Reminder
Gwen kembali ke apartemennya. Ia sangat lelah sekali sekarang jadi sesampainya disana ia langsung membersihkan diri dan berlanjut membenamkan diri di kasur. Usapan diwajahnya menganggu Gwen karena Gwen adalah tipe orang yang sensitif ketika tidur, tidak bisa diganggu bahkan berisik sekalipun. Tak tahu berapa lama ia tertidur, matanya begitu berat untuk diajak melihat.“Tidurlah lagi jika masih mengantuk.”
Bisikan dengan suara yang sangat rendah itu berhasil membuat Gwen merinding.
Hatinya tersengat saat ia mengingat suara ini, suara pria itu pada saat mereka melakukan penyatuan dulu. Dengan paksa Gwen membuka matanya dan seseorang disampingnya ini berhasil kembali mengejutkan Gwen.
“Kau kenapa bisa ada disini?”
Pertanyaan Gwen sama sekali tidak dijawab karena pria itu bahkan dengan santainya menopang kepala dengan sebelah tangannya menatap Gwen dengan intens tanpa merubah posisi dari merebahkan diri.
“Bagaimana kau bisa masuk kemari?”
“Aku ingin bersama kekasihku, lalu dimana salahnya.”2
Kening Gwen merengut protes akan sebutan yang Max beri untuknya.
“Aku bukan kekasihmu dan cepat pergi dari sini.”
Gwen membenarkan jubah tidurnya yang tipis berharap kulit tubuhnya bisa tertutupi, masih menatap Max kesal.
“Sejak kita bertemu pertama kali dan bercinta, lalu kau meninggalkan aku pergi begitu saja selama bertahun-tahun. Kita adalah sepasang kekasih.”
Gwen memutar matanya malas, memilih untuk turun dari kasur agar bisa menjaga jarak dari Max.
“Aku tahu kau kaya dan bisa melakukan apapun, tetapi kau sama sekali tidak berhak untuk mengusik hidupku. Dan ingat ini baik-baik, kita bukan sepasang kekasih tetapi hanya mantan partner sex. Sekarang keluar dari apartemen ku.”
Max bangkit dari posisinya dan mendekati Gwen, membuat Gwen semakin was-was.
“Sudah bicara nya?”
Gwen semakin mengkerut saat mereka semakin dekat bahkan sangat dekat. Dan tak terhindarkan Gwen sudah berada didalam rengkuhan Max.
“Jadi benar kita tidak mempunyai anak.”
Tangan Gwen menahan dada Max agar mereka tidak terlalu menempel, “lepas.”
Gwen yakin sekali jika Max dalam keadaan sadar tidak mabuk. Gwen berharap Max pergi dari apartemennya meskipun terdengar mustahil disaat mereka sudah sangat intim seperti ini.
Hal tak terduga lainnya adalah Max mengecupi lehernya dan semakin merapatkan sedikit jarak diantara mereka.
“Aku sangat merindukanmu Gwen.”
“Ahh..”
Gwen kelolosan mendesah saat Max menjilati serta mengigit area bawah telinganya, otaknya terus menyuruh Gwen untuk segera lepas dari Max tetapi tubuhnya juga merindukan pria ini. Sial!
Sedangkan Max semakin gigih menggoda Gwen, ia tidak akan pernah melepaskan wanita muda ini. Selepas pekerjaannya selesai hari ini ia langsung pergi ke apartemen Gwen yang sudah ia ketahui serta ia dapatkan juga kartu akses masuknya.
Mendapati Gwen tertidur dengan nyenyak membuat Max tidak sampai hati untuk mengganggunya, nyatanya Gwen terbangun dan ini adalah part yang Max harapkan. Max menyerang bibir Gwen dan tak disangka serangannya dibalas, mereka memperdalam ciuman mereka dengan Gwen yang selalu bisa mengimbangi permainan Max.
Dan cardigan tipisnya berhasil diloloskan oleh Max, Max membawa Gwen mendekati ranjang dan mendudukan wanita muda itu dipangkuannya. Menikmati aroma yang sangat pria itu rindukan seraya terus memancing Gwen yang semakin tersulut, terlihat dari bagaimana Gwen dengan tidak sabaran membuka kemeja Max yang memang sedari awal tidak terpasang dengan benar.
Dengan kasar Max melepaskan bra yang dipakai oleh Gwen, menerkam dada sintal yang masih saja kebesaran ditangannya. Menyusu seperti bayi yang kelaparan, membuat Gwen menggelinjang tak karuan karena Max begitu pandai memainkan lidahnya. Karena begitu terbuai Gwen sampai tidak sadar ia sudah terkapar diatas ranjang dengan Max diatasnya dalam posisi celana dalam sudah tidak dipakainya lagi.
