Share

Bab 0015

Author: Jus Strawberi
last update Last Updated: 2024-04-02 17:09:30
Anita serasa ingin muntah darah.

Dia tidak tahu Yara punya berapa banyak skandal dan seberapa besar masalah yang akan ditimbulkannya.

"Nona Baskoro ...."

Saat dia hendak mengatakan sesuatu untuk memperbaiki situasi, Yara yang sedari tadi diam di sampingnya angkat bicara tiba-tiba.

"Judy!"

Yara tidak tahan lagi.

Apa yang terjadi saat itu berakhir dengan dia menikah dengan Yudha.

Di mata semua orang, dialah yang paling diuntungkan dari kejadian itu. Lupakan saja jika mereka tidak percaya.

Namun, mengapa mereka mencurigai dia sebagai pelaku kejadian di pesta penyambutan?

"Apa yang terjadi di pesta penyambutan nggak ada hubungannya denganku."

"Hahaha ...." Judy tertawa. "Nggak ada hubungannya denganmu? Siapa yang mau percaya!"

"Ada yang pertama kali, dan akan ada yang kedua kalinya. Yara, sifat dasar seseorang nggak akan berubah dengan mudahnya."

Yara melangkah maju dan menampar wajahnya.

"Plak!"

"Kamu berani menamparku?" Judy menatap Yara tak percaya. "Wanita murahan, kamu berani menamparku?"

Dia melemparkan tasnya dan melompat ke depan. "Jalang, jangan harap aku akan melepaskanmu."

Yara bukan bocah bau kencur.

Dia bukan nona yang selalu dimanjakan seperti Judy. Dia telah bekerja sebagai pembantu tanpa bayaran selama satu tahun setelah menikah dengan Yudha.

Beberapa saat kemudian, dia menjambak rambut Judy dan memaksa wanita itu duduk di bawahnya.

"Aaahh ... penyiksaan!" Judy berteriak histeris.

Yara menjambak rambutnya keras-keras. "Diam!"

Judy menangis kesakitan dan tidak berani berteriak lagi.

"Dengarkan aku baik-baik. Kalianlah yang membuat jebakan di pesta penyambutan. Kalau kamu nggak percaya kata-kataku, tanya Melanie."

"Nggak mungkin!" teriak Judy lagi. "Yudha itu siapa? Mana berani kami macam-macam sama dia? Kami nggak mau dapat hukuman dari keluarga kami."

Yara tertegun sejenak.

"Rara?"

Entah siapa yang memberi tahu Melanie, saat ini dia datang tergesa-gesa.

"Lepaskan dia. Mungkin ada salah paham di sini. Kamu lepaskan dia dulu."

Dia meraih tangan Yara dan menariknya berdiri.

Judy akhirnya terbebas dan kembali bersikap arogan. "Yara, tunggu pembalasanku."

Dia membenahi pakaiannya dan segera pergi.

"Rara, aku nggak tahu Judy mau datang, aku ...." Melanie menjelaskan dengan cemas.

Yara menatapnya, mengulangi kata-kata Judy barusan di benaknya.

Sekumpulan teman Judy memiliki jaringan informasi yang baik. Jika ada di antara mereka yang sungguhan melakukan sesuatu pada Yudha, mustahil Judy tidak tahu.

Dia menyela Melanie. "Apa yang terjadi di pesta penyambutan?"

Sorot mata Melanie tampak berubah sekilas.

"Rara, aku bisa jelaskan nanti."

Dia lalu pergi meminta maaf kepada Anita. "Bu Anita, aku minta maaf atas apa yang terjadi hari ini. Tolong maafkan Rara juga."

"Aku nggak salah, kenapa aku harus meminta maaf?"

Mata Yara seperti terbakar api. "Judy yang duluan datang membuat onar. Kalau Bu Melanie ingin minta maaf, mintakan maaf atas nama temanmu juga."

Melanie tertegun sejenak, lalu cepat-cepat merespons.

