"Selamat malam, Pak. Kami mendapat laporan ada kegiatan tak wajar di unit apartment ini!" ujar seorang pria berseragam polisi di depan pintu apartment Antoni Razak."Malam juga, Pak Polisi. Ahh ... mana ada aktivitas mencurigakan seperti itu. Ini hunian mewah dengan sistem keamanan yang bagus kok!" kelit Antoni dengan jantung berdebar kencang dan keringat dingin mulai membanjiri tubuhnya. Monica yang juga berdiri di hadapan polisi tersebut ikut salah tingkah. Dia berusaha untuk segera kabur dari tempat itu. "Om, Monic pamit ya. Sudah malam ntar dicariin sama mamaku!" ujarnya cepat-cepat sambil melangkah ke arah lift."Tunggu dulu, sebentar. Mbak jangan pergi ke mana-mana. Kami akan lakukan pemeriksaan tempat ini!" sergah petugas polisi itu lalu memberi kode ke anak buahnya untuk menjaga Monica.Dia pun meminta Antoni memberi jalan untuk masuk ke unit apartment mewah milik pribadi tersebut. Di atas ranjang, Cherry segera berteriak meminta pertolongan, "Pak Polisi, saya diculik. Tolong
"Dasar perempuan gembel! Berani-beraninya dia berbohong dan berpura-pura jadi korban untuk menjebloskan Monica ke penjara!" lirih Nyonya Diah yang bersebelahan dengan mama Martin di bangku pengunjung persidangan kasus penculikan dan penganiayaan Cherry Ayudia."Jeng, memang anak tukang warteg itu tak tahu diuntung. Padahal keluarga kalian sering memesan katering ke Bu Inah 'kan?!" timpal Nyonya Femmy yang juga sejak dulu selalu membenci Cherry."Iya, Jeng Femmy. Kesel banget jadinya, bener-bener nggak tahu diri si Cherry!" jawab Nyonya Diah dongkol."TOK TOK TOK." Palu hakim diketok tiga kali untuk menenangkan ruang persidangan yang berisik jelang pembacaan vonis terdakwa."Harap tenang, Semuanya. Keputusan akhir dari persidangan atas kasus penculikan dan penganiayaan Nona Cherry Ayudia yang juga berpotensi menjadi pemerkosaan akan segera saya bacakan. Terdakwa Bapak Antoni Razak sebagai pemimpin komplotan penculik dan pelaku penganiayaan dijatuhi hukuman sanksi pidana bui selama 5 ta
Sebuah ciuman berapi-api di bibir Cherry membuat gadis itu pening karena serasa kehabisan oksigen dalam paru-parunya. Nicky benar-benar tak tahan lagi ingin mengekspresikan perasaan cinta terdalam yang menggebu kepada kekasih hatinya.Pak Harjo yang mengemudikan mobil di bangku depan Ferrari hitam itu hanya bisa tersenyum tipis. Dia turut bahagia untuk tuan mudanya yang sempat galau berbulan-bulan semenjak ditinggal selingkuh mantan tunangannya tersebut bisa menemukan pengganti yang lebih baik."Cher ... aku ingin memberikan seluruh dunia dan seisinya kalau aku sanggup hanya untuk membahagiakanmu." Nicky meletakkan telapak tangan Cherry di atas jantungnya yang berdetak kencang, "aku jatuh cinta sama kamu dan itu berlaku selamanya. Tak akan ada lagi gadis lain yang bisa menggantikan tempatmu!"Kata-kata kekasihnya yang berusia matang itu begitu indah dan serasa merasuk ke dalam hatinya, Cherry tak mampu membalas dengan cara yang puitis sekalipun ingin. Dia hanya menganggukkan kepalanya
"Martin?!" Cherry seakan-akan tak percaya bahwa kekasih semasa SMA yang telah setahun meninggalkannya berdiri di hadapannya.Nicky yang baru sekali ini bertemu langsung dengan mantan terindah pacarnya mengerutkan keningnya dengan sikap bermusuhan. Perasaannya untuk Cherry tak tergoyahkan termasuk sifat posesifnya juga."Cherry, ingat siapa pacarmu sekarang!" tegur Nicky merangkul bahu gadis belia itu dengan protektif menandakan posisinya yang spesial."Om, tolong jangan halangi Cherry untuk bicara denganku!" ujar Martin dengan tegas. Dia telah terbang jauh-jauh dari Perth dan menabung selama setengah tahun lamanya hanya demi menemui Cherry.Maka dengan berat hati Nicky bertanya ke Cherry, "Kamu mau ngobrol sama cowok itu, Sayang?" Kepala gadis itu mengangguk pelan penuh keraguan. Dia takut Nicky marah karena mantannya datang menemuinya. Belum lagi trauma pria itu bersama Monica Silvana sebelumnya yang tega berselingkuh. Masa dia akan menabur garam cuka di atas luka hati kekasihnya?"
