Home / Romansa / Cintai Aku Om! / Sore yang kacau

Share

Sore yang kacau

Author: Viie _ 96
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

.....

Gena memilih duduk di pinggir kasur, menghadap kearah kaca balkon kamar tersebut. Matanya malah sibuk memindai seluruh isi kamar.

Kamar yang akan menjadi kamarnya juga. Terlihat cukup luas dengan di dominasi warna putih. 

Moriz masih menatap Gena. Menunggu istrinya menjawab pertanyaannya tadi. Dia yakin jika Gena ingin menanyakan sesuatu padanya.

"Om!" Panggilnya lagi. Namun kali ini tak melirik kearah Moriz.

" Apa kamu bisa berhenti memanggilku dengan sebutan, Om!" Decaknya kesal. Merasa tak suka.

Moriz merasa belum setua itu untuk di panggil menggunakan kata, Om. Dia dan Gena hanya beda delapan tahun saja.

"Eh," Gena baru menoleh mendengar protes Moriz padanya itu.

"Terus aku harus manggil apa?"

"Terserah. Asalkan jangan panggilan Om lagi."

Gena berpikir akan mengganti panggilan apa, sekiranya cocok untuk Moriz.

"Gimana kalau Abang? Mas, atau Kak?"

Moriz kembali menoleh, " panggil Mas saja, itu lebih baik."

"Oh, ok!"

Keduanya lalu sama-sama terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Dan tiba-tiba saja ...

JEGER!

Suara petir mengagetkan keduanya. Lebih tepatnya Gena, sangking kaget dia sampai berdiri berhambur memeluk erat tubuh Moriz.

Padahal tadi langit terlihat cerah. Namun, siapa sangka malah sudah mendung saja. Gerimis mulai turun di sertai angin.

Moriz membiarkan Gena yang masih memeluknya erat. Hujan deras membasahi bumi, menguar aroma tanah basah kedalam indra penciuman keduanya.

Terlebih pintu kaca balkon yang memang terbuka, membuat angin berhembus masuk menggelitik kesunyian.

"Saya mau tutup pintu," ujar Moriz. Dia bermaksud memberitahu Gena, agar istrinya itu melepas pelukannya.

Namun, bukanya melepas, Gena malah tetap menempeli tubuh Moriz. Membuat Moriz mau tak mau berjalan pelan kearah pintu.

Setelah menutup pintu tersebut, Moriz juga menarik gorden yang biasa digunakan menutupi kaca pintu itu.

"Apa kamu lapar?"

Moriz menunduk menatap wajah cantik Gena. Masih tak menyangka dirinya bisa menikahi, sosok gadis menyebalkan yang sedari beberapa bulan lalu dia anggap seorang pengganggu.

"Kenapa? Om udah lapar ya?" Tanya balik Gena.

Moriz mengangguk singkat. Anggukan yang Gena anggap sebagai jawaban. Namun, tersirat arti lain bagi sang empu.

"Om mau ngapain?" 

Gena mendadak mundur, dia merasa harus waspada saat Moriz tersenyum miring menatapnya begitu lekat.

Tak membiarkan Gena semakin menjaga jarak darinya. Moriz lebih dulu menarik tubuh wanita itu, hingga keduanya tak berjarak.

Sampai pada akhirnya Moriz menempelkan bibirnya pada bibir Gena. Melumat lembut mencari celah masuk kedalam mulut Gena.

Dengan menggigit pelan bibir Gena. Membuat istrinya melenguh lalu membuka mulutnya dan langsung di terobos masuk oleh Moriz.

Keduanya larut dalam ciuman panas mereka. Moriz yang sudah di ujung hasratnya, melepas satu persatu kancing kemejanya dan melemparkannya ke lantai.

Lalu tangannya menarik pinggang ramping Gena. Mengelus pelan di belakang punggung wanita itu. Tanpa Gena tahu, Moriz mulai membuka resleting dress yang di pakainya.

