"Xiao xiao mengundang kita untuk datang ke pestanya lusa malam." Ji Mei memberi tahu pada Lilian pada saat mereka berdua sedang bersiap untuk pergi ke kantor.
Lilian menoleh lalu mengerutkan dahi. "Pesta? Apakah dia berulang tahun? Atau merayakan untuk kenaikan jabatan?"
Ji Mei menggoyangkan telunjuknya ke kanan kiri. "Dia mengadakan pesta untuk melepas masa lajang." Lilian melotot mendengarnya.
"Kau yakin?" Lilian memastikan. Ji Mei mengangguk sambil tersenyum kecut.
"Aku sungguh iri padanya. Dia akan menikah dengan seorang pengusaha kaya raya. Sungguh beruntung hidupnya. Bekerja di toko roti, lalu bertemu 'pangeran kaya raya' dan diajak menikah. Ah- terasa seperti dongeng." Ji Mei mengungkapkan isi hatinya.
"Wah, benar-benar mengesankan. Kisah cintanya sangat mulus. Aku juga iri," ungkap Lilian.
"Kau akan mengajak Oscar?" tanya Ji Mei. Lilian mengangguk.
"Ya. Dia pasti tidak akan menolak untuk menemaniku di sana. Bagaimana denganmu?" Ji Mei tersenyum masam.
"Kau menanyakan itu padaku? Tentu saja, aku akan pergi seorang diri." Ji Mei berpura-pura merajuk.
"Tenang, Sayang. Aku dan Oscar akan menemanimu. Kau tidak akan kesepian."
***
Lilian bekerja sebagai komikus di Shanghai Publishing. Komikus menjadi pekerjaan tetap Lilian sejak tiga tahun lalu, sejak ia memenangkan juara 2 event manhua online terbesar di daratan Tiongkok. Keterampilannya dulu hanya dipakai sebatas hobi, tetapi kini Lilian menjadikannya mata pencarian utama.
Genre yang diusung oleh Lilian adalah Qihuan. Sebuah cerita fiksi fantasi yang mengandung unsur magic. Jika seseorang melihat penampilan Lilian, maka tidak ada yang percaya jika wanita itu seorang komikus yang menggambar cerita seputar hewan buas yang memiliki kekuatan sihir atau makhluk-makhluk mitos lainnya. Semua orang yang tidak mengenal apa pekerjaan Lilian, akan mengatakan wanita itu seorang model atau selebriti karena kecantikannya yang berada di atas rata-rata.
Lilian melangkahkan kakinya ke dalam sebuah gedung tinggi dengan wajah berseri. Memasukkan kode ID dan wanita itu menyapa setiap orang yang berpapasan dengannya.
"Selamat pagi." Kata itu terus keluar dari mulutnya sampai ia tiba di ruang kerjanya.
Lilian menyiapkan peralatan kerjanya. Hari ini, ia harus menyelesaikan tiga episode agar di akhir pekan, ia bisa sedikit bersantai menikmati waktu liburnya.
"Selamat pagi, Lilian," sapa Wu Lei, salah satu rekan kerjanya yang juga berprofesi sebagai komikus.
Lilian tersenyum. "Selamat pagi. Bagaimana keadaanmu hari ini? Apa kau sudah lebih baik?" Wu Lei mengangguk. "Aku sudah tidur sepanjang hari. Tenagaku sudah terkumpul sepenuhnya. Aku sudah siap, bekerja keras lagi." Wu Lei dan Lilian ber-highfive.
Keduanya kembali pada kesibukan masing-masing. Sebelum mulai menggambar, Lilian mengirimkan pesan pada sahabatnya, Oscar.
Hubungi aku jika kau senggang
Setelah mengirimkan pesan Wechat, Lilian kembali fokus pada gambarannya.
***
Oscar telah menghubungi Lilian dan setuju untuk menemani wanita itu menghadiri acara teman sekolahnya. Saat ini, Lilian sedang mencoba beberapa dress sebelum ia memutuskan untuk memakai yang mana saat ke pesta nanti.
"Kau cantik mengenakan apa pun," puji Ji Mei. Lilian tersipu.
"Kau pun sama. Selalu cantik memakai apa pun," balas Lilian.
Keduanya sibuk mematut penampilan di depan cermin. Mereka saling mengacungkan jempol melihat tampilan akhir.
