Utusan Victor memberitahu Tuannya, jika Lilian menjadi korban bully teman-teman satu sekolahnya. Namun, wanita itu tidak lemah sehingga bisa membalas setiap perkataan yang menjelekkannya. Victor yang mendengar informasi itu bergegas turun menuju restoran tempat di mana Lilian mengadakan reuni. Akan tetapi, keinginannya tidak berjalan lancar untuk segera menjadi pahlawan bagi wanita incarannya. Victor bertemu dengan kolega kerja berasal dari luar negeri yang kebetulan menginap di hotelnya. Pebisnis tampan itu tentu saja harus berbasa basi, menyapa dan berbincang meskipun hanya sejenak. Victor berdiri di depan pintu masuk restoran. Dari sana, ia bisa melihat punggung Lilian yang duduk di antara teman-temannya, hanya saja tampaknya semua dalam keadaan baik-baik saja. Di dalam restoran, Lilian kembali dipancing emosinya oleh Lu Wanwan. Wanita itu bahkan sebelumnya tidak terpikirkan jika foto yang diedit oleh Wu Lei memang sangat mirip dengan Victor. Lilian merasa sangat celaka. Beberapa
Lilian menatap lekat genggaman tangannya dan Victor. Keduanya melangkah menuju lift khusus yang berada pada ujung lorong. Lilian masih sulit mencerna semua kejadian hari ini. Wanita itu melirik Victor dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Keduanya berjalan berdampingan dengan hening. Tidak ada yang ingin membuka suara selama berada di lorong. Saat di dalam Lift, Victor menoleh ke arah Lilian dan tersenyum. Bukan balasan senyum menawan diberikan Lilian, tetapi sebaliknya sebelah telapak tangan Lilian melayang dan mendarat tepat di pipi kiri Victor. Sontak Victor terkejut lalu genggaman tangan mereka terlepas. Kedua alis Victor bertaut, menatap Lilian bingung. "Itu bayaran untuk ciumanmu tadi," desis Lilian. Wanita itu menatap kedua bola mata Victor dengan berani. Tidak ada kelembutan di sana, apalagi gairah besar yang siap meledak seperti malam itu. Lilian yang berada di hadapan Victor seperti jelmaan wanita lain. "Seharusnya kau berterima kasih padaku, bukan justru menamparku,
Jeff melakukan perjalanan menuju ke wilayah Tiongkok Barat yaitu kota Chongqing. Chongqing berada di tepi Sungai Yangtze, salah satu kota yang berlimpah dengan budaya, sejarah dan kuliner yang lezat. Perjalanan Jeff kali ini untuk melakukan pemotretan sampul majalah sekaligus liburan satu hari berkeliling mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di Chongqing. Pria itu tampak antusias. Dengan pergi ke sana, Jeff bisa menggali ide baru untuk menulis lirik lagu dan juga membuat musiknya. Kepergian Jeff ke Chongqing bersama dengan asisten pribadi, manajer dan juga empat bodyguardnya. Saat sampai di bandara, para fans penyanyi tampan itu sudah berjejer dan berkerumun menyambut kedatangannya sambil membawa spanduk atau hanya ingin mengambil gambarnya. Jeff melambaikan tangan, menyapa semua orang yang datang ke sana untuk sekadar melihatnya. Jeff menerima banyak surat dari penggemar, tetapi pria itu menolak untuk diberikan hadiah berupa barang dan juga makanan. Jeff hanya menerima surat,