"Benar, benar, ini masalah pribadi. Seharusnya nggak dibawa ke tempat kerja dan mengganggu ketenangan."

Kerutan di kening Anita semakin dalam. Melanie benar, meski masalah ini adalah masalah pribadi, tetapi sudah berdampak pada perusahaan.

Terutama bagi Yara sendiri. Jika reputasi pribadinya buruk, akan berdampak pula pada reputasi perusahaan.

"Bu Melanie, kamu nggak perlu memintakan maaf untuk mereka."

Anita memandang Yara. "Yara, apa yang terjadi hari ini semua karena kamu. Kamu harus pulang dan merenungkan kesalahanmu selama beberapa hari."

"Alasannya apa?" Yara tidak bisa menerimanya.

"Karena aku atasan langsungmu. Karena reputasi perusahaan akan terpengaruh jika hal-hal yang kamu lakukan itu tersebar."

Anita telah mengambil keputusan. "Kamu bisa pilih pulang dan merenungkan kesalahanmu sekarang, atau kamu bisa pilih pergi ke kantor personalia untuk mengundurkan diri dan pergi sesegera mungkin."

Kemarahan dalam hati Yara hampir membuatnya menggila.

Melanie menghampiri Yara dan meraih lengannya. "Rara, pulang saja dulu. Nggak apa-apa, di perusahaan masih ada aku."

Yara menatap Melanie dalam diam.

"Ayolah, kalau kamu benar-benar bertengkar dengan Anita, nggak ada lagi jalan kembali untuk masalah ini."

Melanie langsung menarik Yara masuk ke dalam lift.

"Judy ini memang keterlaluan. Sumbu pendek, nggak bisa berpikir panjang ...."

Dia melirik Yara dari samping. "Rara, kenapa kamu diam saja? Kamu marah sama aku?"

"Nggak."

Yara melihat angka-angka di layar lift, satu per satu semakin berkurang.

Dia merasakan tangan tak kasat mata itu muncul lagi, menerjangnya dari belakang.

"Melanie, siapa yang membius Yudha hari itu? Kenapa Judy bersikeras kalau itu aku?"

Dia menatap Melanie tanpa berkedip.

"Jangan ambil hati kata-kata Judy, dia anjing gila, suka gigit orang sembarangan."

"Siapa?"

"Rara, ini urusan memalukan. Mereka juga melakukannya untuk aku. Aku nggak bisa bilang siapa dia."

"Nggak bisa bilang siapa? Atau memang nggak ada sama sekali."

"Rara, apa maksudmu?"

Yara membuang muka.

"Saat Yudha dibius sebelumnya, akulah yang paling diuntungkan, jadi semua orang akan curiga padaku. Tapi ...."

Dia menatap Melanie lagi. "Di pesta penyambutan, satu-satunya orang yang diuntungkan dengan membius Yudha itu kamu."

"Rara, bagaimana bisa kamu berpikiran buruk tentangku?"

Melanie tampak sangat sedih sampai hampir menangis.

"Nggak, aku cuma mengikuti alur logika mereka."

Yara tersenyum simpul. "Jangan salah paham, Melanie, aku nggak bermaksud apa-apa lagi. Tapi kamu juga harus percaya, bukan aku yang melakukannya di pesta ulang tahunmu."

Pintu lift terbuka dan akhirnya dia berkata pada Melanie, "Kalau ada waktu, aku harap kamu bisa menjelaskannya pada Yudha."

"Selamat tinggal, Melanie." Yara segera pergi.

Melanie menggertakkan gigi penuh kebencian.

Satu tahun yang lalu, kalau bukan karena yakin bahwa Yara tidak punya dukungan, ditambah dengan kerja sama Silvia ... dia tidak akan memilih Yara.

Siapa sangka, gadis murahan ini begitu keras kepala dan masih ingin membuka kejadian tahun lalu.

Tidak bisa dibiarkan!

Yara tahu kali ini situasinya sangat sulit.