Perlahan Max mengecup kening Gwen, berlanjut turun ke hidung dan berlama-lama mengeksplorasi kembali mulut Gwen. Ke telinga lalu leher memberikan tanda-tanda kepemilikannya disana, terlihat begitu seduktif dan sangat berbahaya. Sedangkan Gwen sudah sangat pasrah dibawah kuasa Max, otaknya sudah tidak bisa berpikir jernih apalagi saat lidah Max menggeliat di privasi Gwen. Untuk kedua kalinya ada orang lain yang melihat Gwen begitu terbuka dan itu dengan orang yang sama.
“Ahhmmm…”
Gwen mendesah kembali dan langsung mengigit bibirnya, menahan sebisa mungkin agar desahan itu keluar dari mulutnya. Tangan Max bekerja ekstra, satu tangan mengobrak-abrik masuk kedalam milik Gwen bersamaan dengan lidahnya dan tangan satunya lagi menyentuh dagu Gwen menarik pelan agar mulut itu terbuka. Gwen kembali mendesah refleks ia mengulum ibu jari tangan Max, tak pernah terpikir bahwa apa yang dilakukannya itu akan menambah gairah Max.
Tidak butuh waktu lama bagi Gwen untuk mendapatkan pelepasannya, Max sendiri langsung menanggalkan sisa pakaiannya dan menyatukan tubuh mereka. Baru saja merasa lega sekarang Gwen sudah menegang kembali, Max menyatukan tubuh mereka dengan pelan tetapi rasanya tetap saja aneh untuk Gwen.
“Kau masih saja sempit.”
Max menggenggam sesaat menyatukan dirinya dengan Gwen, miliknya terasa begitu terjepit dan rasanya masih sama seperti saat pertama kali mereka melakukannya.
Saat dirasa sudah masuk sepenuhnya Max mulai bergerak membuat ritmenya dan malam panjang itu menjadi saksi percintaan mereka setelah sekian lama tak berjumpa. Max begitu puas menggempur Gwen hingga pagi menjelang.
Bahkan pria itu sengaja tidak memakai pengaman sama sekali agar dari percintaan mereka kali ini akan membuahkan hasil. Gwen sendiri membuka matanya setelah baru tertidur satu jam, ia harus bekerja.
Dilihatnya Max yang memeluknya erat dari belakang, Gwen secara perlahan bangkit dan berusaha untuk tidak membuat suara yang bisa menganggu Max. Semalam Gwen sangat sadar melakukannya dengan Max meskipun berawal dari pria itu yang menggodanya.
Tetapi Max tidak bisa sepenuhnya disalahkan karena jika Gwen tidak tersulut gairah juga hal yang nikmat itu tidak akan terjadi. Gwen ingat dengan janjinya dan ia akan membeli pil pencegah kehamilan nanti saat diperjalanan menuju perusahaan, atau mungkin Gwen akan pergi konsultasi ke dokter agar bisa menghindari kehamilan dalam waktu lama.
Gwen sendiri tidak bisa mempercayai pemikiran bahwa Max akan segera pergi dari hidupnya. Pria itu akan terus menemui sampai pria itu bosan, dan untuk dirinya sendiri Gwen mungkin ia akan memberi kelonggaran untuk bersenang-senang. Karena tidak mungkin ia bisa menolak kenikmatan yang ditawarkan oleh Max.
Satu hal yang perlu Gwen pegang yaitu ia tidak boleh hamil dan membuat masalah baru dalam hidupnya. Membuat keluarganya kembali murka meskipun ia hamil anak dari pengusaha kaya di Amerika. Keluarganya bukan keluarga mata duitan yang menghormati seseorang hanya karena materi. Sekaya apapun dan sehebat apapun seseorang jika sudah melakukan hal buruk dimata keluarganya maka tetap saja buruk.
Complicated
Hari ini pengganti Leader Liam mulai bekerja, saat pertama kali melihatnya Gwen setuju jika Mr. William adalah pria yang tampan. Dari sikap dan gaya bicaranya Gwen juga tahu bahwa pria itu adalah orang yang sedikit mirip dengan kepribadian Leader Liam.Meskipun ada leader tim baru tetapi mereka tetap bekerja seperti biasa bahkan mendapatkan tekanan baru. Mr. William sebelumnya sudah mengevaluasi tentang perkembangan tim ini, pria itu secara mantap mengatakan semua target yang harus dicapai dimasa yang akan datang.