Victor berjalan di depan Lilian. Wanita itu mengekor, melewati lobi hotel dengan masker menutupi sebagian wajah. Victor membukakan pintu penumpang untuk Lilian masuk ke dalam mobilnya membuat beberapa pegawai hotel itu takjub, tetapi tidak ada satu pun yang berani mengucapkan sepatah kata pun. Victor benar-benar menaruh peraturan menjaga privasi tamu agar dipatuhi oleh semua pegawainya di seluruh perusahaannya. Victor mengambil tempat duduk bersebelahan dengan Lilian. Saat di mobil, Victor kembali menyatukan jari jemari mereka agar menggenggam satu sama lain. Lilian melirik sekilas, lalu membuang pandangan ke jalanan. Mengabaikan perlakuan Victor yang tentunya tidak bisa dilarang. Helaan napas kasar Lilian terdengar oleh Victor, membuat pria itu menoleh. "Di mana apartemenmu?" tanya Victor. "Zaozhuang Road, Blue Court Place Jingqiao Middle Ring," jawab Lilian. Victor mengangguk mengerti. Lingkungan tempat tinggal Lilian berada di tengah kota. Akses menuju landmark kota Shanghai p
Belum genap 24 jam Jeff sampai di Chongqing. Penyanyi tampan itu telah menemukan wanita yang berhasil menarik hatinya. Wanita yang akan bekerja bersamanya dalam beberapa waktu ke depan. Jeff sebelum berangkat ke Chongqing sama sekali tidak memiliki keinginan untuk bercinta dengan wanita asing, tetapi melihat Lin Yuan membuat gairahnya muncul membabi buta. Jika ketiga sahabatnya tahu apa yang terjadi hari ini, sudah pasti Jeff akan menjadi bahan olokan mereka. Jeff yang biasa tenang, terlihat dingin, kini menjelma menjadi pria penggoda nan liar. Sungguh seperti melihat orang lain di dalam tubuhnya. Jeff diantar oleh manajer juga asisten pribadinya ke kamar yang telah disiapkan oleh pihak perusahaan majalah. "Jangan berbuat kegaduhan lagi. Artikel tentangmu sama sekali belum reda. Kau tidak boleh mendekatinya saat ini." Manajer Jeff, Alice, mengingatkan penyanyi tampan itu. Jeff tampak tak acuh. Pria itu sibuk bermain game di ponselnya. "Tapi aku senang, akhirnya kau kembali nor
Lin Yuan merapatkan diri hingga seluruh bagian tubuh wanita itu menempel dengan rapi di tubuh Jeff. Jeff memejamkan mata, mencoba bertahan untuk tidak terburu-buru membopong tubuh Lin Yuan ke tempat tidur dan bercinta dengannya tanpa ampun. Jeff memiringkan kepala dan menunduk ke arah leher jenjang Lin Yuan yang terekspos karena wanita itu menyanggul rambutnya tinggi. Napas Lin Yuan mendadak tersengal. Bukit kembarnya menempel di dada Jeff. Bola matanya terbelalak saat bibir Jeff mengecup kulit lehernya dengan sangat lembut. Jeff menarik diri dan menatap wajah Lin Yuan yang tersenyum. Lin Yuan tersenyum bak wanita penggoda yang menginginkan hal lain dilakukan oleh Jeff. Lin Yuan menarik tengkuk leher Jeff mendekat dan menciumnya. Dengan mulut terbuka serta lidah menjelajah. Mata keduanya terpejam rapat-rapat menikmati pertukaran saliva itu. Ciuman itu hanya berlangsung satu menit, tetapi belum pernah Jeff merasa sangat bergairah seumur hidupnya. Jeff sangat mendambakan Lin Yuan. Me
Lilian menemui Guan Xi untuk membicarakan perihal kemunculannya di upacara syuting besok. Pimpinan perusahaan itu sedang melakukan rapat evaluasi mengenai perkembangan beberapa novel dan komik, baik cetak maupun online. Lilian memilih mengerjakan gambarannya dengan tenang. "Kopi untuk pagi yang cerah." Wu Lei menaruh secangkir kopi panas di atas meja Lilian. "Terima kasih." Lilian bersikap seperti biasanya. Lilian tidak akan menyalahkan Wu Lei mengenai fotonya dan Victor. Lilian yakin, Wu Lei sama hal dengannya, yang tidak mengenal sosok Victor sebelumnya. Keseharian mereka hanya dihabiskan dengan duduk menggambar, lalu sesekali cuci mata ke mall lalu kelab malam. Jadi, Lilian memaklumi kesalahan fatal Wu Lei padanya. Jika Wu Lei tahu, sosok yang dieditnya adalah anak dari grup Zhang, pria itu akan merasa bersalah dan ketakutan."Aku akan ikut serta besok," kata Lilian. Wu Lei meletakkan pensil gambarnya dan menoleh sepenuhnya pada Lilian. Pria itu tampak antusias. "Benarkah? Kau