Tidak ada perusahaan yang menginginkan karyawan yang telah berulang kali menimbulkan masalah.

Dia belum ingin pulang ke rumah Siska untuk sementara waktu, jadi dia menyusuri jalan tak tentu arah dan akhirnya sampai di depan gedung Perusahaan Lastana.

Dia duduk di sebuah kursi dan mengirimkan pesan kepada Yudha.

Yudha masih belum menghubunginya lagi sejak terakhir kali dia bilang akan menghubungi.

"Tuan Muda Lastana, bisakah kamu meluangkan waktu sepuluh menit? Pergi bersamaku mengurus perceraian."

Dibaca tetapi tidak dibalas.

"Aku setuju nggak akan minta apa pun dalam perceraian ini. Kamu nggak akan merugi sedikit pun."

Dibaca tetapi tidak dibalas.

"Kepada dunia luar, katakan saja kamu yang minta cerai. Kepada keluarga, katakan aku yang minta cerai. Tuan Muda Lastana, bisa pergi atau nggak? Cepat balas!"

Dibaca tetapi tidak dibalas.

Yara sangat marah hingga dia mengetuk-ngetuk ponselnya dengan keras, seakan ingin melubangi layarnya.

"Yudha, membalas pesan adalah etika dasar sebagai manusia."

Di lantai paling atas Perusahaan Lastana, Yudha berdiri di depan dinding kaca yang lebar. Mengalihkan pandangan dari ponselnya menuju ke sebuah titik putih kecil di bawah.

Aneh rasanya. Pada jarak ini, bahkan pria atau wanita sulit dibedakan, tetapi dia dapat mengenali wanita itu dalam sekilas.

Yara segera menerima balasan.

"Ngapain kamu nggak kerja, malah duduk-duduk di sana?"

"Naik ke atas."

Related chapters

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0016

    Tak lama, Yara tiba di kantor lantai paling atas Perusahaan Lastana.Segera setelah membuka pintu, kedua matanya bertemu pandang dengan mata Yudha.Ini pertama kalinya mereka bertemu setelah malam itu. Suasana seketika berubah canggung.Yudha terlebih dahulu membuang muka dan lanjut memeriksa dokumen di atas mejanya."Sebebas itukah jam kerja di Baruy?"Yara tertegun sejenak sebelum menyadari bahwa Yudha bertanya mengapa dia tidak pergi bekerja."Terjadi sesuatu. Mungkin aku nggak bisa kerja di sana lagi."Pria itu terkekeh, seolah sudah menduganya.Dia mengangkat kepala, mata sipitnya menatap Yara tanpa perasaan apa-apa."Kamu menyesal bercerai tanpa mendapat uang sedikit pun?"Jadi wanita ini datang ke sini karena berubah pikiran tentang perjanjian perceraiannya."Nggak."Yara sungguh tidak suka dengan sikap Yudha.Jika dia benar-benar menginginkan uang, untuk apa dia bekerja sebagai pembantu cuma-cuma selama setahun?"Yudha, kamu harus tahu, aku nggak pernah dapat apa-apa dari menik

    Last Updated : 2024-04-02
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0017

    Sebagai orang luar yang hanya menyaksikan, Siska saja merasa lelah, apalagi Yara sendiri?Yara mencintai Yudha selama enam tahun dan menikah dengannya selama satu tahun. Balasan apa yang dia dapatkan setelah tujuh tahun ini?Yang ada hanya penghinaan dan benci dari Yudha.Semua ini sudah seharusnya berakhir sejak lama.Yara menyeka air matanya dan tersenyum pada Siska."Siska, kamu benar. Sel-sel dalam tubuh manusia berganti seluruhnya dalam tujuh tahun. Kenapa aku masih harus terjebak dalam bayang-bayang Yudha?"Dia harus semangat dan kerja keras demi masa depannya.Dalam beberapa hari berikutnya, Yara mematikan ponsel dan mengabaikan semua kontak dengan dunia luar. Dia fokus menggambar.Terakhir, pada hari Senin, dia mendesain gaun bertema "Cinta Pertama".Dia memutuskan untuk membawa kumpulan gambar desain ini ke kantor sebagai perjuangan terakhirnya.Sesampainya di depan pintu kantor, dia tidak menyangka akan bertemu Melanie."Rara, kenapa kamu ada di sini?"Melanie menariknya ke s