Ponsel Gwen bergetar, ia melihat ada satu pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Segera saja ia membukanya dan mengetahui bahwa itu adalah Max, pria itu mengatakan basa-basi tak penting menurut Gwen juga ucapan semangat. Walaupun tidak terlalu berpengaruh tetapi setidaknya Gwen merasa ia lebih bersemangat lagi menyelesaikan pekerjaannya yang semakin menumpuk.
Sedangkan Max pria itu masih berada di apartemen Gwen dengan keadaan full naked dibawah selimut. Untuk kedua kalinya Gwen meninggalkan Max selepas percintaan luar biasa mereka, yang berbeda hanya saat itu Max tidak tahu Gwen pergi kemana dan kali ini Max tahu segalanya tentang Gwen juga wanita muda itu tidak bisa pergi darinya lagi.
Setelah mengirimkan pesan pada nomor Gwen yang lagi lagi ia dapatkan karena kekuasaannya, Max menghubungi asistennya untuk membawa pakaiannya juga memanggilkan jasa House Keeping untuk membersihkan apartemen milik Gwen.
Max memiliki jadwal yang sangat padat hari ini, tetapi karena Max bangun terlambat dan Max adalah bosnya tentu saja tidak akan ada yang bisa memarahi dirinya. Selesai Max berpakaian dan menghabiskan makan paginya, pria itu langsung menuju ke kantor cabang yang harus ia datangi hari itu.
Kedatangan Max mengundang perhatian siapapun, pria itu sangat tampan dan terlihat berkarisma ditambah dengan rombongan yang dibawanya membuat siapapun tahu bahwa Max adalah orang yang berkuasa. Para petinggi kantor itu segera menyambut Max dan menggiringnya menuju ruang rapat yang telah disiapkan. Mereka akan ada projek untuk mengeluarkan mobil model baru dipertengahan tahun depan.
Rapatnya berjalan lancar dan Max langsung menuju ke sebuah restoran tempat ia akan bertemu dengan kolega bisnisnya. Saat diperjalanan ponselnya berdering memunculkan nama ibunya disana, segera saja Max mengangkatnya.
“Hallo bu? Ada apa?”
“Max, nanti malam Mrs. Smith mengadakan pesta pertunangan putranya. Ingat janjimu Max, Ibu akan tunggu dirumah. Jangan lewat dari jam 6.” Sambungan terputus setelah ibunya Elleana berkata demikian.
Max menghela nafas, lalu melempar pandangannya pada Edward asistennya.
“Ed, kosongkan semua jadwal sebelum jam 6. Lalu antarkan aku kerumah keluarga ku.”
“Baik Sir.” Mengangguk puas pada Edward, Max kembali menjatuhkan pandangan pada ponselnya. Ia teringat Gwen, dan langsung mendial nomornya.
“Ya, ada apa?” Suara lesu itu menyapa telinga Max, memberikan ia sengatan semangat.
“Makanlah dulu, ini sudah masuk waktu istirahat. Jangan terlalu keras bekerja.” Hanya deheman yang Max dapatkan dari ucapannya.
“Setelah ini kau tidak akan merasa lelah lagi karena bekerja karena akan menjadi Nyonya Beauchamp.”
“Aku harus pergi ke Cafetaria. Sampai jumpa.”
Dan sambungan kembali terputus secara sepihak. Entah mengapa wanita-wanita itu suka sekali mematikan telfon. Gwen bahkan tidak memberinya perhatian balik seperti menyuruhnya untuk makan atau sebagainya, hal itu membuat Max cukup kesal karena perasaan Gwen yang sekeras batu. Max berjanji pada dirinya akan membuat Gwen membalas perasaan nya.
“Kita sudah sampai Sir.”
Edward sudah membukakan pintu untuknya, mengintrupsi Max dari pikirannya sendiri tentang Gwen. Siang itu ia akan bertemu dengan salah satu kolega bisnisnya dari Singapura, pembicaraan seputar dunia bisnis tentu menjadi topik utama.
Pria itu mengatakan akan mengadakan acara pernikahannya bulan depan, berharap Max dapat hadir. Max terus melobi pria yang hanya lebih tua beberapa tahun darinya, bertanya tentang perusahaan-perusahan yang sedang berkembang dan hebat-hebatnya saat ini.
