Just ONS
Siang itu entah kenapa Max ingin sekali makan dikantin kantornya, rasanya sudah lama sekali ia tidak makan disana tapi memang seingat Max terakhir kali ia makan disana sekitar empat atau lima tahun lalu? Entahlah.Diikuti empat orang sekretarisnya dan satu ajudannya, Max masuk ke area kantin disana terlihat sangat tenang dan disiplin meskipun sedang makan. Ia duduk dikursi yang sudah disiapkan oleh bodyguard-nya, para karyawan juga tetap melanjutkan makan siangnya tak terganggu sama sekali olehnya sesuai keinginan Max.
Hingga makanan nya sudah datang, Max makan perlahan dengan mata yang melihat kesana-kemari. Tak tahu apa yang pria itu cari hingga tatapannya terhenti pada seorang wanita berkemeja coklat muda, wajahnya tidak berubah malah bertambah cantik hanya rambutnya saja yang berganti warna. Itu adalah Gwen-nya.
Max segera ikut bangkit dan menyuruh para pekerjanya untuk tidak mengikuti dirinya. Itu Gwen-nya, tubuhnya masih imut seperti dulu meskipun wanita itu sudah memakai heels untuk menyamarkan pendek tubuhnya. Rasanya Max ingin memeluk wanita itu erat karena ia sudah sangat rindu sekali. Melihat Gwen masuk kedalam toilet, ia pun ikut masuk juga dengan mendorong pintu agak kuat membuat Gwen yang berada didalam terkejut.
Wajah kaget Gwen sama sekali tidak Max alihkan dari matanya, pria itu menarik Gwen hingga tersudut didinding. Max menundukkan tubuhnya agar wajahnya tepat berada didepan wajah Gwen, menghirup aroma Gwen agar memasuki penciumannya.
“Gwen…”
Suaranya berat dan serak sarat kerinduan juga kemarahan ketika ia mengingat bagaimana dirinya mencari-cari keberadaan wanita itu. Lain dengan Gwen yang syok.
“Dimana saja kau selama ini? katakan padaku.” Kedua tangan besarnya memegang bahu kecil Gwen dengan agak menekannya, ia teringat akan sesuatu.
“Dimana anakku Gwen?” Tatapan Max penuh harap membuat Gwen kebingungan.
“Anak apa?” Akhirnya Gwen mengeluarkan suaranya meskipun terdengar mencicit.
“Anak kita. Dimana anak kita?”
“Tidak ada anak diantara kita.” Gwen membantah hal itu dan berusaha lepas dari cengkeraman Max. Pria ini begitu tinggi dan besar, sangat mengintimidasi dirinya.
“Lepaskan aku.”
“Tidak, aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi.” Max mencengkeram dagu Gwen hingga wajah wanita muda itu mendongak.
“Aku akan menghukummu karena telah berani-beraninya pergi meninggalkan aku hari itu.”
Dari jarak yang sangat dekat ini Max dapat melihat wajah Gwen yang sangat cantik, entah keberuntungan apa hingga hari ini ia akhirnya bisa bertemu dengan Gwen.
“Lepaskan aku, aku harus bekerja.”
Gwen sangat ketakutan jika ada orang lain yang masuk kemari dan melihat mereka apalagi dengan posisi yang tidak wajar. Tetapi keinginan Gwen sama sekali tidak dikabulkan, wanita muda itu malah mendapatkan serangan ciuman.
“Hmmpp…”
Max sendiri sangat puas dalam hati karena bisa melahap bibir merah Gwen yang terus minta dilepaskan. Gwen terus meronta, mendorong pria itu agar menjauh darinya meskipun ia tahu itu tak akan berhasil.
Lima belas menit dan Gwen sudah lemas sekali, pria yang ia tidak tahu namanya ini benar-benar bajingan. Tak tahu sejak kapan Gwen sudah terduduk di atas wastafel toilet umum yang hanya terisi mereka berdua, bahkan karena terlalu lemas Gwen menyandarkan tubuhnya didada Max.
Nafas mereka memburu saling bersahutan, Max merengkuh tubuh Gwen dan mencium pelipis Gwen berkali-kali.
“Ini belum ada apa-apanya dari hukumanmu dan kau sudah lemas seperti ini?”
Gwen yang benar-benar lemas hanya bisa meremas jas mahal pria itu karena kesal, lututnya lemas sekali karena permainan hebat pria itu meski hanya ciuman. Dan kalian perlu catat ini adalah ciuman pertama Gwen setelah sekian tahun, Gwen jelas kewalahan.