    Last Updated : 2024-04-02
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0018

    "Apa yang terjadi saat itu juga karena kebutuhan."Suara Silvia datang dari ruang kerja.Yara berdiri di luar, tangannya yang hendak mengetuk pintu terhenti di tengah jalan."Aku cuma nggak nyangka dia sekeras kepala itu. Lagi pula, kalau bukan karena kamu adalah ibunya dan dia ...."Itu suara Melanie, tetapi Yara tidak mendengar kata-kata selanjutnya dengan jelas."Aku juga nggak akan rela melepas Yudha." Melanie mendesah ringan. "Sekarang aku cuma berharap mereka cepat bercerai dan semuanya kembali normal.""Jangan khawatir, nggak akan terjadi apa-apa." Silvia terdengar yakin.Ruang kerja berubah sunyi, tetapi kepala Yara penuh suara gemuruh.Jadi, tebakannya benar?Silvia benar-benar bersekongkol dengan Melanie dan menjebak dia tidur dengan Yudha?Kenapa?Pintu di depannya tiba-tiba terbuka. Silvia melihat Yara yang berwajah pucat berdiri di luar pintu. Sesaat, rasa panik menerpanya."Gadis sialan, ngapain kamu berdiri di sini?"Dia tidak tahu berapa banyak yang didengar Yara. Dia m

    Last Updated : 2024-04-02
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0019

    Keluar dari rumah Siska, Yara tidak pergi ke kantor catatan sipil, melainkan ke kantor Baruy.Sesampainya di depan gedung, dia menghadang Melanie.Melanie masih memakai riasan sempurna dan sepatu hak tinggi delapan sentimeter.Dia juga tetap terlihat seperti biasa saat melihat Yara. "Rara, kamu kenapa ada di sini? Mau cari Bu Anita?""Cari kamu!" Yara tidak basa-basi."Cari aku?" Melanie tampak sedikit terkejut. "Masih soal kejadian kemarin? Rara, kayaknya kamu salah paham ....""Bukan soal kemarin," sela Yara. "Tapi soal lukisan-lukisan itu.""Aku mau kamu mengaku kepada panitia penghargaan dan juga perusahaan bahwa lukisan-lukisanmu adalah jiplakan."Senyuman di wajah Melanie menghilang. "Rara, lukisan apa? Jiplakan apa? Aku nggak ngerti maksudmu."Mata Yara membelalak kaget. Dia tidak menyangka Melanie akan menyangkalnya.Melanie berdiri di tangga, menatap Yara."Rara, aku tahu kamu ingin kembali bekerja. Aku sudah mencoba sebisa mungkin untuk membantumu. Tapi tuduhan nggak beralasa

    Last Updated : 2024-04-02
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0020

    Yara berjalan ke hadapan Siska dan memeluknya penuh rasa enggan."Terima kasih, Siska. Beberapa hari ini adalah waktu-waktu paling bahagia bagiku selama setahun terakhir.""Bodoh, kamu boleh balik lagi ke sini kapan saja."Saat dia sampai di depan pintu vila keluarga Lastana, hari sudah gelap.Lampu di vila menyala. Pasti Yudha sudah pulang.Awalnya dia mengira tidak akan pernah kembali lagi ke sini, jadi Yara pergi tanpa membawa kunci.Dia pun melangkah maju dan membunyikan bel pintu.Tak lama, pintu terbuka.Melanie muncul di depan pintu. "Rara? Kenapa kamu di sini?"Yara mengerutkan kening tidak senang dan langsung masuk ke dalam membawa tasnya."Melanie, pertanyaanmu lucu, deh. Ini rumahku. Aku pulang ke rumah, apa masalahnya?"Di ruang tamu, Yudha sedang duduk di sofa dan menoleh dengan tatapan dingin.Langkah Yara berhenti dan dia menatap langsung pada kedua mata Yudha. "Malah aku yang harusnya tanya. Aku, sebagai Nyonya di sini, sedang tidak di rumah, tapi kalian dua orang lawan