Perusahaan Adam’s Power Group akhirnya ikut terseret, Alex yaitu teman makan siang Max mengatakan bahwa perusahaan itu tetap stabil sampai sekarang sejak mengawali karirnya. Alex terlihat cukup akrab dengan keluarga Adam lebih tepatnya dengan Hendery Adam putera sulung Hugo Adam.
Alex mengatakan bahwa Keluarga Adam masih memegang teguh pendirian serta adat istiadat keluarga yang sudah ada sejak dulu, Alex juga menimpali bahwa Keluarga Adam lebih condong pada perjodohan keluarga untuk menentukan pasangan anak cucunya. Membuat Max mengerutkan keningnya penuh protesan, membicarakan tentang Keluarga Adam otaknya tertuju pada Gwen seorang. Apa mungkin Gwen akan dijodohkan nantinya?
Alex mengatakan bahwa ia tertarik dengan seorang wanita dari keluarga Adam yang bernama Hana, tetapi Hendery mengatakan bahwa Hana sudah ditentukan akan berada dikeluarga apa untuk menikah. Membuat Alex berpikir bahwa setiap wanita dan pria dari keluarga Adam sedari kecil sudah dipikirkan masa depannya, memberi pengaruh yang cukup besar untuk Max.
Alex yang bisa dikatakan termasuk sepuluh orang paling kaya di Asia saja akhirnya tidak memiliki wanita yang disukainya dan menikah dengan wanita lain, apa mungkin hal ini akan berlaku juga pada Max dan Gwen? Selain itu jarak usia mereka juga menjadi hal dipikirkan oleh Max.
Selepas makan siang Max kembali menyelesaikan pekerjaannya sebelum memenuhi janjinya pada sang ibu. Tepat pukul 6 Max tiba dirumah keluarganya, sang ibu sudah cantik dan siap dengan gaun pestanya menunggu Max yang perlu mandi dan mengganti pakaiannya. Tidak terburu-buru tapi terkesan lebih cepat dari biasanya Max kembali pada ibunya dengan kondisi sudah bersih, rapi dan tampan. Mereka memilih untuk menaiki mobil milik Elleana sedangkan Edward mengikuti dibelakang dengan mobil milik Max.
“Oh ya Max, ibu pernah mendengar bahwa Alexa Smith adalah mantan kekasihmu. Apa itu benar?”
“Itu hanya kencan remaja pubertas.” Max mengatakannya sambil menggedikkan bahu, ia tidak mungkin menampik kenyataan. Bicara bohong bukanlah tipe pria seperti Max.
“Dia pembawa berita yang hebat, sangat profesional dan ramah. Apa tidak ada peluang kalian untuk menjalin hubungan kembali?”
“Aku sudah punya kekasih. Lagipula Alexa sudah bertunangan dengan kekasihnya.” Elleana berbinar mendengar perkataan putera sulungnya, bahkan wanita paruh baya itu refleks menggenggam tangan Max.
“Benarkah? Siapa namanya? Apa pekerjaannya? Tingg-”
” ibu tidak perlu tahu.”
Elleana berdecak pelan mendengar apa yang Max katakan, begitu menyebalkan.
“Bagaimana bisa ibumu tidak perlu tahu, wanita ini kan yang akan kau nikahi nanti? Atau jangan-jangan hanya dijadikan mainan oleh karena itu-”
“Aku akan menikahinya.”
Elleana mendengus kesal, ucapannya selalu saja dipotong oleh Max.
“Kalau begitu kenalkan kami maka ibu akan membantumu untuk bisa menikahinya.”
Max menghela nafas gusar seraya membuang pandangan ke jendela. “Entahlah ini terdengar rumit.”
Bersambung
Be My HoneyMax mendengus sebal, entah bagaimana bisa di pesta yang baru saja ia tinggalkan itu ada saja hal yang tak diinginkan. Sembilan puluh lima persen wanita yang pernah menjadi kekasih Max berkumpul disana. Entah bagaimana bisa mereka saling mengenal yang pasti Max sangat mencurigai Alexa Smith. Mungkinkah wanita itu menjadi stalker dirinya selama ini?Bahkan untuk Alli Martinez yang tinggal di Barcelona saja sampai hadir dan terlihat begitu akrab dengan wanita itu. Belum lagi ibunya yang terlihat begitu senang memperkenalkannya kesana-kemari. Bahkan tidak malu mengatakan bahwa Max sedang mencari pasangan, membuat Max semakin tidak habis pikir.Selama Max memiliki kekasih, ia selalu memberi batasan untuk tidak terlalu dekat padanya. Dalam artian saling mengenal lebih jauh meskipun saling punya perasaan. Max hanya tertarik lalu menerima pernyataan perasaan mereka dan mereka berkencan. Hanya dinner dan berhubungan seksual termasuk memberi mereka kartu kredit.
