Share

Bab 0236

Penulis: Jus Strawberi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-12 14:52:28
Tak lama kemudian, mereka tiba di kantor tim pengembang. Mereka mengatakan bahwa orang-orang dari developer sudah menunggu di ruang konferensi.

Fabian memimpin jalan ke sana, menyuruh Yara dan Siska untuk tetap berpegang pada harga 20 juta per meter persegi dan jangan pernah mundur.

Mereka diam-diam memutuskan untuk tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Ketika tiba di ruang konferensi, di dalam sudah ada seorang pria paruh baya berusia antara 40 atau 50 tahun bersama dua orang pengikutnya.

Melihat Yara dan Siska, pria paruh baya itu tampak tercengang. "Oh, sepertinya Pak Fabian datang dengan persiapan yang matang hari ini dan meminta bantuan."

"Bukan bantuan. Mereka keponakan saya. Mereka peduli juga dengan masalah ini dan ingin ikut menyaksikan prosesnya."

Fabian memperkenalkan dengan wajah bangga, "Ini penanggung jawab proyek dari Perusahaan Lastana, Pak Juno Hilmawan."

"Ini Yara Lubis, dan ini Siska Jayadi. Semuanya, silakan duduk."

Yara dan Siska berdiri dengan wajah pucat.

Siska mem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0237

    Di ruang pribadi, Siska menarik sebuah kursi dan duduk di samping Yara."Bagaimana perasaanmu?" Dia menepuk punggung Yara dengan lembut dan menatap wajah Yara yang tampak pucat.Yara menggeleng dan tersenyum pahit. "Aku nggak nyangka Perusahaan Lastana mau mengembangkan tempat ini.""Nggak sama sekali." Siska mendesah. "Nggak apa-apa, sekali ini saja. Setelahnya nggak akan ada urusan lagi.""Lagian, ini pasti cuma proyek kecil bagi Perusahaan Lastana, ya 'kan?" katanya. "Yudha mungkin nggak perlu datang.""Semoga begitu." Yara benar-benar tidak tahu seberapa kuat keuangan Perusahaan Lastana dan apa yang biasanya menyibukkan Yudha di perusahaan itu.Namun, satu hal yang dia yakini adalah orang-orang sekelas Fabian tidak akan pernah menemui Yudha.Keduanya menghibur satu sama lain untuk sementara waktu dan sepakat akan pergi jalan-jalan setelah makan siang untuk mencerahkan suasana hati.Fabian dan Juno segera kembali dan membawakan minuman, diikuti pelayan yang menyajikan makanan.Kedua

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0238

    Yara mengerutkan kening, "Siska. Aneh, kenapa dia nggak jawab teleponku?"Fabian mengalihkan pandangan sejenak. "Mungkin sedang bersenang-senang ngobrol dengan Pak Juno. Bagaimana kalau kita berkeliling dan membiarkan mereka mengobrol? Aku tahu kamu nggak suka Juno itu. Aku juga nggak suka. Tapi demi kepentingan orang-orang, aku nggak punya pilihan selain menyenangkan dia.""Cepat kembali." Yara tergesa-gesa kembali ke restoran. Siska masih belum menjawab telepon dan seluruh hatinya berdebar."Kenapa harus buru-buru?" Fabian mengikuti di belakang. "Mereka sedang ngobrol. Mungkin dia nggak mau diganggu, makanya teleponnya nggak angkat."Yara berbalik dan menatapnya dengan ekspresi tidak ramah.Fabian menggeleng. "Kamu ini masih kecil, nggak ngerti sama sekali cara pikir Siska. Dia itu seperti ibunya yang ...""Apa maksudmu?" kata Yara dingin."Apa kamu tahu bagaimana ibunya bertemu ayahnya saat itu?" Fabian tampak menghina. "Baru kenal online beberapa hari saja, ibunya kabur bersama pri

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0239

    Fabian melihat Yara benar-benar menelepon polisi, jadi dia segera pergi menelepon Juno dengan panik.Namun, teleponnya tidak dijawab juga. Jadi dia mengirim pesan: "Kalian pergi ke mana? Cepat kembali!"Dia berpikir sejenak dan mengirim pesan lain: "Yara telepon polisi."Ketika Yara menoleh kepadanya kembali, dia bertanya dengan ekspresi dingin, "Kamu beneran nggak tahu mereka di mana? Aku sudah telepon polisi. Kalau terjadi sesuatu ...""Aku beneran nggak tahu." Fabian hampir menangis. "Siska itu keponakanku. Mana mungkin aku menyakiti dia?"Yara sangat cemas. Tiba-tiba dia memikirkan sesuatu dan segera menyingkir untuk menelepon seseorang.Revan sedang rapat ketika melihat panggilan masuk itu. Rapatnya sangat penting dan dipimpin oleh Yudha sendiri.Dia bergumul dalam hati sejenak, bingung apakah harus menjawabnya atau tidak, kemudian dia melihat Yudha menatapnya.Tanpa ragu, dia buru-buru bangkit dan menunjukkan ponselnya kepada Yudha.Penelepon yang ditampilkan bernama "Nyonya". Re