"Sudah malem, semua butuh istirahat. Aku yang akan jagain Cherry!" ujar Nicky berlalu dari hadapan Martin, dia menuju ke backstage untuk menjemput Cherry pulang bersamanya.Martin menatap punggung pria matang itu lalu menundukkan kepalanya menatap lantai. Dia merasa kalah telak dengan kepercayaan diri Nicky Jansen. Satu hal yang pasti adalah dia tak mampu memberikan jaminan apa pun untuk Cherry karena situasi yang dia alami terlalu rumit. Gelang ornamen hati warna pink yang tadi dibelinya di mall, masih tersimpan di saku jaketnya. Martin akan menemui Cherry besok pagi sekaligus memberikan kenang-kenangan itu, dia yakin gadis pujaan hatinya pasti menyukai pemberiannya.Ketika Martin keluar dari Merlino Cafe and Bar yang mulai sepi karena panggung hiburannya telah berakhir, dia berdiri di teras menunggu kedatangan gocar yang dipesannya. Tak lama setelahnya Cherry dirangkul oleh pacar barunya muncul dari pintu untuk pulang.Tentu saja Cherry mendadak jengah bersitatap dengan Martin. Sek
"Rihanna, kamu ngapain main kasar gitu sama Cherry?!" hardik Martin berdiri di antara kedua gadis belia tersebut.Dengan emosi yang meledak-ledak karena kecemburuannya Rihanna menudingkan telunjuknya ke wajah pacarnya seraya berseru, "Kamu bilang nggak mudik ke Bandung kemarin waktu aku mau berangkat naik pesawat di Bandara Perth. Lantas apa ini?! Kamu Martin 'kan, bukan penampakan?""Aku bisa jelaskan tentang itu, Hann. Tolong jangan bikin ribut di tempat umum, malu tahu?!" sahut Martin berusaha menenangkan Rihanna. Sementara Cherry yang pipinya perih, hanya bisa bungkam melihat pertengkaran mantan sahabatnya dengan Martin. Seharusnya dia tahu diri memang pemuda itu sudah bukan lagi kekasihnya. Untuk apa dia menemui Martin dan menerima gelang cantik pemberiannya? Dengan penuh kesadaran Cherry pun melepas kembali gelang ornamen hati warna pink yang berkilauan karena memang terbuat dari kristal Swarovski. Dia menghargai Martin yang pasti menghabiskan tabungannya untuk membeli gelang
"Mas Nicky, aku masih kemudaan buat menikah. Jangan marah ya kalau aku masih belum bisa nge-iya-in permintaan Mas buat merid!" jawab Cherry dengan nada halus. Nicky pun tak ingin memaksakan kehendaknya, menikah memang butuh kesiapan dua pihak sekalipun kondisi finansialnya sangat mapan dan lebih dari sanggup menghidupi Cherry. Maka dia pun menanggapi dengan anggukan seraya berkata, "Bilang ke aku kalau kamu sudah siap, Sayang. Nggak pake lama pasti kulamar ke orang tuamu, Cher!""Mas ini gass pol banget, kayaknya yakin banget sih sama aku buat dijadiin istri. Alasannya apa sih?" selidik Cherry yang hingga kini masih tak mengerti apa yang dilihat pria mapan, ganteng, plus tajir melintir bak sultan itu darinya."Aku cinta mati sama kamu, udah kayak kena pelet aja, Cher. HA-HA-HA." Nicky mencandai gadis itu hingga terkena cubitan ganas beruntun. Dia pun menjawab serius, "Kamu itu perempuan lugu, baik hati, dan mandiri. Zaman yang mau asal gampang, kamu tetap menjaga keperawanan dan ngga