Dres tersebut dia loloskan berakhir jatuh kelantai. Tanpa melepas pangutanya, Moriz mengangkat tubuh Gena menaruhnya di atas kasur.

Mengungkungnya sampai membuat Gena merasa sesak. Bukan hanya karena ciumannya. Namun, Moriz menindih tubuh kecilnya membuat pergerakannya sulit.

"Saya lapar," lirih Moriz menyandarkan kepalanya di ceruk leher Gena.

"Om,"

Gena berusaha melepas lilitan tubuhnya dari Kungkungan Moriz. Tapi sama sekali tak membuahkan hasil apapun.

"Saya lapar, Gena." Ujarnya lagi.

"Ya makanya Om minggir! Ayok kita pesan makanan."

Moriz mendongak, tatapan matanya terlihat begitu sayu. Tergambar jelas bagaimana keadanya saa ini.

"Saya ingin memakan kamu,"

Setelahnya Moriz menyambar bibir Gena kembali. Dia tak membiarkan Gena bersuara menjawab ucapannya itu.

"Emmptth ..."

Gena mendesah di sela ciuman, merasakan telapak tangan Moriz yang sudah berada di kedua dadanya.

Meremas pelan disana, menelusup masuk kedalam penutup kedua benda tersebut. Memilin pelan pucuknya.

Mencoba memberikan rangsangan pada Gena. Tangan satunya beralih ia turunkan di bawah sana. Mengelus lembut, memutar diarea inti Gena.

Moriz melepas bibirnya, tersenyum manis pada Gena, lalu berbisik, "kamu basah, sayang."

Rasanya Gena malu sekali mendengarnya. Bagaimana bisa Moriz sejujur itu. Wajahnya sudah bersemu merah merona.

Moriz kini malah beranjak turun dari ranjang. Gena mengernyit heran melihatnya. Apakah suaminya itu tengah bercanda? Dan sengaja mempermainkannya?

Bagaimana mungkin menyudahi begitu saja sesuatu yang dia mulai. Rasanya Gena ingin teriak mengucapkan umpatan protes pada sosok bertelanjang dada itu.

Terlanjur kesal, Gena bahkan tak mau melihat apa yang tengah di lakukan Moriz saat ini. Nyatanya pria itu sudah membuka lemari.

Mengambil satu buah dasi lalu kembali naik keatas ranjang. Moriz mengikat kedua tangan Gena tanpa berucap apapun.

"Om, maksudku Mas. Ini kenapa. Tangan aku di iket kayak gini sih?"kesalnya mencoba berontak.

"Diamlah, sayang. Jika tak ingin tenagamu habis sebelum kita memulai semuanya." Ucapan lembut Moriz di sertai kecupan hangat di keningnya.

Membuat Gena belum bisa mencerna apa yang sebenarnya suaminya akan lakukan padanya, dengan keadaan terikat seperti ini.

Moriz kembali mengungkung Gena. Dia menciumi seluruh wajah Gena, lalu turun ke leher. Memberikan tanda cinta disana.

"Egghhh ... Sshh ... " Gena mendesis pelan merasakan hisapan dari Moriz.

Pria itu menciumi bahu terbuka Gena, sembari tanganya membuka penutup dada Gena yang sudah tak menutup area itu.

Melemparkan ke lantai berkumpul dengan pakaian mereka yang lainya. Mencumbu lalu menghisap kedua buah dada Gena secara bergantian.

Jangan tanya keadaan Gena saat ini? Wanita itu hanya mampu mendesah menikmati ritual yang di lakukan Moriz pada setiap inci tubuhnya.

Tangan Moriz begitu lihai menjamah setiap lekuk tubuhnya. Bahkan kini Gena benar-benar sudah tak memakai sehelai benang apapun.

Moriz membuka lebar kedua paha Gena. Gena yang tangannya terikat tak mampu menolak maupun melakukan apapun saat ini.