    Last Updated : 2024-04-02
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0021

    Yara turun ke lantai bawah setelah mandi, disambut Yudha yang menatapnya dengan wajah tidak senang.Dia berbalik dan berjalan menuju dapur, pura-pura tidak tahu."Yara, kamu masih belum puas membuat keributan?"Menolak bercerai adalah membuat keributan?Kalau begitu, dia benar-benar belum membuat cukup banyak keributan.Yara membalas dengan nada serius, "Aku katakan sekali lagi, aku nggak mau bercerai sekarang. Kalau kamu mau bercerai, tunggu saja!""Aku peringatkan kamu untuk yang terakhir kalinya, menjauhlah dari Melly."Nada suara Yudha benar-benar sangat dingin."Yang bercerai denganmu itu aku. Kalau kamu berani mengganggu dia lagi, aku nggak akan pernah berhenti membuatmu menderita!"Mengganggu Melanie?Yara menangkap kata kuncinya. "Aku mengganggu Melanie seperti apa?"Dalam pikirannya, dia sudah sangat bersyukur jika Melanie tidak mengganggunya lagi."Masih pura-pura juga?"Yudha mendekat padanya dan melemparkan ponselnya ke arah Yara.Yara menatap ponsel itu sambil bertanya-tan

    Last Updated : 2024-04-02
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0022

    Setelahnya, dia pergi ke rumah Siska."Rara, kamu mau pindah ke sini lagi?"Melihatnya membawa banyak tas, Siska pun bertanya-tanya.Yara mengeluarkan semua isi tasnya. Ada penyangga, alas gambar, dan perlengkapan melukis lainnya.Teringat akan siaran langsung malam nanti, Siska segera mengerti apa yang ingin Yara lakukan."Biar kubantu!"Dia membantu Yara memosisikan penyangga dan lensa kameranya. Dia juga menguji coba pencahayaannya untuk memastikan semuanya sempurna.Pukul delapan akan tiba sebentar lagi. Yara memberi semangat sekali lagi untuk dirinya sendiri.Kali ini dia harus membuat Yudha melihat wajah asli Melanie.Agak ragu sejenak, dia lalu mengirimkan tautan siaran langsungnya lagi kepada Yudha.Alhasil, Yudha menjawabnya saat itu juga, berkata, "Nggak tertarik."Yara membendung kebencian yang mulai meluap dalam hatinya.Siaran langsungnya dimulai.Siska mengenakan masker dan menjelaskan kepada para pengikut siaran langsungnya, kemudian menyingkir.Yara mengenakan topeng da

    Last Updated : 2024-04-02
  • Cinta yang Tertukar   Bab 0023

    Yara langsung pulang ke vila naik taksi. Begitu memasuki pintu, dia bertanya, "Yudha sudah pulang?""Belum," jawab Yunita dengan hormat. "Nyonya sudah makan malam? Mau dimasakkan sesuatu?"Yara menggelengkan kepalanya. "Nggak usah, aku nggak lapar."Dia naik ke lantai atas untuk menyimpan barang-barangnya, lalu kembali ke ruang tamu untuk menunggu.Dia ingin memberitahu Yudha apa yang dilakukan Melanie segera setelah pria itu sampai di rumah.Setelah entah berapa lama berlalu, Yara dibangunkan Yunita.Dia membuka mata, tampak masih mengantuk. "Yudha sudah pulang?""Belum." Yunita tampak tidak enak. "Nyonya mau ke atas dulu, tidur sebentar?"Saat ini, hari sudah pagi.Yudha tidak pulang ke rumah semalaman.Dulu, meski Yudha sering pulang larut malam, kecuali untuk perjalanan bisnis, dia jarang tinggal di luar semalaman.Apakah dia bersama Melanie?Apakah dia menonton siaran langsungnya?Yara gelisah, dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi dan harus pergi menjelaskan kepada Yudha secara