Setelah liburan antar semester usai, Rihanna pun kembali ke Perth untuk melanjutkan kuliahnya. Dia mulai mendekati Martin kembali dengan bersikap ramah serta perhatian. Namun, nampaknya Martin enggan untuk terlalu dekat dengan gadis itu lagi."Martin, tunggu aku!" panggil Rihanna saat mereka berjalan menuju ke parkiran sepeda motor. Pemuda itu membalik punggungnya dan bertanya, "Mau pulang juga?""Iya, aku bareng kamu ya, bonceng boleh?" balas Rihanna menatap wajah rupawan yang selalu menjadi bunga tidurnya itu."Boleh, ayo!" Martin menjawab lalu bergegas ke sepeda motornya dan menaikinya. Sebuah helm cadangan diserahkan ke Rihanna dan dia menunggu hingga Rihanna duduk nyaman di boncengannya barulah dia melajukan kendaraan itu.Lengan Rihanna melingkari perut datar berotot pemuda yang masih berstatus 'pacar' tersebut. Martin fokus dengan jalan raya Perth yang cukup ramai di sore hari. "Tin, nanti kita makan malam bareng ya? Udah lama kita nggak sama-sama begini deh!" bujuk Rihanna d
"Iya, Om. Nama saya Luther, maaf ... Om ini siapa ya?" Putra sulung Cherry tak mengenali ayah biologisnya sendiri. Pedro dan Justin saling sikut seraya memperhatikan kemiripan wajah kakak mereka dengan pria yang menyapa Luther barusan."Aku papa kandungmu, Luther. Apa nggak ingat? Kita pernah ketemu puluhan tahun lalu!" jawab Martin yang membuat pemuda di hadapannya mundur beberapa langkah lalu segera menaruh piring ke meja karena takut menjatuhkan benda itu hingga membuat heboh di tengah acara ramai.Luther menolak dengan keras karena kenangannya tentang Martin nyaris tak ada, "Om, tolong jangan ngaku-ngaku. Saya lebih baik panggilkan dad and mom, tunggu di sini!" Dia bergegas mencari Nicky dan Carrisa yang sedari tadi hanya ditemani Chrissy, si bungsu.Seolah menahan lara hatinya karena kesalahan di masa mudanya, Martin tetap di tempatnya menunggu putra kandungnya bersama Cherry dulu memanggil orang tuanya untuk menemui dia.Pedro menebak-nebak bahwa pria di hadapannya adalah sosok
Dua puluh tahun kemudian.Carrisa yang sedang bersantai sore menikmati secangkir teh di patio backyard mansion house mewah keluarga Jansen di Jurong, Singapura dikagetkan oleh sebuah undangan via email. Perlahan dia membaca dengan teliti isi undangan via online itu lalu menghela napas panjang. "Kenapa, Mom? Kok wajahnya tiba-tiba kayak nggak enak gitu sih?" tegur Pedro yang kini telah menjadi pemuda tampan berusia 20 tahun. Genetik Kaukasoid dari keluarga daddynya nampak semakin jelas di perawakan tinggi gagah dan hidung mancung serta bola mata cokelat madu yang melelehkan hati kaum Hawa itu.Istri Nicky Jansen yang masih nampak awet muda tersebut tertawa kering seraya menjawab, "Ada undangan reuni SMA di Bandung, Indonesia!""Ohh ... pantas!" tukas Pedro paham, kunjungan mereka ke Indonesia memang sangat dibatasi oleh Nicky, ayahnya. "Tapi kalau untuk acara yang langka dan berkesan begitu masa sih nggak boleh, Mom?" lanjut Pedro berusaha memberi secercah harapan.Carrisa menaruh can
"Mencintaimu seumur hidupku, selamanya setia menanti. Walau di hati saja, seluruh hidupku. Selamanya. Kau tetap milikku."Lantunan lagu pamungkas di pesta pernikahan Martin dan Rihanna terasa mengharu biru. Rihanna memang merequest lagu yang dipopulerkan oleh Krisdayanti itu. Dia sempat menitikkan air matanya ketika berdansa di pelukan suaminya, cinta pertama yang awalnya bertepuk sebelah tangan."Jangan nangis dong, Sayang!" bujuk Martin sembari berdansa dengan langkah perlahan mengikuti irama lagu yang