"Bagaimana dengan Oscar?" tanya Ji Mei. Lilian mengedikkan bahu. "Aku sedang berusaha meneleponnya." Lilian tampak sibuk dengan ponselnya. Wanita itu emncoba menghubungi pria yang juga sahabat baiknya.
"Ponselnya tidak aktif." Raut wajah Lilian tampak cemas. Ji Mei mendekati dan merangkul bahunya.
"Apa mungkin, Oscar lembur dan kehabisan daya untuk menghubungimu?" Ji Mei menebak-nebak.
Lilian mengangguk ragu. "Mungkin saja. Pekerjaannya sangat sibuk. Mungkin saja, dia masih lembur dan akan menyusul nanti."
"Sudahlah. Ayo, kita pergi sekarang. Ini waktunya untuk kita bersenang-senang." Ji Mei merangkul Lilian yang masih tampak muram karena Oscar belum memberinya kabar.
Ji Mei mengendarai mobil pribadinya untuk menuju salah satu tempat di Xuhui Distrik. Sebuah kelab malam adalah tujuan kedua wanita cantik itu.
đ¤đ¤đ¤
Lilian dan Ji Mei disambut dengan suara bising, kepulan asap rokok dan juga alkohol. Ji Mei dan Lilian bergerak meliuk-liukkan tubuh sambil berjalan pelan mengamati keadaan sekitar. Kedua wanita itu bukanlah makhluk polos yang sama sekali tidak mengenal dunia gemerlap malam. Justru sebaliknya, Lilian dan Ji Mei sering kali menghabiskan waktu mereka bersenang-senang di sana sekadar untuk melepas penat.
"Hari ini meriah sekali. Menyenangkan!" teriak Ji Mei sambil menggoyangkan badannya mengikuti irama musik.
"Ji Mei! Kita kemari bukan untuk kesenangan diri sendiri. Kita menghadiri pesta Xiaoxiao. Ayo, cepat temui Xiaoxiao!" Lilian menggeret lengan Ji Mei yang sedang terkekeh geli karena melupakan tujuan awalnya datang ke sana.
Pesta Xiaoxiao diadakan di lantai dua. Tempat yang cukup privasi. Tidak banyak orang yang bisa menyewa tempat di sana kecuali, orang-orang kalangan atas. Lilian dan Ji Mei diperbolehkan masuk karena menunjukkan undangan yang diberikan khusus pada mereka.
"Lilian, Ji Mei! Hi, akhirnya, kalian datang juga," teriak Xiaoxiao antusias. Ketiganya berpelukan sambil melompat-lompat kegirangan.
"Selamat Xiaoxiao untuk pertunanganmu. Sebentar lagi kau akan menjadi pengantin paling cantik yang pernah ada," puji Lilian menyenangkan hati teman baiknya.
"Xiaoxiao, gadis paling beruntung yang pernah kukenal. Aku turut bahagia mendengar kabar baik ini." Ji Mei turut memuji.
Xiaoxiao mengibaskan telapak tangan ke depan wajah. "Sudahlah, sudahlah! Kalian berhenti memujiku. Aku berterima kasih kalian menyempatkan hadir di pestaku. Aku harap kita semua bersenang-senang malam ini." Ketiganya mengangguk antusias.
Xiaoxiao pergi sebentar meninggalkan Lilian dan Ji Mei bersama tamu lainnya. Lilian memilih segelas Tequilla, sedangkan Ji Mei memilih segelas Wisky, kedua wanita itu melakukan tos dan menyesapi minuman beralkohol itu dengan bahagia.
Mereka bersama dengan tamu Xiaoxiao lainnya berbaur, bersenang-senang sambil menari-nari melepaskan beban dan penat. Beberapa pria yang hadir menjadi tamu di pesta itu mengajak Lilian atau pun Ji Mei untuk berkenalan. Calon suami Xiaoxiao adalah pengusaha kelas atas, sudah tentu tamu mereka berada pada level yang sama.
"Pria dengan kemeja abu-abu itu, sepertinya menyukaimu. Dia terus menerus menatapmu," bisik Ji Mei. Lilian menggeleng tak acuh.
"Aku sama sekali tidak tertarik dengan semua pria yang ada di sini. Di mataku, pria paling menarik dan kucintai hanya satu, Oscar seorang." Lilian menjawab dengan sangat penuh percaya diri.
