobi.“Maaf ya aku telat jemputnya,” kata Endra saat Dania masuk ke dalam mobil.“Nggak apa-apa kali,” kata Dania, “aku juga baru keluar lima menit yang lalu kok.”Endra lalu menjalankan mobilnya.“Yang, aku boleh tanya sesuatu nggak sama kamu?” kata Endra.“Tanya apa?” tanya Dania, “tanya saja. Selagi aku tahu jawabannya pasti aku jawab kok.”Endra tertawa. “Yaampun, ini bukan soal ujian nasional kali, Yang,” katanya setelah tawanya reda, “kamu jelas tau lah jawabannya. Cuma ya emang agak privasi makanya aku izin dulu.”“Nggak apa-apa sih,” sahut Dania, “tanya apa?”“Kalo aku pengen hubungan kita lanjut ke jenjang pernikahan menurut kamu kejauhan nggak sih?” tanya Endra.“Enggak lah,” sahut Dania, “kenapa kamu bisa kepikiran kayak gitu?”“Soalnya kan kita baru jadian sebulan nih,” kata Endra, “aku takut kamu nganggep aku mikirnya kejauhan kalo punya keninginan ke arah sana.

Latest chapter

  • Crash Melody   Crash Melody 164

    Yang masuk ke dalam ruangan setelah Hana dan Fajar keluar adalah Endra. Laki-laki itu awalya canguung saat melangkah ke dalam ruangan. Namun akhirnya dia bersuara juga setelah kakinya terhenti di dekat ranjang.“Kenapa lo nggak pernah cerita kalo lo sakit jantung?” tanya Endra.“Sebelumnya gue juga nggak tahu kok kalo gue sakit jantung. Gue baru ta ...”“Bohong,” sahut Endra, “gue pernah nemuin botol kecil tempat obat di kamar lo pas mau ngambil jam tangan Papa yang lo pinjem.”Zevan menghembuskan napas panjang. “Gue nggak mau terlihat lemah di hadapan orang-orang terdekat gue dan keluarga gue.”Endra tak menyahut. Dia memahami perasaan Zevan. Sebagai seorang anak laki-laki, dia juga gengsi akan bercerita tentang penyakit atau kelemahannya kepada keluarga.“Terus selama ini kenapa lo musuhin gue?” tanya Endra, “seharusnya kita nggak kayak gini nggak sih?”“Gue benci sama lo karena nyokap lebih sayang sama lo,” kata Zevan, “gue udah berusaha maklum kalo Papa selalu jarang ada di rumah

  • Crash Melody   Crash Melody 163

    Saat diberi tahu tentang perayaan hari ulang tahun sebenarnya Zevan tidak terlalu tertarik. Karena dia yakin momen itu tak akan menjadi momen yang spesial sespesial momen ulang tahun Endra. Dia bahkan berniat pergi di hari ulang tahunnya itu. Biar saja orang-orang rumah merayakan semua tanpa dirinya. Tapi setelah dinasihati Dania, akhirnya Zevan pun luluh. Meski tak terlihat bersemangat, Zevan tetap keluar kamar sekitar jam tujuh malam.Saat melihat dekorasi di ruang tamu rumahnya yang disulap menjadi hall, Zevan seketika merasa muak. Ruangan itu didekorasi dengan warna serba putih, warna kesukaan Endra. Pasti ini ide Hana. Lihatlah, di saat banyak Evolutioners yang menetahui hal-hal kecil tentang Zevan, ibunya sendiri malah tidak tahu warna favoritnya.Zevan seketika menghembuskan napas kasar. Dia ingin berbalik dan masuk ke dalam kamar lagi. Tapi niatnya itu tak berjalan mulus lantaran Fajar memanggilnya saat kakinya baru berjalan satu langkah.“Mau ke mana kamu?” tanya Fajar.“Mau