sedang dilantunkan biduanita bersuara bening di atas panggung dengan iringan home band.Tatapan mata Rihanna berkaca-kaca, dia menyunggingkan senyum sendu sembari menatap Martin. "Malam ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan buatku, Tin. Dahulu kupikir aku nggak akan pernah bisa menjadi wanita yang kau pilih menjadi istrimu. Cintaku itu hanya bisa kunikmati sendiri dalam diam!" ujarnya masih berdansa penuh perasaan.Martin menghela napas lalu menjawab, "Maafkan karena sadarku yang t
Ruangan di JCC Plenary Hall yang menjadi tempat acara resepsi Dokter Martin Bintoro dan Rihanna Annelika Razak dipadati lautan manusia karena undangan yang disebar berjumlah seribu dari kedua keluarga mereka.Keluarga kecil Cherry bersama tetangga mereka Bu Murni dan Bu Sundari baru saja sampai di sana. Mereka mengisi buku tamu lalu memasukkan amplop sumbangan. Penerima tamu berparas cantik dengan balutan dress anggun yang berwarna hijau pastel dari pihak wedding organizer menyerahkan cenderamata kepada mereka."Wah, pestane geden ya, Mbakyu!" seru Bu Sundari yang berasal asli dari Banyumas, Jawa Tengah. (Wah, pestanya besar-besaran ya, Kakak Perempuan!) "Iya. Wajar soalnya Rihanna putri bungsu terakhir yang menikah dan Martin juga jadi pewaris tunggal keluarga Bintoro, Jeng Sundari!" jawab Bu Inah maklum. Sebenarnya jika dibandingkan dengan acara pernikahan dengan putrinya dulu, ini menjadi hal yang miris untuk diperbandingkan. Jelas sudah status sosial mereka berbeda perlakuan.And
"Halo, selamat pagi!" sapa Nyonya Regina Jansen dengan wajah berseri-seri ketika memasuki kamar perawatan menantunya."Selamat pagi, Ma. Semalam maaf kami nggak membangunkan Mama sewaktu berangkat ke rumah sakit. Takut Mama kecapekan kalau ikut begadang!" jawab Carrisa seraya menerima kecupan sayang di pipi kanan kiri dari mama mertuanya.Namun, Nyonya Regina Jansen mengibaskan tangannya seraya berkata, "Sudah nggakpapa, yang terpenting semua sehat sesudah melahirkan. ASI kamu lancar 'kan, Carrisa?" "Syukur, lancar kok. Sudah minum bolak-balik dari tadi Pedro. Ini lagi aja kelar terus dia terlelap. Nggak rewel bocahnya, Ma. Apa mau coba gendong?" balas Carrisa yang kemudian menyerahkan bayinya ke Nyonya Regina.Wanita berumur yang masih nampak awet muda itu menggendong cucu bungsunya begitu fasih karena memang telah mengasuh banyak anak-anak selama puluhan tahun, empat anak kandung dan sepuluh cucu. "Wajah Pedro seperti jiplakan ayahnya sewaktu bayi. Oya, di mana Nicky?" ucap Nyonya
Nicky berdiri di balik punggung istrinya seraya mendekap calon ibu yang sedang hamil besar itu. Sebelum tidur Carrisa terbiasa membersihkan wajahnya dan menggunakan skincare agar kulitnya terhindar dari penuaan dini sedari muda. Sementara itu telapak tangan Nicky mengusap-usap lembut perut istrinya yang membuncit itu dari balik kain lingerie khusus wanita hamil."HPL kata dokter kapan sih? Lama amat ya!" ucap Nicky sembari mengecupi leher wanita kesayangannya yang wangi semerbak bunga."Sudah nggak sabar buat ketemu si jagoan kecil ya, Daddy?" goda Carrisa sambil terkikik. Dia lalu menjawab, "sebenernya ini telat dari HPL lima hari, Mas. Jadi bisa kapan saja sih!" Nicky mengerutkan keningnya lalu menyahut, "Berarti harus dipacu deh biar bisa pecah ketuban dan kontraksi. Beib, kita ML ya habis kamu kelar pake skincare, mau kusembur di dalam biar bisa lancar melahirkan. Udah telat pula nih!""Masih wajar bukannya ya? Kan baru telat HPL lima hari sih, Sayang!" kelit Carrisa lalu menutup