Ji Mei mencibir sahabatnya itu. "Sudah berjalan enam tahun, kau terus mengatakan itu, tetapi hubunganmu dan Oscar tidak ada kejelasan." Lilian memberengut kesal.
"Aku akan mengungkapkan perasaanku saat dia merayakan ulang tahun bulan depan," kata Lilian dan Ji Mei bertepuk tangan.
"Aku mendukungmu. Aku pikir, dia terlalu takut untuk mengungkapkan perasaannya padamu karena status persahabatan kalian. Tidak masalah jika kau yang lebih dulu menyatakannya. Setelah itu, mungkin dia akan melamarmu." Lilian tersenyum bahagia mendengar perkataan Ji Mei.
Sudah hampir enam tahun, Lilian dan Oscar bersahabat. Mereka selalu bersama. Oscar adalah pria yang selalu melindungi bahkan membela Lilian ketika berkelahi atau dibully semasa kuliah. Oscar memperlakukan Lilian layaknya seorang kekasih. Pria itu akan selalu ada ketika Lilian butuhkan. Karena sikap Oscar seperti itu membuat Lilian jatuh cinta padanya. Namun, Lilian tidak berani mengatakan perasaan terpendamnya.
Lilian menganggap Oscar sebagai kekasihnya meskipun belum ada pernyataan resmi dari mereka berdua. Oleh karena itu, Lilian sudah meyakinkan diri jika bulan depan, tepat pada ulang tahun Oscar, Lilian akan menyatakan perasaan cintanya pada pria itu.
Xiaoxiao dan calon suaminya berteriak memanggil semua tamu pestanya untuk mendekat pada meja dan bersulang bersama. Mereka juga menyiapkan topeng untuk dipakai para tamu. Topeng itu digunakan untuk sebuah permainan yang berhadiah. Hanya terdapat dua pasang topeng pasangan. Jika berhasil mendapatkan topeng istimewa itu dan dipakai oleh lawan jenis, maka akan mendapatkan hadiah uang sebesar 20.000 yuan untuk masing-masing pasangan.
"Jika aku mendapatkannya, aku akan membelikanmu tas baru," bisik Lilian.
"Jika aku yang mendapatkannya, aku akan mentraktirmu es krim satu bulan penuh." Lilian menyikut lengan Ji Mei dan menggerutu. "Kau pelit sekali." Ji Mei hanya menjulurkan lidah kepada Lilian.
Mereka berpencar, mencari topeng istimewa itu di sekitar tempat pesta. Lilian menemukan sebuah topeng berwarna merah lalu ia pakai begitu saja tanpa memikirkan topeng pasangan atau bukan? Wanita itu berdiri sendirian sambil bergoyang-goyang dengan segelas wisky di tangannya. Beberapa pria berdiri mendekatinya, tetapi ditolak oleh Lilian dan mereka semua menghindar, menghormati permintaan wanita itu.
Tubuh Lilian mendadak sedikit oleng. Lilian pikir, bokongnya akan merasakan kerasnya lantai, tetapi ternyata tidak. Lengan seseorang melingkari pinggangnya, menahan Lilian agar tidak jatuh ke lantai. Pandangan Lilian sedikit mengabur karena banyaknya kabut asap di sekitar mereka.
Saat Lilian mencoba membuka mata lebih jelas, tubuhnya terdorong dan merapat pada tubuh pria yang memakai topeng hitam dengan sedikit corak merah di bagian matanya. Detik berikutnya, bibir mereka bersentuhan satu sama lain. Entah siapa yang melakukannya, tetapi yang jelas mereka berciuman. Tidak hanya saling menempel, tetapi pria itu mengecupnya beberapa kali membuat jantung Lilian berdetak tidak karuan.
'Oh, tidak! Topeng membawa malapetaka!' batin Lilian.
Mereka memisahkan diri dan saling pandang satu sama lain meskipun pandangan Lilian tidak begitu jelas melihat pria asing yang tiba-tiba menciumnya. Saat dirinya masih berusaha mengamati wajah pria bertopeng yang berdiri di depannya, tanpa diduga MC pesta Xiaoxiao mendekati mereka berdua dengan teriakan heboh. Konsentrasi Lilian terbelah, apalagi saat MC mengatakan jika mereka merupakan pasangan yang berhak mendapatkan hadiah sebesar 20.000 yuan. Rasa penasaran Lilian terhadap pria itu terlupakan, dia lebih bersemangat menyambut hadiah uang tunai yang jumlahnya tidak sedikit itu.