Moriz merunduk tepat didepan inti tubuh Gena. Mengecup singkat sebelum akhirnya menikmati apa yang dia pikirkan sejak tadi.

"Uugghh ...  Ohh, Om."

Mendengar desahan Gena yang memanggilnya dengan sebutan Om lagi. Moriz tanpa aba-aba memasukan kedua jarinya di bawah sana.

"AAKKHHH ... "

Gena berteriak karena merasakan perih akibat ulah Moriz. 

"Perih," desisnya pelan.

Moriz mendongak menatap menyeringai pada Gena, "Jangan memanggilku Om, sayang" peringatannya penuh penekanan dalam katanya.

"Eemmhhh ... Ya, maaf!"

Moriz menggerakkan jarinya keluar masuk pada liang basah milik Gena. Entah kenapa dia suka saat membuat Gena mendesah tak berdaya akan perbuatannya.

Wajah Gena terlihat sexy dengan mulut meracau mendesah memanggilnya.

"Oouuhhh ... Aakkhh ... Sudah!" Jeritnya merasa tak kuat.

Tahu jika Gena akan mencapai puncaknya, Moriz malah menambah cepat pergerakan jarinya.

"Aaakkhhh ... Mas, aku mau pipis" ujarnya.

Kepala Gena mendongak keatas, sembari kedua pahanya ia rapatkan. Menghimpit tangan Moriz. Tubuhnya bergetar hebat saat pelepasan datang.

Nafasnya terengah-engah, Gena tak menyangka. Hanya dengan jari Moriz saja, mampu membuatnya seperti ini.

"Kita mulai, sayang?"

"Mas!" 

.....

Related chapters

  • Cintai Aku Om!   Sore yang kacau 2

    ....."Eeuugghhh ... Udah,""Udah? Bahkan saya belum sekalipun pelepasan."Moriz tak memperdulikan rengekan Gena yang meminta untuk menyudahi permainan mereka."Nikmati saja, sayang" Moriz merunduk menciumi leher lalu turun memainkan kembali buah dada Gena. Wanita itu rasanya ingin menangis.Namun, apalah daya. Tubuhnya malah mengkhianati hatinya. Respon dari tubuhnya malah seakan meminta terus di jamah oleh tangan Moriz.Tak sampai disitu, Moriz juga tak segan-segan menghentak kuat miliknya. agar masuk lebih dalam lagi didalam inti Gena.Tanpa melepas penyatuan mereka. Moriz membalikan tubuh Gena memunggunginya. Di posisi seperti ini menambah kegilaan seorang Moriz tentunya."Aaakkhhh ... " Teriak Gena cukup kencang.Dia merasa kaget sekaligus sedikit linu karena posisinya di ganti begitu saja, Tanpa aba-aba sebelumnya."Uugghhh ... Pelan, Mas!' pintanya dengan mata memejam menikmati hujaman dari Moriz.Bukanya menuruti ucapan Gena, Moriz malah menambah kecepatan tubuhnya. Kedua tan

  • Cintai Aku Om!   Sikap yang berubah

    ...... Di sinilah kini Moriz berada. di sebuah taman tak jauh dari rumahnya. Sia sengaja memilih keluar dan meninggalkan Gena begitu saja. Moriz mengusap wajahnya kasar. menjambak rambutnya sesekali, guna menyalurkan emosinya yang tengah menggebu-gebu. Dia merasa sangat marah, saat melihat Gena sedang memegang bingkai berisi foto yang selama ini dia simpan di lemari pakaiannya. Padahal istrinya itu tak melakukan apapun. hanya sekedar memegang saja. Tapi dia seakan di pancing emosinya, hingga ingin meledak saat itu juga pada Gena. "Sial!" umpatnya sembari kakinya menendang angin. Baru saja dia pulang setelah membeli makanan, yang niatnya ingin ia makan bersama Gena. Namun, siapa sangka malah terjadi ketegangan pada keduanya. Sebenarnya ini salahnya. Karena menaruh bingkai tersebut bukan di tempat yang aman. Dia lupa memindahkannya lebih dulu. Pada akhirnya Gena bisa melihat foto tersebut. Untung saja istrinya tak bertanya aneh-aneh tentang foto itu. Tapi dengan perginya dia be