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0240

    Setelah masuk ke dalam mobil, Fabian sedikit curiga. "Benar di Hotel Golden? Bagaimana kamu bisa tahu?"Dia samar-samar merasa bahwa ada sesuatu dengan orang yang ditelepon Yara terakhir tadi. Kalau tidak salah dengar, Yara menyebutnya dengan nama "Pak Revan"."Cepat." Yara tidak menjawab pertanyaannya.Dalam perjalanan, dia mengirimkan pesan lagi kepada Revan: "Terima kasih untuk hari ini. Tolong jangan beri tahu Yudha. Aku pasti akan membalas kebaikanmu kalau ada kesempatan nanti."Yudha melihat pesan itu dan mendengus.Dia mengembalikan ponselnya kepada Revan. "Kamu sendiri yang akan menindaklanjuti proyek ini.""Baik." Saat itulah Revan samar-samar menyadari bahwa bosnya mungkin menyimpan perasaan pada Yara.Setelah meninggalkan ruang rapat, dia segera membalas pesan Yara: "Sama-sama, Nona Yara, beri tahu saya kalau perlu bantuan apa pun. Saya pasti siap sedia!"Dia mengirim pesan lagi: "Silakan lanjutkan urusanmu. Kita ngobrol lagi kalau saya sudah sampai di Wulindra."Dia punya f

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0241

    Yara menunggu di luar selama setengah jam sebelum pintu kamar mandi akhirnya terbuka.Dia segera menyambut dan menitikkan air mata saat melihat Siska.Dia mengenal Siska lebih dari sepuluh tahun, dari SMA hingga sekarang. Dalam kesannya, Siska seperti berlian yang sangat sempurna.Jernih, transparan, indah ... semua itu adalah Siska, tetapi untuk pertama kalinya Yara melihat semua itu terbantahkan.Dia memeluk Siska, suaranya tercekat karena isak tangis tetapi tidak tahu harus mengatakan apa.Siska berdiri seperti sebatang kayu yang kaku dan berkata dengan tenang, "Rasanya seperti nggak bisa dicuci bersih."Namun, Yara bisa melihat dengan jelas bahwa kulit Siska semuanya sangat merah, pasti sudah digosok dengan keras dalam waktu yang lama.Juno, binatang buas itu, benar-benar pantas mati!Dia mengerti apa yang dimaksud Nicolas barusan, seakan Siska tidak dilecehkan sedikit pun. Siapa yang bisa memahami kerusakan mental dan fisik yang diderita Siska?"Siska." Yara tahu dia tidak boleh t

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0242

    Setelah Siska ganti baju, dia pun sadar Nicolas tahu sesuatu. Baju yang dikirimkannya adalah sweater berkerah tinggi yang menutupi semua luka di leher Siska.Siska berusaha sekuat tenaga untuk tersenyum. "Bagaimana? Cocok 'kan? Kelihatannya baju mahal.""Cocok." Yara hampir tidak bisa berkata-kata.Keduanya keluar kamar dan melihat Fabian masih menunggu di luar pintu.Dia pasti berjongkok sangat lama. Saat berdiri, dia terhuyung dan hampir jatuh."Bagaimana keadaanmu?" Dia berpegangan pada dinding dan memandang Siska dari atas ke bawah, terlihat sangat gugup."Nggak apa-apa." Siska menggelengkan kepalanya.Fabian bertanya lagi, "Juno tadi nggak ...""Paman!" Yara memelototi Fabian, merasa pria ini benar-benar tidak punya nalar."Cuma tanya, memangnya kenapa? Anak ini belum menikah. Kalau dia benar-benar diperkosa ..." Fabian merasakan amarah Yara dan dengan sadar diri menutup mulut."Nggak." Siska cepat berkata dan melangkah keluar."Baguslah kalau begitu." Fabian tampak lega dan terta