"Setelah menggelar beberapa kali persidangan maka Hakim memutuskan untuk mengabulkan gugatan cerai Saudara Martin Bintoro kepada Saudari Cherry Ayudia. Menyangkut harta gono-gini dan hak asuh anak disertakan dalam lampiran keputusan pengadilan agama Kota Bandung tertanggal hari ini!" tutur hakim ketua yang memimpin persidangan cerai pasangan muda itu. Ditutup dengan ketokan palu sebanyak tiga kali.Bisik-bisik riuh segera terdengar mengiringi kepergian hakim meninggalkan ruang persidangan. Martin dan Cherry pun berdiri saling berhadapan lalu mereka berjabat tangan."Selamat menjalani kehidupan barumu sebagai Nyonya Nicky Jansen ya, Cher. Semoga kamu bahagia bersamanya!" ujar Martin berusaha bersikap tegar menerima perceraian dengan wanita yang selalu dicintainya itu.Cherry dengan helaan napas dalam menjawab, "Kamu juga mau nikah sama Rihanna 'kan? Selamat membina biduk rumah tangga yang baru. Semoga langgeng sampai kakek nenek. Tentang Luther, kalau pun kamu nggak menjenguknya lagi p
Ketika Carrisa dan Nicky sampai di rumah duka di mana jenasah Nyonya Femmy Bintoro disemayamkan sebelum prosesi pemakaman, wanita itu terkejut membaca nama kakak perempuan Martin juga tertulis di papan karangan bunga duka cita. "Ya Tuhan, Mas ... itu nama kakaknya Martin lho yang tertera di papan. Namanya Nadira Feriska Bintoro. Apa dia juga meninggal dunia bersamaan dengan mamanya?!" ujar Carrisa seakan tak percaya. Tak lama setelah mobil Nicky dan Carrisa tiba di parkiran rumah duka, Bu Inah yang dibonceng oleh Andi bersama adiknya Vina yang duduk di tengah sepeda motor pun tiba. Dengan segera Carrisa menghampiri mereka ditemani oleh suaminya."Bu, ini apa benar kalau Kak Dira juga meninggal dunia?" tanya Carrisa dengan kening berkerut. "Iya, Cher. Kabarnya awalnya stroke lalu komplikasi gangguan pernapasan. Masih muda padahal, Ibu saja kaget karena Nadira itu usianya hanya beda beberapa tahun dari kamu 'kan? Jaga kesehatan ya kamu dan Nak Nicky, gaya hidup yang baik sedari muda
"Halo. Martin, kamu pulang ke Bandung sekarang juga kalau bisa. Kak Dira masuk rumah sakit dan mama kamu ... meninggal dunia, Nak!" ujar Pak Bambang Bintoro di telepon. Suaranya sengau karena baru saja menangisi kehilangan istrinya yang begitu mendadak.Putranya di ujung telepon terpaku berdiri di depan pintu ruang praktik. Martin baru saja selesai istirahat makan siang. Dia seolah tak percaya dengan berita duka yang didengarnya sendiri. "Halo, ini beneran, Pa?" tanya Martin memastikan."Iya, Tin. Masa Papa bercanda buat hal seserius ini? Mama kamu digigit ular berbisa di kebun belakang sewaktu dia mau panen buah melon. Papa sekarang di kamar jenasah Rumah Sakit Widya Harapan Medika. Kamu cepat ke sini, setidaknya ada yang bantuin Papa mengurus kakakmu atau mengikuti proses pengiriman jenasah ke rumah duka!" terang papanya dengan nada serius."Baik, Pa. Martin akan segera izin ke bagian administrasi rumah sakit agar shift praktik siang hingga malam diliburkan. Yang tabah ya, Pa, harus