  • Cintai Aku Om!   Merasa bingung

    ......Dengan terpaksa, Gena makan malam sendirian. Rasa lapar yang tadinya begitu terasa. kini entah pergi kemana. Mencoba menelan makanan di mulutnya, sembari berpikir kenapa semuanya tiba-tiba malah jadi rumit seperti ini?Pernikahan yang dari awal dia impikan indah, malah justru mendadak kacau secara mendadak. Hanya karena sebuah bingkai foto yang tak sengaja dia temukan di dalam lemari.Akhirnya makanan tersebut habis juga tanpa dia sadari. Lantas beranjak dari duduknya untuk mencuci piring tersebut di wastafel.Masih dengan pikiran tak tenang, Gena terpikirkan sebuah ide ingin membuatkan minuman seperti kopi maupun teh untuk sang suami."Ya aku bikinin minuman aja."Dengan wajah kembali cerah, Gena bergegas membuat kopi dan akan dia antarkan ke ruang kerja Moriz.Akhirnya setelah beberapa kali mencobanya, kopi buatnya jadi juga. Hanya membuat satu cangkir kopi saja, Gena membutuhkan waktu bermenit-menit lamanya.Mungkin bagi sebagian besar wanita diluaran sana, membuat kopi ada

  • Cintai Aku Om!   Sikap mencurigakan

    .....Tak terasa pernikahan Gena dan Moriz, kini sudah memasuki bulan pertama. Dari kejadian saat Gena ketumpahan kopi.Sikap Moriz kembali berubah manis pada Gena. Dan hal itu juga membuat Gena tak merasa kalau sudah satu bulan hidup bersama Moriz."Selesai"Gena bertepuk tangan bangga. Melihat makanan yang sudah dia siapkan, dan akan dia antarkan ke kantor Moriz.Selama sebulan ini, Gena memang belajar memasak berbagai makanan. Dia bahkan sampai ikut les memasak setiap hari Rabu dan Jumat.Belum lagi, dirinya selalu meminta resep pada Mariana sang Mamah. Dia ingin menjadi sosok istri yang baik.Bisa melayani Moriz dalam berbagai hal. Tak hanya sekedar di ranjang saja. Gena benar-benar bekerja keras untuk bisa membuat Moriz senang.Untungnya, Moriz mengijinkannya dan tak melarang apapun yang ingin dia lakukan. Selama itu hal baik.Bahkan Mariana sampai takjub pada perubahan besar putrinya itu. Dia sangat senang sekali, saat Gena berniat belajar memasak....."Mamah masih gak nyangka

  • Cintai Aku Om!   Akan mencari tahu

    ....."Sudah minum vitaminnya?"Moriz merengkuh tubuh Gena dari belakang. Wanita itu tengah mematut dirinya di depan cermin. Sebenarnya dia baru saja selesai mengoles wajahnya dengan serangkaian skincare seperti biasanya."Kenapa sih, Mas? Selalu nyuruh aku buat minum vitamin terus. Aku baik-baik saja loh, Mas."Gena memang merasa sehat-sehat saja. Tanpa perlu mengkonsumsi vitamin pun, dia akan baik-baik saja.Dia juga memakan makanan sehat setiap harinya. Apalagi dia sangat rajin berolahraga setiap pagi sebelum membuat sarapan."Jadi, sudah di minum apa belum?" Moriz tak memperdulikan pertanyaan Gena barusan. Dia malah bertanya kembali, dengan pertanyaan yang masih sama."Udah-udah," sebak Gena.Wanita itu lalu melepas rangkulan Moriz dari tubuhnya. Gena memilih naik keatas ranjang dan langsung merebahkan tubuhnya disana.Dia tak mau berdebat lagi dengan suaminya itu. Cukup sudah tadi siang saja, perdebatan terjadi antara dirinya dan Moriz.Dia terlalu malas melihat sikap maupun sif