    Last Updated : 2024-04-02

Latest chapter

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0627

    Pada hari yang telah disepakati, Yudha menerima telepon dari Revan di pagi hari."Pak Yudha, saya di Meria sekarang, sedang menunggu penerbangan pulang. Seluruh informasinya sudah hampir lengkap.""Bagus." Yudha agak terkejut. Dia tidak menyangka Revan perlu pergi ke Meria. dia menambahkan, "Hati-hati di perjalanan. Aku tunggu kepulanganmu.""Pak Yudha." Revan menatap dokumen di tangannya. "Saya akan pergi ke rumahmu setelah sampai di sana. Sebelum itu ... siapkan mentalmu.""Oke." Yudha menutup telepon. Dia sebenarnya merasakan sedikit firasat buruk dalam hatinya.Dia menatap kalender dan melihat hari persidangan perceraiannya akan tiba dua hari lagi. Masih ada waktu.Satu hari terasa sangat panjang bagi Yudha. Dia meninggalkan semua pekerjaan dan kembali ke rumah keluarga besar untuk bermain sebentar dengan Agnes dan Yovi, lalu kembali ke vilanya dan menunggu.Agnes bertanya, "Kerjaanmu hari ini sudah selesai 'kan? Kenapa buru-buru pergi? Temani anakmu lebih lama lagi."Sejak ada Yov

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0626

    Saat masuk ke ruang tamu, Santo jelas merasa agak malu, tapi Felix dan Gio bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan bicara dengannya seperti biasa.Yara membawa album foto yang baru diambilnya dan mereka semua berkumpul untuk melihat."Ayah, lihat, ini foto pernikahanmu. Kalian masih sangat muda waktu itu, sangat tampan dan cantik."Santo tersenyum dan mengulurkan tangan untuk menyentuh Zaina di foto itu."Senyum Ibu sangat cantik di foto ini. Yang ini, Ayah, kamu sangat tampan ...."Sambil berbicara, Yara memperhatikan ekspresi Santo. Di dalamnya banyak foto-foto Melanie. Dia berusaha untuk menyebutnya sesedikit mungkin.Lambat laun, raut wajah Santo menjadi semakin serius.Tiba-tiba, air mata menetes membasahi album foto."Ayah, kamu kenapa?" Yara sedikit panik dan berusaha menyingkirkan album foto itu. "Kita lihat besok lagi saja, nggak apa-apa."Santo menunduk. Tangannya membelai wanita yang ada di foto tersebut dengan penuh kasih sayang. "Kenapa aku nggak pulang lebih cepat

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0625

    Segera setelah pintu kamar mandi terbuka, bau menyengat menghantam. Ada noda air berwarna kuning di lantai. Tidak perlu ditanya lagi apa itu.Santo membelakangi semua orang, meringkuk di sudut ruangan. Seluruh tubuhnya gemetar."Kalian keluar dulu." Yara merasa dadanya sangat sesak dan meminta semuanya pergi."Rara, nggak apa-apa, biarkan aku membantumu." Siska bergegas berkata."Nggak usah." Yara menggeleng dan menatap mereka dengan memohon, "Keluar dulu, oke? Keluar!""Ayo, kita tunggu di ruang tamu." Gio akhirnya merespons, mengangguk kepada Yara, dan menarik pergi Felix dan Siska.Yara berdiri di ambang pintu, mengendus-endus, dan berseru lirih, "Ayah, mereka sudah pergi. Nggak apa-apa."Santo masih meringkuk di pojokan.Dia adalah kepala keluarga Lubis, yang berwibawa dan terhormat seumur hidup. Tapi sekarang ... pikirannya sudah tidak jernih lagi dan menghadapi hal semacam ini saja tidak bisa."Ayah!" Yara dengan hati-hati melangkah maju dan menarik lembut pakaian Santo. "Ayah, n