“Aku harus bekerja…”
“Kau bekerja disini?”
Gwen mengerutkan kening dan menatap pria paling tampan juga pria pertamanya itu dengan bingung, “Memang kau tidak bekerja disini?”
Melihat pakaian mahal pria itu Gwen yakin bahwa jabatan pria itu bukan sekedar karyawan biasa. Wajahnya yang terlihat lebih dewasa dari terakhir kali mereka bertemu sangat mempesona Gwen, tak tahu apa yang dilakukan pria ini di Negara ini apakah untuk urusan pekerjaan atau memang pria yang Gwen tak tahu namanya itu tinggal disini? Tetapi pertanyaan Gwen sama sekali tidak dijawab, pria itu malah kembali bertanya.
“Sejak kapan kau bekerja disini? Aku tidak pernah melihatmu.”
Gwen menggedikkan bahunya, “sekitar satu bulan? Aku baru lulus dari universitas dan bekerja disini. Apa yang kau lakukan disini? Apa tinggal disini?”
Max menghela nafasnya, wanita ini kuliah dan itu artinya memang benar wanita muda ini tidak hamil seperti yang diharapkan olehnya. Entah mengapa Max tidak terima dengan fakta itu.
“Aku bekerja, dan aku asli warna negara disini. Apa kau benar-benar tidak hamil?”
Gwen berdecak pelan seraya mendorong pria itu hingga menyisakan jarak antara mereka, membiarkan Gwen turun dengan bantuan Max karena takut wanita muda itu jatuh.
“Aku tidak hamil sama sekali. Apa kau pikir semua kegiatan one night stand akan menghasilkan anak? Itu konyol.”
“One night stand?”
Geram Max yang terima hal terindah yang pernah terjadi dalam hidupnya hingga membuatnya frustasi memikirkan wanita muda ini bertahun-tahun hanya disebut one night stand. Meski cukup sulit bagi Gwen berdamai dengan masalalu, tetapi wanita itu muda itu harus melakukan ini agar bisa pergi dari toilet ini.
“Dua orang asing melakukan hubungan sex, apalagi sebutan yang cocok selain one night stand?” Gwen dengan sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk melupakan masalalu dan menjadi Gwen yang baru, kedatangan pria ini hanyalah salah satu tantangannya.
“Aku harap kau juga akan melupakan hal itu sama sepertiku, dan anggap saja kita tidak kenal jika tidak sengaja bertemu.” Secepat itu Gwen keluar dari toilet dan mendapati ada beberapa bodyguard yang menjaga pintu, tak memperdulikan hal itu Gwen berlari menuju ruang kerjanya karena waktu kerja akan dimulai tiga menit lagi.
“Gwen, kau darimana saja? Aku mencarimu dari tadi.” Cherry langsung mendekatinya begitu Gwen masuk.
“Aku habis dari toilet.”
“Tadi setelah makan, aku lewat depan toilet yang ada disebelah Cafetaria dan disana ada banyak bodyguard. Kupikir kau tidak mungkin didalam sana dengan bodyguard yang menjaga pintu toilet yang melarang orang lain untuk masuk.”
“Setelah dari toilet itu aku teringat ada yang tertinggal dimejaku, tetapi saat di lift aku sakit perut dan akhirnya memutuskan untuk berhenti di lantai mana saja untuk mendapatkan toilet.” Gwen adalah wanita muda yang cerdas, mengarang cerita kecil seperti ini bukanlah masalah besar.
“Ya ampun, apa sekarang perutmu masih sakit?”
“Tidak, sekarang sudah tidak apa-apa tidak perlu khawatir.”
About You
Max kembali keruangannya setelah Gwen meninggalkan dirinya sendiri di toilet. “Cari tahu tentang karyawan yang baru bekerja disini namanya Gwen.”Tak butuh waktu lama bagi Max untuk mendapatkan informasi tentang Gwen dari data pribadi para karyawan diperusahaan miliknya. Matanya terus meneliti tiap huruf yang memberitahunya lebih banyak tentang Gwen.
Ternyata Gwen pindah ke Australia dan tinggal disana saat Max mencari-cari dirinya. Melihat nama keluarga Gwen, Maxime akan mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan perusahaan keluarga Gwen. Maxime akan terus mencari peluang agar mereka bisa bersama seperti yang Max inginkan.
