"Maaf, aku terlambat." Suara sapaan seorang pria dari balik tubuh Lilian membuat Lilian menoleh. Pria itu tersenyum kecil lalu menyodorkan sekotak mawar merah sebagai tanda permintaan maaf. Lilian menerimanya dan tersenyum dingin. Lilian memperhatikan penampilan pasangan kencan butanya dengan sangat detail. Benar saja, pria itu persis seperti yang dikatakan oleh Peter. "Perkenalkan, aku Sean He. Anak sulung keluarga He." Pria itu memperkenalkan dirinya. "Aku, Lilian Ma, anak kedua keluarga Ma." Lilian memperkenalkan diri dengan ekspresi dingin. Wanita itu sudah sangat malas meladeni orang yang tidak menghargai waktu seperti Sean di pertemuan pertama mereka."Kau sudah mulai makanan?" tanya Sean berbasa-basi. Lilian memotong steaknya tampak tak acuh dengan kehadiran Sean di depannya. "Tentu saja. Aku sudah cukup lama duduk di sini. Aku datang dengan perut kosong. Aku tidak ingin mati kelaparan karena menunggu kedatanganmu," jawab Lilian sangat santai, terkesan acuh tak acuh. Sean
Louis menaruh setumpuk lembaran kertas foto di atas meja. Orang pertama yang mengambilnya adalah Joe dan seketika pria itu takjub. "Astaga! Apa ini nyata?" Joe tampak tidak begitu percaya dengan apa yang ia lihat. Jeff mengambil satu foto dan berdecak penuh kekaguman. "Benar-benar cantik," pujinya. Victor menaruh iPadnya dan ikut mengambil selembar foto di atas meja penasaran. Jantungnya seolah berhenti berdetak dalam hitung satu atau dua detik saat kedua bola matanya menatap siapa yang ada di dalam foto itu."Cantik," gumam Victor tanpa sadar.Joe memandang Louis dengan tatapan penasaran. "Bagaimana kau bisa mendapatkan foto ini?" "Kau sangat hebat. Satu kali datang ke Beijing dan langsung menemukannya." Jeff memuji Louis dengan mengacungkan kedua jempolnya. Louis tersenyum sombong dan melirik ke arah Victor yang terus memandangi foto di tangannya. "Kau tidak penasaran bagaimana aku mendapatkannya?" tanya Louis pada Victor. Pebisnis tampan itu menaruh foto Lilian ke atas meja,
"Bagaimana dengan pasangan kencan butamu? Dia pria yang menarik, bukan?" tanya Peter saat Lilian dan dirinya duduk di ruang santai menikmati camilan malam. "Menarik? Dia sudah kutolak. Aku tidak menyukai orang yang tidak menghargai waktu. Di pertemuan pertama, aku harus menunggu lima belas menit. Dia sangat membuang waktu berhargaku," jawab Lilian dengan nada kesal. Peter terkekeh geli melihat ekspresi Lilian. "Lalu? Kau sudah memberitahu ibu tentang penolakanmu?" Lilian mengangguk tanpa keraguan saat menjawab pertanyaan Peter. "Padahal Sean cukup sempurna untukmu," kata Peter enteng. "Tidak, aku tidak menyukai pria berstatus kekasih orang. Aku tidak ingin menjadi selingkuhannya." Lilian tidak sengaja membocorkan rahasia Sean."What?! Sean sudah punya kekasih?" Peter terbelalak mendengarnya. Lilian memukul bibirnya yang tidak sengaja memberitahu Peter rahasia Sean. "Aku tidak sengaja mengatakannya. Aku harap, kau tidak ikut campur atas urusannya." "Kenapa dia masih ikut kencan
Victor pulang ke rumah orang tuanya. Pebisnis tampan itu ingin mengkonfirmasi secara langsung jika wanita yang dijodohkan dengannya adalah benar putri keluarga Ma. Kepulangan Victor mengejutkan kedua orang tuanya yang tengah duduk bersantai minum teh saat pagi hari. "Apakah di luar sana ada badai? Mengapa kau tiba-tiba pulang tanpa memberi tahu terlebih dulu?" sindir tuan Zhang melihat kehadiran Victor di sana. Victor berdecak kesal mendengar sindiran ayahnya. "Aku hanya mampir sebentar." Tuan Zhang menyesapi kopinya dengan sangat tenang. Nyonya Zhang berjalan mendekati putranya lalu menyodorkan secangkir teh pada Victor. "Kenapa kau sangat bersemangat dan mengubah keputusanmu untuk menerima perjodohan itu?" tanya nyonya Zhang tanpa basa-basi. Tuan Zhang mencuri lirik ke arah Victor yang tersenyum begitu cerah. Kerutan di dahi tuan Zhang semakin menjadi-jadi saat ekspresi aneh itu muncul di wajah putranya. "Aku hanya ingin segera mewujudkan keinginan kalian agar aku segera menik