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0243

    Setelah kembali, mereka bertiga tidak menyebut apa yang terjadi pada siang hari.Setelah makan malam, Siska kembali ke rumah untuk istirahat lebih awal, dan Fabian memanggil Yara keluar."Rara, kamu kenal Pak Revan?" Dia memandang Yara baik-baik, menebak-nebak hubungan Yara dan Revan."Ya." Yara mengangguk. "Nggak terlalu kenal, cuma ketemu beberapa kali saja."Fabian merasa skeptis. "Kalau Siska? Dia kenal dekat dengan Pak Revan?"Yara tahu apa yang dia pikirkan dan berkata langsung, "Siska nggak kenal Pak Revan. Paman, ambil pelajaran dari hari ini. Jangan minta Siska atau aku pergi untuk urusan apa pun soal pengembangan ini.""Hari ini kecelakaan saja," kata Fabian sambil tersenyum. "Paman janji nggak akan ada dua kali lagi."Yara tetap menolak. "Kalau sudah, aku mau tidur dulu."Fabian mengumpat.Ibu Fabian menghampiri dengan penasaran. "Ada apa? Rara kelihatannya nggak senang."Dia merendahkan suaranya dan berkata, "Fabian, menurutku Rara ini lumayan. Dia muda dan cantik, dan sifa

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0244

    Pria itu menyerahkan menu dengan kedua tangannya.Yara tersenyum. "Pak Revan, atau sebaiknya aku panggil Kak Revan saja? Aku dan Yudha sudah bercerai. Kamu nggak perlu terlalu sopan denganku.""Kak Revan?" Revan langsung menolak dengan kedua tangannya. "Jangan, jangan. Panggil seperti biasa saja. Saya nggak terbiasa.""Ya sudah." Yara tidak memaksakannya. Dia sudah bersama Yudha selama bertahun-tahun, jadi dia bisa menebak kemampuan Revan."Terima kasih banyak atas bantuanmu kemarin." Dia mengganti anggur dengan teh. "Aku kurang enak badan akhir-akhir ini dan nggak boleh minum minuman beralkohol. Aku ingin bersulang untukmu."Revan buru-buru mengangkat gelas anggurnya. "Sama-sama, Nona Yara. Bukan masalah."Alhasil, sebelum dia sempat minum, dia mendengar ponselnya berdering di atas meja. Dia segera meletakkan gelas dan mengambil ponselnya.Sebuah pesan dari Yudha: "Tanyakan apa yang salah dengan kesehatannya."Revan tersenyum canggung. "Nona Yara, kurang enak badan kenapa? Ada yang di

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12

Bab terbaru

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0627

    Pada hari yang telah disepakati, Yudha menerima telepon dari Revan di pagi hari."Pak Yudha, saya di Meria sekarang, sedang menunggu penerbangan pulang. Seluruh informasinya sudah hampir lengkap.""Bagus." Yudha agak terkejut. Dia tidak menyangka Revan perlu pergi ke Meria. dia menambahkan, "Hati-hati di perjalanan. Aku tunggu kepulanganmu.""Pak Yudha." Revan menatap dokumen di tangannya. "Saya akan pergi ke rumahmu setelah sampai di sana. Sebelum itu ... siapkan mentalmu.""Oke." Yudha menutup telepon. Dia sebenarnya merasakan sedikit firasat buruk dalam hatinya.Dia menatap kalender dan melihat hari persidangan perceraiannya akan tiba dua hari lagi. Masih ada waktu.Satu hari terasa sangat panjang bagi Yudha. Dia meninggalkan semua pekerjaan dan kembali ke rumah keluarga besar untuk bermain sebentar dengan Agnes dan Yovi, lalu kembali ke vilanya dan menunggu.Agnes bertanya, "Kerjaanmu hari ini sudah selesai 'kan? Kenapa buru-buru pergi? Temani anakmu lebih lama lagi."Sejak ada Yov

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0626

    Saat masuk ke ruang tamu, Santo jelas merasa agak malu, tapi Felix dan Gio bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan bicara dengannya seperti biasa.Yara membawa album foto yang baru diambilnya dan mereka semua berkumpul untuk melihat."Ayah, lihat, ini foto pernikahanmu. Kalian masih sangat muda waktu itu, sangat tampan dan cantik."Santo tersenyum dan mengulurkan tangan untuk menyentuh Zaina di foto itu."Senyum Ibu sangat cantik di foto ini. Yang ini, Ayah, kamu sangat tampan ...."Sambil berbicara, Yara memperhatikan ekspresi Santo. Di dalamnya banyak foto-foto Melanie. Dia berusaha untuk menyebutnya sesedikit mungkin.Lambat laun, raut wajah Santo menjadi semakin serius.Tiba-tiba, air mata menetes membasahi album foto."Ayah, kamu kenapa?" Yara sedikit panik dan berusaha menyingkirkan album foto itu. "Kita lihat besok lagi saja, nggak apa-apa."Santo menunduk. Tangannya membelai wanita yang ada di foto tersebut dengan penuh kasih sayang. "Kenapa aku nggak pulang lebih cepat