  • Crash Melody   Crash Melody 162

    Seiring dengan renggangya komunikasi Zevan dan Dania, pemberitaan di sosial media tentang mereka juga mereda. Seharusnya Dania senang karena dengan begitu dia tak menjadi bahan kejar-kejaran awak media lagi. Tapi, kenyataannya tidak. Dia justru semakin merasa kosong karena itu sekaligus memperjelas kalau dia dan Zevan memang sudah sejauh itu sekarang.Dania lalu memikirkan saran dari Sisil. Apakah memang sebaiknya dia mengajak Zevan mengobrol? Karena jujur, dia sudah sangat muak dengan kecanggungan yang terjadi di antara dia da Endra selama bebeberapa minggu belakangan ini.Setelah berpikir selama beberapa menit, akhirnya Dania memutuskan untuk mengajak Zevan mengobrol. Dia memutuskan untuk berbicara dengan laki-laki itu setelah Evolution tampil.Tanpa Dania sangka, ternyata Zevan juga berniat mengajaknya berbicara. Karena saat bertatap muka, keduanya mengucapkan, “gue mau ngobrol sama lo,” secara hampir bersamaan.“Lo duluan aja,” kata Dania akhirnya.“Lo saja,” kata Zevan.“Lo dulua

  • Crash Melody   Crash Melody 161

    “Jadi lo ngehancurin kencan mereka?” tamya Dania.“Iya,” sahut Zevan, “kesian anjir ceweknya tampangnya langsung bete gitu.”Dania terbahak. “Lah itu kan ulah lo juga kali,” katanya.“By the way, tadi gue udah mutusin kalo kita bakalan kelihatan kaya orang pacaran pas di depan Karra sama Endra aja,” kata Dania lagi.Zevan tak langsung menjawab. Kalau Dania sudah memutuskan seperti itu berarti kemungkainan mereka bersamaan akan berkurang. Tapi toh tak ada bedanya juga. Saat sedang bekerja pun dia teteap bisa mendekati Dania.“Zevan,” sahut Dania dari seberang, “kok lo diem sih?”“Eh, ya nggak apa-apa kalo misalnya keputusan lo kaya begitu,” sahut Zevan. Tapi sebenarnya dia berat mengucapkan hal itu.***Dania merasakan perubahan sikap Zevan selama beberapa hari. Kalau biasanya laki-laki itu sering mengobrol dengannya setiap istirahat makan siang, belakangan ini laki-laki itu jarang berbicara dengannya. Zevan berbicara dengannya kalau tentang masalah kerjaan saja. Sama persis saat awal-

  • Crash Melody   Crash Melody 160

    Endra tentu saja panik melihat Karra. Dia lalu berusaha menenangkan gadis itu.“Hei, udah dong nangisnya. Aku minta maaf,” kata Endra, “Dia lalu mengusap pipi Karra yang basah dengan ujung ujung jarinya.“Sini,” kata Endra. Dia lalu mendekap Karra Erat-erat.“Jadinya kamu kenapa kok jadi aneh sikapnya ke aku setelah pesta malem itu?” tanya Dania setelah Endra melepaskan pelaukannya.Endra menghembuskan napas kasar. “Aku cuma masih syok aja ngelihat Zevan jaian sama seseorang yang pernah ada hubungan sama aku.”Karra menghembuskan napas panjang. “Beneran cuma itu? Sykur deh kalau kecurigaanku gak bener.”Endra tersenyum. Dia lalu mendekatkan wajahnya ke Karra. Tanpa aba-aba, dia menyematkan kecupan lembut dan dalam di bibir gadis itu. Rasanya seperti sudah lama sekali dia tak menyalurkan perasaannya pada Karra. Maka, dia lampiaskan semuanya sekarang. Perlahan, tangan kanannya pun mulai merayap di bawah rok Karra. Namun ketika mencapai pinggul gadisya itu, tangannya terhenti lantaran te

  • Crash Melody   Crash Melody 159

    “Ayo buruan,” kata Hana.Endra menghembuskan napas kasar. Dia lalu maju lebih dulu.“Zevan buruan!” kata Hana.Akhirnya Zevan ikut maju juga. Mereka berdua akhirya saling bersalaman walau tak saling pandang. Hana geleng-geleng kepala melihatnya. Wanita itu lalu menghembuskan napas panjang.“Cepetan balik ke kamar sana, Endra,” kata Fajar, “Papa nggak mau ya ngeliat kalian berkelahi lagi kaya gini.”“Nggak janji,” kata Endra. Dia lalu beranjak pergi.***Seperti yang sudah Zevan duga sebelumnya. Kemunculannya dengan Dania di pesta malam itu pasti akan mengundang perhatian publik. Zevan tak tahu siapa pelaku pertama yeng mengunnggah video itu di internet. Yang pasti keesokan harinya setelah pesta itu selesai, videonya berdansa dengan Dania sudah tersebar di sosial media. Di X bahkan hastag ZevanDania masuk ke dalam sepuluh besar trending.Zevan ada jadwal nanti jam satu siang. Mungkin, dia baru akan keluar rumah sekitar jam sebelas pagi atau jam setengah dua belas siang. Selama itu dia