"Kita memenangkannya!" teriak Lilian pada pria asing yang kini berdiri di sampingnya.
Lilian tampak menghitung jumlah lembar uang itu dan membaginya menjadi dua, sama besar. "Ini untukmu." Lilian menyodorkan uang itu ke depan tubuh pria dengan kemeja hitam, terlihat sangat rapi.
"Untukmu saja. Aku tidak membutuhkannya." Setelah mengatakan perkataan seperti itu. Pria itu pergi meninggalkan Lilian sendirian.
Lilian sempat diam sejenak, lalu tertawa girang mendengar penolakan pria asing itu. Dirinya sangat bahagia karena bisa menikmati uang itu sendirian. Lilian kembali menegak minuman di sana sambil bergoyang bersama kenalannya. Ji Mei belum kembali dari toilet setelah 15 menit berlalu.
"Ciuman tadi masih terasa hangat di bibir ini. Oh, astaga! Apa yang kupikirkan?! Seharusnya aku mencari dan memakinya, bertanya mengapa dia menciumku tanpa izin?!" gumam Lilian menyadari kebodohannya.
Lilian menatap sekitarnya dan nihil. Jejak pria itu sama sekali tidak ditemukan. "Jika bertemu lagi, aku tidak akan lupa untuk memakinya!"
Enam pasang mata menatap satu titik. Seorang pria berjalan bak supermodel melewati puluhan orang yang sedang asyik bergerak meliukkan tubuh menikmati irama musik. Ekspresi masam tercetak jelas di wajah Victor saat menyapa ketiga sahabatnya yang terlihat begitu puas menertawainya. "Welcome to the club, my brother!" teriak Joe yang sangat semringah menyambut kedatangan Victor. "Selamat, Brother! Kau terlambat 28 menit." Jeff menyindir Victor tanpa belas kasih. "Bersiaplah menerima hukumanmu," goda Louis membuat Victor mendengkus. 'Sial! Mereka pasti telah menyiapkan hukuman tidak jelas untukku. Baru kali ini, aku merasakan kalah taruhan.' Victor menggerutu di dalam batinnya.Victor memasang ekspresi wajah masam. Penampilan Victor benar-benar menunjukkan jati diri sebagai seorang pimpinan sebuah perusahaan yang selalu berpakaian formal, kemeja, dasi, celana kain, jas dan sepatu hitam mengkilap. Louis menuangkan champagne ke dalam sebuah gelas lalu menyodorkannya kepada Victor. "Kau
Ji Mei pamit untuk pergi ke toilet. "Aku akan ke toilet sebentar." teriak Ji Mei di samping telinga Lilian. Wanita itu menoleh dan menatap Ji Mei. "Kau mau aku temani?" Ji Mei menggeleng. Menolak tawaran Lilian. "Tidak perlu. Kau bersenang-senang saja di sini. Lagipula, di sini sangat aman. Kau tidak perlu khawatir. Aku akan segera kembali." Lilian mengangguk. Ji Mei pergi meninggalkan Lilian dengan membawa serta tasnya. Wanita itu sudah tidak tahan untuk membuang air kecil. Suhu ruangan yang rendah serta pakaiannya cukup terbuka membuat keinginan buang air semakin besar. Ji Mei melewati beberapa meja. Tidak jarang ia mendapatkan godaan dari pria hidung beelang, tetapi tidak ada yang ditanggapi olehnya. Wanita itu terus berjalan menuju toilet. Ji Mei sudah beberapa kali ke kelab malam ini, ia juga memiliki akses VVIP sehingga bisa memakai fasilitas toilet yang hanya bisa dipakai pemilik akses VVIP saja, tidak perlu mengantre bersama tamu lainnya seperti toilet umum yang ada di luar
Joe memicingkan mata, memastikan jika ia tidak salah melihat orang. Meskipun ditutupi oleh topeng putih, Joe masih bisa mengenalnya dengan baik. Aktor tampan itu meminta izin kepada dua sahabatnya untuk pergi sebentar. Tidak mengatakan tujuan spesifiknya kepada Louis dan Jeff. Kedua sahabatnya pun tidak ambil pusing dengan kepergian Joe. Mereka pikir, Joe hanya ingin buang air kecil yang sangat manusiawi. Joe rela melewatkan momen hukuman Victor demi memastikan sesuatu. Langkah kakinya menyusuri tempat sepi. Beberapa penjaga yang sudah mengenal baik dirinya mempermudah seluruh akses untuk Joe dalam kelab itu. Berjalan mengendap-endap mengikuti perjalanan seseorang yang berada di depannya. Joe sudah sangat yakin jika dirinya tidak akan salah orang. Wajah Joe berseri. Senyumannya merekah cerah. Waktu larut malam, tidak mengendorkan semangatnya. Joe sengaja menarik dan membekap mulut wanita yang baru saja keluar dari toilet untuk kembali masuk ke sana. Tidak disangka jika wanita itu k