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0625

    Segera setelah pintu kamar mandi terbuka, bau menyengat menghantam. Ada noda air berwarna kuning di lantai. Tidak perlu ditanya lagi apa itu.Santo membelakangi semua orang, meringkuk di sudut ruangan. Seluruh tubuhnya gemetar."Kalian keluar dulu." Yara merasa dadanya sangat sesak dan meminta semuanya pergi."Rara, nggak apa-apa, biarkan aku membantumu." Siska bergegas berkata."Nggak usah." Yara menggeleng dan menatap mereka dengan memohon, "Keluar dulu, oke? Keluar!""Ayo, kita tunggu di ruang tamu." Gio akhirnya merespons, mengangguk kepada Yara, dan menarik pergi Felix dan Siska.Yara berdiri di ambang pintu, mengendus-endus, dan berseru lirih, "Ayah, mereka sudah pergi. Nggak apa-apa."Santo masih meringkuk di pojokan.Dia adalah kepala keluarga Lubis, yang berwibawa dan terhormat seumur hidup. Tapi sekarang ... pikirannya sudah tidak jernih lagi dan menghadapi hal semacam ini saja tidak bisa."Ayah!" Yara dengan hati-hati melangkah maju dan menarik lembut pakaian Santo. "Ayah, n

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0624

    Yara juga berdiri dan menatap mata Melanie. "Bahkan meski mereka tahu kebenarannya dan menukar kita kembali, mereka tetap akan sangat mencintaimu dengan kasih sayang yang sama.""Melanie, kamu kehilangan dua orang yang paling menyayangimu. Kamu benar-benar nggak menyesalinya?" Yara sedikit emosional."Nggak!" kata Melanie dengan sangat tegas. "Yara, asal kamu tahu, nggak ada kata "menyesal" dalam kamus hidupku. Ambil barang-barangmu dan cepat pergi. Nggak usah ngoceh nggak jelas di sini."Yara menggelengkan kepalanya, mengambil album foto itu dan mengatakan satu hal lagi, "Jaga dirimu baik-baik."Dia keluar dari vila, mengucapkan selamat tinggal kepada Amel, dan segera pergi.Amel kembali ke vila dan melihat Melanie melamun sambil memandangi foto Zaina. Dia bertanya dengan suara kecil, "Bu, kamu juga kangen ibumu?""Dia bukan ibuku." Melanie mengambil foto itu dari dinding dan melemparkannya ke lantai. "Aku nggak kangen dia. Nggak sedikit pun!"Orang yang paling disayangi Zaina semasa

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0623

    Setelah kehilangan Santo sekali, Yara dan yang lainnya tidak berani ceroboh lagi, terutama Siska."Rara, aku janji nggak akan membiarkan Paman Santo lepas dari pandanganku."Yara tertawa sambil menggelengkan kepalanya. "Oke, tutup pintunya, dia nggak akan bisa keluar. Aku keluar sebentar."Karena Santo selalu bicara soal menemui Zaina, Yara ingin pergi ke rumah keluarga Lubis untuk mengambil foto-foto Zaina. Dia sudah menelepon Melanie.Sampai di sana, dia melihat Amel sudah menunggunya dari kejauhan."Bibi Rara!" Amel melihat kedatangannya dan langsung berlari menghampiri. "Bibi Rara, kamu di sini."Yara memeluk Amel. "Wah, Amel sudah tambah tinggi dan cantik.""Bibi Rara juga tambah cantik," balas si kecil bermulut manis.Yara membawanya masuk ke dalam vila. Melanie sudah menunggu di ruang tamu."Barangnya di lantai atas, mungkin di kamar mereka." Melanie bangkit dan berjalan ke arah tangga. "Ayo kuantar ke atas.""Terima kasih." Yara meminta Amel bermain sendirian dan mengikuti ke a

