Juliet terbangun dari tidurnya karena merasa sedikit kedinginan, dan menyadari bahwa itu karena tidak ada Matthew di sampingnya yang biasa tidur sambil memeluknya.Gadis itu mengernyit melihat jam dinding. Ternyata hari telah berganti malam. Sepulang dari jalan-jalan bersama Matthew tadi, ia merasa lelah. Apalagi ditambah dengan kejadian Giska dan Leon, serta berujung pada diskusi dengan Matthew tentang cita-cita Juliet untuk mendirikan Yayasan.Juliet pun memutuskan untuk turun dari ranjang besar itu. Ia ingin mencari Matthew. Entah kenapa ia merasakan kesepian serta kedinginan, dan saat ini ia hanya ingin mendekap tubuh lelaki itu.Juliet keluar dari kamar untuk mencari Matthew yang kemungkinan berada di ruang kerjanya. Gadis itu hampir saja mendorong pintu ruang kerja Matthew, namun segera membatalkan niatnya ketika mendengar suara dari dalam."Selamanya aku tetap tidak akan pernah memberikan restu untuk kalian!" Seru sebuah suara yang sangat familier. Suara Oma Anita.Juliet seger
"Come and serve me, Nona Karina sang penggoda." Tidak tahu kenapa, tiba-tiba saja Karina merasakan merinding di sekujur tubuhnya ketika mendengar suara maskulin yang mengalun dengan serak dan dalam itu. Tatapan dari manik monolid Virgo lurus lekat terarah kepada dirinya, semakin dekat semakin jelas terlihat bahwa sorotnya mengandung kobaran api yang dahsyat. Terlebih, ketika Virgo melangkahkan kakinya dalam ayunan yang tegas, namun perlahan dan penuh perhitungan. Karina tak bergeming, ia masih terkesima dengan sosok yang jauh lebih tinggi dan lebih besar darinya itu, yang malah melakukan langkah pertama untuk menggoda alih-alih dirinya. Saat kini Virgo telah berada tepat di hadapan Karina, kedua insan itu pun saling bertatapan. Karina akhirnya menyunggingkan senyum tipis, dan berpikir pasti Virgo menanti dirinya untuk memulai. Benar juga. Gadis itu terlalu terbawa pada sikap Virgo tadi hingga terlupa bahwa di sini, saat ini, dirinyalah yang seharusnya memegang kendali. Baik
"Matthew." Lelaki itu mengalihkan tatapannya dari jendela ke arah suara lembut yang memanggilnya, lalu tersenyum saat seraut wajah rupawan mendatangi dan tiba-tiba saja memeluknya erat. "Wah wah, ada apa ini? Aku pasti sedang bermimpi indah karena mendapatkan sebuah pelukan dari seorang bidadari," goda Matthew. Sebuah kecupan ia layangkan di ubun-ubun kepala Juliet, sebelum gadis itu melepaskan pelukan mereka untuk menatap manik coklat pasir itu. "Ada apa, Muffin? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Matthew ketika melihat Juliet yang hanya diam saja menatapnya. Ia mengelus rambut panjang yang tergerai indah itu sembari merapikan helai-helainya. Juliet menggeleng pelan, lalu kembali memeluk Matthew. Ia tidak ingin Matthew tahu bahwa ia telah mendengar pertengkaran antara lelaki itu dan Oma Anita. Dan bagaimana hal itu sedikit banyak mempengaruhi Matthew, terlihat dari bagaimana Juliet memergokinya yang sedang melamun menatap ke jendela. "Aku sayang kamu," ucap Julie