Disisi lain Gwen mengigit bibirnya, pekerjaannya hampir selesai untuk hari ini tetapi waktu pulang masih lumayan lama. Sejak pertemuannya dengan pria itu pikirannya sudah tidak berada pekerjaannya lagi. Gwen terus bertanya-tanya, siapa sebenarnya pria itu disini mengapa saat ia keluar dari toilet banyak bodyguard seolah pria itu adalah orang penting. Ia sempat terpikir untuk bertanya pada Cherry mungkin wanita itu tahu sesuatu, tetapi Gwen tak tahu harus bertanya bagaimana.
“Ada apa Gwen? Apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?” Cherry sudah menatap wajahnya setelah sebelumnya wanita itu begitu fokus pada pekerjaannya.
“Apa pekerjaanmu sulit?”
“Bukan tentang itu, ini tentang hal lain. Aku hanya ingin bertanya mungkin kau tahu sesuatu.”
“Apa itu?”
“Tadi kau bilang kau melihat ada banyak bodyguard di toilet dekat cafetaria.” Cherry mengangguk membenarkan seraya mata kembali fokus pada layar monitor miliknya.
“Ya lalu?”
“Menurutmu itu bodyguard siapa? Maksudku untuk apa bodyguard di perusahaan ini.”
Cherry mengetukkan jarinya di dagu seolah berpikir, “mengingat wajah bodyguard tadi sepertinya itu adalah bodyguard CEO kita. Dia pengusaha sukses yang kaya raya tentu saja ia butuh penjagaan. Itu hal wajar menurutku.”“CEO? Owner M.B. Inc.?”
Cherry kembali mengangguk cepat. “Ya CEO sekaligus Owner tampan kita Mr. Maxime Beauchamp.”
Mendengar nama itu Gwen mengerutkan keningnya. Ia tidak tahu nama pria yang sudah mengambil pengalaman pertamanya, dan ia juga tidak mencari tahu tentang pemilik perusahaan raksasa M.B. Inc.
Ini karena ia hanya ikut-ikutan melamar pekerjaan yang lokasinya jauh agar bisa pergi dari rumah keluarganya. “Pria paling tampan yang pernah aku temui, aku juga mendengar bahwa dia bukan pria mata keranjang dan playboy. Siapapun yang akan menjadi wanitanya pasti beruntung, dia pria tampan yang setia.”
Tanpa memperdulikan semua ungkapan Cherry lagi Gwen segera menuju mesin pencari dan mencari pemilik perusahaan tempat ia bekerja. Gwen hanya dapat diam dalam keadaan shock karena mendapati informasi yang benar-benar tidak disangka olehnya, mungkin ini yang disebut kesialan. Gwen terus men- scroll foto-foto pria yang pernah bercinta dengannya itu dalam event-event penting juga cover-cover majalah bisnis yang memunculkan wajah itu.
“Dia sangat tampan kan?” Gwen semakin terkejut karena sanggahan Cherry yang tiba-tiba berada disampingnya. Sedangkan Gwen sendiri tidak mengeluarkan sepatah katapun, rasanya seperti otaknya berceceran dimana-mana. Tak tahu harus apa dan bagaimana setelah tahu takdir begitu mempermainkan dirinya.
“Sudah jangan dipandangi terus, selesaikan pekerjaanmu sekarang.” Tepukan dibahunya semakin menyadarkan Gwen pada kenyataan. Ia segera keluar dari pencariannya dan kembali mengerjakan pekerjaannya meskipun masih banyak melamun.
Sekarang Gwen sudah tahu siapa pria itu dan Gwen yakin seribu persen untuk mendapatkan informasi dirinya bagi pria itu sangatlah mudah. Pria itu akan tahu semua tentang dirinya dan Gwen akan sulit untuk lepas dari masa lalu juga pria itu, saat ciuman di toilet saja Gwen hampir lupa diri bagaimana jika ada kesempatan lain dan mereka bisa saja melakukan lebih dari itu.
Masih sangat segar dalam ingatan Gwen bagaimana ia berjanji pada ibunya juga pada dirinya sendiri, dan kedatangan pria itu akan menghancurkan semuanya. Ingin resign dari perusahaan ini pun rasanya mustahil, ia tidak punya uang untuk membayar denda kontrak juga ia tidak mau kembali ke keluarganya. Tetapi tetap disini pun Gwen merasa hidupnya tidak akan aman.
Menyimpan pekerjaannya yang sudah selesai, Gwen kembali mendekati Cherry. “Cherry, apa CEO kita sudah menikah? punya kekasih atau semacamnya?”
