Beranda / Romansa / Crash Melody / Crash Melody 24

Share

Crash Melody 24

Penulis: Rani Giza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Rita datang bersama Lea ke lokasi syuting video klip yang ada di kota tua sekitar jam delapan pagi. Di sana, semua personel Evolution dan kru sedang mempersiapkan peralatan untuk syuting. Saat melihat Dania sedang menata minuman dan snack di sebuah meja, Rita datang menghampiri gadis itu. Sementara Lea, managernya berjalan mendekati Sisil.

“Gimana ... gimana lo sama Endra?” tanya Rita.

“Apanya yang gimana?” Dania bertanya balik.

“Ih, ga usah pura-pura bego deh lo,” sahut Rita, “ya pedekatenya lah.”

Dania tersenyum. “Gue nggak cukup berani untuk melakukan hal lebih jauh, Ta,” balas Dania, “paling kalo gue ketemu dia pas ke rumahnya Ezra ya gue nyapa gitu aja.”

“Dih nggak asyik lo,” sahut Rita. Dia menyenggol lengan Dania dengan pundaknya, “tapi kalo ketemu lo, si Endra selalu nyapa kan?”

Dania mengangguk. “Iya,” katanya.

“Lo ajak dia jalan lah,” kata Rita.

“Enggak ah,” sahut Dania, buru-buru, “emangnya gue cewek apaan masak ngedeketin duluan. Lagian dia kan sibuk. CEO kayak dia mana mu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Crash Melody   Crash Melody 25

    “Kalo lo konsisten posting foto atau video-video tentang Evolution, lama-lama juga bakalan banyak yang notice lo,” kata Rita.“Semoga ya,” sahut Dania, “tapi emangnya bakalan boleh kalo gue nyambi-nyambi akting sama Sisil?”“Boleh sih kayaknya,” sahut Rita, “asal nggak sinetron stripping saja. Kalo serial kan syutingnya nggak sepadet itu. Jadi, kayaknya gak bakalan ganggu jadwal lo sama Evolution.”Dania mengangguk-angguk. Dia lalu melanjutkan makan. Dengan serius dia memotong pizza-nya.“Eh, Dan ... Dan,” kata Rita sambil menepuk-nepuk lengan Dania.“Apaan sih lo ganggu orang konsentrasi makan aja,” balas Dania. Dia mendongak menghadap Rita dengan mulut penuh dengan pizza.“Ada Endra sama sekertarisnya,” kata Rita.“Mana?” tanya Dania. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri.“Itu lagi mesen kayaknya di kasir,” balas Rita.Dania lalu mengarahkan pandangannya ke meja kasir. Apa yang Rita katakan benar. Di sana ada Endra dan asistennya. Gadis itu sangat cantik. Rambutnya yang dicat cokelat mu

  • Crash Melody   Crash Melody 26

    Dania berjalan mendekati lobi sambil menelfon Rita. Beberapa kali dia menghubungi gadis itu tapi panggilannya tidak direspon. Saat memasuki lift, Dania lalu memasukkan ponselya ke dalam tas selempangnya.Dania menghampiri Rita ke apartemennya karena anting Lea jatuh dan tertinggal di mobilnya. Dia tidak tahu kontak manager Rita itu.Setelah keluar dari lift dan berjalan menyusuri koridor, Dania tiba juga di depan apartemen Rita. Dia merasa ada yang janggal karena pintu itu terbuka. Sepengetahuannya, Rita bukanlah orang yang ceroboh.Perlahan, Dania lalu masuk ke dalam apartemen. Dia lalu membelalakkan mata saat mendengar suara tangis.“Rita ... Ta!” kata Dania sambil berjalan menuju kamar karena dia mendengar suara tangis itu dari sana.D depan pintu kamar Rita, Dania menghentikan langkah. Dia mendekatkan telinganya ke pintu. Untuk memastikan suara tangis itu lagi. Setelah benar-benar yakin bahwa sumber suara yang dia dengar memang dari dalam kamar, Dania lalu membuka pintu. Dia membe