WorriesGwen merasakan nyeri pada lengan dalam bagian atasnya tempat dimana ia menanam implan, beberapa hari kemarin bagian itu juga sempat lebam. Gwen bahkan konsultasi lagi ke dokter untuk bertanya tentang apa yang ia alami, katanya hal itu normal terjadi bahkan efek dari pemasangan implannya ini cukup banyak seperti gangguan menstruasi yang tidak teratur, kemungkinan perubahan berat badan, nyeri kepala, perubahan mood yang tiba-tiba, nyeri pada payudara serta mual dan nyeri perut.Sepulang dari kerjanya Gwen langsung kembali ke apartemen, rencananya ia akan memasak mi sambil menonton film. Sayangnya yang terjadi selepas ia mandi adalah Gwen merasakan mual yang membuat dirinya tidak nafsu untuk memakan apapun sehingga ia memilih untuk tidur saja.Sebuah tangan dingin tersampir dikenangnya, meskipun Gwen tertidur tetapi ia tidur terlalu lelap.“Apa kau sudah makan?”Suara berat yang Gwen kenali sebagai Max menyapa telinganya. Gelengan pe
LoversGwen memposting foto terbarunya di media sosial yang ia punya, tidak dengan nama aslinya Gwen lebih memilih untuk memberi nama lain yang unik hingga anggota keluarganya tak akan tahu bahwa itu adalah miliknya. Pengikutnya cukup banyak karena Gwen memang populer, ia me-privasi akunnya dan itu adalah pilihan bijak. Ia mengirimkan fotonya bersama Max yang kemarin mereka ambil dalam kencan tiap hari libur mereka. Mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang bahagia.Sudah satu bulan ini mereka menjalin hubungan dan Gwen menikmatinya sejauh tidak ada yang tahu tentang mereka dalam artian sebenarnya. Seperti teman-teman kerjanya ataupun media apalagi keluarganya.“Bagaimana Gwen, apa kau sudah menyiapkan apa yang akan kau pakai malam ini?”Gwen menganggukkan kepala pelan, ia kemarin lusa sempat membeli dress untuk menghadiri ulangtahun William leader mereka. Pria itu mengundang mereka dan melarang untuk dibawakan kado atau apapun, lagipula nan
MedusaWaktu berjalan begitu cepat dan selama itu pula Gwen sudah merasa nyaman bersama dengan Max menjalin hubungan berstatuskan sepasang kekasih. Seperti biasanya Max kembali meninggalkan Gwen demi pekerjaannya. Pria itu bilang akan sedikit lama berada di Barcelona tidak seperti perjalanan bisnis biasanya.Sedikitnya Gwen merasa kesal jika Max sedang dalam keadaan sibuk-sibuknya dengan pekerjaan karena ia akan diabaikan oleh pria itu demi pekerjaannya. Nyatanya Max lebih workaholic dari yang Gwen duga.Hubungan mereka masih aman sejauh ini dalam artian ‘tidak ada yang tahu’. Max sebenarnya sangat keberatan dengan hal ini tapi tentu saja Gwen menjelaskan perkara sebenarnya jika hubungan mereka terkuak. Dan sejak Mr. William menanyai tentang Max, Gwen menjadi lebih berhati-hati.“Ini.” Mr. William mengangsurkan minuman didepannya pada Gwen entah untuk keberapa kalinya hampir setengah tahun ini jika mereka sedang makan bersama dengan
Slave of Love“Apa terjadi sesuatu?”“Apa?”Gwen menatap Max tidak paham, saat ini mereka sedang berada disebuah tempat yang Max pernah janjikan padanya sebelum pria itu pergi ke Barcelona. Angin bertiup hingga rambut Gwen ikut terbawa, seperti akhir pekan yang biasa mereka lewati kali ini pun Max memilih tempat diluar ruangan.Mereka lebih sering mengadakan piknik kecil-kecilan seperti ini, dengan beberapa makanan dan lebih banyak mengobrol. Mungkin baru dua kali Max mengajaknya makan di restoran mewah itupun mereka memesan ruangan VIP, jika sedang malas keluar biasanya mereka tetap mengendap di apartemen memasak atau membuat kue juga menonton film.Tapi Gwen menikmati semua yang mereka jalani ini, sekarang.“Aku pergi cukup lama meninggalkanmu disini, apa terjadi sesuatu?” Ulang Max.Gwen yang sedang memakan sushi lebih mengutamakan menyelesaikan kunyahan dan menelan makanannya dahulu sebelum menjaw