"Apa sudah selesai?" Virgo bertanya kepada salah satu pegawai butik yang baru saja keluar dari kamarnya."Tinggal berdandan sedikit lagi, Tuan Virgo," sahut orang itu sembari membungkukkan badannya hormat.Virgo mengangguk, dan berjalan memasuki kamarnya dimana Karina sedang berganti baju dan berdandan sebelum mereka berdua pergi ke sebuah pesta.Tampak Karina sedang duduk di sebuah kursi di depam cermin dengan dikelilingi oleh dua orang yang menata rambut serta memoles wajahnya."Jangan menggunakan make-up terlalu tebal, dia lebih cantik jika lebih natural," tutur Virgo kepada sang make-up artist yang menganggukkan kepalanya kepada Virgo, sementara Karina juga ikut menatapnya dari balik cermin.Gadis itu melihat bahwa Virgo telah siap dengan mengenakan setelan modern tuxedo lengkap. Jika seperti ini, Virgo terlihat jauh lebih matang dari usia yang sebenarnya. Dan juga berlipat kali lebih tampan.Malam ini, Virgo mengajaknya ke dalam sebuah pesta untuk kalangan atas. Sebuah pesta ulan
"Halo, Oma."Pergerakan dari tangan berkeriput yang lincah memotongi tangkai bunga itu pun terhenti, ketika mendengar sebuah suara yang memasuki area kebun tengah menyapanya.Wajah wanita tua itu pun menengadah, dan mengernyit saat menyadari bahwa yang datang adalah seseorang yang paling ia tidak sukai."Maaf jika mengganggu waktu santai Oma. Tapi, bisakah kita bicara?" Ucap suara itu lagi, yang kali ini terdengar sarat akan permohonan.Tak ada kata-kata yang keluar dari bibir Oma Anita. Hanya sebuah tatapan tajam dan menusuk yang ia berikan untuk sosok wanita yang berdiri di depannya."Siapa yang mengijinkanmu untuk berdiri di depanku dan mengajukan pertanyaan tak tahu malu seperti itu?" Sentak Oma Anita kesal. Ia mengacungkan gunting untuk memotong bunga. "Pergi dari sini atau aku akan benar-benar menyakitimu!""Oma, kumohon. Beri waktu untukku mengungkapkan apa yang ingin kukatakan," ucap wanita itu lagi dengan manik beningnya yang berkaca-kaca.BRAKK!!Wanita tua itu membanting gu
Karina mulai merasa bosan. Sejak tadi ia hanya menemani Virgo yang sibuk terus menerus menyapa dan mengobrol dengan para kolega bisnisnya .Namun gadis itu juga tak bisa mengelak karena Virgo memeluk pinggangnya tanpa lepas seakan tidak ingin ia diam-diam menyelinap pergi. Huh, menyebalkan.Saat Virgo sedang mendengarkan lawan bicaranya yang sibuk mengoceh tentang pasar saham, Karina pun berbisik pelan kepada lelaki itu."Aku mau ke toilet dulu."Virgo pun mengalihkan wajahnya kepada Karina. "Mau kuantarkan?"Gadis itu pun menggeleng kecil. "Tidak perlu. Cuma sebentar kok.""Ya sudah. Jangan terlalu lama, atau aku yang akan menyusulmu ke sana."Dan akhirnya Karina bisa bernapas lega setelah Virgo membiarkannya pergi. Duh, pesta ini membosankan sekali!! Sama sekali buka seperti ini bayangan Karina akan sebuah pesta yang sebenarnya.Meskipun sang penyelenggara pesta adalah pasangan tua yang merayakan 25 tahun usia pernikahan perak mereka, tapi apa anak-anak mereka tidak memberikan nas
"Apa barusan kamu memanggilku dengan nama 'Virgo' alih-alih 'Reiner' seperti biasa, Karina?"Karina pun serta merta tersadar ketika mendengar pertanyaan Virgo yang diucapkan dengan suara lembut namun penuh dengan tuntutan."Ck. Itu cuma nama. Apa bedanya jika aku memanggilmu Reiner atau Virgo? Keduanya juga namamu kan?"Virgo terdiam sembaru menatap seraut wajah cantik dengan tubuh seksi yang duduk di sampingnya. "Tentu saja beda, Nona," lugasnya sembari menarik tangan dan pinggang Karina hingga gadis itu kini telah berada pindah di atas pangkuannya.Karina diam saja ketika Virgo membuat dirinya berada di posisi intim seperti sekarang. Setelah tinggal bersama Virgo selama sebulan, ia sudah tidak terlalu kaget lagi dengan tingginya gairah lelaki itu yang hampir setiap saat menginginkan tubuhnya.Meskipun melelahkan, tapi Karina bersyukur karena Virgo sangat lembut memperlakukannya.Virgo merangkum wajah Karina dengan kedua tangannya, lalu mengecup bibir sensual milik gadis itu, merasa