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0622

    Ini pertama kalinya Amel melihat Yudha berbicara sangat serius dengannya. Wajahnya langsung terlihat takut dan dia berbisik, "Amel kasihan sama Ibu.""Ibumu kenapa?" Yudha berjongkok dan sedikit melunakkan nada bicaranya.Amel menggeleng dan mengulangi, "Ibu kasihan sekali."Yudha tidak bertanya lagi dan mengelus kepala si kecil. "Amel, mungkin suasana hati ibumu sedang buruk. Paman akan menghiburnya, tenang saja.""Terima kasih, Paman." Amel menghela napas dan melanjutkan bermain.Yudha duduk di sofa dan menunggu. Pikirannya terus terbayang penampilan Melanie barusan. Gelagatnya seperti orang mabuk, tapi tidak ada bau alkohol sama sekali di dalam kamar. Bau itu ...Yudha belum pernah merasakan bau seperti itu sebelumnya. Menyengat dan sangat tidak enak.Dia menunggu beberapa saat dan kemudian melihat Melanie turun. Melanie sudah berganti pakaian dan menata rambutnya, nyaris seperti orang yang berbeda, membuat Yudha bertanya-tanya apakah yang dilihatnya tadi itu hanya ilusi."Yudha, ke

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0621

    Selama beberapa hari berikutnya, Yara menghabiskan waktu bersama Yola dan Santo di siang hari. Lalu malamnya mengerjakan desain perhiasan bertemakan "Pulau" itu.Tapi, inspirasinya seakan sedang surut dan ide-ide yang dia pikirkan masih kurang memuaskan.Sidang perceraiannya semakin dekat.Di suatu sore, Yudha menerima telepon dari Amel sebelum pulang dari kantor."Paman sedang sibuk?" ucap gadis kecil itu dengan suara manis. "Amel sudah lama nggak ketemu Paman. Paman sedang sibuk bersama adikku ya?"Yudha terdiam. Beberapa waktu telah berlalu sejak Yovian datang ke rumah. Dia memang sudah lama belum bertemu Amel.Sejenak, dia merasa malu. "Paman minta maaf. Malam ini Paman ke rumahmu, oke?""Sekarang saja. Ayo makan di luar bersama Ibu." Amel tertawa usil. "Tapi jangan bilang Ibu. Beri dia kejutan.""Oke." Yudha menjawab ringan.Dia membereskan pekerjaannya sebentar dan segera pergi ke rumah keluarga Lubis. Tak disangka, Amel sudah menunggu di depan pintu."Amel ...""Ssst!" Amel mene

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0620

    "Nggak mungkin." Yara berpikir, satu-satunya pria yang dekat dengannya baru-baru ini adalah Felix.Menurutnya, dengan sifat Felix, dia tidak mungkin punya ini seperti ini. Saran dari Gio juga rasanya tidak mungkin sampai ke sini.Dia tidak tahu siapa lagi yang mungkin."Rara, gawat!"Yara tiba-tiba mendengar suara Siska dari belakangnya. Dia buru-buru menutup telepon. "Safira, aku ada urusan mendadak. Sampai di sini dulu ya, terima kasih!""Ada apa?" Dia menatap Siska dengan cemas."Ayahmu ... ayahmu hilang." Siska terengah-engah karena kelelahan. Dia jelas sudah mencari di sekitar untuk mencoba mencarinya sebelum memberi tahu Yara.Suaranya seperti menahan tangisan. "Kami terlalu fokus dengan Yola. Aku nggak tahu sejak kapan ayahmu pergi.""Nggak apa-apa. Tolong jaga Yola dulu, aku akan mencarinya." Yara menenangkan Siska dan segera menelepon polisi.Setelah menelepon polisi, dia menelepon Felix dan Gio."Oke, jangan khawatir, kami akan membantu mencari." Felix menenangkan Yara dan me

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0619

    Keesokan harinya setelah sarapan, cuaca di luar sangat cerah. Yara ingin mengajak Yola dan Santo berjalan-jalan."Aku ikut juga." Siska melambaikan kedua tangannya. Reaksi kehamilannya sudah jauh membaik akhir-akhir ini. Usia kandungannya sudah lima minggu.Yara meminta pengasuh memakaikan baju kepada Yola sementara dia pergi membantu Santo."Ayah, ganti baju dulu, lalu pergi jalan-jalan, oke?""Jalan-jalan?" Santo berpikir sejenak, "Ketemu Zaina?"Hati Yara terasa pilu. Dia hanya bisa berbohong, "Ya, jalan-jalan, menemui ibuku. Ayo Ayah, aku bantu pakai baju.""Oke, ketemu Zaina, ketemu Zaina ..." Santo terus bergumam dan segera berganti pakaian.Mereka turun ke bawah dan pergi ke lapangan kompleks. Yola di dalam kereta dorong bayi. Mata lebarnya berkedip-kedip, melihat ke mana-mana penuh rasa ingin tahu.Yara awalnya khawatir anaknya terlalu kecil untuk dibawa keluar. Tapi pengasuhnya mengatakan bahwa Yola tumbuh dengan sangat baik. Cuacanya sedang bagus, tidak terlalu dingin dan tid

DMCA.com Protection Status