  • Crash Melody   Crash Melody 27

    Zevan menghentikan langkahnya di pintu rumah. Dia melihat Jojo, Raden dan Okan di teras rumah. Jojo dan Okan duduk di kursi yang ada di teras sementara Raden berdiri di depan mereka berdua. “Kalian udah lama di sini?’ tanya Zevan.“Lumayan sih,” sahut Raden, “sekitar lima belas menit.”“Kenapa nggak langsung masuk aja?” tanya Zevan.“Ah, nggak enak lah kita, Van,” sahut Okan, “bertamu itu harus sopan.”Zevan terbahak. “Dih, sejak kapan lo tahu sopan santun?” katanya usai tertawa, “kalo di rumah gue aja lo maen nyelonong udah kayak masuk hutan.”“Ya, kalo rumah lo sih pengecualian,” kata Jojo. Dia lalu tertawa.Zevan geleng-geleng kepala. “Yaudah ayo masuk,” katanya.Zevan lalu menggiring ketiga temannya menemui Sisil di ruang kerjanya di lantai dua rumah Sisil.“Hei, Boys,” kata Sisil ketika Evolution memasuki ruang kerjanya.“Gue mau minta pendapat kalian,” kata Sisil lagi, “kira-kira bagian mana saja yang mau dimasukin dan mau di-cut dari hasil syuting video klip kemaren?”“Oh,” sah

  • Crash Melody   Crash Melody 28

    Dania makan mi instan di atas meja riasnya sambil melihat serial di Netfix di laptopnya. Kaki jenjangnya dia naikkan di atas kursi, membuatnya semakin nyaman. Sedang enak-enaknya menonton, Tiba-tiba ponsel dania yang tergeletak di meja rias berbunyi. Dania lalu mengeceknya. Rupanya ada chat WhatsApp dari nomor tak dikenal. Orang itu juga tidak memasang foto profil.“Siapa sih malem-malem gini iseng banget nge-chat?” gerutu Dania. Dia lalu meletakkan ponselnya lagi dan lanjut makan sambil menatap layar laptop.Selang beberapa menit, ponsel Dania berbunyi lagi. Dania lalu mengecek ponselnya lagi. Dia membelalakkan mata saat melihat chat kedua dari nomor tak dikenal itu.The Cheetah:emang Gue Endra. Gue dapet nomor lo dari Rita. Sory kalo gue ganggu. Gue cuma pengen kenal lo lebih deket. Dania mengetik balasan dengan cepat.IshaDania:Kenapa namanya Cheetah? Kalau dari awal gue tahu yang chat lo pasti gak bakalan gue cuekin soalnya kita udah kenal. Btw, maaf ya. Gue emang gak bisa lade

  • Crash Melody   Crash Melody 29

    “Dan, gue takut,” kata Rita. Tangisnya semakin parah, “gimana kalo gue ternyata beneran hamil dan darah bercampur gumpalan-gumpalan yang keluar itu adalah ....”“Udah, Ta,” kata Dania, beusaha menenangkan Rita, “nggak usah dipikirin.”“Gue nggak bisa, Dan,” kata Rita, “gue menrasa bersalah banget. Gue pembunuh, Dan.”“No,” sangah Dania cepat, “bukan niat lo kan buat minum obat itu. Jadi stop nyalahin diri lo sendiri. Fathannya aja yang kurang ajar.”***Dania mempersiapkan segala kebutuhan Evolution untuk acara on air dengan cekatan. Setelah memasukkan satu demi satu kebutuhan masing-masing personel, dia mengecek lagi isi tas. Setelah memastikan semuanya lengkap, dia lalu berjalan mendekati Sisil yang duduk di kursi ruang tamu rumah Zevan.“Sil, hari Minggu ini Evolution cuma ada satu acara kan ya?” tanya Dania. Dia duduk di samping Sisil.Sisil menaruh ponselnya di pangkuan. “Iya,” jawabnya, “kenapa?”“Enggak ...,” balas Dania. Dia tersenyum canggung, “gue ada acara.”Sisil menganggu