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0624

    Yara juga berdiri dan menatap mata Melanie. "Bahkan meski mereka tahu kebenarannya dan menukar kita kembali, mereka tetap akan sangat mencintaimu dengan kasih sayang yang sama.""Melanie, kamu kehilangan dua orang yang paling menyayangimu. Kamu benar-benar nggak menyesalinya?" Yara sedikit emosional."Nggak!" kata Melanie dengan sangat tegas. "Yara, asal kamu tahu, nggak ada kata "menyesal" dalam kamus hidupku. Ambil barang-barangmu dan cepat pergi. Nggak usah ngoceh nggak jelas di sini."Yara menggelengkan kepalanya, mengambil album foto itu dan mengatakan satu hal lagi, "Jaga dirimu baik-baik."Dia keluar dari vila, mengucapkan selamat tinggal kepada Amel, dan segera pergi.Amel kembali ke vila dan melihat Melanie melamun sambil memandangi foto Zaina. Dia bertanya dengan suara kecil, "Bu, kamu juga kangen ibumu?""Dia bukan ibuku." Melanie mengambil foto itu dari dinding dan melemparkannya ke lantai. "Aku nggak kangen dia. Nggak sedikit pun!"Orang yang paling disayangi Zaina semasa

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0623

    Setelah kehilangan Santo sekali, Yara dan yang lainnya tidak berani ceroboh lagi, terutama Siska."Rara, aku janji nggak akan membiarkan Paman Santo lepas dari pandanganku."Yara tertawa sambil menggelengkan kepalanya. "Oke, tutup pintunya, dia nggak akan bisa keluar. Aku keluar sebentar."Karena Santo selalu bicara soal menemui Zaina, Yara ingin pergi ke rumah keluarga Lubis untuk mengambil foto-foto Zaina. Dia sudah menelepon Melanie.Sampai di sana, dia melihat Amel sudah menunggunya dari kejauhan."Bibi Rara!" Amel melihat kedatangannya dan langsung berlari menghampiri. "Bibi Rara, kamu di sini."Yara memeluk Amel. "Wah, Amel sudah tambah tinggi dan cantik.""Bibi Rara juga tambah cantik," balas si kecil bermulut manis.Yara membawanya masuk ke dalam vila. Melanie sudah menunggu di ruang tamu."Barangnya di lantai atas, mungkin di kamar mereka." Melanie bangkit dan berjalan ke arah tangga. "Ayo kuantar ke atas.""Terima kasih." Yara meminta Amel bermain sendirian dan mengikuti ke a

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0622

    Ini pertama kalinya Amel melihat Yudha berbicara sangat serius dengannya. Wajahnya langsung terlihat takut dan dia berbisik, "Amel kasihan sama Ibu.""Ibumu kenapa?" Yudha berjongkok dan sedikit melunakkan nada bicaranya.Amel menggeleng dan mengulangi, "Ibu kasihan sekali."Yudha tidak bertanya lagi dan mengelus kepala si kecil. "Amel, mungkin suasana hati ibumu sedang buruk. Paman akan menghiburnya, tenang saja.""Terima kasih, Paman." Amel menghela napas dan melanjutkan bermain.Yudha duduk di sofa dan menunggu. Pikirannya terus terbayang penampilan Melanie barusan. Gelagatnya seperti orang mabuk, tapi tidak ada bau alkohol sama sekali di dalam kamar. Bau itu ...Yudha belum pernah merasakan bau seperti itu sebelumnya. Menyengat dan sangat tidak enak.Dia menunggu beberapa saat dan kemudian melihat Melanie turun. Melanie sudah berganti pakaian dan menata rambutnya, nyaris seperti orang yang berbeda, membuat Yudha bertanya-tanya apakah yang dilihatnya tadi itu hanya ilusi."Yudha, ke