  • Cintai Aku Om!   Kebenaran

    ....."Saya berangkat dulu," Moriz mencium dahi Gena lalu mengusap kepala istrinya.Sebelum benar-benar pergi, Moriz kembali berucap "Nanti kamu gak perlu nganter makanan ke kantor." Beritahunya.Gena yang mendengar ucapan Moriz barusan,mengeryit heran. Menatap menyelidik pada suaminya."Kenapa?" Heranya. Ini pertama kalinya Moriz melarangnya mengantarkan makan siang ke kantor."Jangan menatap saya seperti itu," sebelum Gena berpikiran macam-macam, Moriz lebih dulu menjelaskan pada wanita itu. Agar nantinya tak terjadi kesalah pahaman diantara keduanya."Nanti siang ada pertemuan dengan klien, di sebuah restoran. Jadi mungkin saya akan sekalian makan siang bersama klien" jelasnya.Gena mengangguk paham, "oh gitu. Aku pikir kamu udah gak mau aku main ke kantor.""Ckk!" Decak Moriz, " Jangan suka berpikir hal macam-macam yang belum tentu itu kebenaran. Ya sudah saya berangkat dulu!"Gena melambaikan tangannya, melihat kepergian mobil yang di tumpangi Moriz. Sampai tak terlihat lagi.Lal

  • Cintai Aku Om!   Berubah sikap

    .....Moriz menghela nafasnya setelah memarkirkan mobilnya di depan rumah. Menatap kedepan, dimana terlihat jika rumahnya sangatlah sepi.Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Rasanya lelah sekali hari ini. Bahkan kemeja yang di pakainya pun sudah sangat berantakan.Dua kancing atas sudah terbuka, dan dasi di lehernya juga dia buka. Melihat ponselnya. Menyalakannya.Dahinya mengernyit tak mendapatkan balasan pesan dari sang istri."Apa Gena sudah tidur?" Tanyanya pada diri sendiri.Dari pada bertanya-tanya tak jelas. Moriz memilih segera turun dari mobil. Tak lupa membawa turun jas dan juga sebuah tote bag berisi cemilan yang sengaja dia beli untuk Gena.Untung saja pintu rumahnya sudah menggunakan Electronik Lo, Moriz hanya tinggal memasukan pin saja dan terbukalah pintu tersebut.Satu kata menyambutnya, yaitu 'sunyi' sangat sunyi dan sepi. Lampu di ruang tamu sudah mati. Tak ada sambutan dari Gena yang dia dapatkan seperti biasanya.Melangkah masuk, menaruh cemilan yang dia baw

  • Cintai Aku Om!   Teringat lagi

    .....Adnan memijat pelipisnya yang terasa nyeri. Harusnya di umurnya sekarang, dia sudah tak berkutat dengan pekerjaan atau dipusingkan oleh masalah perusahaan.Seperti sekarang ini, Adnan merasa kepalanya pusing dengan pekerjaan yang selalu saja menumpuk di meja kerjanya.Menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kebesarannya. Harusnya Gena yang meneruskan perusahaan miliknya ini.Harusnya putri tunggalnya itu yang menggantikan dirinya, menjadi pemimpin di sini. Dan dia tinggal duduk manis menikmati masa tuanya bersama sang istri tercinta.Tangannya menarik laci, berniat mengambil roll on yang biasa ia oleskan di dahinya saat merasa sakit kepala seperti sekarang ini.Namun matanya malah menangkap sebuah benda berbentuk persegi panjang, berwarna hitam. Menatap sebentar benda tersebut.Lalu tangannya bergerak mengambil benda itu. Menekan tombol on off, layar ponsel yang di pegang ya langsung menyala. Menampilkan sebuah foto perempuan di sana.Adnan di buat terpaku di tempatnya. Dia t

Latest chapter

  • Cintai Aku Om!   Semakin membuat curiga.