Tak pernah terbayangkan di benak Karina bahwa ia akan berada di posisi ini.Ia bahkan tidak akan pernah tahu rasanya, berada di bawah tatapan seseorang yang ia kenal, namun sekaligus juga tidak ia kenal. Sebuah pribadi yang biasanya selalu tersenyum dan penuh tawa, namun kali ini datar dan dingin seolah patung tanpa nyawa.Mereka adalah dua jiwa yang berada di dalam satu tubuh yang sama, dengan kepribadian yang jauh saling berbeda. Bagaikan siang dan malam, api dan air, malaikat dan iblis.Bagaimana mungkin seseorang menyimpan jiwa yang berbeda di dalam dirinya? Karina tidak akan pernah mengerti jawabnya, karena ia belum pernah bersentuhan dengan seseorang seperti Virgo sebelumnya.Yang pasti, detik ini adalah detik paling menakutkan yang ia alami sepanjang hidupnya. Dan Karina tidak tahu, apakah detik selanjutnya akan membawanya ke saat-saat penuh kengerian?"J-Jeremy??" Lidah Karina terasa kelu ketika mengucap nama itu. Nama yang sebulan lalu ia nantikan, namun tak kunjung datang. N
"Aku haus."Sebuah suara yang berucap dingin itu membuat Karina yang sedang menonton televisi sambil duduk di sofa pun menganggukkan kepalanya, lalu segera beranjak berdiri."Sekalian juga ambilkan kameraku yang disimpan di laci," titah lelaki itu lagi, yang hanya dijawab kembali disahut dengan anggukan tanpa suara dari Karina.Gadis itu mengambil gelas kaca dari lemari, lalu mengisinya dengan air dingin. Situasi hening dengan hanya suara air yang dari dispenser kulkas ini tak pelak membuat Karina melamun.Dan tanpa bisa dicegah, pikirannya pun seketika melayang ketika Virgo masih di sini.Yaitu saat Karina memasak untuk makan malam mereka, dan Virgo menungguinya sambil bersandar di kitchen set. Lelaki itu mengajaknya mengobrol dan bercanda sembari memasak, membuat waktu berlalu dengan sangat menyenangkan.Sehabis makan malam, biasanya mereka jalan-jalan di taman, atau mengendarai mobil berkeliling kota, atau malah sekedar bersantai di penthouse sambil menonton televisi. Yang seringny
"Dia pasti akan selamat dan bisa melalui ini semua. Kita harus tetap meyakini akan hal itu, Karina." Perkataan Dokter Dharmawan itu hanya bisa sedikit membuat Karina agak tenang, meskipun air mata tak hentinya menganak sungai dari manik bening beriris hitamnya. Ya, untuk saat ini tak ada yang bisa dilakukan selain menunggu keajaiban. Keajaiban yang akan membawa Virgo kembali dari koma. Terbayang kembali ketika Karina ketika melihat pemandangan mengerikan di kamar lelaki itu. Tubuhnya lemas seolah tak bertulang saat menatap nanar ke arah lantai, yang telah dibanjiri cairan merah kental yang mengeluarkan bau besi yang tajam. Darah. Darah Virgo, yang sedang tergeletak tak sadarkan diri, tak jauh hanya beberapa langkah dari Karina berdiri. "Aku tidak mengerti." Karina berucap pelan sembari menatap Dokter Dharmawan yang duduk di sampingnya. Mereka sama-sama menunggu kabar dari Dokter Bedah yang sedang menangani Virgo di dalam ruang operasi. "Kenapa dia ingin membahayakan nyawanya send