Gwen berharap sekali pria itu sudah punya kehidupan sendiri.
Jadi hal ini bisa menjadi alasan kuat untuk menahan segala hal yang tidak perlu terjadi di antara mereka berdua, lagipula untuk apa pria itu mencarinya lagi bahkan menanyakan anak pada Gwen sedangkan pria itu sangat bisa mencari seseorang yang lebih segala-galanya dari Gwen.
“Setahuku tidak, tetapi aku juga belum tahu pasti karena itu sangat privasi. Kenapa? Kau ingin mendaftar menjadi kekasihnya?” Secepat kilat Gwen menggeleng kepalanya, otaknya terus bekerja mencari alasan yang cocok.
“Tidak tidak. Aku hanya bertanya karena sepertinya dia sudah sangat dewasa, aku sempat berpikir mungkinkah dia punya anak atau istri.”
“Dia belum menikah, tetapi untuk seorang kekasih aku tidak tahu pasti. Tidak ada berita tentang itu.”
“Begitu ya, aku sama sekali tidak mencari-cari tahu tentang pemilik perusahaan ini karena aku hanya fokus pada perkembangan perusahaan dan interview-ku saja.”
Meskipun Cherry tidak bertanya, tetapi Gwen merasa perlu untuk menjelaskannya karena takut ada kesalahpahaman.
“Dan untuk Mr. William, apakah akan mulai datang kemari besok?”
“Yang kudengar begitu. Meskipun sedih melepaskan Leader Liam tetapi aku sangat tidak sabar untuk lebih dekat dengan Mr. William.”
“Apa kau benar-benar menyukainya? Apa perlu aku membantu kalian untuk lebih dekat?” Tanya Gwen sekedar basa-basi, ya jika Cherry menanggapinya tentu saja Gwen akan tetap melakukannya demi Cherry yang sudah begitu baik padanya selama ini.
“Tidak perlu, jika memang kami berjodoh akan ada banyak jalan untuk saling menyukai dan jatuh cinta. Lagipula Mr. William sudah memiliki kekasih. Miss Alexa Smith pembawa berita utama di M.B. Inc cabang pertelevisian.”
“Dia pasti sangat cantik.” Celetuk Gwen yang dalam otaknya tidak terbayang sama sekali bentukan dari Alexa yang dimaksud. Terdengar dari posisi wanita itu tentu saja tidak sembarangan kan?
“Benar, tapi aku pernah mendengar Miss Alexa adalah mantan kekasih dari CEO kita. Tidak tahu benar atau tidak tetapi jika dipikir-pikir lagi mana mungkin seorang Alexa mau menurunkan standarnya yang terlalu tinggi itu dari menjadi kekasih CEO berubah menjadi kekasih seorang leader karyawan biasa. Sangat jauh perbandingannya.”
“Dia wanita yang angkuh ya ternyata.”
Cherry menggedikkan bahunya pelan, “yang kulihat memang seperti itu tapi entahlah. Aku juga tidak terlalu mengenalnya, bisa saja aku salah menilai. Buktinya Mr. William Hobert yang begitu charming masih mau bertahan dengan wanita seperti itu.”
“Aku jadi penasaran.” Gumam Gwen dengan pandangan menyorot kosong pada layar monitornya yang masih menyala.
Bersambung
ReminderGwen kembali ke apartemennya. Ia sangat lelah sekali sekarang jadi sesampainya disana ia langsung membersihkan diri dan berlanjut membenamkan diri di kasur. Usapan diwajahnya menganggu Gwen karena Gwen adalah tipe orang yang sensitif ketika tidur, tidak bisa diganggu bahkan berisik sekalipun. Tak tahu berapa lama ia tertidur, matanya begitu berat untuk diajak melihat.“Tidurlah lagi jika masih mengantuk.”Bisikan dengan suara yang sangat rendah itu berhasil membuat Gwen merinding.Hatinya tersengat saat ia mengingat suara ini, suara pria itu pada saat mereka melakukan penyatuan dulu. Dengan paksa Gwen membuka matanya dan seseorang disampingnya ini berhasil kembali mengejutkan Gwen.“Kau kenapa bisa ada disini?”Pertanyaan Gwen sama sekali tidak dijawab karena pria itu bahkan dengan santainya menopang kepala dengan sebelah tangannya menatap Gwen dengan intens tanpa merubah posisi dari merebahkan diri.&ld
Be My HoneyMax mendengus sebal, entah bagaimana bisa di pesta yang baru saja ia tinggalkan itu ada saja hal yang tak diinginkan. Sembilan puluh lima persen wanita yang pernah menjadi kekasih Max berkumpul disana. Entah bagaimana bisa mereka saling mengenal yang pasti Max sangat mencurigai Alexa Smith. Mungkinkah wanita itu menjadi stalker dirinya selama ini?Bahkan untuk Alli Martinez yang tinggal di Barcelona saja sampai hadir dan terlihat begitu akrab dengan wanita itu. Belum lagi ibunya yang terlihat begitu senang memperkenalkannya kesana-kemari. Bahkan tidak malu mengatakan bahwa Max sedang mencari pasangan, membuat Max semakin tidak habis pikir.Selama Max memiliki kekasih, ia selalu memberi batasan untuk tidak terlalu dekat padanya. Dalam artian saling mengenal lebih jauh meskipun saling punya perasaan. Max hanya tertarik lalu menerima pernyataan perasaan mereka dan mereka berkencan. Hanya dinner dan berhubungan seksual termasuk memberi mereka kartu kredit.