    ....."Mas kangen, sayang"Moriz memeluk Gena dari arah belakang. Keduang tanganya bergerilya kemana-mana. Menciumi cuping telinga Gena, sembari mengendus-ngendus leher Gena.Memberi gigitan kecil disana. Gena di buat terangsang oleh perbuatan Moriz. Namun, Hena harus secepatnya mengakhiri kegiatan Moriz ini.Sebelum suaminya semakin terbakar gairahnya. Buru-buru Gena membalikan tubuhnya. Membuat Moriz seketika berhenti dengan aksinya menciumi Gena."Mas, stop!" Cegahnya, membungkam mulut Moriz menggunakan telapak tanganya."Kenapa, sayang?" Tanya Moriz sedikit kesal di buatnya.Dia sedang asyik menikmati kegiatanya, namun harus di hentikan secara tiba-tiba oleh istrinya itu."Jangan lanjutin lagi, aku lagi datang bulan." Beritahunya, memperlihatkan wajah seakan menyesal."Ck!" Moriz berdecak, kali ini dia benar-brnar sangat kesal sekali. Menyugar rambutnya kasar, menggeram pelan meluapkan rasa kecewanya."Kenapa gak bilang dari tadi?" Dengusnya menatap Gena."Loh, kok malah marah sih

  • Cintai Aku Om!   Teringat lagi

    .....Adnan memijat pelipisnya yang terasa nyeri. Harusnya di umurnya sekarang, dia sudah tak berkutat dengan pekerjaan atau dipusingkan oleh masalah perusahaan.Seperti sekarang ini, Adnan merasa kepalanya pusing dengan pekerjaan yang selalu saja menumpuk di meja kerjanya.Menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kebesarannya. Harusnya Gena yang meneruskan perusahaan miliknya ini.Harusnya putri tunggalnya itu yang menggantikan dirinya, menjadi pemimpin di sini. Dan dia tinggal duduk manis menikmati masa tuanya bersama sang istri tercinta.Tangannya menarik laci, berniat mengambil roll on yang biasa ia oleskan di dahinya saat merasa sakit kepala seperti sekarang ini.Namun matanya malah menangkap sebuah benda berbentuk persegi panjang, berwarna hitam. Menatap sebentar benda tersebut.Lalu tangannya bergerak mengambil benda itu. Menekan tombol on off, layar ponsel yang di pegang ya langsung menyala. Menampilkan sebuah foto perempuan di sana.Adnan di buat terpaku di tempatnya. Dia t

  • Cintai Aku Om!   Berubah sikap

    .....Moriz menghela nafasnya setelah memarkirkan mobilnya di depan rumah. Menatap kedepan, dimana terlihat jika rumahnya sangatlah sepi.Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Rasanya lelah sekali hari ini. Bahkan kemeja yang di pakainya pun sudah sangat berantakan.Dua kancing atas sudah terbuka, dan dasi di lehernya juga dia buka. Melihat ponselnya. Menyalakannya.Dahinya mengernyit tak mendapatkan balasan pesan dari sang istri."Apa Gena sudah tidur?" Tanyanya pada diri sendiri.Dari pada bertanya-tanya tak jelas. Moriz memilih segera turun dari mobil. Tak lupa membawa turun jas dan juga sebuah tote bag berisi cemilan yang sengaja dia beli untuk Gena.Untung saja pintu rumahnya sudah menggunakan Electronik Lo, Moriz hanya tinggal memasukan pin saja dan terbukalah pintu tersebut.Satu kata menyambutnya, yaitu 'sunyi' sangat sunyi dan sepi. Lampu di ruang tamu sudah mati. Tak ada sambutan dari Gena yang dia dapatkan seperti biasanya.Melangkah masuk, menaruh cemilan yang dia baw

