Malam penganten

°°°°°

" Emmhhptt ... "

Di dalam kamar hotel beraroma lavender, pasangan yang hari ini baru saja halal. Tengah saling mencumbu satu sama lainya.

Gena begitu menikmati ciuman keduanya itu dengan Moriz. Bahkan tanpa kesulitan sedikitpun, Moriz sembari membuka jas yang melekat di tubuhnya.

Dan melemparnya secara asal. tanganya kembali bergerak mngapit kepala Gena. Membuat ciuman mereka semakin dalam.

Gena hanya bisa pasrah saja, saat tubuhnya semakin di himpitkan ke dinding kamar. Keduanya terlalu larut dalam ciuman tersebut.

Merasa sudah akan kehabisan nafasnya, Gena mencoba mendorong tubuh Moriz. Namun, tak ada perubahan sama sekali. Sampai percobaan kedua, dengan mengerahkan seluruh tenaganya.

Gena akhirnya berhasil melepas pangutan keduanya. Dengan bibir yang sudah terlihat bengkak dan memerah. Belum lagi rambut yang tadinya tertata rapi,

Kini sudah berantakan sekali oleh ulah Moriz, pastinya. Moriz menggeram lirih, merasa kesal saat tubuhnya di dorong begitu saja oleh Gena.

Belum lagi dia tengah di landa hasrat yang memburu ingin melakukan lebih pada gadis di depanya ini, yang kini sudah resmi menjadi istrinya.

" Om, aku mau mandi dulu."

Gena melangkah begitu saja ingin pergi ke kamar mandi. Namun, sebelum langkahnya semakin jauh. Moriz telah lebih dulu mencekal pergelangan tanganya.

Yang mana mampu menghentikan langkah Gena, dan membuat gadis itu seketika menoleh kearah Moriz dengan wajah bingung.

" Om ak -- "

Belum sempat melanjutkan protesnya, Moriz sudah mendorong tubuh Gena, hingga sampai punggung gadis itu menempel di dinding.

Moriz kembali mencium bibir Gena dengan sedikit lebih kasar. Seakan menuntut lebih dari ciuman sebelumnya. Untuk beberapa saat mereka berciuman lagi.

Moriz yang sudah tak sabar pun, mengangkat tubuh kecil Gena. Lalu melemparnya keranjang empuk. Dengan segera ikut naik keatasnya mengungkung tubuh Gena.

Gena yang masih syok karena perlakuan Moriz, menurutnya cukup kasar tersebut. Kembali di serang oleh Moriz. Pria itu menyambar bibir Gena menciumnya dengan sembari mulai membuka kacing kemejanya.

Moriz kini sudah bertelanjang dada, dan hal itu di sadari oleh Gena. Saat gadis itu tak sengaja mèngsuap dada bidang Moriz, yang ternyata sudah tak berlapis kain.

Di tengah ciumanya, Gena sedikit mengintip untuk melihat seperti apa penampakan tubuh atas pria yang kini sudah berstatus menjadi suaminya itu.

Moriz yang entah kenapa ikut membuka matanya, sadar akan tatapan mata Gena, membuatnya menyeringai lalu melepas pangutan panas mereka.

" Terpesona, hm?" Seraknya.

" Eh," 

Gena di buat malu sendiri dengan tingkahnya, yang ketahuan tengah mengagumi tubuh kekar Moriz. Belum lagi jemari lentiknya juga masih mengelus lembut di dada Moriz.

" Sshh ... "

Moriz mendesis pelan, merasakan lembutnya belaian jemari lentik Gena di dadanya. Namun, Gena yang terlanjur malu malah menarik tangannya, lalu memalingkan wajahnya kesamping.

Moriz menggeram kesal saat kenikmatanya malah terhenti. Karena terlanjur kesal, tanpa Gena duga. Moriz merobek paksa gaun pengantinnya itu.

Matanya membelalak lebar tak percaya dengan apa yang di lakukan Moriz. Gena hampir saja menangis di buatnya.

Gaun pengantin yang indah dan dan dia sukai itu, kini sudah tak terbentuk dan di lemparkan begitu saja ke sembarang arah oleh Moriz.

Moriz menyeringai melihat tubuh Gena yang hanya terbalut sebuah dalaman saja. Matanya terlihat kabut gairah begitu terpancar.

Seakan tak sabar ingin memangsa tubuh Gena. Gena yang mendapat tatapan buas dari Moriz, langsung menyilangkan kedua tangannya guna menutupi tubuh terbukanya.

Namun, sepertinya hal itu sia - sia saja. Kedua tangan kecilnya tak mampu membantu sedikitpun. 

" O- om ... " Ucapnya gugup.