WorriesGwen merasakan nyeri pada lengan dalam bagian atasnya tempat dimana ia menanam implan, beberapa hari kemarin bagian itu juga sempat lebam. Gwen bahkan konsultasi lagi ke dokter untuk bertanya tentang apa yang ia alami, katanya hal itu normal terjadi bahkan efek dari pemasangan implannya ini cukup banyak seperti gangguan menstruasi yang tidak teratur, kemungkinan perubahan berat badan, nyeri kepala, perubahan mood yang tiba-tiba, nyeri pada payudara serta mual dan nyeri perut.Sepulang dari kerjanya Gwen langsung kembali ke apartemen, rencananya ia akan memasak mi sambil menonton film. Sayangnya yang terjadi selepas ia mandi adalah Gwen merasakan mual yang membuat dirinya tidak nafsu untuk memakan apapun sehingga ia memilih untuk tidur saja.Sebuah tangan dingin tersampir dikenangnya, meskipun Gwen tertidur tetapi ia tidur terlalu lelap.“Apa kau sudah makan?”Suara berat yang Gwen kenali sebagai Max menyapa telinganya. Gelengan pe
LoversGwen memposting foto terbarunya di media sosial yang ia punya, tidak dengan nama aslinya Gwen lebih memilih untuk memberi nama lain yang unik hingga anggota keluarganya tak akan tahu bahwa itu adalah miliknya. Pengikutnya cukup banyak karena Gwen memang populer, ia me-privasi akunnya dan itu adalah pilihan bijak. Ia mengirimkan fotonya bersama Max yang kemarin mereka ambil dalam kencan tiap hari libur mereka. Mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang bahagia.Sudah satu bulan ini mereka menjalin hubungan dan Gwen menikmatinya sejauh tidak ada yang tahu tentang mereka dalam artian sebenarnya. Seperti teman-teman kerjanya ataupun media apalagi keluarganya.“Bagaimana Gwen, apa kau sudah menyiapkan apa yang akan kau pakai malam ini?”Gwen menganggukkan kepala pelan, ia kemarin lusa sempat membeli dress untuk menghadiri ulangtahun William leader mereka. Pria itu mengundang mereka dan melarang untuk dibawakan kado atau apapun, lagipula nan
MedusaWaktu berjalan begitu cepat dan selama itu pula Gwen sudah merasa nyaman bersama dengan Max menjalin hubungan berstatuskan sepasang kekasih. Seperti biasanya Max kembali meninggalkan Gwen demi pekerjaannya. Pria itu bilang akan sedikit lama berada di Barcelona tidak seperti perjalanan bisnis biasanya.Sedikitnya Gwen merasa kesal jika Max sedang dalam keadaan sibuk-sibuknya dengan pekerjaan karena ia akan diabaikan oleh pria itu demi pekerjaannya. Nyatanya Max lebih workaholic dari yang Gwen duga.Hubungan mereka masih aman sejauh ini dalam artian ‘tidak ada yang tahu’. Max sebenarnya sangat keberatan dengan hal ini tapi tentu saja Gwen menjelaskan perkara sebenarnya jika hubungan mereka terkuak. Dan sejak Mr. William menanyai tentang Max, Gwen menjadi lebih berhati-hati.“Ini.” Mr. William mengangsurkan minuman didepannya pada Gwen entah untuk keberapa kalinya hampir setengah tahun ini jika mereka sedang makan bersama dengan