Karina terbangun saat mendengar suara-suara ribut dari luar kamarnya. Kelopak matanya terasa sangat berat karena lelah yang amat sangat, tapi pada akhirnya ia pun tetap memaksakan diri untuk bangun.Karena suara-suara itu terlalu mencurigakan.Karina mengerang ketika beranjak untuk duduk di ranjangnya. Badannya remuk. Aah, salahnya juga kenapa terhanyut dengan Virgo yang mengakui perasaan kepadanya, yang kemudian malah disusul dengan percintaan yang penuh gelora.Padahal semalam Karina pun habis digempur oleh Jeremy.Masalahnya, Virgo itu manis sekali. Sikapnya selalu lembut dan mampu membuat Karina merasa seolah benar-benar dicintai.Jika dipikir-pikir, apa yang telah dia alami itu sangatlah aneh. Satu tubuh lelaki yang sama telah menjamah dirinya, namun dengan dua kepribadian yang sangat jauh berbeda dan bertolak belakang.Suara itu kembali terdengar, dan Karina pun yakin jika itu adalah suara dua orang perempuan yang sedang berbincang pelan. Siapa mereka?Karina pun mulai berjalan
"Anda mencari saya, Nyonya Wiratama?"Juliet menatap ke arah lelaki yang baru saja datang dan duduk tepat di seberang mejanya. Wanita itu mendengus geli mendengar nada hormat yang dibuat-buat lelaki itu, yang sebenarnya tersirat ledekan."Halo, Darren. Terima kasih sudah mau menemuiku di sini," sahut Juliet sembari tersenyum. Ia tahu kalau sepupu suaminya ini masih tidak menyukai dirinya.Sejak kejadian beberapa bulan yang lalu di saat Juliet bermaksud melarikan diri dari Matthew dengan berbagai cara, Darren tampaknya belum bisa percaya 100% padanya sampai sekarang.Sebenarnya Darren hanya terlalu menyayangi Matthew, dan bersikap awas kepada siapa pun yang hendak menyakiti sepupunya itu."Tentu saja saya akan menemui Anda, Nyonya. Apa ada yang bisa saya bantu?""Ck. Berhentilah bersikap terlalu formal Darren. Tak bisakah kamu berhenti memusuhiku? Aku bukan lagi Juliet yang dulu, asal kamu tahu," protes Juliet sambil menghela napas pelan melihat sikap Darren yang penuh kebencianberban
"Karina, bangun." Gadis bersurai gelap lurus itu pun sontak terbangun, ketika merasakan tubuhnya diguncang secara perlahan. Dengan manik menyipit sayu, Karina menatap seraut wajah oriental tampan yang balas menatapnya. Awalnya Karina hanya mengucek matanya, namun gadis itu pun seketika membelalak lebar ketika menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda. Ada yang berbeda dengan lelaki di sampingnya yang tengah menatap dirinya. Pertama, suaranya. Tidak serak dan berat seperti yang dimiliki oleh Jeremy, tapi sedikit lebih tinggi. Lalu yang kedua, tatapan kelam dan penuh gejolak milik Jeremy pun telah menghilang, digantikan oleh manik yang menyorot setenang air di lautan, namun entah kenapa kali ini juga seakan menyimpan misteri. Jelas sekali, lelaki ini adalah Virgo dan tak lagi Jeremy. "REINER?!" Karina berseru gembira, dan bergerak untuk duduk dan memeluk Virgo penuh ungkapan syukur. Sementara Virgo hanya diam tak bergeming. Maniknya masih mengamati dan berusaha mencerna bagaimana k
Matthew... memiliki saudari kembar?Sepanjang hari setelah kembali dari rumah utama keluarga Wiratama, pikiran Juliet penuh dengan bukti foto yang baru saja ia temukan.Hal mengejutkan dan Juliet pun yakin jika Matthew pun tidak mengetahuinya. Entah kenapa dan apa alasan dari Papa mertuanya menyembunyikan fakta tentang putrinya yang lain dari keluarga Wiratama?Ya ampun. Padahal Juliet bermaksud mencari tahu tentang perselingkuhan Kayana Wiratama dengan ayahnya, namun malah menemukan kejutan yang lain!Apa yang harus ia lakukan sekarang? Rasanya Juliet belum ingin memberitahukan ini kepada Matthew. Suaminya itu sedang berbahagia sekarang setelah berbaikan dengan Oma dan karena anak mereka di dalam kandungan Juliet.Mungkin Juliet akan memastikan lebih dulu tentang kebenaran ini, sebelum menyampaikannya kepada suaminya.Wanita cantik dan elegan itu pun meraih ponselnya untuk menelepon seseorang yang ia tahu mungkin memiliki power untuk mendapatkan informasi, meskipun... Juliet tidak ta
