Jeff melakukan perjalanan menuju ke wilayah Tiongkok Barat yaitu kota Chongqing. Chongqing berada di tepi Sungai Yangtze, salah satu kota yang berlimpah dengan budaya, sejarah dan kuliner yang lezat. Perjalanan Jeff kali ini untuk melakukan pemotretan sampul majalah sekaligus liburan satu hari berkeliling mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di Chongqing. Pria itu tampak antusias. Dengan pergi ke sana, Jeff bisa menggali ide baru untuk menulis lirik lagu dan juga membuat musiknya. Kepergian Jeff ke Chongqing bersama dengan asisten pribadi, manajer dan juga empat bodyguardnya. Saat sampai di bandara, para fans penyanyi tampan itu sudah berjejer dan berkerumun menyambut kedatangannya sambil membawa spanduk atau hanya ingin mengambil gambarnya. Jeff melambaikan tangan, menyapa semua orang yang datang ke sana untuk sekadar melihatnya. Jeff menerima banyak surat dari penggemar, tetapi pria itu menolak untuk diberikan hadiah berupa barang dan juga makanan. Jeff hanya menerima surat,
Victor berjalan di depan Lilian. Wanita itu mengekor, melewati lobi hotel dengan masker menutupi sebagian wajah. Victor membukakan pintu penumpang untuk Lilian masuk ke dalam mobilnya membuat beberapa pegawai hotel itu takjub, tetapi tidak ada satu pun yang berani mengucapkan sepatah kata pun. Victor benar-benar menaruh peraturan menjaga privasi tamu agar dipatuhi oleh semua pegawainya di seluruh perusahaannya. Victor mengambil tempat duduk bersebelahan dengan Lilian. Saat di mobil, Victor kembali menyatukan jari jemari mereka agar menggenggam satu sama lain. Lilian melirik sekilas, lalu membuang pandangan ke jalanan. Mengabaikan perlakuan Victor yang tentunya tidak bisa dilarang. Helaan napas kasar Lilian terdengar oleh Victor, membuat pria itu menoleh. "Di mana apartemenmu?" tanya Victor. "Zaozhuang Road, Blue Court Place Jingqiao Middle Ring," jawab Lilian. Victor mengangguk mengerti. Lingkungan tempat tinggal Lilian berada di tengah kota. Akses menuju landmark kota Shanghai p
Belum genap 24 jam Jeff sampai di Chongqing. Penyanyi tampan itu telah menemukan wanita yang berhasil menarik hatinya. Wanita yang akan bekerja bersamanya dalam beberapa waktu ke depan. Jeff sebelum berangkat ke Chongqing sama sekali tidak memiliki keinginan untuk bercinta dengan wanita asing, tetapi melihat Lin Yuan membuat gairahnya muncul membabi buta. Jika ketiga sahabatnya tahu apa yang terjadi hari ini, sudah pasti Jeff akan menjadi bahan olokan mereka. Jeff yang biasa tenang, terlihat dingin, kini menjelma menjadi pria penggoda nan liar. Sungguh seperti melihat orang lain di dalam tubuhnya. Jeff diantar oleh manajer juga asisten pribadinya ke kamar yang telah disiapkan oleh pihak perusahaan majalah. "Jangan berbuat kegaduhan lagi. Artikel tentangmu sama sekali belum reda. Kau tidak boleh mendekatinya saat ini." Manajer Jeff, Alice, mengingatkan penyanyi tampan itu. Jeff tampak tak acuh. Pria itu sibuk bermain game di ponselnya. "Tapi aku senang, akhirnya kau kembali nor
Lin Yuan merapatkan diri hingga seluruh bagian tubuh wanita itu menempel dengan rapi di tubuh Jeff. Jeff memejamkan mata, mencoba bertahan untuk tidak terburu-buru membopong tubuh Lin Yuan ke tempat tidur dan bercinta dengannya tanpa ampun. Jeff memiringkan kepala dan menunduk ke arah leher jenjang Lin Yuan yang terekspos karena wanita itu menyanggul rambutnya tinggi. Napas Lin Yuan mendadak tersengal. Bukit kembarnya menempel di dada Jeff. Bola matanya terbelalak saat bibir Jeff mengecup kulit lehernya dengan sangat lembut. Jeff menarik diri dan menatap wajah Lin Yuan yang tersenyum. Lin Yuan tersenyum bak wanita penggoda yang menginginkan hal lain dilakukan oleh Jeff. Lin Yuan menarik tengkuk leher Jeff mendekat dan menciumnya. Dengan mulut terbuka serta lidah menjelajah. Mata keduanya terpejam rapat-rapat menikmati pertukaran saliva itu. Ciuman itu hanya berlangsung satu menit, tetapi belum pernah Jeff merasa sangat bergairah seumur hidupnya. Jeff sangat mendambakan Lin Yuan. Me