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0621

    Selama beberapa hari berikutnya, Yara menghabiskan waktu bersama Yola dan Santo di siang hari. Lalu malamnya mengerjakan desain perhiasan bertemakan "Pulau" itu.Tapi, inspirasinya seakan sedang surut dan ide-ide yang dia pikirkan masih kurang memuaskan.Sidang perceraiannya semakin dekat.Di suatu sore, Yudha menerima telepon dari Amel sebelum pulang dari kantor."Paman sedang sibuk?" ucap gadis kecil itu dengan suara manis. "Amel sudah lama nggak ketemu Paman. Paman sedang sibuk bersama adikku ya?"Yudha terdiam. Beberapa waktu telah berlalu sejak Yovian datang ke rumah. Dia memang sudah lama belum bertemu Amel.Sejenak, dia merasa malu. "Paman minta maaf. Malam ini Paman ke rumahmu, oke?""Sekarang saja. Ayo makan di luar bersama Ibu." Amel tertawa usil. "Tapi jangan bilang Ibu. Beri dia kejutan.""Oke." Yudha menjawab ringan.Dia membereskan pekerjaannya sebentar dan segera pergi ke rumah keluarga Lubis. Tak disangka, Amel sudah menunggu di depan pintu."Amel ...""Ssst!" Amel mene

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0620

    "Nggak mungkin." Yara berpikir, satu-satunya pria yang dekat dengannya baru-baru ini adalah Felix.Menurutnya, dengan sifat Felix, dia tidak mungkin punya ini seperti ini. Saran dari Gio juga rasanya tidak mungkin sampai ke sini.Dia tidak tahu siapa lagi yang mungkin."Rara, gawat!"Yara tiba-tiba mendengar suara Siska dari belakangnya. Dia buru-buru menutup telepon. "Safira, aku ada urusan mendadak. Sampai di sini dulu ya, terima kasih!""Ada apa?" Dia menatap Siska dengan cemas."Ayahmu ... ayahmu hilang." Siska terengah-engah karena kelelahan. Dia jelas sudah mencari di sekitar untuk mencoba mencarinya sebelum memberi tahu Yara.Suaranya seperti menahan tangisan. "Kami terlalu fokus dengan Yola. Aku nggak tahu sejak kapan ayahmu pergi.""Nggak apa-apa. Tolong jaga Yola dulu, aku akan mencarinya." Yara menenangkan Siska dan segera menelepon polisi.Setelah menelepon polisi, dia menelepon Felix dan Gio."Oke, jangan khawatir, kami akan membantu mencari." Felix menenangkan Yara dan me

  • Cinta yang Tertukar   Bab 0619

    Keesokan harinya setelah sarapan, cuaca di luar sangat cerah. Yara ingin mengajak Yola dan Santo berjalan-jalan."Aku ikut juga." Siska melambaikan kedua tangannya. Reaksi kehamilannya sudah jauh membaik akhir-akhir ini. Usia kandungannya sudah lima minggu.Yara meminta pengasuh memakaikan baju kepada Yola sementara dia pergi membantu Santo."Ayah, ganti baju dulu, lalu pergi jalan-jalan, oke?""Jalan-jalan?" Santo berpikir sejenak, "Ketemu Zaina?"Hati Yara terasa pilu. Dia hanya bisa berbohong, "Ya, jalan-jalan, menemui ibuku. Ayo Ayah, aku bantu pakai baju.""Oke, ketemu Zaina, ketemu Zaina ..." Santo terus bergumam dan segera berganti pakaian.Mereka turun ke bawah dan pergi ke lapangan kompleks. Yola di dalam kereta dorong bayi. Mata lebarnya berkedip-kedip, melihat ke mana-mana penuh rasa ingin tahu.Yara awalnya khawatir anaknya terlalu kecil untuk dibawa keluar. Tapi pengasuhnya mengatakan bahwa Yola tumbuh dengan sangat baik. Cuacanya sedang bagus, tidak terlalu dingin dan tid

DMCA.com Protection Status