  • Cintai Aku Om!   Kebenaran

    ....."Saya berangkat dulu," Moriz mencium dahi Gena lalu mengusap kepala istrinya.Sebelum benar-benar pergi, Moriz kembali berucap "Nanti kamu gak perlu nganter makanan ke kantor." Beritahunya.Gena yang mendengar ucapan Moriz barusan,mengeryit heran. Menatap menyelidik pada suaminya."Kenapa?" Heranya. Ini pertama kalinya Moriz melarangnya mengantarkan makan siang ke kantor."Jangan menatap saya seperti itu," sebelum Gena berpikiran macam-macam, Moriz lebih dulu menjelaskan pada wanita itu. Agar nantinya tak terjadi kesalah pahaman diantara keduanya."Nanti siang ada pertemuan dengan klien, di sebuah restoran. Jadi mungkin saya akan sekalian makan siang bersama klien" jelasnya.Gena mengangguk paham, "oh gitu. Aku pikir kamu udah gak mau aku main ke kantor.""Ckk!" Decak Moriz, " Jangan suka berpikir hal macam-macam yang belum tentu itu kebenaran. Ya sudah saya berangkat dulu!"Gena melambaikan tangannya, melihat kepergian mobil yang di tumpangi Moriz. Sampai tak terlihat lagi.Lal

  • Cintai Aku Om!   Akan mencari tahu

    ....."Sudah minum vitaminnya?"Moriz merengkuh tubuh Gena dari belakang. Wanita itu tengah mematut dirinya di depan cermin. Sebenarnya dia baru saja selesai mengoles wajahnya dengan serangkaian skincare seperti biasanya."Kenapa sih, Mas? Selalu nyuruh aku buat minum vitamin terus. Aku baik-baik saja loh, Mas."Gena memang merasa sehat-sehat saja. Tanpa perlu mengkonsumsi vitamin pun, dia akan baik-baik saja.Dia juga memakan makanan sehat setiap harinya. Apalagi dia sangat rajin berolahraga setiap pagi sebelum membuat sarapan."Jadi, sudah di minum apa belum?" Moriz tak memperdulikan pertanyaan Gena barusan. Dia malah bertanya kembali, dengan pertanyaan yang masih sama."Udah-udah," sebak Gena.Wanita itu lalu melepas rangkulan Moriz dari tubuhnya. Gena memilih naik keatas ranjang dan langsung merebahkan tubuhnya disana.Dia tak mau berdebat lagi dengan suaminya itu. Cukup sudah tadi siang saja, perdebatan terjadi antara dirinya dan Moriz.Dia terlalu malas melihat sikap maupun sif

  • Cintai Aku Om!   Sikap mencurigakan

    .....Tak terasa pernikahan Gena dan Moriz, kini sudah memasuki bulan pertama. Dari kejadian saat Gena ketumpahan kopi.Sikap Moriz kembali berubah manis pada Gena. Dan hal itu juga membuat Gena tak merasa kalau sudah satu bulan hidup bersama Moriz."Selesai"Gena bertepuk tangan bangga. Melihat makanan yang sudah dia siapkan, dan akan dia antarkan ke kantor Moriz.Selama sebulan ini, Gena memang belajar memasak berbagai makanan. Dia bahkan sampai ikut les memasak setiap hari Rabu dan Jumat.Belum lagi, dirinya selalu meminta resep pada Mariana sang Mamah. Dia ingin menjadi sosok istri yang baik.Bisa melayani Moriz dalam berbagai hal. Tak hanya sekedar di ranjang saja. Gena benar-benar bekerja keras untuk bisa membuat Moriz senang.Untungnya, Moriz mengijinkannya dan tak melarang apapun yang ingin dia lakukan. Selama itu hal baik.Bahkan Mariana sampai takjub pada perubahan besar putrinya itu. Dia sangat senang sekali, saat Gena berniat belajar memasak....."Mamah masih gak nyangka

