Share

Bab 7

Penulis: Iva Cherish
"Di mana yang sakit?"

Adrian menyentuh wajahku dengan lembut.

Aku menunjuk ke dadaku. "Di sini."

Dia tertawa nakal, lalu mengecup keningku. "Dasar pembohong kecil, jangan bercanda. Aku pergi sebentar. Malam ini aku pulang lebih cepat untuk temenin kamu."

Jadi, tetap pergi, ya?

Sudah berminggu-minggu aku menolak disentuh olehnya. Dia pasti sudah sangat nggak sabar.

Begitu dia keluar pintu, aku diam-diam mengikutinya dari belakang.

Biasanya dia sangat berhati-hati. Tapi malam ini, dia begitu tergesa-gesa hingga tidak sadar aku terus berada di belakangnya.

Bahkan saat parkir, dia asal-asalan. Mobil pun lupa dia kunci.

Aku menunggu di luar. Terus menunggu... hingga pukul dua belas malam, dia masih belum keluar.

Ketika Adrian pulang, aku pura-pura tidur.

Dari kamar mandi terdengar suara gemercik air, suara yang membuatku makin gelisah.

Dada ini terasa sesak, seperti ada batu besar yang menindih.

Beberapa saat kemudian, ranjang di sebelahku melesak ke bawah, dan dia memelukku.

Ak
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Cinta yang Kadaluarsa   Bab 8

    "Bukankah aku dan Kak Adrian lebih serasi?" Kalimat itu jatuh begitu saja, ringan tapi tajam, menghantam dadaku hingga aku sesak napas. Reni menatapku dengan penuh provokasi. "Seorang cewek biasanya lebih pilih nikah dengan cowok yang lebih mencintainya dibanding ia mencintai cowok itu." "Kamu kira, dia bakal percaya pada orang yang telah mencintai orang lain selama sepuluh tahun, tapi tiba-tiba jatuh cinta padanya dengan mudah? Bukannya hubungan kalian baru lima tahun?" Ternyata Adrian telah ceritakan semua ini padanya. ‘Ya, setelah aku berhenti kejar Kevin, aku berteman dengan Adrian selama dua tahun. Kami baru resmi bersama setelah aku pastikan perasaanku padanya, dan hubungan itu telah berlangsung tiga tahun.’Aku menundukkan kepala, tersenyum tipis. "Kalau kamu gitu yakin dia bakal pilih kamu, kamu nggak bakal datang menemuiku, kan?" Wajah Reni menjadi pucat dan dia langsung dengan cepat menjawab, "Ini hanya masalah waktu, kan? Seperti kamu, yang memilih kejar pria yang kam

  • Cinta yang Kadaluarsa   Bab 9

    "Bukan itu maksudku..." Dia mencoba ulurkan tangan untuk menarikku, tapi aku dengan cepat menghindar. Namun, sebelum dia sempat berkata lebih banyak, suara yang begitu familier terdengar dari belakang. "Kalian sedang apa?" Aku berbalik. Di bawah sinar matahari yang menyilaukan, wajah Adrian tersembunyi dalam bayangan, sorot matanya kelam dan dingin menusuk. Auranya begitu menekan, penuh ketegasan. Dalam sekejap, tinjunya menghantam wajah Kevin. Kevin hanya terdiam sesaat sebelum membalas pukulan itu dengan keras. "Kevin, beraninya kamu goda Diana! Kamu mau kubunuh ya?" Mata Adrian memerah, amarahnya membara. Kevin mengusap darah di sudut bibirnya, matanya penuh dengan ejekan, dia pun balas dengan tidak rela. "Adrian, kamu pikir dirimu baik? Berani bersumpah kalau dulu kamu dekati Diana bukan karena mau buat aku muak?" "Kamu berani bilang perasaanmu padanya tulus?" "Ya, aku memang menginginkan ⁠Diana, tapi dia nggak pernah balas perasaanku. Sementara kamu? Apa dia tahu kalau di