Lilian bersungut-sungut ketika semua orang mendukung perkataan ayahnya. Dirinya merasa terpojok. Lilian tidak tahu, orang seperti apa yang berhasil membuat ayahnya memiliki pikiran dan membuat keputusan seperti itu. Hanya satu yang bisa Lilian lakukan saat ini hanyalah pasrah dengan keadaan. Wanita itu memilih untuk duduk sendirian di balkon apartemen. Menikmati suasana malam dengan langit pekat. Lilian membuka akun weibo dan mengunggah foto pemandangan dari tempat duduknya itu tanpa caption apa pun. Unggahannya dibanjiri oleh para pengikut akunnya yang menanyakan keberadaan Xi Nai, kapan Xi Nai akan muncul lagi ke publik, apakah Xi Nai akan datang ke peluncuran drama animasi komiknya. Wanita itu hanya bisa tersenyum masam. Tidak sedikit pula yang menanyakan perihal pernikahan Xi Nai. Semua itu terjadi karena ulah Peter yang usil membuat status mengenai pernikahan Xi Nai. Aku akan menjawab semua pertanyaan kalian ketika aku memiliki kesempatan untuk muncul lagi. Setelah mengetikkan
PART 41:Lilian mendudukkan bokong seksinya ke atas kursi. Kedua lengannya dilipat ke depan dada. Bibirnya cemberut. Lilian tidak menyangka jika calon suaminya adalah Victor Zhang. Sepertinya, semua ini merupakan kebetulan yang terencana. Ciuman Victor pada Lilian tadi mengingatkan pada kejadian di kelab, pertama kali takdir mengantarkan pertemuan mereka berdua. Victor merendahkan tubuhnya. Mengukung tubuh Lilian dengan kedua lengan dari arah belakang. Wanita itu terkejut dan menoleh. Saat menoleh, tidak sengaja bibir Lilian menyentuh pipi Victor. Secara refleks, Lilian menarik wajahnya memberi jarak pada wajah Victor. "Ternyata kau sangat merindukanku?" goda Victor. Lilian melirik sinis. "Kau terlalu percaya diri." Lilian mendengkus. "Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu," kata Victor tanpa ragu tepat di samping telinga Lilian. Mendengar kata-kata itu jantung Lilian berdegup sangat kencang. Dirinya akan sangat lemah jika berdekatan dengan Victor. Mulut dan bahasa tubuhnya salin
Victor tersenyum senang saat semua rencananya berjalan sesuai dengan keinginannya. Pria itu sengaja mengabaikan wajah masam Lilian yang berdiri mencoba menutupi wajah cantiknya, bersembunyi di balik tubuh Victor. Upaya Victor untuk mengikat Lilian agar tidak bisa kabur lagi darinya sangat tidak main-main. Dirinya bahkan menyuruh Xiao Pang untuk memberitahu para reporter mengenai keberadaannya. Victor ingin reporter itu mengangkat berita tentang kisah cintanya bersama Lilian. Keinginan Victor diberikan lampu hijau oleh calon ayah mertuanya yaitu, tuan Ma. Tuan Ma Hua memberi izin agar Lilian dikenalkan ke publik sebagai putrinya melalui Victor.Victor menarik Lilian agar berdiri tepat di sampingnya. Suasana hotel cukup gaduh karena tidak hanya reporter, tetapi juga para tamu hotel yang mengenali mereka segera mengambil foto serta video. Sebelumnya, Victor telah meminta izin untuk merepotkan pihak hotel dibantu dengan tuan Ma. Pemilik hotel di sana adalah rekan bisnis tuan Ma. Dengan a
Part 43: Lamaran JoeJoe yang sedang duduk bersantai menikmati hari liburnya di tepi danau bersama dengan Ji Mei terkejut saat kekasihnya berteriak begitu kencang dari dalam rumah. Aktor tampan itu bergegas meninggalkan tempat duduk, mencari keberadaan Ji Mei. Jantungnya berdetak begitu kencang saat melihat Ji Mei duduk menyandar di pinggiran ranjang. Wanita itu tampak menatap lurus ke arah depan dengan tatapan kosong. Joe berjalan dengan sangat pelan untuk mencari tahu mengapa kekasihnya berteriak histeris lalu duduk terdiam di lantai. Joe menyentuh bahu Ji Mei. Air mata Ji Mei meleleh membasahi pipi wanita itu. Ji Mei menangis tanpa suara. Joe merasa panik seketika melihat kekasihnya bertingkah demikian. "Ji Mei, kau kenapa? Ada apa denganmu? Apa yang terjadi?" Joe menggoyangkan lengan Ji Mei dengan sangat lembut. Aktor tampan itu mencari sesuatu yang mungkin menjadi penyebab Ji Mei bertingkah demikian dan benar saja, di samping tempat wanita itu duduk, layar ponselnya menyala me