Bahkan dengan susah payah, Gena menelan ludahnya guna menutupi kegugupannya itu.

Moriz tak mengindahkan panggilan dari Gena tersebut. Pria itu masih fokus memandangi tubuh Gena saat ini.

" Om, aku mau ke kamar mandi" 

Mendengar ucapan Gena itu, Moriz mendongak menatap wajah gadis itu menyelidik. Sadar jika Gena hanya berusaha menghindarinya.

Moriz memilih kembali menundukkan kepalanya. Bibirnya berlabuh di wajah Gena. Memberikan kecupan lembut di dahi, lalu turun ke pipi hingga berhenti di bibir.

Langsung saja tanpa menunggu lebih lama lagi, Moriz memanggut bibir basah Gena yang kenyal dan manis seperti candu baru baginya.

Tangannya berkeliaran mengelus lembut perut rata Gena, hingga membuat gadis itu mendesah di sela ciuman.

" Eerrgghhh ... "

Karena larut dalam ciuman, Gena tanpa sadar mengalungkan tangannya ke leher Moriz. Tangan Moriz sudah turun ke bawah mengelus paha mulus Gena.

Membuat gerakan yang lembut bagi Gena. Merasa sama - sama akan kehabisan nafas, Moriz lebih dulu melepas tautan bibir mereka.

Gena sibuk mengatur nafasnya saat ini. Sampai matanya kembali membelalak lebar melihat Moriz yang tengah membuka celana panjangnya.

Jantung Gena bertambah berdetak kencang. Buru - buru dia mengalihkan tatapan matanya ke arah lain. Asal tak melihat apa yang di lakukan Moriz.

Selesai membuka celananya. Moriz lagi - lagi menyerang Gena. Kini dia mulai mengecup leher Gena sampai berhenti di dada gadis itu yang masih terbungkus kain.

" Om, eeuughh ... " Desahan kecil keluar begitu saja dari mulut Gena, saat Moriz memainkan kedua dadanya.

Moriz tak membiarkan sejengkal satupun tubuh Gena terlewatkan, dari aksi kecupannya itu. Dia juga sudah tak sabar ingin melakukan inti dari permainan ranjang ini.

Gena yang juga sudah ikut terbakar gairah, hanya bisa memandang sayu pada Moriz. Seakan meminta akane hal lebih.

Moriz tentu tak menyia - nyiakan hal ini. Bergegas melucuti kain satu - satunya masih menempel di bagian bawah sana.

Tak lupa dia juga membantu membuka kain segitiga penutup inti tubuh Gena. Sempat terdiam sejenak mengagumi keindahan inti Gena.

Moriz mulai melakukan pemanasan untuk mempermudah intinya. Agar mudah masuk ke dalam tubuh Gena. Dia memasukkan satu jarinya kedalam sana.

" Arrghhh ... " Teriak Gena di buat terkejut.

Rasanya perih di bawah sana. Tapi saat jari milik Moriz mulai di gerakan secara perlahan, membuat rasa nikmat yang baru pertama kali Gena rasakan.

" Emmhh ... Eeughhh ... Om," desahan Gena membuat Moriz mendongak.

Pria itu di buat bertambah bergairah saat menatap wajah memerah Gena saat ini. Moriz membungkam mulut Gena dengan tangan masih terus bergerak.

Gena merasakan ingin membuang air kecil, memukul dada Moriz.

" Aahhh ... Om, aku mau pipis" adunya seakan tak tahan.

Moriz yang mengerti jika Gena akan mendapatkan pelepasan pertamanya, mengangguk pelan.

" Keluarkan saja" sahutnya.

'" Aahhh ... Engga Om, aakhhh ... Aku mau ke kamar mandi"

Setelah mengatakan hal itu, tubuh Gena bergetar hebat merasakan cairan hangat keluar dari intinya. Sampai membuat wajahnya mendongak ke atas merasakan nikmat yang luar biasa.

Tanpa menunggu Gena selesai dengan pelepasannya, Moriz memasukkan intinya dengan sekali hentakan. Karena cairan milik Gena membuat jalan tersebut sedikit lebih mudah.

" AAARRGGHHHH ... SAKIT OM!"

Gena berteriak histeris merasakan tubuhnya seakan di belah menjadi dua. Matanya sudah basah oleh air mata mengalir deras di pipinya.

" keluarin Om, sakit hikss ... "

Moriz menunduk mengecup kedua matan Gena yang basah. Belum bergerak, dia ingin membuat Gena merasa nyaman lebih dulu dengan miliknya itu.

Malam ini mereka lalui dengan panas membara. Saling menyalurkan hasrat masing - masing di temani desahan yang bersaut di setiap gerakan.

.....