Joe yang berdiri di pojok melirik Victor yang sedang menatap lekat wanita cantik dengan Hanfu berwarna biru putih yang sedang dicecar oleh wartawan. Jika tebakan Joe benar maka, wanita itulah yang dimaksud oleh Victor. Sepertinya hanya beberapa orang yang tidak terkejut mendengar kabar jika Xi Nai adalah seorang wanita dengan paras cantik bak dewi. Semua orang selama ini berpikir, jika Xi Nai adalah pria paruh baya yang sangat paham dengan sejarah Tiongkok. Namun, ternyata dugaan mereka salah. Joe harus mengakui bakat dan juga kecerdasan Xi Nai luar biasa. Setelah selesai membagikan angpao pada semua pemain dan kru drama, Joe menyapa Victor. "Apakah dia orangnya?" tanya Joe tanpa basa-basi. Dengan kedua tangan di dalam kantong celana. Victor berdeham sembari mengangguk samar. "Kau luar biasa. Pilihanmu kali ini sama sekali tidak mengecewakan. Kau memacari wanita cerdas dan penuh bakat." Joe memuji Victor. "Aku hanya beruntung bertemu dengannya." Joe ikut berdiri di samping Victor
Joe dan Ji Mei telah menghadap pimpinan agensi yang menaungi Joe selama berkarir menjadi aktor. Mereka berdua meminta izin dan membuat kesepakatan sebelum rencana kemunculan mereka untuk memberikan pengumuman rencana pertunangan. Pimpinan agensi Joe memberikan izin serta memberikan selamat atas pertunangan Joe dan Ji Mei. Pihak manajemen akan ikut memantau jika ada penggemar yang bertindak berlebihan, mereka akan membantu untuk melaporkan ke pihak yang berwajib. Joe dan Ji Mei keluar dari kantor agensi bersamaan. Mereka berjalan berdampingan ditemani oleh manajer, asisten pribadi serta dua bodyguard yang biasa mengawal Joe. Keduanya tidak takut untuk tertangkap kamera karena berjalan bersama. Mereka akan kembali ke apartemen dan membuat pernyataan di weibo. Joe memilih untuk masuk ke dalam ruang kerjanya setelah mereka sampai di apartemen. Ji Mei sendiri memilih untuk menyiapkan pakaian yang akan dipakai Joe besok untuk berangkat ke Guangzhou untuk pemotretan sampul majalah. Pekerja
Part 49: Kisah Louis - Miu MiuKetidak sengajaan ciuman pada waktu di Rumah Sakit mengantarkan Louis dan Miu Miu menjadi pasangan kekasih. Jika sebelumnya, Louis lah yang meminta Miu Miu untuk menghubunginya, maka sebaliknya yang terjadi, Louis yang mengajak Miu Miu untuk bertemu lagi di luar Rumah Sakit. Louis mengajak Miu Miu untuk bertemu di salah satu Kafe yang hanya menjual makanan camilan dan juga kopi. Miu Miu setuju untuk datang. Setelah sepuluh menit Louis menunggu kehadiran wanita cantik nan seksi itu, wajah segar Miu Miu menyapanya dengan ramah. Gelenyar aneh kembali menghampiri Louis. Sebelumnya, semua itu tidak pernah terjadi padanya."Maaf, aku terlambat. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku terlebih dahulu." Miu Miu memberikan alasan atas keterlambatannya. Louis tersenyum layaknya orang bodohh saat mendengar suara merdu nan lembut berbicara. "Tidak masalah. Aku juga sering terlambat karena pekerjaanku. Kau mau minum apa? Aku akan memesannya." Louis memberikan tawaran m
