Hari Senin ini cuacanya cukup cerah dan membuat para murid serta guru yang mengikuti kegiatan upacara bendera bermandikan keringat dari terik sinar matahari pagi yang hangat membara.Selesai upacara bendera, barisan tidak dulu dibubarkan karena ada pengumuman penting yaitu sesi pengumuman juara lomba tingkat kabupaten.Tiga orang yang dipanggil ke depan yaitu Ezra, Wulan dan Abdul. Dari kedelapan siswa yang dikirimkan sebagai perwakilan, hanya mereka saja yang mendapatkan juara.Ezra juara pertama lomba pidato putra bahasa inggris, Abdul juara pertama lomba pidato putra bahasa arab, dan Wulan juara ketiga lomba pidato putri bahasa arab.Sebagai bentuk penghargaan dari sekolah, pihak sekolah memberikan hadiah berupa piala, piagam dan seperangkat alat tulis. Kalau untuk amplop berisi uang, sudah diserahkan ketika lomba selesai dilaksanakan sembari pengumuman hasil juara.Ketika penyerahan hadiah selesai dilakukan oleh kepala sekolah, para guru tidak mau kalah. Mereka ikut berfoto dengan
Ezra duduk termenung di dapur bagian luar yang dibentuk seperti saung, sambil menemani Mang Dasa yang sedang merebus singkong di atas tungku tanah.Hari ini hujan turun cukup deras, untung saja tidak dibarengi dengan angin kencang dan kilatan petir jadi Mang Dasa masih bisa menyalakan radio yang suara kencangnya seperti sedang berlomba dengan suara hujan. Seperti biasa, Mang Dasa menyalakan radio untuk mendengarkan wayang di salah satu gelombang radio favoritnya. Setiap kali Mang Dasa mendengarkan radio, Ezra tidak mengerti sama sekali dengan apa yang penyiar itu bicarakan.Jajang dari dalam rumah membawa nampan berisi tiga gelas kopi hitam dan satu gelas teh manis. Jajang meletakkannya di tengah-tengah lalu ikut duduk di samping Ezra."Akak lagi ngelamunin apa?" tanya Jajang.Ezra yang sedang bertopang dagu sambil menatap ke arah rintikan hujan itu menoleh sebentar kemudian menjawab, "Lagi mikirin mama sama papa. Tadi telepon katanya kalau habis ulangan akhir semester aku gak diboleh
Motor trail KLX itu berhenti di dekat sebuah batu berukuran cukup besar dengan diameter sekitar 125 sentimeter dan tingginya sekitar dua meter lebih. Ezra melepaskan helm-nya kemudian ia mengambil botol air lalu meminumnya sambil memandang pemandangan pohon dan sawah yang berada di bawah.Ezra naik ke atas batu tersebut, tapi sebelumnya ia mengucapkan permisi terlebih dahulu. Ezra sekarang jadi mengikuti kebiasaan Emin yang setiap melewati batu atau pohon yang usianya hampir menginjak ratusan tahun dan tempat-tempat yang menurut para penduduk ada penghuninya itu harus mengucapkan permisi. Karena kalau tidak, nanti bisa kesambat.Sambil menunggu teman-temannya yang masih tertinggal jauh di belakang, Ezra menyalakan kreteknya dan mulai menikmati rassa asap pahit dari lintingan tembakau tersebut.Beberapa minggu ini, setelah mendapatkan kabar kalau Feodora berpacaran dengan sahabatnya Ezra, Ezra jadi sering melakukan olahraga ekstrim. Diantaranya ialah sekarang, balapan di medan yang ter
Bu Nurhasanah masuk ke dalam kelas Ezra dengan wajah yang serius. Hari ini pelajaran pendidikan agama di jam pertama, dan untuk hari besok siswa di kelas Ezra bertemu lagi dengan Bu Nurhasanah di pelajaran bahasa Arab. Ezra cukup malas ketika harus mengikuti pelajaran Bu Nurhasanah, soalnya beliau ini termasuk tipe guru killer yang agak sedikit menyebalkan, apalagi ketika marah. Beuuuh... rasanya para murid ingin cepat-cepat meninggalkan kelas.Seperti biasa, ketika sedang menjelaskan materi pelajaran di buku LKS, Bu Nurhasanah selalu menunjuk salah satu muridnya untuk membacakan beberapa ayat suci Al-Quran yang menjelaskan tentang materi di buku pelajaran tersebut. Dan kali ini Bu Nurhasanah menunjuk Ezra yang harus membacanya.Ezra sedikit kaget ketika harus disuruh membaca ayat suci tersebut, ia sempat menggaruk kepalanya. Berdeham pelan, Ezra mulai membuka mulutnya mengikuti suara Emin yang sangat pelan.Benar, Emin yang membaca ayat suci Al-Quran ters