  • Crash Melody   Crash Melody 30

    Endra melipat laptopnya saat Kara masuk ruangannya. Sekertarisnya itu membawa secangkir kopi untuknya.“Makasih,” kata Endra setelah Kara meletakkan cangkir di atas meja.Dulu, Endra selalu melarang setiap kali Kara melakukan itu untuknya. Betapa tidak, membuat minuman untuk orang kantor adalah tugas office girl atau office boy. Tapi karena sudah terlalu sering, bahkan hampir setiap hari Kara melakukannya, akhirnya Endra membiarkannya. Lama-lama lelah juga dia menegur karena Kara tak bisa dilarang.”“Oh iya, Kar, gue boleh nanya sesuatu nggak?” tanya Endra ketika Kara duduk di depannya.“Tanya apa?”“Menurut lo, apa semua cewek tuh suka kalau diajak dinner di restoran yang suasananya romantis?”Kara tak langsung menjawab. Gadis itu gelisah. Dia curiga Endra sedang mendekati seorang wanita.“Kar ...?”“Eh ... tergantung sih, pak,” sahut Kara, “kadang ada cewek yang suka merhatiin tempat, kadang ada juga yang enggak.”“Kebanyakan gimana?” tanya Endra.“Kalo kesan pertama sih kayaknya ya

  • Crash Melody   Crash Melody 31

    Para personel Evolution sedang berada di dalam studio musik. Mereka berempat melakukan latihan untuk acara ulang tahun salah satu kampus swasta besar yang ada di Jakarta. Sementara itu, Dania dan Sisil ada di depan studio musik. Mereka membahas serangkaian promosi yang akan dilakukan Evolution dalam rangka pengeluaran album baru mereka. “Jadi promo album Evolution akan memakan waktu sekitar dua minggu,” kata Sisil, “dia menjelaskan dengan hati-hati pada Dania yang duduk di depannya, “promo dua minggu ini akan dilakukan seminggu sebelum perilisan album dan seminggu setelah perilisan album.” Dania mengangguk-angguk sambil terus memperhatikan Sisil. “Jadi selama dua minggu ini Evolution akan ada acara di TV terus?” tanyanya. Sisil menggeleng. “Nggak selalu di TV,” balasnya, “rencananya sih dibagi. Kalau dalam seminggu awal empat hari di TV dan tiga hari di radio. Terus minggu keduanya empat hari di radio lalu tiga hari di TV.” Dania mengangguk-angguk. Dia takjub karena Sisil begitu de

  • Crash Melody   Crash Melody 32

    Hari ini Evolution ada jadwal promosi di sebuah stasiun radio jam sepuluh pagi. Oleh karena itu, Dania berangkat dari rumahnya jam enam pagi. Setidaknya dia harus sampai rumah Zevan jam tujuh tepat paling molor. Meskipun barang yang dipersiapkan tak sebanyak saat akan melakukan konser atau festival musik, Dania tetap harus datang lebih awal. Baginya itu adalah suatu bentuk profesionalisme.Karena jalanan belum terlalu padat, Dania bisa sampai di rumah Zevan dalam waktu empat puluh menit. Kalau macet, jarak dari rumah Dania ke rumah Zevan bisa memakan waktu sampai satu jam.Setelah memarkirkan mobil di pelataran rumah Zevan, Dania lalu buru-buru turun. Dia berjalan dengan cepat menuju ruang tengah, ruang yang selalu dipakai untuk mengumpulkan barang-barang kebutuhan Evolution.“Gue nggak telat kan?” kata Dania ketika dia melihat Sisil di ruang tengah.“Nggak,” sahut Sisil. Dia fokus membalas chat seseorang.“Eh, by the way, gue kebelet pipis deh,” kata Dania, “anterin ke toilet dong.”