Part 48 - Berbagi Cerita"Ada apa dengan malam ini? Mengapa sepertinya kau sedang memberiku kejutan yang tak terduga?" ucap Lilian ambigu. Perkataannya bisa ditujukan untuk Victor atau Ji Mei yang berdiri di depan wajahnya. Ji Mei segera meraih salah satu tangan Lilian. Kedua bola mata wanita itu bergerak ke sana kemari mencoba untuk mengendalikan diri dari kegugupannya. Victor memberi isyarat pada Joe dan dirinya sendiri segera melingkarkan lengan ke pinggang Lilian. "Lebih baik kita masuk dan bicarakan di dalam." Victor menarik tubuh Lilian tiba-tiba membuat pandangan wanita itu beralih padanya. Pegangan tangan Ji Mei pada Lilian terlepas dan wanita itu mengangguk. Victor memberi ruang agar Ji Mei dan Joe bisa melangkah masuk terlebih dahulu ke dalam rumahnya. Lilian berdiri di samping Victor menatap punggung Ji Mei dan Joe dari belakang dengan kedua alis bertaut. 'Apakah selama ini Ji Mei merahasiakan hubungannya dengan aktor itu?' batin Lilian menebak tepat sasaran. Mereka se
Part 47: Kebetulan Apalagi? Lilian melirik ke arah Victor dengan kedua alis bertaut. Merasa aneh. Pria itu tersenyum sendiri sambil melihat layar ponsel. Rasa penasaran menjalar ke dalam kepala Lilian. "Apa yang membuatmu tersenyum seperti orang bodoh seperti itu?" tanya Lilian tak bisa menahan diri. "Topik panas weibo," jawab Victor singkat. Pria itu tetap tersenyum. Lilian membuang pandangan ke jendela luar menatap awan yang seolah sedang menyapanya dengan ramah. Cuaca saat penerbangan kali ini sangat bagus. Sebentar lagi, Lilian kembali menginjakan kaki ke tanah Shanghai. Rasanya baru beberapa hari, ia memutuskan pulang ke Beijing, kini sudah harus kembali lagi ke Shanghai. Victor menyikut lengan Lilian membuat wanita itu menoleh. "Kau tidak melihat weibo?" tanya Victor dan Lilian menggeleng tak acuh. "Nama kita masih masuk dalam pencarian panas, ditambah berita mengejutkan dunia hiburan oleh dua orang bocah tengil itu," ujar Victor dengan senyum merekah.Kembali lagi, dahi L
Part 46: BerdamaiVictor, Lilian dan kedua orang tua Lilian, makan malam bersama. Mereka memesan sebuah tempat untuk berkumpul. Nyonya Ma tidak bisa melepaskan pandangannya dari sosok calon menantunya. Putra dari keluarga Zhang terlahir begitu menawan, pesonanya tidak main-main. Beruntung, Lilian bersedia menerima Victor. Nyonya Ma merasa sangat bahagia melihat putrinya duduk berdampingan dengan Victor Zhang. Wanita itu sudah mencari tahu semua hal tentang Victor. Sudah banyak sekali prestasi yang ditorehkan oleh pria itu dalam dunia bisnis. Victor juga bukan tipe pria hidung belang yang memiliki kekasih banyak. Ditambah lagi fisik Victor Zhang sangat proporsional hampir terlihat sempurna, begitu cocok dengan anaknya yang cantik parasnya. "Senang sekali mendengar kalian setuju untuk menikah," kata Nyonya Ma. "Semua berkat campur tangan Bibi, kami bisa seperti ini," jawab Victor merendah. "Kenapa kau masih memanggilku, Bibi? Panggil aku Ibu. Kau sudah menjadi bagian dari keluarga i
Oscar duduk di tangga darurat perusahaannya. Pria itu sedang merenungi keputusannya dan nasib yang kurang beruntung baginya. Oscar mengenang kejadian di mana dirinya memulai persahabatan dengan Lilian saat mereka masih di bangku Sekolah Menengah Atas. Saat itu, Lilian menjadi siswa pendiam yang memilih untuk duduk menyendiri, menjauhi keramaian. Lilian dikucilkan karena memiliki wajah cantik. Terdengar aneh, tetapi begitulah kenyataannya. Semua itu terjadi karena beberapa siswi lain iri dengan kecantikan Lilian membuat wanita itu tersingkirkan. Oscar mendekati Lilian dengan tujuan hanya sekadar ingin berteman karena pria itu merasa kasihan melihat Lilian harus melakukan semua hal sendirian. Mereka berdua menjadi dekat satu sama lain. Oscar sering mengantar Lilian pulang ke rumahnya. Lilian tinggal bersama kakek dan neneknya. Lilian sama sekali tidak pernah menyebut semua hal tentang kedua orang tuanya dan Oscar sendiri tidak ingin mencari tahunya. Saat di sekolah, cukup banyak yang