  • Cinta yang Kadaluarsa   Bab 10

    Aku segera melihat Adrian muncul. Reni tiba-tiba berlari dan menerjang ke dalam pelukannya. Adrian berdiri di sana, tidak membalas pelukan itu, tapi juga tidak mendorongnya pergi.Aku berdiri cukup jauh, jadi tidak bisa mendengar apa yang mereka katakan. Kepala Reni bersandar di dadanya, dan terus menangis tanpa henti. Anehnya, kali ini aku tidak merasakan apa pun di dalam hatiku. Tiba-tiba aku teringat tahun kedua aku pacaran dengan Adrian. Jauh dari lubuk hatiku, aku pernah bertanya kepadanya, "Di masa depan, apa kamu bakal selingkuh? Suka gadis yang lebih muda dan lebih cantik dariku?" Dia menggesekkan wajahnya ke pipiku dengan lembut. "Apa yang kamu bicarakan? Siapa yang lebih cantik dari kamu? Lagian kalau aku sampai selingkuh, maka di dunia ini nggak akan ada pria baik yang tersisa. Aku kenal kamu sejak usia 12 tahun, bersama denganmu sejak usia 25. Setengah dari hidupku, aku sudah bersamamu, mana mungkin aku bisa mencintai orang lain?" Semua itu bohong. Di layar HP-ku,

  • Cinta yang Kadaluarsa   Bab 11

    Di dalamnya, setiap halaman penuh dengan foto-foto kami—dari awal baru kenal hingga perlahan kita pacaran. Setiap lembar adalah rekaman perjalanan cinta kami. Saat aku membalik ke halaman terakhir, mataku terpaku pada tulisan tangan yang kukenal baik. Huruf-hurufnya tegas, kuat, seolah tidak tergoyahkan: [Diana, aku mencintaimu.]Kak Jilian yang berdiri di sampingku ikut membaca. Matanya beralih kepadaku dengan sedikit panik. "Hei, jangan-jangan kamu bakal tersentuh?" tanyanya hati-hati. Aku menutup album itu perlahan, lalu tanpa ragu melemparkannya ke dalam tempat sampah. "Mana mungkin?" Aku tersenyum dingin. "Kalau aku sampai terharu, berarti semua usahaku sia-sia." Kak Jilian mengembuskan napas lega. "Baguslah! Tapi ada satu hal yang mungkin kamu bakal tertarik." Dari mulutnya, aku mendengar cerita tentang Reni. Rupanya, namanya sempat jadi skandal besar di berita dalam negeri. Ia ketahuan jadi selingkuhan dan tertangkap basah oleh istri sah. Bukan hanya itu, ia bahkan dipukul

  • Cinta yang Kadaluarsa   Bab 12

    "Hubungan kita sudah berakhir sejak tiga tahun lalu. Pergilah." Namun, Adrian nggak mau pergi. Dia justru beli apartemen tepat di seberang tempat tinggalku dan mulai tinggal di sana. Bahkan, hampir setiap hari dia datang ke kampusku. Dengan muka nggak tahu malu dan sikap pantang menyerah yang menyebalkan, dia bertahan selama setengah tahun, seolah sudah bertekad habiskan sisa hidupnya menggangguku.Kadang, aku benar-benar kesal hingga nggak bisa tahan dan memakinya. "Adrian, tolong hentikan drama cinta basi ini. Sudah nggak ada gunanya, oke?" Matanya langsung memerah, suaranya bergetar saat dia memohon, "Diana, tolong… jangan gini padaku, yah?" "Aku salah bicara, aku nggak harusnya menyakitimu dengan kata-kataku. Aku nggak harusnya berpikir untuk kabur dari pernikahan kita hanya demi buat kamu malu." "Aku benar-benar mencintaimu, hanya saja harga diriku yang terlalu tinggi membuatku nggak bisa terima kenyataan. Aku sudah tahu salah." "Tolong, jangan tinggalkan aku." Aku menatap

  • Cinta yang Kadaluarsa   Bab 13

    ”Tapi, hidup memang tak bisa ditebak. Kita nggak pernah tahu apa yang akan terjadi di detik berikutnya. Aku mendengar setiap kata itu. Aku temani kamu bersandiwara. Aku juga pakai semua taktik balas dendammu—dan dengan kejam, membalasmu dengan cara yang sama.”"Hentikan, jangan katakan lagi... Diana." "Sudah delapan belas tahun... Gimana aku bisa lepasin semua?”Suara Adrian tercekat. Air mata mengalir di pipinya. "Aku harus gimana supaya kamu mau maafin aku? Tolong kasih tahu aku." Aku menghela napas panjang. "Kita bertiga sudah terjebak dalam lingkaran ini terlalu lama. Nggak akan ada kebahagiaan di ujung jalan ini." "Sama seperti gaun pengantin itu—sekali sobek, nggak bisa diperbaiki. Kalau pun dijahit ulang, hasilnya nggak akan sama. Dan kalau dipesan baru, tetap saja ukurannya nggak akan pas." "Itulah akhir dari aku dan kamu." Aku berdiri, menatapnya dengan tenang. "Jadi, jangan cari aku lagi. Aku nggak sanggup terima cinta kalian." "Dan aku nggak akan menoleh ke belakang."