Ada dua alasan mengapa Louis masih duduk manis menyesapi champagne di kelab. Alasan pertama, karena masih ingin bersenang-senang, mencari mangsa untuk menemaninya tidur malam ini. Alasan kedua, Louis menunggu Joe yang tak kunjung kembali sudah lebih dari 20 menit. Dompet Joe masih berada di atas meja. Kebiasan buruk aktor tampan itu ketika berkumpul bersama para sahabat dan juga kru drama atau film, jika ingin pergi ke toilet ia akan meninggalkan dompetnya di atas meja tempat mereka berkumpul. Mata Louis berkeliling menelisik satu per satu penampilan wanita yang berjalan menggoda di depannya. Meskipun Louis sering berganti wanita untuk kencan, tetapi ia juga sangat selektif untuk memilihnya. Bentuk tubuh, ukuran dada dan juga bokong harus seimbang di matanya. Ketika Louis ingin beranjak dari tempat duduknya untuk turun ke lantai dansa, Joe muncul. Jika orang awam yang menilai penampilan Joe saat itu, tentu tidak merasa ada yang aneh atau janggal, tetapi Louis dengan seribu pengalam
Lilian sudah membersihkan diri. Penampilannya kini sudah sangat segar. Ji Mei telah membalas pesannya semalam dan mengatakan jika semalam ia harus pergi menginap ke rumah saudaranya secara mendadak. Tidak ada alasan untuk Lilian tidak mempercayainya. Dengan ditemani satu mangkok mie tomat dan segelas jus jeruk, Lilian duduk manis di meja makan. Komikus cantik itu setiap hari memiliki rutinitas untuk mengecek peringkat komiknya. Kedua ujung bibir Lilian tertarik ke atas. Komiknya masih masuk dalam 3 judul terpopuler. Lilian lalu beralih untuk melihat e-mail. Manajernya mengirimkan draft surat perjanjian pembelian hak adaptasi untuk komiknya. Lilian bisa hidup berkecukupan karena tiga judul komiknya telah diadaptasi ke sebuah series atau drama animasi. Rating untuk drama animasi itu pun memuaskan sehingga pundi-pundi uang terus berdatangan padanya. Hanya saja, sampai saat ini, Lilian belum ingin menunjukkan wajahnya secara langsung kepada para pembaca setia komiknya. Lilian telah dides
Ji Mei berdiri gugup di samping Joe. Ketiga pria di depannya terasa seperti bukan manusia karena kadar ketampanan yang cukup tinggi. Mulutnya seakan kaku untuk terbuka dan memberi sapaan. Ji Mei sudah terbiasa hidup dengan pria tampan seperti kekasihnya, Joe. Akan tetapi, dirinya tetap saja lemah ketika terserang tiga visual sekaligus. Ji Mei menatap satu per satu sahabat Joe. Salah satu, di antara ketiga orang itu Ji Mei mengenalnya karena pria itu adalah seorang penyanyi terkenal. "Ketiga pria ini adalah sahabatku." Joe menoleh ke arah Ji Mei melihat ekspresi kekasihnya yang gugup, tersipu serta salah tingkah. Joe sedikit kesal melihat respon Ji Mei. "Pria dengan kemeja putih itu adalah pria tertua di antara kami berempat. Louis Yu, seorang dokter spesialis anak, pewaris Shanghai Hospital." Louis tersenyum manis sambil mengangkat telapak tangannya menyapa Ji Mei. "Pria dengan kemeja bermotif itu, kau pasti mengenalnya, bukan?" Joe melirik Ji Mei yang mengangguk kaku di sampingnya