Bab terbaru

  • Crash Melody   Crash Melody 164

    Yang masuk ke dalam ruangan setelah Hana dan Fajar keluar adalah Endra. Laki-laki itu awalya canguung saat melangkah ke dalam ruangan. Namun akhirnya dia bersuara juga setelah kakinya terhenti di dekat ranjang.“Kenapa lo nggak pernah cerita kalo lo sakit jantung?” tanya Endra.“Sebelumnya gue juga nggak tahu kok kalo gue sakit jantung. Gue baru ta ...”“Bohong,” sahut Endra, “gue pernah nemuin botol kecil tempat obat di kamar lo pas mau ngambil jam tangan Papa yang lo pinjem.”Zevan menghembuskan napas panjang. “Gue nggak mau terlihat lemah di hadapan orang-orang terdekat gue dan keluarga gue.”Endra tak menyahut. Dia memahami perasaan Zevan. Sebagai seorang anak laki-laki, dia juga gengsi akan bercerita tentang penyakit atau kelemahannya kepada keluarga.“Terus selama ini kenapa lo musuhin gue?” tanya Endra, “seharusnya kita nggak kayak gini nggak sih?”“Gue benci sama lo karena nyokap lebih sayang sama lo,” kata Zevan, “gue udah berusaha maklum kalo Papa selalu jarang ada di rumah

  • Crash Melody   Crash Melody 163

    Saat diberi tahu tentang perayaan hari ulang tahun sebenarnya Zevan tidak terlalu tertarik. Karena dia yakin momen itu tak akan menjadi momen yang spesial sespesial momen ulang tahun Endra. Dia bahkan berniat pergi di hari ulang tahunnya itu. Biar saja orang-orang rumah merayakan semua tanpa dirinya. Tapi setelah dinasihati Dania, akhirnya Zevan pun luluh. Meski tak terlihat bersemangat, Zevan tetap keluar kamar sekitar jam tujuh malam.Saat melihat dekorasi di ruang tamu rumahnya yang disulap menjadi hall, Zevan seketika merasa muak. Ruangan itu didekorasi dengan warna serba putih, warna kesukaan Endra. Pasti ini ide Hana. Lihatlah, di saat banyak Evolutioners yang menetahui hal-hal kecil tentang Zevan, ibunya sendiri malah tidak tahu warna favoritnya.Zevan seketika menghembuskan napas kasar. Dia ingin berbalik dan masuk ke dalam kamar lagi. Tapi niatnya itu tak berjalan mulus lantaran Fajar memanggilnya saat kakinya baru berjalan satu langkah.“Mau ke mana kamu?” tanya Fajar.“Mau

  • Crash Melody   Crash Melody 162

    Seiring dengan renggangya komunikasi Zevan dan Dania, pemberitaan di sosial media tentang mereka juga mereda. Seharusnya Dania senang karena dengan begitu dia tak menjadi bahan kejar-kejaran awak media lagi. Tapi, kenyataannya tidak. Dia justru semakin merasa kosong karena itu sekaligus memperjelas kalau dia dan Zevan memang sudah sejauh itu sekarang.Dania lalu memikirkan saran dari Sisil. Apakah memang sebaiknya dia mengajak Zevan mengobrol? Karena jujur, dia sudah sangat muak dengan kecanggungan yang terjadi di antara dia da Endra selama bebeberapa minggu belakangan ini.Setelah berpikir selama beberapa menit, akhirnya Dania memutuskan untuk mengajak Zevan mengobrol. Dia memutuskan untuk berbicara dengan laki-laki itu setelah Evolution tampil.Tanpa Dania sangka, ternyata Zevan juga berniat mengajaknya berbicara. Karena saat bertatap muka, keduanya mengucapkan, “gue mau ngobrol sama lo,” secara hampir bersamaan.“Lo duluan aja,” kata Dania akhirnya.“Lo saja,” kata Zevan.“Lo dulua