Slave of Love“Apa terjadi sesuatu?”“Apa?”Gwen menatap Max tidak paham, saat ini mereka sedang berada disebuah tempat yang Max pernah janjikan padanya sebelum pria itu pergi ke Barcelona. Angin bertiup hingga rambut Gwen ikut terbawa, seperti akhir pekan yang biasa mereka lewati kali ini pun Max memilih tempat diluar ruangan.Mereka lebih sering mengadakan piknik kecil-kecilan seperti ini, dengan beberapa makanan dan lebih banyak mengobrol. Mungkin baru dua kali Max mengajaknya makan di restoran mewah itupun mereka memesan ruangan VIP, jika sedang malas keluar biasanya mereka tetap mengendap di apartemen memasak atau membuat kue juga menonton film.Tapi Gwen menikmati semua yang mereka jalani ini, sekarang.“Aku pergi cukup lama meninggalkanmu disini, apa terjadi sesuatu?” Ulang Max.Gwen yang sedang memakan sushi lebih mengutamakan menyelesaikan kunyahan dan menelan makanannya dahulu sebelum menjaw
Angry birdGwen tidak bisa menahan tawanya meskipun ia masih merasa kesal dengan Max perihal gaun, tetapi melihat Max mengakui bahwa pria itu tergoda cukup lucu untuknya. “Jadi aku berhasil menggodamu?”“Tidak usah kau tanyakan lagi.” Max menggeram kesal, bahkan pria itu sama sekali tidak menatapnya dan fokus pada jalan.“Dasar pemarah.” Gerutu Gwen yang malah semakin mendekatkan dirinya pada Max.Tiba-tiba saja tangan Gwen tersampir dimilik Max yang sedari tadi menggembung, membuat Max cukup tersentak kaget. Tetapi senyum nakal Gwen menyapa matanya, wanita muda itu bahkan dengan berani mengecupi dan menjilati sisi lehernya yang sedang fokus mengemudi. Sial!“Apa ini juga marah padaku?” Tanya Gwen dengan suara sensual mengusapi milik Max yang masih terjebak didalam celana.“Gwen.. kau sedang menstruasi. Aku tidak mau hanya dengan mulutmu saja.”Tidak perduli ucapan penuh frus
About Us 1“Max…” Panggilan Gwen bekali-kali tidak dihiraukan pria itu, bahkan Max menepis tangan Gwen yang menahan lengannya.Gwen mengejar Max, mencoba berkata dengan pria yang pergi dari apartemennya setelah mengambil kunci mobil dikamar. Tidak membiarkan Gwen menjelaskan apapun setelah pertanyaan yang Max lontarkan padanya.“Berhenti Gwen.” Anggun menarik balik tangan anaknya saat melihat Gwen akan pergi menyusul pria yang pergi tanpa atasan bernama Max, dengan kemeja kebesaran yang anaknya pakai.“Kalian sudah berakhir dan itu yang terbaik. Kalian tidak punya masa depan, ayahmu dan seluruh keluarga tidak akan bisa menerimanya meskipun dia dari keluarga kaya sekalipun.”“Jangan semakin merusak hidupmu. Jadilah anak baik demi Mama. Mama tidak tahu akan menjadi apa masa depanmu jika Papa tahu tentang hal ini.” Gwen menggeleng air matanya terus mengalir, pikirannya masih tertuju pada Max. Ia ben
Kecelakaan “Kau sangat cantik Eve. Aro pasti akan menyukai penampilanmu,” puji Stella, Ibunya yang memegang bahu putrinya, lalu mengelus rambut panjangnya yang bergelombang akibat dicurly.“Kau sudah menyiapkan hadiah untuk Aro?” tanya Raymond, ayahnya yang bersandar di sisi ambang pintu. Evelyn Blossom. Gadis berusia 22 tahun itu tampak malu-malu dan enggan untuk menjawab pertanyaan sang Ayah. Tapi detik berikutnya, ia berkata pelan, “Aku akan memberikannya jika aku sudah bertemu dengannya, Daddy.” Rona tersipu di pipi Evelyn spontan membuat Stella tertawa. Ia lalu melirik suaminya di pintu yang memandang datar dan tampak tidak peduli, namun samar bisa Stella tangkap ujung bibir suaminya itu sedikit tertarik sebelum menghilang, meninggalkan mereka berdua setelah berkata, “Ya sudah. Daddy tunggu di bawah. Kita akan berangkat sebentar lagi.” “Biar Mommy tebak hadiah apa yang akan kau berikan untuk Aro.” Stella memicingkan