"Kau sangat aneh? Ada apa sebenarnya? Apa ada yang terjadi semalam?" selidik Ji Mei pada Lilian. Wanita dengan penampilan modis dan seksi itu tampak menghela napas berat lalu menggeleng. "Semuanya baik-baik saja. Hanya saja, ada beberapa hal yang mengganggu pikiranku." Lilian tidak ingin menceritakan kejadian ciuman semalam pada Ji Mei."Lalu ... apa maksud ucapanmu tadi?" desak Ji Mei penasaran.Lilian kembali menggeleng. "Aku hanya asal bicara. Lupakan saja." Ji Mei memicing ke arah Lilian yang menghindari tatapannya. "Lalu, sejak kapan kau menggambar seperti ini? Menggambar karakter manusia dengan sangat jelas? Apa kau akan mengubah genre cerita komikmu?" Ji Mei mencoba mengorek informasi lebih detail. "Aku hanya asal menggambar. Aku tetap mencintai nagaku. Tapi aku harus meluruskan informasi padamu bahwa aku sudah pernah membuat komik Xianxia seorang raja iblis tampan dan peri bunga yang cantik. Bahkan akan diangkat menjadi drama." Ji Mei menelan saliva mendengar penjelasan det
Victor tersenyum mendengar kabar jika Jeff bersedia menjadi bintang tamu untuk kelabnya di Shanghai. Victor baru saja kembali dari Beijing kemarin, dan malam ini ia akan datang ke kelab bersama para sahabatnya untuk melihat penampilan Jeff. Hanya memberi pengumuman lewat media sosial, suasana kelab menjadi sangat padat. Victor datang lebih awal dari para sahabatnya untuk memantau keadaan kelab, memastikan jika semuanya aman. Victor menambah bodyguard yang berjaga untuk keamanan. Pemeriksaan pun ikut diperketat, Victor berjaga-jaga agar tidak terjadi sesuatu yang bisa mengakibatkan kegaduhan. Pria dengan kemeja putih slim fit, mencetak jelas semua otot dada dan lengannya memilih berdiri di lantai teratas yang ada di kelab itu. Memantau orang-orang yang memadati lantai dansa.Kelab malam adalah investasi paling menjanjikan untuk menghasilkan pundi-pundi uang yang berlimpah meskipun begitu banyak risiko yang mungkin terjadi, seperti perkelahian dan tindak kriminal lainnya. Meskipun begi
Joe dan Ji Mei telah menghadap pimpinan agensi yang menaungi Joe selama berkarir menjadi aktor. Mereka berdua meminta izin dan membuat kesepakatan sebelum rencana kemunculan mereka untuk memberikan pengumuman rencana pertunangan. Pimpinan agensi Joe memberikan izin serta memberikan selamat atas pertunangan Joe dan Ji Mei. Pihak manajemen akan ikut memantau jika ada penggemar yang bertindak berlebihan, mereka akan membantu untuk melaporkan ke pihak yang berwajib. Joe dan Ji Mei keluar dari kantor agensi bersamaan. Mereka berjalan berdampingan ditemani oleh manajer, asisten pribadi serta dua bodyguard yang biasa mengawal Joe. Keduanya tidak takut untuk tertangkap kamera karena berjalan bersama. Mereka akan kembali ke apartemen dan membuat pernyataan di weibo. Joe memilih untuk masuk ke dalam ruang kerjanya setelah mereka sampai di apartemen. Ji Mei sendiri memilih untuk menyiapkan pakaian yang akan dipakai Joe besok untuk berangkat ke Guangzhou untuk pemotretan sampul majalah. Pekerja
Part 49: Kisah Louis - Miu MiuKetidak sengajaan ciuman pada waktu di Rumah Sakit mengantarkan Louis dan Miu Miu menjadi pasangan kekasih. Jika sebelumnya, Louis lah yang meminta Miu Miu untuk menghubunginya, maka sebaliknya yang terjadi, Louis yang mengajak Miu Miu untuk bertemu lagi di luar Rumah Sakit. Louis mengajak Miu Miu untuk bertemu di salah satu Kafe yang hanya menjual makanan camilan dan juga kopi. Miu Miu setuju untuk datang. Setelah sepuluh menit Louis menunggu kehadiran wanita cantik nan seksi itu, wajah segar Miu Miu menyapanya dengan ramah. Gelenyar aneh kembali menghampiri Louis. Sebelumnya, semua itu tidak pernah terjadi padanya."Maaf, aku terlambat. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku terlebih dahulu." Miu Miu memberikan alasan atas keterlambatannya. Louis tersenyum layaknya orang bodohh saat mendengar suara merdu nan lembut berbicara. "Tidak masalah. Aku juga sering terlambat karena pekerjaanku. Kau mau minum apa? Aku akan memesannya." Louis memberikan tawaran m