Setiap bertemu dengan Wulan, Ezra selalu berbalik badan menghindar dari gadis itu. Bukannya apa-apa, tapi ya Ezra masih gengsi karena dirinya harus diajarkan mengaji oleh Wulan. Kalau bisa memilih, Ezra lebih baik pindah sekolah lagi saja daripada harus berhadapan terus dengan Wulan.Meskipun bukan Wulan yang secara langsung mengajar Ezra karena Wulan bagian mengajar murid perempuan, tetapi tetap saja mereka berada disatu ruangan. Yang membuat Ezra tidak mood itu karena orang yang mengajar murid laki-laki adalah orang yang dulu mengikuti lomba pidato bahasa Arab, siapa ya namanya? Ezra lupa. Yang jelas orang itu dari gelagatnya memang terlihat menyukai Wulan. Dan yang paling membuat kesal, si anak santri itu selalu saja mencari alasan supaya bisa dekat dan berlama-lama dengan Wulan. Menyebalkan sekali, kan?"Ezra jadi anak soleh," ucap Dandi. Ia melirik sekilas ke arah buku iqro milik Ezra. "Alhamdulillah, Ezra sudah tobat, sudah mendapatkan hidayah. Semoga amal ib
"Ezra!"Ezra keluar dari rumah dengan pakaian sederhana, meskipun sederhana, tetapi harga pakaiannya bukan main-main, apalagi harga tas selempang bercorak loreng hijau, harganya selangit. Berbeda sekali harganya dengan tas selempang milik teman-temannya yang tentu saja mereka menggunakan barang tiruan yang harganya murah."Seriusan lo mau ikut?" tanya Dandi."Ngapain gue bohong. Kalau gue gak mau ikut gue udah ngumpet dari tadi." Ezra menatap sinis pada Dandi sambil membenarkan letak topinya yang lagi-lagi barangnya dari brand ternama."Berarti sekarang Ezra udah jadi anak jagoan yang gak takut lagi sama serangga, ya?" tanya temannya yang lain yang kemudian diiringi tawa oleh teman-temannya."Kurang ajar, lo." Ezra berjalan menuju samping rumah untuk berpamitan pada Ceu Itoh dan Mang Dasa yang sedang membereskan kayu bakar. Sementara teman-temannya masih mentertawakan Ezra yang terlihat malu karena takut dengan serangga.Karena tiga hari lagi memasuki bulan puasa, Ezra diajak oleh tem
Jajang mengatur alarm di jam weker yang baru saja ia beli dengan Ezra di pasar tadi. Keluarga Mang Dasa pagi ini memang sengaja pergi ke pasar, berbelanja untuk persiapan bulan puasa yang akan dilaksanakan besok pagi. Sekarang bahkan setelah datang dari pasar, Ceu Itoh langsung menggarap masakan di dapur untuk sahur nanti."Akak Ezra nanti mau ikut solat tarawih di mesjid?" tanya Jajang setelah meletakkan jam wekernya di atas dipan."Ya ikut, dong." Seingat Ezra, selama hidupnya, dirinya tidak pernah mengikuti solat tarawih ketika bulan ramadhan tiba, jadi sekarang mumpung berada di kampung, Ezra akan mencoba ikut berbaur dengan masyarakat.Sudah dua minggu ini juga Ezra mulai solat berjemaah di mesjid sambil melanjutkan belajar mengaji. Awalnya Ezra minder karena dirinya sudah besar tapi masih belajar iqro, tapi ternyata Ezra ada temannya yang juga baru belajar mengaji. Orang itu adalah menantunya pak RT yang baru saja mualaf. Selain belajar iqro, Bang Reyhan juga ternyata sering set