  • Cinta yang Kadaluarsa   Bab 14

    Aku mematikan HP, membayangkan sosoknya dalam balutan gaun pengantin. Pasti sangat indah. Sayang sekali, gaun pengantin yang dipesan khusus itu sudah rusak. Tapi nggak masalah. Apa pun yang ia pakai, bagiku, ia tetap pengantin tercantik. Aku harap, mulai hari ini, aku, Adrian, bisa menyingkirkan segala keraguan dan penyesalan, lalu menjalani hidup yang baik bersamanya. Saat di lokasi pernikahan, aku merasa sangat aneh. Tapi aku tidak mengerti kenapa begitu. Semua prosesi berjalan sesuai rencana. MC sudah berdiri di atas panggung, tamu undangan memenuhi ruangan, tetapi pikiranku melayang entah ke mana. Aku belum melihat Diana. Jantungku berdegup kencang, ada firasat buruk yang merayapi dadaku.Ketika MC berkata, "Mari kita dengarkan apa yang ingin disampaikan oleh sang pengantin pria," aku tersentak. Tidak ada sesi seperti ini dalam susunan acara. Lalu, suara menggema dari speaker muncul di seluruh ruangan. Aku hampir tak bisa berdiri tegak. Tubuhku bergetar.Itu kata-kataku

  • Cinta yang Kadaluarsa   Bab 15

    Apa Adrian yang berusia dua puluh tiga tahun sangat ingin membunuh dirinya sendiri yang berusia dua puluh delapan tahun? Aku telah jadi bahan hinaan di seluruh kota. Mereka berkata, pengantinku kabur di tengah pernikahan. Yang tersisa di lokasi pernikahan, hanyalah dua orang pria yang berkelahi demi sang pengantin wanita. Kedua pria itu bahkan bukan orang baik. Mereka bilang, bajingan sepertiku seharusnya tidak pernah mendekati Diana. Aku tidak mau dengar apa pun. Aku hanya ingin menemukannya.Aku mencarinya di setiap sudut kota, namun tak berhasil menemukan jejaknya.Saat itulah aku sadar—dulu, ketika aku yang menghilang, betapa putus asanya ia saat mencari keberadaanku. Sekarang, seolah ia sengaja menghapus semua jejaknya. Tidak ada seorang pun yang tahu ke mana ia pergi. Aku minta orang untuk selidiki, tapi yang kudapat hanyalah jawaban, "Tuan Adrian, tolong jangan persulit aku lagi." ‘Ya, tentu saja. Saat dia dengar kata-kataku, dia pasti sudah bersiap untuk pergi.’ ‘Gima

Bab terbaru

  • Cinta yang Kadaluarsa   Bab 16

    Dia melangkah mendekat dan memelukku erat. “Dia sudah tua, sudah habiskan gitu banyak waktumu. Kenapa kamu masih nggak mau menerimaku?” “Aku masih muda, dan yang terpenting, aku mencintaimu! Aku pertaruhkan segalanya untuk mencintaimu selama sepuluh tahun. Di mataku, di hatiku, hanya ada kau. Aku jauh lebih ‘bersih’ darinya.”‘Bersih?’ Aku mendorongnya dengan kasar, tapi entah kenapa, mataku terasa perih. Sudah lama aku tidak tidur nyenyak. Begitu mataku terpejam, hanya bayangan Diana yang muncul. Kupikir, setelah membalasnya, aku bakal merasa puas. Tapi tidak… yang ada hanya rasa sakit yang begitu dalam, hingga sesak napas. Dari usia 12 hingga 28 tahun, 16 tahun berlalu begitu saja.Tapi aku malah kehilangannya. Aku menyesal... Benar-benar menyesal. Tanpa peringatan, aku menutup wajah dengan kedua tangan dan menangis tersedu-sedu. Reni mencoba mendekat, tapi aku mendongak dan menatapnya dingin. “Kalau kamu nggak mau menghilang dari Kota Jama, cepat pergi.” “Dan satu hal lagi,