Part 48 - Berbagi Cerita"Ada apa dengan malam ini? Mengapa sepertinya kau sedang memberiku kejutan yang tak terduga?" ucap Lilian ambigu. Perkataannya bisa ditujukan untuk Victor atau Ji Mei yang berdiri di depan wajahnya. Ji Mei segera meraih salah satu tangan Lilian. Kedua bola mata wanita itu bergerak ke sana kemari mencoba untuk mengendalikan diri dari kegugupannya. Victor memberi isyarat pada Joe dan dirinya sendiri segera melingkarkan lengan ke pinggang Lilian. "Lebih baik kita masuk dan bicarakan di dalam." Victor menarik tubuh Lilian tiba-tiba membuat pandangan wanita itu beralih padanya. Pegangan tangan Ji Mei pada Lilian terlepas dan wanita itu mengangguk. Victor memberi ruang agar Ji Mei dan Joe bisa melangkah masuk terlebih dahulu ke dalam rumahnya. Lilian berdiri di samping Victor menatap punggung Ji Mei dan Joe dari belakang dengan kedua alis bertaut. 'Apakah selama ini Ji Mei merahasiakan hubungannya dengan aktor itu?' batin Lilian menebak tepat sasaran. Mereka se
Part 47: Kebetulan Apalagi? Lilian melirik ke arah Victor dengan kedua alis bertaut. Merasa aneh. Pria itu tersenyum sendiri sambil melihat layar ponsel. Rasa penasaran menjalar ke dalam kepala Lilian. "Apa yang membuatmu tersenyum seperti orang bodoh seperti itu?" tanya Lilian tak bisa menahan diri. "Topik panas weibo," jawab Victor singkat. Pria itu tetap tersenyum. Lilian membuang pandangan ke jendela luar menatap awan yang seolah sedang menyapanya dengan ramah. Cuaca saat penerbangan kali ini sangat bagus. Sebentar lagi, Lilian kembali menginjakan kaki ke tanah Shanghai. Rasanya baru beberapa hari, ia memutuskan pulang ke Beijing, kini sudah harus kembali lagi ke Shanghai. Victor menyikut lengan Lilian membuat wanita itu menoleh. "Kau tidak melihat weibo?" tanya Victor dan Lilian menggeleng tak acuh. "Nama kita masih masuk dalam pencarian panas, ditambah berita mengejutkan dunia hiburan oleh dua orang bocah tengil itu," ujar Victor dengan senyum merekah.Kembali lagi, dahi L
Part 46: BerdamaiVictor, Lilian dan kedua orang tua Lilian, makan malam bersama. Mereka memesan sebuah tempat untuk berkumpul. Nyonya Ma tidak bisa melepaskan pandangannya dari sosok calon menantunya. Putra dari keluarga Zhang terlahir begitu menawan, pesonanya tidak main-main. Beruntung, Lilian bersedia menerima Victor. Nyonya Ma merasa sangat bahagia melihat putrinya duduk berdampingan dengan Victor Zhang. Wanita itu sudah mencari tahu semua hal tentang Victor. Sudah banyak sekali prestasi yang ditorehkan oleh pria itu dalam dunia bisnis. Victor juga bukan tipe pria hidung belang yang memiliki kekasih banyak. Ditambah lagi fisik Victor Zhang sangat proporsional hampir terlihat sempurna, begitu cocok dengan anaknya yang cantik parasnya. "Senang sekali mendengar kalian setuju untuk menikah," kata Nyonya Ma. "Semua berkat campur tangan Bibi, kami bisa seperti ini," jawab Victor merendah. "Kenapa kau masih memanggilku, Bibi? Panggil aku Ibu. Kau sudah menjadi bagian dari keluarga i