Angry birdGwen tidak bisa menahan tawanya meskipun ia masih merasa kesal dengan Max perihal gaun, tetapi melihat Max mengakui bahwa pria itu tergoda cukup lucu untuknya. “Jadi aku berhasil menggodamu?”“Tidak usah kau tanyakan lagi.” Max menggeram kesal, bahkan pria itu sama sekali tidak menatapnya dan fokus pada jalan.“Dasar pemarah.” Gerutu Gwen yang malah semakin mendekatkan dirinya pada Max.Tiba-tiba saja tangan Gwen tersampir dimilik Max yang sedari tadi menggembung, membuat Max cukup tersentak kaget. Tetapi senyum nakal Gwen menyapa matanya, wanita muda itu bahkan dengan berani mengecupi dan menjilati sisi lehernya yang sedang fokus mengemudi. Sial!“Apa ini juga marah padaku?” Tanya Gwen dengan suara sensual mengusapi milik Max yang masih terjebak didalam celana.“Gwen.. kau sedang menstruasi. Aku tidak mau hanya dengan mulutmu saja.”Tidak perduli ucapan penuh frus
About Us 1“Max…” Panggilan Gwen bekali-kali tidak dihiraukan pria itu, bahkan Max menepis tangan Gwen yang menahan lengannya.Gwen mengejar Max, mencoba berkata dengan pria yang pergi dari apartemennya setelah mengambil kunci mobil dikamar. Tidak membiarkan Gwen menjelaskan apapun setelah pertanyaan yang Max lontarkan padanya.“Berhenti Gwen.” Anggun menarik balik tangan anaknya saat melihat Gwen akan pergi menyusul pria yang pergi tanpa atasan bernama Max, dengan kemeja kebesaran yang anaknya pakai.“Kalian sudah berakhir dan itu yang terbaik. Kalian tidak punya masa depan, ayahmu dan seluruh keluarga tidak akan bisa menerimanya meskipun dia dari keluarga kaya sekalipun.”“Jangan semakin merusak hidupmu. Jadilah anak baik demi Mama. Mama tidak tahu akan menjadi apa masa depanmu jika Papa tahu tentang hal ini.” Gwen menggeleng air matanya terus mengalir, pikirannya masih tertuju pada Max. Ia ben
UnchangedMax tidak menganggap serius penjelasannya, juga pria itu melecehkannya sangat cukup membuat Gwen sangat sakit hati. Masa bodo dengan tanggapan Max setelah keempat kalinya pria itu mendapatkan pelepasan, Gwen pergi dari sana. Setelah dari apartemen Max, Gwen memilih untuk menginap di apartemen Cherry beberapa hari. Gwen juga menceritakan permasalahannya akhir-akhir ini meskipun tidak sebut nama Max sama sekali pada teman-temannya juga Tasya melalui telepon. Hal itu setidaknya membuat perasaan Gwen terasa lebih baik. Teman-temannya menyayangkan apa yang terjadi pada Gwen, sedangkan sedari awal mereka sangat ingin bertemu dengan kekasih Gwen. Tetapi mau bagaimana lagi, dirinya dan Max memang tidak punya masa depan bersama. Sekarang terasa lebih sulit karena tidak ada lagi kepercayaan diantara mereka setelah tidak adanya kejujuran dan keterbukaan. Ponselnya bergetar memunculkan nama Mamanya disana, tidak perlu berpikir Gwen menolak panggilan tersebut