Kita Ini Apasih? Tanyakan pada Reagan apa yang membuat yang membuatnya tergila-gila pada Irish. Reagan akan menjawab, pertama bibir Irish, kedua bibir Irish, ketiga bibir Irish, baru yang terakhir tubuh mungil Irish yang sedang mendesah-desah dibawah tubuhnya. Dasar Reagan mesum!Reagan sudah lupa kapan terakhir kali dirinya melakukan adegan 17 tahun keatas tersebut, yang Reagan ingat hanya Irish perempuan terakhir yang bangun disampingnya 2 bulan lalu, di villa, di Ubud. Reagan tidak lagi mencari kesenangan diuar. Semua waktunya tersita hanya untuk Irish seorang. Mulai dari antar jemput sampai membuntuti Irish kemanapun gadis itu pergi. Sampai Irish yang kesal karena kelakuan Reagan membentak cowok itu. “Loe nggak ada kerjaan lain ya selain buntutin gue Re?” “Loh gue kan bossnya. Jadi kerjanya suka-suka gue lah.” “Tapi loe tiap hari ngikutin gue kemana-mana. Emang loe nggak capek?” “Nggak!” Susah bicara baik-ba
Cemburu LagiSejujurnya Irish ingin memperpanjang cutinya. Dia tidak berniat masuk kerja. Tapi dia tidak enak pada Pak Lukman. Kemarin minta cuti seminggu mendadak. Masa sekarang minta extention lagi. Benar-benar nggak tahu diri. Seperti bukan Irish saja.Dan sejujurnya lagi, Irish tidak siap bertemu Reagan. Irish malu akibat perbuatannya. Irish takut kalau-kalau Reagan menertawainya. Irish takut kalau Kinta tahu dirinya dan Reagan sudah ena-ena. Kinta pasti akan mencemooh dirinya.Kinta memang bukan penganut paham ‘jangan lepas kendali sebelum menikah’ seperti Irish.Kinta adalah perempuan bebas. Selama dirinya senang, dia akan menikmatinya. Dan kebanyakan mantan pacar Kinta memang bule. Kinta memang penggemar sejati terong import.Begitu sampai di hotel, Irish berjalan cepat-cepat memasuki ruangan kerjanya. Matanya mengawasi Reagan yang bisa saja tiba-tiba muncul.
Pertama Irish benar-benar shock melihat kemesraan Nando dan Dayu tadi. Seketika itu juga rasa laparnya mendadak hilang. Dikeluarkannya 2 lembar seratus ribuan dan diletakkannya di meja. Irish lalu bangkit berdiri dan pergi dari situ tanpa pamit. Irish masih mengingat jelas pernyataan cinta Nando padanya, dan juga ketersediaan Irish menunggu Nando memutuskan Dayu. Sampai capek Irish galau berminggu-minggu. Menangis tidak jelas. Bela-belain kabur ke Ubud. Yang digalauin malah asik ciuman sama tunangannya. Katanya nggak cinta, tapi kok ciumannya mesra banget. Menghayati pula. Irish menggosok-gosok bibirnya dengan kasar. Menghilangkan jejak bibir Nando disana. Di dalam mobil Irish berusaha menahan air matanya agar jangan sampai keluar. Menangisi orang seperti Nando membuat dirinya terlihat menyedihkan. Pandangan Irish sudah mengabur. Dibelokannya mobilnya ke arah bar yang dia lewati.