Baru setengah hari puasa perut Ezra sudah merasa perih dan keroncongan. Ezra mengalihkan perhatiannya dengan cara bermain game, membaca iqro, chating dengan teman-temannya yang berada di kota, menonton dan bahkan tidur. Tetapi hal tersebut merasa sia-sia belaka ketika pukul dua siang Ezra sudah tidak kuat menahan haus yang amat sangat akibat cuaca hari ini yang panasnya membuat tubuh seperti bermandi keringat. Diam-diam Ezra membuka kulkas dan meminum susu kotak yang minggu lalu dibelinya dan masih tersisa dua lagi.Sedang asyik-asyiknya menghabiskan susu kotak rasa cokelat, tiba-tiba saja seperti angin berembus, Ceu Itoh sudah berdiri di belakang Ezra sambil berkacak pinggang. Ezra hanya nyengir tanpa merasa berdosa sementara Ceu Itoh menggelengkan kepalanya."Adeeen!" Ceu Itoh menjewer telinga Ezra dan membuat remaja tampan itu mengaduh kesakitan."Ampun, Mbok... ampun. Ezra khilaf, Ezra benar-benar haus, lapar juga, Mbok. Ezra gak kuat pengen makan.""Den... padahal sayang, lho, em
"Bu, keluarga Pak Rohili digerebek polisi!" Pak Kuswan berlari tergopoh-gopoh menghampiri Bu Mimin yang sedang berada di dapur bersama ibu-ibu lainnya yang sedang memasak daging karena hari ini sedang akikah Wulan sebelum lima hari lagi hari pernikahannya."Yang benar, Pak?" tanya Bu Mimin. Semua orang menghentikan kegiatan masak memasak itu."Benar, Bu. Bapak tahu kabarnya dari Pak RT. Ayo kita segera ke sana, katanya Kang Saepuloh juga sama digerebek."Bu Mimin bergegas menuju ke rumah Pak Rohili dan Kang Saepuloh. Sementara ibu-ibu melanjutkan kegiatannya sambil bergosip, menunggu kabar lainnya dari orang-orang. Wulan yang sedang dalam masa dipingit langsung keluar rumah, berlari bersama adiknya untuk menyusul kedua orang tuanya.Dan benar saja, di rumah Pak Rohili dan Kang Saepuloh yang memang bersebelahan itu kini sedang banyak orang yang menonton karena penasaran. Pak Rohili, Kang Saepuloh dan beberapa anak buahnya ikut ditangkap, mereka sekarang sedang digiring menuju ke mobil
Ezra banyak melamun setelah selesai belajar. Beberapa bulan ini dirinya memang benar-benar kacau, bahkan sekarang Ezra menjadi perokok berat. Biasanya ia hanya merokok sedikit, kemudian ia berhenti merokok ketika berpacaran dengan Wulan tetapi setelah putus Ezra hampir menghabiskan sehari sebungkus.Ceu Itoh merasa prihatin melihat anak majikannya itu yang sedang putus cinta. Waktu putus dulu dengan Feodora, Ezra tidak segalau ini. Galau dia hanya sebentar, tidak berlarut-larut. Tapi ini dengan Wulan? Hampir setengah tahun ia galaunya."Den, sini makan. Dua hari lagi, kan, Aden mau Ujian Nasional, Aden jangan terlalu banyak pikiran biar nanti apa yang sudah dihapal dan dipelajari tidak hilang dari kepala.""Iya, Mbok, nanti."Ponsel Ezra berbunyi. Mamanya menelpon dan memberi kabar ada kampus yang cocok untuk Ezra di Swiss. Hmmm... sepertinya Ezra sudah mulai mempersiapkan diri untuk kuliah di luar negeri karena kelapa sekolah merekomendasikan universitas di dalam negeri untuk Ezra te
Wulan mengurung diri di kamar, sudah dua hari ia tidak pergi ke sekolah, makan juga hanya beberapa suap. Orang-orang yang ada di rumah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Berbagai macam bujukan sudah mereka lakukan tetapi tetap tidak mempan.Ezra juga tidak berhenti mendatangi rumah Wulan, memaksa dan memohon kepada Pak Kuswan dan Bu Mimin supaya mempertemukan Ezra dengan Wulan tetapi mereka tetap tidak bisa melakukannya karena Wulan tidak ingin. Kedua orang tua Wulan sudah menjelaskan pada Ezra apa yang sebenarnya sedang terjadi.Kedua orang tua Wulan beralasan kalau Wulan mutuskan hubungannya karena Wulan sudah dijodohkan pada cucu kenalan dari kakeknya. Waktu lebaran juga Ezra sudah bertemu dengan kakek Wulan yang dari luar kota. Kakek Wulan sengaja berlebaran di sini karena sudah lama tidak mudik ke Desa Pacima."Tapi saya ingin mendengar penjelasannya dari Wulan, Bu.""Walaupun Wulan menjelaskan, penjelasannya akan tetap sama, Nak Ezra.""Tapi, Bu...""Nak Ezra, Ibu tidak bermaksud