Mature Part Pasangan yang telah dibutakan oleh hasrat dan cinta berbelok ke hotel sekaligus apartemen tempat tinggal Lilian dan Peter. Tempat itu adalah tempat terdekat yang bisa mereka jangkau. Keinginan keduanya untuk bercinta begitu besar. Lilian berubah menjadi wanita penuh nafsu jika berdekatan dengan Victor, pun begitu pula yang Victor rasakan.Keuntungan Lilian menjadi anak dari pemilik hotel serta apartemen itu adalah memiliki akses khusus untuk pergi ke tempat tinggalnya. Victor tidak ingin banyak bertanya. Mereka berdua memilih untuk bungkam, menutup mulut sepanjang perjalanan. Lilian memasukkan kata sandi apartemennya dan mereka melangkah masuk ke dalam tanpa memedulikan keadaan sekitar. Lilian menuntun Victor untuk mengekornya masuk ke dalam kamar.Victor lebih dulu masuk ke dalam kamar yang ditempati oleh Lilian. Saat wanita cantik itu menutup pintu, Victor merapatkan tubuhnya ke punggung Lilian. Pria tampan itu memberi kecupan pada salah satu telinga Lilian dan memberi
Part 43: Lamaran JoeJoe yang sedang duduk bersantai menikmati hari liburnya di tepi danau bersama dengan Ji Mei terkejut saat kekasihnya berteriak begitu kencang dari dalam rumah. Aktor tampan itu bergegas meninggalkan tempat duduk, mencari keberadaan Ji Mei. Jantungnya berdetak begitu kencang saat melihat Ji Mei duduk menyandar di pinggiran ranjang. Wanita itu tampak menatap lurus ke arah depan dengan tatapan kosong. Joe berjalan dengan sangat pelan untuk mencari tahu mengapa kekasihnya berteriak histeris lalu duduk terdiam di lantai. Joe menyentuh bahu Ji Mei. Air mata Ji Mei meleleh membasahi pipi wanita itu. Ji Mei menangis tanpa suara. Joe merasa panik seketika melihat kekasihnya bertingkah demikian. "Ji Mei, kau kenapa? Ada apa denganmu? Apa yang terjadi?" Joe menggoyangkan lengan Ji Mei dengan sangat lembut. Aktor tampan itu mencari sesuatu yang mungkin menjadi penyebab Ji Mei bertingkah demikian dan benar saja, di samping tempat wanita itu duduk, layar ponselnya menyala me
Victor tersenyum senang saat semua rencananya berjalan sesuai dengan keinginannya. Pria itu sengaja mengabaikan wajah masam Lilian yang berdiri mencoba menutupi wajah cantiknya, bersembunyi di balik tubuh Victor. Upaya Victor untuk mengikat Lilian agar tidak bisa kabur lagi darinya sangat tidak main-main. Dirinya bahkan menyuruh Xiao Pang untuk memberitahu para reporter mengenai keberadaannya. Victor ingin reporter itu mengangkat berita tentang kisah cintanya bersama Lilian. Keinginan Victor diberikan lampu hijau oleh calon ayah mertuanya yaitu, tuan Ma. Tuan Ma Hua memberi izin agar Lilian dikenalkan ke publik sebagai putrinya melalui Victor.Victor menarik Lilian agar berdiri tepat di sampingnya. Suasana hotel cukup gaduh karena tidak hanya reporter, tetapi juga para tamu hotel yang mengenali mereka segera mengambil foto serta video. Sebelumnya, Victor telah meminta izin untuk merepotkan pihak hotel dibantu dengan tuan Ma. Pemilik hotel di sana adalah rekan bisnis tuan Ma. Dengan a