"Nyonya Muda, apa yang Anda lakukan?!""Ssshh... jangan berisik, Tiana. Cepat masuk ke sini dan kunci pintunya!"Pelayan yang bernama Tiana itu pun mengangguk pelan, lalu bergegas melakukan apa yang dititahkan oleh majikannya, Nyonya Muda Wiratama.Setelah mengunci rapat ruang kerja milik mendiang Tuan Besar Ibram Wiratama, Tiana segera berjalan mendekati Nyonya Muda Juliet yang asyik membongkar sebuah lemari buku.Sejak resmi menikah dengan Matthew, Juliet diam-diam sering mengunjungi rumah utama keluarga Wiratama. Terutama ketika suaminya sedang berada di kantor.Selama ini Matthew selalu enggan jika ia mengajak untuk mengunjungi rumah besar yang kini kosong tak pernah ditinggali kecuali oleh para pelayan yang selalu membersihkannya secara berkala.Matthew seolah tak ingin menginjakkan kakinya di rumah ini lagi, namun tak juga ingin menyingkirkan dengan menjualnya misalnya. Ia tetap mempertahankan rumah keluarga dimana dirinya dibesarkan.Meskipun antara Juliet, Matthew dan Oma Anit
"Akulah Virgo, Karina sayang. Dan lelaki itu, lelaki yang bersamamu sebelumnya... justru dialah Jeremy yang sesungguhnya." Karina mengernyit kaget. Apa pula maksudnya ini?? "Dia mengambil tubuhku, dan berusaha menyembunyikan jiwaku jauh-jauh. Bahkan dia juga ingin membuatku musnah. Dia mungkin terlihat lelaki baik, tapi satu hal yang harus kamu tahu, Cantik. Dia belum mengeluarkan tabiat aslinya. Yang jauh... jauh lebih kejam dari diriku." Jeremy mengeluarkan devil's smirk-nya melihat wajah bingung Karina, lalu mengecup bibir gadis itu dengan sepenuh gairah. Karina menjauhkan bibirnya dari Jeremy, karena ada yang ingin ia katakan. "Kamu bohong!" Sergah gadis itu sengit. "Virgo tidak pernah memperlakukanku dengan kasar sepertimu, Jeremy!" Lelaki itu menelengkan kepalanya sembari tertawa kecil mendengar perkataan Karina. "Jadi kamu kira hanya karena lembut padamu selama ini, maka dia tidak bisa bersikap kasar, hm?" "Baik, akan kubuktikan kalau diriku yang kasar ini pun bisa bersika
Suara ketukan pelan di pintu membuat Matthew mengangkat kepalanya dari layar monitor. Berpikir bahwa mungkin itu adalah sekretarisnya yang hendak memberitahukan sesuatu."Ya, masuk!"Pintu itu pun terbuka, disertai oleh seraut wajah cantik yang muncul dari baliknya dan tersenyum kepada Matthew."Muffin?!" Matthew segera berdiri dari kursinya dan melangkah tergesa ke arah pintu, sementara Juliet telah masuk ke dalam ruangam dan tersenyum semakin lebar melihat suaminya yang menyongsong kedatangannya dengan penuh semangat, penuh cinta dan ketulusan.Matthew mengecup sekilas bibir lembut Juliet lalu memeluk tubuh istrinya dengan erat. "Kejutan yang sangat manis dan menyenangkan melihatmu datang ke kantor, Muffin. I really miss you.""Matthew, sebenarnya aku ke sini untuk--" Juliet tak bisa melanjutkan kalimatnya lagi karena suaminya yang tak sabaran kini sudah melumat bibirnya dengan serakah. Sebuah ciuman penuh dengan kepemililan mutlak yang hanya kepada dirinya.Juliet berusaha menghin