  • Crash Melody   Crash Melody 161

    “Jadi lo ngehancurin kencan mereka?” tamya Dania.“Iya,” sahut Zevan, “kesian anjir ceweknya tampangnya langsung bete gitu.”Dania terbahak. “Lah itu kan ulah lo juga kali,” katanya.“By the way, tadi gue udah mutusin kalo kita bakalan kelihatan kaya orang pacaran pas di depan Karra sama Endra aja,” kata Dania lagi.Zevan tak langsung menjawab. Kalau Dania sudah memutuskan seperti itu berarti kemungkainan mereka bersamaan akan berkurang. Tapi toh tak ada bedanya juga. Saat sedang bekerja pun dia teteap bisa mendekati Dania.“Zevan,” sahut Dania dari seberang, “kok lo diem sih?”“Eh, ya nggak apa-apa kalo misalnya keputusan lo kaya begitu,” sahut Zevan. Tapi sebenarnya dia berat mengucapkan hal itu.***Dania merasakan perubahan sikap Zevan selama beberapa hari. Kalau biasanya laki-laki itu sering mengobrol dengannya setiap istirahat makan siang, belakangan ini laki-laki itu jarang berbicara dengannya. Zevan berbicara dengannya kalau tentang masalah kerjaan saja. Sama persis saat awal-

  • Crash Melody   Crash Melody 160

    Endra tentu saja panik melihat Karra. Dia lalu berusaha menenangkan gadis itu.“Hei, udah dong nangisnya. Aku minta maaf,” kata Endra, “Dia lalu mengusap pipi Karra yang basah dengan ujung ujung jarinya.“Sini,” kata Endra. Dia lalu mendekap Karra Erat-erat.“Jadinya kamu kenapa kok jadi aneh sikapnya ke aku setelah pesta malem itu?” tanya Dania setelah Endra melepaskan pelaukannya.Endra menghembuskan napas kasar. “Aku cuma masih syok aja ngelihat Zevan jaian sama seseorang yang pernah ada hubungan sama aku.”Karra menghembuskan napas panjang. “Beneran cuma itu? Sykur deh kalau kecurigaanku gak bener.”Endra tersenyum. Dia lalu mendekatkan wajahnya ke Karra. Tanpa aba-aba, dia menyematkan kecupan lembut dan dalam di bibir gadis itu. Rasanya seperti sudah lama sekali dia tak menyalurkan perasaannya pada Karra. Maka, dia lampiaskan semuanya sekarang. Perlahan, tangan kanannya pun mulai merayap di bawah rok Karra. Namun ketika mencapai pinggul gadisya itu, tangannya terhenti lantaran te

  • Crash Melody   Crash Melody 159

    “Ayo buruan,” kata Hana.Endra menghembuskan napas kasar. Dia lalu maju lebih dulu.“Zevan buruan!” kata Hana.Akhirnya Zevan ikut maju juga. Mereka berdua akhirya saling bersalaman walau tak saling pandang. Hana geleng-geleng kepala melihatnya. Wanita itu lalu menghembuskan napas panjang.“Cepetan balik ke kamar sana, Endra,” kata Fajar, “Papa nggak mau ya ngeliat kalian berkelahi lagi kaya gini.”“Nggak janji,” kata Endra. Dia lalu beranjak pergi.***Seperti yang sudah Zevan duga sebelumnya. Kemunculannya dengan Dania di pesta malam itu pasti akan mengundang perhatian publik. Zevan tak tahu siapa pelaku pertama yeng mengunnggah video itu di internet. Yang pasti keesokan harinya setelah pesta itu selesai, videonya berdansa dengan Dania sudah tersebar di sosial media. Di X bahkan hastag ZevanDania masuk ke dalam sepuluh besar trending.Zevan ada jadwal nanti jam satu siang. Mungkin, dia baru akan keluar rumah sekitar jam sebelas pagi atau jam setengah dua belas siang. Selama itu dia