  • Crash Melody   Crash Melody 158

    “Sayang, kamu tadi udah makan belom?” tanya Zevan.Dania membelalakkan mata namun akhirnya dia menjawab pertanyaan Zevan juga. “Be ... belum sih,” katanya.“Mau aku suapin nggak?” tanya Zevan.Dania menyahut, “boleh,” sambil melirik Endra dan Karra sekilas. Jelas sekali mereka tampak syok.Rasa percaya diri Dania muncul seiring dengan raut canggung yang tampak di wajah pasangan kekasih yang duduk di sampingnya. Terutama Endra. Laki-laki itu tak bisa menutupi keterkejutannya.Selama dua puluh menit berikutnya, Dania melakonkan drama-nya dengan Zevan dengan sangat sempurnya. Endra dan Karra dibuat mati kutu melihat kemesraan yang mereka perlihatkan. Dania bahkan berinisiatif untuk bergantian menyuapi Endra. Gadis itu tersenyum lega saat akhirnya Endra mengajak Karra menghindar ke tempat lain. Laki-laki itu tampak sangat tidak nyaman.Sementara itu, Zevan tertawa puas setelah Endra dan Karra menghilang dari pandangan matanya.“Akting gue bagus kan?” kata Dania. Dia lalu merebut piring b

  • Crash Melody   Crash Melody 157

    Karra seperti tak berada di bumi saat jemari tangan kiri Endra merayap di dada kirinya. Sensasi seperti itu baru dia rasakan untuk yang pertama kali seumur hidupnya. Namun, dia hanya merasakan gejolak itu dalam waktu sekitar semenit karena Endra segera menarik diri bersamaan dengan terdengarnya suara batuk ibu Karra.“Sorry,” kata Endra saat dia melihat Karra merapikan kerah blusnya lalu mengancingkan dua kancing teratas yang terbuka.Karra tersenyum. “For what?” katanya.“Karena sudah nyentuh kamu sembarangan,” kata Endra.Karra tertawa kecil. “It’s okey,” katanya, “bukanya sekarang aku punya kamu ya? Kamu berhak ngelakuin apa saja. Hanya mungkin waktunya aja yang nggak tepat.”Endra terkekeh. “Yaudah lain kali kita cari waktu sekaligus tempat yang tepat,” katanya setelah tawanya reda.Karra membelalakkan mata. “Dasar,” katanya. Dia lalu membuka pintu mobil, “good night. See you tomorrow.”“Good night. I love you,” balas Endra. Dia lalu menurunkan kaca mobil.“I love you too,” balas

  • Crash Melody   Crash Melody 156

    Sebenarnya Karra sudah diberi tahu Endra tentang acara peresmian hotel baru itu sejak jauh-jauh hari. Tapi mendekati hari-H dia tetap saja merasa gugup bukan main. Dia merasa tidak siap kalau hubungannya harus diketahui banyak orang di kantor.“Kamu yakin mau ngenalin aku sebagai pasangan kamu di acara itu?” tanya Karra saat mereka makan siang bersama di sebuah restoran.Endra mengangguk. “Iya dong,” sahut Endra, “kan aku sudah bilang dari awal.”“Nggak apa-apa kalo pada akhirnya semua orang tahu kalau Bapak Endra sang CEO pacarannya sama sekertarisnya sendiri?” tanya Karra.Endra terbahak. “Emangnya kenapa?” tanyanya.Karra mengangkat bahu. “Kamu nggak gengsi?” tanya Karra.Endra terbahak. “Nggak lah,” katanya, “ngapain harus gengsi?”Karra lantas tersenyum. Dia merasa lega karena Endra bisa menerimanya apa adanya. Dia lalu menatap Endra dalam-dalam. Sebisa mungkin dia tak melewatkan setiap detik waktu yang dia lalui dengan Endra secara detail.“Keanapa?” tanya Endra.Karra menggelen

DMCA.com Protection Status