DayuHari yang paling ditakutkan Irish benar-benar terjadi. Bagaimana tidak Dayu pacar Nando tiba-tiba muncul di Jagapati. Irish sudah merinding membayangkan Dayu akan melabraknya. Namun kenyataannya perempuan itu hanya mengajak Irish bicara baik-baik.Tak dipungkiri Irish, akhir-akhir ini Irish sering menghabiskan waktu bersama Nando diam-diam. Mereka pergi makan malam bersama. Lalu menghabiskan waktu berlibur ke bedugul.Nando juga tidak segan-segan lagi mencium Irish. Menggrayangi tubuh gadis itu, meski dalan batasan wajar. Dan sungguh Irish sangat menikmati kebersamaanya dengan Nando.Otak Irish sebenarnya sudah sering memperingati bahwa sepintar-pintarnya bangkai yang disimpan pasti akan tercium juga. Namun hati Irish malah berkhianat. Tubuh dan bibirnya malah menikmati ciuman Nando.Gaya mencium Nando sudah banyak berubah. Lebih berani dan menantang. Mungkin Nando pernah belajar dengan bule-bule disana, pikir Irish. Tapi sebodo amat, sekara
Bertemu MantanGara-gara ulah Reagan kemarin hari ini Irish sukses terkantuk-kantuk saat briefing mingguan hotel. Apalagi dirinya pagi ini briefing dipimpin langsung oleh Reagan sendiri. Bahkan usai briefing, Reagan masih sempat-sempatnya menggoda Irish, yang dibalas Irish dengan memukulkan agendanya ke kepala Reagan.“Jahat banget sih loe Rish! Sakit nih.” Reagan mengusap-usap kepalanya akibat agenda Irish yang melayang tadi.“Biarin! Loe resek soalnya.”“Resek tapi bibir gue enak kan? Coba lagi yuk Rish. Di ruangan gue.”Setelah mengatakan itu Reagan langsung ngacir menghindari amukan Irish yang lebih besar lagi.“Nih, kontrak sama Travelo yang loe minta kemarin.” Kinta yang berjalan di sebelah Irish menyerahkan sebuah map berwarna biru.“Thanks ya Ta.”“Btw, elo s
Coffee In The MorningIrish menghempaskan bokongnya di kursi, sesaat setelah dirinya sampai di kantor. Terlalu pagi untuk Irish sampai di hotel, tempatnya bekerja.Masih sepi. Irish biasanya akan datang 10 atau 15 menit sebelum jam ceklok. Tapi pagi ini dia memutuskan untuk berangkat lebih awal, untuk menghindari omelan mama yang menanyakan kapan dirinya akan menikah.Tahun ini usia Irish genap 28 tahun, namun masih belum menunjukkan tanda-tanda ingin mengakhiri masa lajang. Padahal adiknya, Arabel, yang terpaut 3 tahun dengannya, sudah dilamar oleh Dhega, kekasihnya.Irish bukannya tidak pernah berusaha mencari jodoh. Tak terhitung banyaknya lelaki yang mendekatinya, tapi itu semua hanya untuk tidur dengannya. Tak pernah benar-benar ada yang serius.Entah harus merasa beruntung apa merasa sial, pesona Irish hanya sampai pada tempat tidur. Namun Irish bukan perempuan seperti itu. Sampai detik
Very ForcedDi kediaman Alfred, Audy sangat stress memikirkan permintaan Alfred. Ia berusaha mencari cara agar bisa lepas dari ancaman Alfred. Tak lama kemudian, terdengar suara kaki pria yang dulu pernah ia sayangi itu, mendekati kamarnya.‘Ah itu dia,’ batin Audy.“Audy, kapan Kau bisa melakukan tugasmu?” desak Alfred.“Bagaimana kalau tugas itu diberikan pada orang lain saja, Alfred?” tawar Audy.“Kenapa? Kau tidak tega?” tanya Alfred.“Aku tidak pernah membunuh siapapun, Alfred. Aku takut jika misi itu gagal, bagaimana denganku dan Jillian nantinya?”jelas Audy.Alfred diam, ia berpikir sejenak. “Begini saja, Aku yang akan membunuhnya dengan tanganku. Kau hanya perlu membawanya pergi ke tempat yang aku tentukan. Bagaimana?”“Deal,” jawab Audy.
Party SucksAudy dan Dave tengah dalam perjalanan ke sebuah mansion, tempat pesta itu diadakan. Mereka duduk di kursi belakang supir. Audy mengenakan gaun panjang berwarna gold, terdapat belahan panjang di sebelah kiri gaun, itu memperlihatkan sebelah kakinya yang jenjang. Sementara Dave mengenakan tuxedo lengkap dengan dasi kupu-kupu berwarna hitam.Terangnya lampu-lampu jalanan malam itu, membuat Audy senang melihat apapun yang dilewati mobil mereka. Tiba-tiba jari tangan kirinya terasa hangat, karena Dave menggenggamnya. Audy memutar kepalanya menoleh pada Dave.“Ini untukmu, Sayang.” Dave menyematkan cincin berlian di jari manis Audy. Cincin itu memancarkan kilauannya di gelap malam, sangat indah.Audy hanya bisa menatap manik hitam mata Dave, ia bisa melihat hangatnya ketulusan hati pria itu. Audy memberikan sedikit senyum di bibirnya. Ini pertama kalinya Dave melihat semburat tipis itu di wajah A