  • Cintai Aku Om!   Merasa bingung

    ......Dengan terpaksa, Gena makan malam sendirian. Rasa lapar yang tadinya begitu terasa. kini entah pergi kemana. Mencoba menelan makanan di mulutnya, sembari berpikir kenapa semuanya tiba-tiba malah jadi rumit seperti ini?Pernikahan yang dari awal dia impikan indah, malah justru mendadak kacau secara mendadak. Hanya karena sebuah bingkai foto yang tak sengaja dia temukan di dalam lemari.Akhirnya makanan tersebut habis juga tanpa dia sadari. Lantas beranjak dari duduknya untuk mencuci piring tersebut di wastafel.Masih dengan pikiran tak tenang, Gena terpikirkan sebuah ide ingin membuatkan minuman seperti kopi maupun teh untuk sang suami."Ya aku bikinin minuman aja."Dengan wajah kembali cerah, Gena bergegas membuat kopi dan akan dia antarkan ke ruang kerja Moriz.Akhirnya setelah beberapa kali mencobanya, kopi buatnya jadi juga. Hanya membuat satu cangkir kopi saja, Gena membutuhkan waktu bermenit-menit lamanya.Mungkin bagi sebagian besar wanita diluaran sana, membuat kopi ada

  • Cintai Aku Om!   Sikap yang berubah

    ...... Di sinilah kini Moriz berada. di sebuah taman tak jauh dari rumahnya. Sia sengaja memilih keluar dan meninggalkan Gena begitu saja. Moriz mengusap wajahnya kasar. menjambak rambutnya sesekali, guna menyalurkan emosinya yang tengah menggebu-gebu. Dia merasa sangat marah, saat melihat Gena sedang memegang bingkai berisi foto yang selama ini dia simpan di lemari pakaiannya. Padahal istrinya itu tak melakukan apapun. hanya sekedar memegang saja. Tapi dia seakan di pancing emosinya, hingga ingin meledak saat itu juga pada Gena. "Sial!" umpatnya sembari kakinya menendang angin. Baru saja dia pulang setelah membeli makanan, yang niatnya ingin ia makan bersama Gena. Namun, siapa sangka malah terjadi ketegangan pada keduanya. Sebenarnya ini salahnya. Karena menaruh bingkai tersebut bukan di tempat yang aman. Dia lupa memindahkannya lebih dulu. Pada akhirnya Gena bisa melihat foto tersebut. Untung saja istrinya tak bertanya aneh-aneh tentang foto itu. Tapi dengan perginya dia be

  • Cintai Aku Om!   Sore yang kacau 2

    ....."Eeuugghhh ... Udah,""Udah? Bahkan saya belum sekalipun pelepasan."Moriz tak memperdulikan rengekan Gena yang meminta untuk menyudahi permainan mereka."Nikmati saja, sayang" Moriz merunduk menciumi leher lalu turun memainkan kembali buah dada Gena. Wanita itu rasanya ingin menangis.Namun, apalah daya. Tubuhnya malah mengkhianati hatinya. Respon dari tubuhnya malah seakan meminta terus di jamah oleh tangan Moriz.Tak sampai disitu, Moriz juga tak segan-segan menghentak kuat miliknya. agar masuk lebih dalam lagi didalam inti Gena.Tanpa melepas penyatuan mereka. Moriz membalikan tubuh Gena memunggunginya. Di posisi seperti ini menambah kegilaan seorang Moriz tentunya."Aaakkhhh ... " Teriak Gena cukup kencang.Dia merasa kaget sekaligus sedikit linu karena posisinya di ganti begitu saja, Tanpa aba-aba sebelumnya."Uugghhh ... Pelan, Mas!' pintanya dengan mata memejam menikmati hujaman dari Moriz.Bukanya menuruti ucapan Gena, Moriz malah menambah kecepatan tubuhnya. Kedua tan

DMCA.com Protection Status