Kecelakaan “Kau sangat cantik Eve. Aro pasti akan menyukai penampilanmu,” puji Stella, Ibunya yang memegang bahu putrinya, lalu mengelus rambut panjangnya yang bergelombang akibat dicurly.“Kau sudah menyiapkan hadiah untuk Aro?” tanya Raymond, ayahnya yang bersandar di sisi ambang pintu. Evelyn Blossom. Gadis berusia 22 tahun itu tampak malu-malu dan enggan untuk menjawab pertanyaan sang Ayah. Tapi detik berikutnya, ia berkata pelan, “Aku akan memberikannya jika aku sudah bertemu dengannya, Daddy.” Rona tersipu di pipi Evelyn spontan membuat Stella tertawa. Ia lalu melirik suaminya di pintu yang memandang datar dan tampak tidak peduli, namun samar bisa Stella tangkap ujung bibir suaminya itu sedikit tertarik sebelum menghilang, meninggalkan mereka berdua setelah berkata, “Ya sudah. Daddy tunggu di bawah. Kita akan berangkat sebentar lagi.” “Biar Mommy tebak hadiah apa yang akan kau berikan untuk Aro.” Stella memicingkan
Kita Ini Apasih? Tanyakan pada Reagan apa yang membuat yang membuatnya tergila-gila pada Irish. Reagan akan menjawab, pertama bibir Irish, kedua bibir Irish, ketiga bibir Irish, baru yang terakhir tubuh mungil Irish yang sedang mendesah-desah dibawah tubuhnya. Dasar Reagan mesum!Reagan sudah lupa kapan terakhir kali dirinya melakukan adegan 17 tahun keatas tersebut, yang Reagan ingat hanya Irish perempuan terakhir yang bangun disampingnya 2 bulan lalu, di villa, di Ubud. Reagan tidak lagi mencari kesenangan diuar. Semua waktunya tersita hanya untuk Irish seorang. Mulai dari antar jemput sampai membuntuti Irish kemanapun gadis itu pergi. Sampai Irish yang kesal karena kelakuan Reagan membentak cowok itu. “Loe nggak ada kerjaan lain ya selain buntutin gue Re?” “Loh gue kan bossnya. Jadi kerjanya suka-suka gue lah.” “Tapi loe tiap hari ngikutin gue kemana-mana. Emang loe nggak capek?” “Nggak!” Susah bicara baik-ba
Cemburu LagiSejujurnya Irish ingin memperpanjang cutinya. Dia tidak berniat masuk kerja. Tapi dia tidak enak pada Pak Lukman. Kemarin minta cuti seminggu mendadak. Masa sekarang minta extention lagi. Benar-benar nggak tahu diri. Seperti bukan Irish saja.Dan sejujurnya lagi, Irish tidak siap bertemu Reagan. Irish malu akibat perbuatannya. Irish takut kalau-kalau Reagan menertawainya. Irish takut kalau Kinta tahu dirinya dan Reagan sudah ena-ena. Kinta pasti akan mencemooh dirinya.Kinta memang bukan penganut paham ‘jangan lepas kendali sebelum menikah’ seperti Irish.Kinta adalah perempuan bebas. Selama dirinya senang, dia akan menikmatinya. Dan kebanyakan mantan pacar Kinta memang bule. Kinta memang penggemar sejati terong import.Begitu sampai di hotel, Irish berjalan cepat-cepat memasuki ruangan kerjanya. Matanya mengawasi Reagan yang bisa saja tiba-tiba muncul.
Pertama Irish benar-benar shock melihat kemesraan Nando dan Dayu tadi. Seketika itu juga rasa laparnya mendadak hilang. Dikeluarkannya 2 lembar seratus ribuan dan diletakkannya di meja. Irish lalu bangkit berdiri dan pergi dari situ tanpa pamit. Irish masih mengingat jelas pernyataan cinta Nando padanya, dan juga ketersediaan Irish menunggu Nando memutuskan Dayu. Sampai capek Irish galau berminggu-minggu. Menangis tidak jelas. Bela-belain kabur ke Ubud. Yang digalauin malah asik ciuman sama tunangannya. Katanya nggak cinta, tapi kok ciumannya mesra banget. Menghayati pula. Irish menggosok-gosok bibirnya dengan kasar. Menghilangkan jejak bibir Nando disana. Di dalam mobil Irish berusaha menahan air matanya agar jangan sampai keluar. Menangisi orang seperti Nando membuat dirinya terlihat menyedihkan. Pandangan Irish sudah mengabur. Dibelokannya mobilnya ke arah bar yang dia lewati.