Oscar duduk di tangga darurat perusahaannya. Pria itu sedang merenungi keputusannya dan nasib yang kurang beruntung baginya. Oscar mengenang kejadian di mana dirinya memulai persahabatan dengan Lilian saat mereka masih di bangku Sekolah Menengah Atas. Saat itu, Lilian menjadi siswa pendiam yang memilih untuk duduk menyendiri, menjauhi keramaian. Lilian dikucilkan karena memiliki wajah cantik. Terdengar aneh, tetapi begitulah kenyataannya. Semua itu terjadi karena beberapa siswi lain iri dengan kecantikan Lilian membuat wanita itu tersingkirkan. Oscar mendekati Lilian dengan tujuan hanya sekadar ingin berteman karena pria itu merasa kasihan melihat Lilian harus melakukan semua hal sendirian. Mereka berdua menjadi dekat satu sama lain. Oscar sering mengantar Lilian pulang ke rumahnya. Lilian tinggal bersama kakek dan neneknya. Lilian sama sekali tidak pernah menyebut semua hal tentang kedua orang tuanya dan Oscar sendiri tidak ingin mencari tahunya. Saat di sekolah, cukup banyak yang
Mature Part Pasangan yang telah dibutakan oleh hasrat dan cinta berbelok ke hotel sekaligus apartemen tempat tinggal Lilian dan Peter. Tempat itu adalah tempat terdekat yang bisa mereka jangkau. Keinginan keduanya untuk bercinta begitu besar. Lilian berubah menjadi wanita penuh nafsu jika berdekatan dengan Victor, pun begitu pula yang Victor rasakan.Keuntungan Lilian menjadi anak dari pemilik hotel serta apartemen itu adalah memiliki akses khusus untuk pergi ke tempat tinggalnya. Victor tidak ingin banyak bertanya. Mereka berdua memilih untuk bungkam, menutup mulut sepanjang perjalanan. Lilian memasukkan kata sandi apartemennya dan mereka melangkah masuk ke dalam tanpa memedulikan keadaan sekitar. Lilian menuntun Victor untuk mengekornya masuk ke dalam kamar.Victor lebih dulu masuk ke dalam kamar yang ditempati oleh Lilian. Saat wanita cantik itu menutup pintu, Victor merapatkan tubuhnya ke punggung Lilian. Pria tampan itu memberi kecupan pada salah satu telinga Lilian dan memberi
Part 43: Lamaran JoeJoe yang sedang duduk bersantai menikmati hari liburnya di tepi danau bersama dengan Ji Mei terkejut saat kekasihnya berteriak begitu kencang dari dalam rumah. Aktor tampan itu bergegas meninggalkan tempat duduk, mencari keberadaan Ji Mei. Jantungnya berdetak begitu kencang saat melihat Ji Mei duduk menyandar di pinggiran ranjang. Wanita itu tampak menatap lurus ke arah depan dengan tatapan kosong. Joe berjalan dengan sangat pelan untuk mencari tahu mengapa kekasihnya berteriak histeris lalu duduk terdiam di lantai. Joe menyentuh bahu Ji Mei. Air mata Ji Mei meleleh membasahi pipi wanita itu. Ji Mei menangis tanpa suara. Joe merasa panik seketika melihat kekasihnya bertingkah demikian. "Ji Mei, kau kenapa? Ada apa denganmu? Apa yang terjadi?" Joe menggoyangkan lengan Ji Mei dengan sangat lembut. Aktor tampan itu mencari sesuatu yang mungkin menjadi penyebab Ji Mei bertingkah demikian dan benar saja, di samping tempat wanita itu duduk, layar ponselnya menyala me
Victor tersenyum senang saat semua rencananya berjalan sesuai dengan keinginannya. Pria itu sengaja mengabaikan wajah masam Lilian yang berdiri mencoba menutupi wajah cantiknya, bersembunyi di balik tubuh Victor. Upaya Victor untuk mengikat Lilian agar tidak bisa kabur lagi darinya sangat tidak main-main. Dirinya bahkan menyuruh Xiao Pang untuk memberitahu para reporter mengenai keberadaannya. Victor ingin reporter itu mengangkat berita tentang kisah cintanya bersama Lilian. Keinginan Victor diberikan lampu hijau oleh calon ayah mertuanya yaitu, tuan Ma. Tuan Ma Hua memberi izin agar Lilian dikenalkan ke publik sebagai putrinya melalui Victor.Victor menarik Lilian agar berdiri tepat di sampingnya. Suasana hotel cukup gaduh karena tidak hanya reporter, tetapi juga para tamu hotel yang mengenali mereka segera mengambil foto serta video. Sebelumnya, Victor telah meminta izin untuk merepotkan pihak hotel dibantu dengan tuan Ma. Pemilik hotel di sana adalah rekan bisnis tuan Ma. Dengan a