  • Cinta yang Kadaluarsa   Bab 15

    Apa Adrian yang berusia dua puluh tiga tahun sangat ingin membunuh dirinya sendiri yang berusia dua puluh delapan tahun? Aku telah jadi bahan hinaan di seluruh kota. Mereka berkata, pengantinku kabur di tengah pernikahan. Yang tersisa di lokasi pernikahan, hanyalah dua orang pria yang berkelahi demi sang pengantin wanita. Kedua pria itu bahkan bukan orang baik. Mereka bilang, bajingan sepertiku seharusnya tidak pernah mendekati Diana. Aku tidak mau dengar apa pun. Aku hanya ingin menemukannya.Aku mencarinya di setiap sudut kota, namun tak berhasil menemukan jejaknya.Saat itulah aku sadar—dulu, ketika aku yang menghilang, betapa putus asanya ia saat mencari keberadaanku. Sekarang, seolah ia sengaja menghapus semua jejaknya. Tidak ada seorang pun yang tahu ke mana ia pergi. Aku minta orang untuk selidiki, tapi yang kudapat hanyalah jawaban, "Tuan Adrian, tolong jangan persulit aku lagi." ‘Ya, tentu saja. Saat dia dengar kata-kataku, dia pasti sudah bersiap untuk pergi.’ ‘Gima

  • Cinta yang Kadaluarsa   Bab 14

    Aku mematikan HP, membayangkan sosoknya dalam balutan gaun pengantin. Pasti sangat indah. Sayang sekali, gaun pengantin yang dipesan khusus itu sudah rusak. Tapi nggak masalah. Apa pun yang ia pakai, bagiku, ia tetap pengantin tercantik. Aku harap, mulai hari ini, aku, Adrian, bisa menyingkirkan segala keraguan dan penyesalan, lalu menjalani hidup yang baik bersamanya. Saat di lokasi pernikahan, aku merasa sangat aneh. Tapi aku tidak mengerti kenapa begitu. Semua prosesi berjalan sesuai rencana. MC sudah berdiri di atas panggung, tamu undangan memenuhi ruangan, tetapi pikiranku melayang entah ke mana. Aku belum melihat Diana. Jantungku berdegup kencang, ada firasat buruk yang merayapi dadaku.Ketika MC berkata, "Mari kita dengarkan apa yang ingin disampaikan oleh sang pengantin pria," aku tersentak. Tidak ada sesi seperti ini dalam susunan acara. Lalu, suara menggema dari speaker muncul di seluruh ruangan. Aku hampir tak bisa berdiri tegak. Tubuhku bergetar.Itu kata-kataku

  • Cinta yang Kadaluarsa   Bab 13

    ”Tapi, hidup memang tak bisa ditebak. Kita nggak pernah tahu apa yang akan terjadi di detik berikutnya. Aku mendengar setiap kata itu. Aku temani kamu bersandiwara. Aku juga pakai semua taktik balas dendammu—dan dengan kejam, membalasmu dengan cara yang sama.”"Hentikan, jangan katakan lagi... Diana." "Sudah delapan belas tahun... Gimana aku bisa lepasin semua?”Suara Adrian tercekat. Air mata mengalir di pipinya. "Aku harus gimana supaya kamu mau maafin aku? Tolong kasih tahu aku." Aku menghela napas panjang. "Kita bertiga sudah terjebak dalam lingkaran ini terlalu lama. Nggak akan ada kebahagiaan di ujung jalan ini." "Sama seperti gaun pengantin itu—sekali sobek, nggak bisa diperbaiki. Kalau pun dijahit ulang, hasilnya nggak akan sama. Dan kalau dipesan baru, tetap saja ukurannya nggak akan pas." "Itulah akhir dari aku dan kamu." Aku berdiri, menatapnya dengan tenang. "Jadi, jangan cari aku lagi. Aku nggak sanggup terima cinta kalian." "Dan aku nggak akan menoleh ke belakang."