Anak buah Kang Saepuloh tiba-tiba sudah ada di sawah milik Pak Kuswan. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, tetapi Neni sangat penasaran. Sayangnya ia tidak bisa mendekati mereka karena takut dirinya dijadikan target sebagai calon istri barunya Kang Saepuloh, amit-amit kalau sampai diincar juga oleh ayahnya, Pak Rohili. Aki-aki peot yang masih doyan daun muda, orang yang tidak tahu umur yang hampir uzur.Hampir sepuluh menit mereka berbicara, kemudian anak buah Kang Saepuloh pergi dari saung sawah milik Pak Kuswan. Bu Mimin tertunduk lesu sedangkan Pak Kuswan berkacak pinggang sambil geleng-geleng kepala. Apa ini? Apa ini? Kenapa wajah mereka terlihat sangat frustrasi?"Bu, Neni sudah bawa minum," ucap Neni setelah tiga menit ia bersembunyi. Pura-pura tidak tahu kalau tadi ada yang datang mengancam."Cepet banget bawanya," ujar Bu Mimin, mencoba bersikap biasa saja."Iya. Oh ya, Teh Wulan sama Rukman di mana?""Ada di bawah lagi nyari tutut."Neni mengangguk. Ia kemudian turun ke b
"Terima kasih." Wulan mengambil uang kembalian dan barang yang baru saja ia beli di toko material.Toko material tersebut jaraknya cukup jauh dan dekat dari sekolah Neni, jaraknya hanya lima puluh meter ke arah selatan. Wulan pergi ke toko material diantar oleh Rukman. Neni tidak bisa ikut karena ia sedang sakit gigi. Sebelum pulang, Wulan menyempatkan untuk pergi ke Pasar Kamis yang tempatnya berada di sebelah toko material. Dulu pasar ini sangat ramai tetapi sekarang hanya ada empat kios saja yang masih beroperasi. Rata-rata yang masih buka adalah kios sayuran, barang pecah belah, tukang jahit dan toko kelontong. Juga di pinggir jalan seberang pasar ada tempat fotokopian, konter HP, tukang bakso cuanki dan penjual minuman. Dulu saat Wulan masih SD, pasar ini tidak kalah ramainya dengan pasar di kecamatan. Apalagi kalau beberapa hari sebelum lebaran, semua orang berebut belanja baju baru dan makanan khas hari raya.Setelah berbelanja sayuran, Wulan dan Rukman memutuskan untuk pulang.
Seperti kemarin, Ezra hari ini juga pergi ke sekolah jalan kaki. Menyamperi Emin dan Wulan, kemudian di jalan memegangi tangan Wulan lagi dan melepaskannha begitu beberapa meter sampai di dekat sekolah."Pak, apakah kita laporan saja pada Bu Hannah kalau Den Ezra sudah dua hari ini pergi ke sekolah jalan kaki?" tanya Ceu Itoh."Tidak usah. Nanti saja kita memberitahu Bu Hannah kalau Den Ezra sudah satu minggu jalan kaki."Ceu Itoh mengangguk mengerti. Ia kemudian melanjutkan membereskan dapur."Hatchim!" Ezra bersin kemudian menggosok hidungnya."Ada yang ngomongin kamu," ucap Emin."Siapa?""Gak tahu.""Kamu ya, Lan, lagi ngomongin aku?"Wulan menatap Ezra. "Iya, aku lagi ngomongin kamu sama Mbak Kunti. Nih, Mbak Kunti-nya ada di sebelah kanan kamu.""Ih Wulan, jangan nakut-nakutin. Ini masih jam setengah enam pagi, lho." Ezra mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam.Emin mengernyitkan kening ketika melihat tangan Ezra dan Wulan saling berpegangan. Emin pura-pura terbatuk-batuk.