Lilian menemui Guan Xi untuk membicarakan perihal kemunculannya di upacara syuting besok. Pimpinan perusahaan itu sedang melakukan rapat evaluasi mengenai perkembangan beberapa novel dan komik, baik cetak maupun online. Lilian memilih mengerjakan gambarannya dengan tenang. "Kopi untuk pagi yang cerah." Wu Lei menaruh secangkir kopi panas di atas meja Lilian. "Terima kasih." Lilian bersikap seperti biasanya. Lilian tidak akan menyalahkan Wu Lei mengenai fotonya dan Victor. Lilian yakin, Wu Lei sama hal dengannya, yang tidak mengenal sosok Victor sebelumnya. Keseharian mereka hanya dihabiskan dengan duduk menggambar, lalu sesekali cuci mata ke mall lalu kelab malam. Jadi, Lilian memaklumi kesalahan fatal Wu Lei padanya. Jika Wu Lei tahu, sosok yang dieditnya adalah anak dari grup Zhang, pria itu akan merasa bersalah dan ketakutan."Aku akan ikut serta besok," kata Lilian. Wu Lei meletakkan pensil gambarnya dan menoleh sepenuhnya pada Lilian. Pria itu tampak antusias. "Benarkah? Kau
Joe yang berdiri di pojok melirik Victor yang sedang menatap lekat wanita cantik dengan Hanfu berwarna biru putih yang sedang dicecar oleh wartawan. Jika tebakan Joe benar maka, wanita itulah yang dimaksud oleh Victor. Sepertinya hanya beberapa orang yang tidak terkejut mendengar kabar jika Xi Nai adalah seorang wanita dengan paras cantik bak dewi. Semua orang selama ini berpikir, jika Xi Nai adalah pria paruh baya yang sangat paham dengan sejarah Tiongkok. Namun, ternyata dugaan mereka salah. Joe harus mengakui bakat dan juga kecerdasan Xi Nai luar biasa. Setelah selesai membagikan angpao pada semua pemain dan kru drama, Joe menyapa Victor. "Apakah dia orangnya?" tanya Joe tanpa basa-basi. Dengan kedua tangan di dalam kantong celana. Victor berdeham sembari mengangguk samar. "Kau luar biasa. Pilihanmu kali ini sama sekali tidak mengecewakan. Kau memacari wanita cerdas dan penuh bakat." Joe memuji Victor. "Aku hanya beruntung bertemu dengannya." Joe ikut berdiri di samping Victor
Victor sengaja membuat tempat kerja Lilian satu ruangan dengannya. Dengan begitu, mereka selalu bisa bersama dan saling mengawasi. Victor sengaja mengganti semua jadwal kunjungannya dan memilih untuk bekerja dari rumah. Xiao Pang telah membawa semua berkas pekerjaannya untuk diperiksa. Pria tampan itu melirik Lilian yang tidak ada suara di depannya. Wanita itu sedang terpaku melihat layar komputer. Dilihat dari samping, Lilian tampak tidak bahagia. Wanita itu sudah jelas tidak sedang mengerjakan pekerjaannya. Victor menutup map yang berisi lembaran kertas dan beranjak mendekati Lilian. Victor berjalan sangat pelan sehingga Lilian tidak menyadari kehadirannya. Victor berdiri tepat di belakang kursi Lilian. Mata pria itu ikut membaca deretan kata yang muncul di layar. Dahi Victor berkerut dalam. Pria itu melirik jari Lilian yang gemetar di atas mouse. "Kenapa kau membaca tulisan sampah seperti itu?" ucap Victor mengagetkan Lilian. Wanita itu buru-buru ingin menutup akun itu, tetapi
(Mature part) Mohon bijak dalam memilih bacaan Victor menggendong Lilian menuju kamarnya. Dengan tendangan kaki kiri, pintu kamar Victor tertutup rapat. Keduanya meninggalkan bekas makan begitu saja di atas meja tanpa membersihkannya terlebih dahulu. Persetan dengan pekerjaan kecil itu. Besok, Victor bisa menyuruh seseorang membereskannya. Lilian diturunkan di pinggir ranjang. Wanita itu duduk sembari menatap wajah Victor di hadapannya. Mata Lilian mengerjap beberapa kali, menanti tindakan apa yang akan dilakukan Victor padanya. Pria itu merendahkan tubuhnya dan mencondongkan wajah ke depan wajah Lilian. Victor tersenyum. Tangannya terulur dan menyugar rambut Lilian. Tindakan itu membuat napas Lilian tercekat. Lilian yakin jika pipinya kini sudah semerah tomat. Kedekatan posisi mereka mengacaukan benak Lilian. Pesona Victor sungguh berpengaruh besar pada reaksi tubuhnya. Victor menciumnya. Ciuman lembut, sangat pelan dan lama, membuat kaki Lilian lemas. Ibu jari Victor bergerak na