DayuHari yang paling ditakutkan Irish benar-benar terjadi. Bagaimana tidak Dayu pacar Nando tiba-tiba muncul di Jagapati. Irish sudah merinding membayangkan Dayu akan melabraknya. Namun kenyataannya perempuan itu hanya mengajak Irish bicara baik-baik.Tak dipungkiri Irish, akhir-akhir ini Irish sering menghabiskan waktu bersama Nando diam-diam. Mereka pergi makan malam bersama. Lalu menghabiskan waktu berlibur ke bedugul.Nando juga tidak segan-segan lagi mencium Irish. Menggrayangi tubuh gadis itu, meski dalan batasan wajar. Dan sungguh Irish sangat menikmati kebersamaanya dengan Nando.Otak Irish sebenarnya sudah sering memperingati bahwa sepintar-pintarnya bangkai yang disimpan pasti akan tercium juga. Namun hati Irish malah berkhianat. Tubuh dan bibirnya malah menikmati ciuman Nando.Gaya mencium Nando sudah banyak berubah. Lebih berani dan menantang. Mungkin Nando pernah belajar dengan bule-bule disana, pikir Irish. Tapi sebodo amat, sekara
Bertemu MantanGara-gara ulah Reagan kemarin hari ini Irish sukses terkantuk-kantuk saat briefing mingguan hotel. Apalagi dirinya pagi ini briefing dipimpin langsung oleh Reagan sendiri. Bahkan usai briefing, Reagan masih sempat-sempatnya menggoda Irish, yang dibalas Irish dengan memukulkan agendanya ke kepala Reagan.“Jahat banget sih loe Rish! Sakit nih.” Reagan mengusap-usap kepalanya akibat agenda Irish yang melayang tadi.“Biarin! Loe resek soalnya.”“Resek tapi bibir gue enak kan? Coba lagi yuk Rish. Di ruangan gue.”Setelah mengatakan itu Reagan langsung ngacir menghindari amukan Irish yang lebih besar lagi.“Nih, kontrak sama Travelo yang loe minta kemarin.” Kinta yang berjalan di sebelah Irish menyerahkan sebuah map berwarna biru.“Thanks ya Ta.”“Btw, elo s
Coffee In The MorningIrish menghempaskan bokongnya di kursi, sesaat setelah dirinya sampai di kantor. Terlalu pagi untuk Irish sampai di hotel, tempatnya bekerja.Masih sepi. Irish biasanya akan datang 10 atau 15 menit sebelum jam ceklok. Tapi pagi ini dia memutuskan untuk berangkat lebih awal, untuk menghindari omelan mama yang menanyakan kapan dirinya akan menikah.Tahun ini usia Irish genap 28 tahun, namun masih belum menunjukkan tanda-tanda ingin mengakhiri masa lajang. Padahal adiknya, Arabel, yang terpaut 3 tahun dengannya, sudah dilamar oleh Dhega, kekasihnya.Irish bukannya tidak pernah berusaha mencari jodoh. Tak terhitung banyaknya lelaki yang mendekatinya, tapi itu semua hanya untuk tidur dengannya. Tak pernah benar-benar ada yang serius.Entah harus merasa beruntung apa merasa sial, pesona Irish hanya sampai pada tempat tidur. Namun Irish bukan perempuan seperti itu. Sampai detik
Very ForcedDi kediaman Alfred, Audy sangat stress memikirkan permintaan Alfred. Ia berusaha mencari cara agar bisa lepas dari ancaman Alfred. Tak lama kemudian, terdengar suara kaki pria yang dulu pernah ia sayangi itu, mendekati kamarnya.‘Ah itu dia,’ batin Audy.“Audy, kapan Kau bisa melakukan tugasmu?” desak Alfred.“Bagaimana kalau tugas itu diberikan pada orang lain saja, Alfred?” tawar Audy.“Kenapa? Kau tidak tega?” tanya Alfred.“Aku tidak pernah membunuh siapapun, Alfred. Aku takut jika misi itu gagal, bagaimana denganku dan Jillian nantinya?”jelas Audy.Alfred diam, ia berpikir sejenak. “Begini saja, Aku yang akan membunuhnya dengan tanganku. Kau hanya perlu membawanya pergi ke tempat yang aku tentukan. Bagaimana?”“Deal,” jawab Audy.
Party SucksAudy dan Dave tengah dalam perjalanan ke sebuah mansion, tempat pesta itu diadakan. Mereka duduk di kursi belakang supir. Audy mengenakan gaun panjang berwarna gold, terdapat belahan panjang di sebelah kiri gaun, itu memperlihatkan sebelah kakinya yang jenjang. Sementara Dave mengenakan tuxedo lengkap dengan dasi kupu-kupu berwarna hitam.Terangnya lampu-lampu jalanan malam itu, membuat Audy senang melihat apapun yang dilewati mobil mereka. Tiba-tiba jari tangan kirinya terasa hangat, karena Dave menggenggamnya. Audy memutar kepalanya menoleh pada Dave.“Ini untukmu, Sayang.” Dave menyematkan cincin berlian di jari manis Audy. Cincin itu memancarkan kilauannya di gelap malam, sangat indah.Audy hanya bisa menatap manik hitam mata Dave, ia bisa melihat hangatnya ketulusan hati pria itu. Audy memberikan sedikit senyum di bibirnya. Ini pertama kalinya Dave melihat semburat tipis itu di wajah A