  • Crash Melody   Crash Melody 158

    “Sayang, kamu tadi udah makan belom?” tanya Zevan.Dania membelalakkan mata namun akhirnya dia menjawab pertanyaan Zevan juga. “Be ... belum sih,” katanya.“Mau aku suapin nggak?” tanya Zevan.Dania menyahut, “boleh,” sambil melirik Endra dan Karra sekilas. Jelas sekali mereka tampak syok.Rasa percaya diri Dania muncul seiring dengan raut canggung yang tampak di wajah pasangan kekasih yang duduk di sampingnya. Terutama Endra. Laki-laki itu tak bisa menutupi keterkejutannya.Selama dua puluh menit berikutnya, Dania melakonkan drama-nya dengan Zevan dengan sangat sempurnya. Endra dan Karra dibuat mati kutu melihat kemesraan yang mereka perlihatkan. Dania bahkan berinisiatif untuk bergantian menyuapi Endra. Gadis itu tersenyum lega saat akhirnya Endra mengajak Karra menghindar ke tempat lain. Laki-laki itu tampak sangat tidak nyaman.Sementara itu, Zevan tertawa puas setelah Endra dan Karra menghilang dari pandangan matanya.“Akting gue bagus kan?” kata Dania. Dia lalu merebut piring b

  • Crash Melody   Crash Melody 157

    Karra seperti tak berada di bumi saat jemari tangan kiri Endra merayap di dada kirinya. Sensasi seperti itu baru dia rasakan untuk yang pertama kali seumur hidupnya. Namun, dia hanya merasakan gejolak itu dalam waktu sekitar semenit karena Endra segera menarik diri bersamaan dengan terdengarnya suara batuk ibu Karra.“Sorry,” kata Endra saat dia melihat Karra merapikan kerah blusnya lalu mengancingkan dua kancing teratas yang terbuka.Karra tersenyum. “For what?” katanya.“Karena sudah nyentuh kamu sembarangan,” kata Endra.Karra tertawa kecil. “It’s okey,” katanya, “bukanya sekarang aku punya kamu ya? Kamu berhak ngelakuin apa saja. Hanya mungkin waktunya aja yang nggak tepat.”Endra terkekeh. “Yaudah lain kali kita cari waktu sekaligus tempat yang tepat,” katanya setelah tawanya reda.Karra membelalakkan mata. “Dasar,” katanya. Dia lalu membuka pintu mobil, “good night. See you tomorrow.”“Good night. I love you,” balas Endra. Dia lalu menurunkan kaca mobil.“I love you too,” balas

  • Crash Melody   Crash Melody 156

    Sebenarnya Karra sudah diberi tahu Endra tentang acara peresmian hotel baru itu sejak jauh-jauh hari. Tapi mendekati hari-H dia tetap saja merasa gugup bukan main. Dia merasa tidak siap kalau hubungannya harus diketahui banyak orang di kantor.“Kamu yakin mau ngenalin aku sebagai pasangan kamu di acara itu?” tanya Karra saat mereka makan siang bersama di sebuah restoran.Endra mengangguk. “Iya dong,” sahut Endra, “kan aku sudah bilang dari awal.”“Nggak apa-apa kalo pada akhirnya semua orang tahu kalau Bapak Endra sang CEO pacarannya sama sekertarisnya sendiri?” tanya Karra.Endra terbahak. “Emangnya kenapa?” tanyanya.Karra mengangkat bahu. “Kamu nggak gengsi?” tanya Karra.Endra terbahak. “Nggak lah,” katanya, “ngapain harus gengsi?”Karra lantas tersenyum. Dia merasa lega karena Endra bisa menerimanya apa adanya. Dia lalu menatap Endra dalam-dalam. Sebisa mungkin dia tak melewatkan setiap detik waktu yang dia lalui dengan Endra secara detail.“Keanapa?” tanya Endra.Karra menggelen

DMCA.com Protection Status