Jam pulang baru saja berjalan beberapa detik yang lalu. Wulan curi-curi pandang ke arah belakang, berharap Ezra mengerti kodenya untuk tetap tinggal tetapi cowok ganteng itu malah sibuk menggaruk belakang kepalanya, sebenarnya bukan gatal, tetapi lebih ke arah bingung karena dari tadi Ezra menatap sebuah buku cukup tebal. Entah buku apa yang sedang Ezra baca itu."Duluan ya, Zra." Emin berjalan bersama para murid yang lain.Endah juga sudah menyeret Wulan, kini yang berada di kelas hanya orang-orang yang sedang piket dan juga Ezra.Wulan mengembungkan bibirnya. Tidak jadi deh ia mengembalikan kaos olahraga milik pacarnya itu.Hampir setengah jam lebih perjalanan pulang dari sekolah, rombongan Wulan berpisah di pertigaan jalan. Wulan kini jalan sendirian karena arah rumah mereka berbeda, tadi Santi bersamanya tapi kemudian ia masuk ke gang menuju rumahnya karena jalan arah gang lebih dekat."Sayang?"Wulan menoleh, wajahnya sedikit agak kesal saat pacarnya itu tiba-tiba datang dan tiba
Ezra dari bangun tidur tidak berhenti bersiul, bahkan dari beberapa hari sebelumnya pun gelagat Ezra sudah aneh. Orang-orang di rumah pun sampai terheran-heran dibuatnya."Aden sudah punya pacar?" tanya Ceu Itoh. Jiwa ibu-ibunya kembali membara, pokoknya selalu kepo dengan kehidupan orang lain."Kenapa Mbok tanya begitu? Memangnya dulu-dulu Ezra kelihatan jomblo?" tanya Ezra setelah selesai makan."Nggak, sih. Tapi menurut pandangan Mbok, gaya Aden sekarang agak beda.""Beda bagaimana?""Makin rapi gayanya, Aden juga sekarang sering pakai minyak rambut, wangi makin semerbak, wajah Aden juga selalu berseri. Jadi, pacarnya Aden sekarang siapa?"Ezra mengangkat jari telunjuk dan menempelkan pada bibirnya. "Ra-ha-si-a.""Iiih... si Aden mah. Pasti orang sini, ya? Aduh, siapa ini gadis desa yang bisa menaklukkan hati pemuda gaul dari kota? Kayaknya Aden suka banget ya sama dia? Soalnya pacar Aden yang dulu-dulu itu cuma mainan.""Emang Mbok tahu siapa aja pacar Ezra yang dulu?""Ya tahu, a
Wulan berlari menyelinap orang-orang yang baru saja bubar dari lapangan. Ia langsung menuju ke arah WC perempuan dan bersembunyi di sana sekitar hampir satu jam setengah. Setelah dirasa aman, dirinya kini berlari menuju ruang UKS. Kebetulan sekali ketua anggota PMR ada di sana sedang menyortir perobatan yang sebentar lagi dalam masa kedaluwarsa. Selain itu, Wulan juga membereskan ranjang lalu mengganti sepreinya kemudian mengganti gorden penyekat dengan yang baru."Lan, kayaknya Ezra sama Endah lagi nyariin kamu, tuh," ucap Ina, anggota PMR dari kelas XI-IPA-4."Jangan kasih tahu aku ada di sini. Kalau ada orang-orang yang cari aku, bilang aja gak tahu.""Kenapa kamu sembunyi?""Aku lagi males berurusan sama OSIS."Ina mengangguk mengerti. Dan benar saja, tidak selang berapa lama Ezra dan Endah datang ke ruang UKS untuk mencari Wulan."Dah ya, aku pergi dulu.""Ke mana, Lan?""Aku mau ke mushola dulu. Sekalian beres-beres." Sebelum keluar, Wulan mengamati area sekitar, takutnya nanti