  • Cinta yang Kadaluarsa   Bab 12

    "Hubungan kita sudah berakhir sejak tiga tahun lalu. Pergilah." Namun, Adrian nggak mau pergi. Dia justru beli apartemen tepat di seberang tempat tinggalku dan mulai tinggal di sana. Bahkan, hampir setiap hari dia datang ke kampusku. Dengan muka nggak tahu malu dan sikap pantang menyerah yang menyebalkan, dia bertahan selama setengah tahun, seolah sudah bertekad habiskan sisa hidupnya menggangguku.Kadang, aku benar-benar kesal hingga nggak bisa tahan dan memakinya. "Adrian, tolong hentikan drama cinta basi ini. Sudah nggak ada gunanya, oke?" Matanya langsung memerah, suaranya bergetar saat dia memohon, "Diana, tolong… jangan gini padaku, yah?" "Aku salah bicara, aku nggak harusnya menyakitimu dengan kata-kataku. Aku nggak harusnya berpikir untuk kabur dari pernikahan kita hanya demi buat kamu malu." "Aku benar-benar mencintaimu, hanya saja harga diriku yang terlalu tinggi membuatku nggak bisa terima kenyataan. Aku sudah tahu salah." "Tolong, jangan tinggalkan aku." Aku menatap

  • Cinta yang Kadaluarsa   Bab 11

    Di dalamnya, setiap halaman penuh dengan foto-foto kami—dari awal baru kenal hingga perlahan kita pacaran. Setiap lembar adalah rekaman perjalanan cinta kami. Saat aku membalik ke halaman terakhir, mataku terpaku pada tulisan tangan yang kukenal baik. Huruf-hurufnya tegas, kuat, seolah tidak tergoyahkan: [Diana, aku mencintaimu.]Kak Jilian yang berdiri di sampingku ikut membaca. Matanya beralih kepadaku dengan sedikit panik. "Hei, jangan-jangan kamu bakal tersentuh?" tanyanya hati-hati. Aku menutup album itu perlahan, lalu tanpa ragu melemparkannya ke dalam tempat sampah. "Mana mungkin?" Aku tersenyum dingin. "Kalau aku sampai terharu, berarti semua usahaku sia-sia." Kak Jilian mengembuskan napas lega. "Baguslah! Tapi ada satu hal yang mungkin kamu bakal tertarik." Dari mulutnya, aku mendengar cerita tentang Reni. Rupanya, namanya sempat jadi skandal besar di berita dalam negeri. Ia ketahuan jadi selingkuhan dan tertangkap basah oleh istri sah. Bukan hanya itu, ia bahkan dipukul

  • Cinta yang Kadaluarsa   Bab 10

    Aku segera melihat Adrian muncul. Reni tiba-tiba berlari dan menerjang ke dalam pelukannya. Adrian berdiri di sana, tidak membalas pelukan itu, tapi juga tidak mendorongnya pergi.Aku berdiri cukup jauh, jadi tidak bisa mendengar apa yang mereka katakan. Kepala Reni bersandar di dadanya, dan terus menangis tanpa henti. Anehnya, kali ini aku tidak merasakan apa pun di dalam hatiku. Tiba-tiba aku teringat tahun kedua aku pacaran dengan Adrian. Jauh dari lubuk hatiku, aku pernah bertanya kepadanya, "Di masa depan, apa kamu bakal selingkuh? Suka gadis yang lebih muda dan lebih cantik dariku?" Dia menggesekkan wajahnya ke pipiku dengan lembut. "Apa yang kamu bicarakan? Siapa yang lebih cantik dari kamu? Lagian kalau aku sampai selingkuh, maka di dunia ini nggak akan ada pria baik yang tersisa. Aku kenal kamu sejak usia 12 tahun, bersama denganmu sejak usia 25. Setengah dari hidupku, aku sudah bersamamu, mana mungkin aku bisa mencintai orang lain?" Semua itu bohong. Di layar HP-ku,

  • Cinta yang Kadaluarsa   Bab 9

    "Bukan itu maksudku..." Dia mencoba ulurkan tangan untuk menarikku, tapi aku dengan cepat menghindar. Namun, sebelum dia sempat berkata lebih banyak, suara yang begitu familier terdengar dari belakang. "Kalian sedang apa?" Aku berbalik. Di bawah sinar matahari yang menyilaukan, wajah Adrian tersembunyi dalam bayangan, sorot matanya kelam dan dingin menusuk. Auranya begitu menekan, penuh ketegasan. Dalam sekejap, tinjunya menghantam wajah Kevin. Kevin hanya terdiam sesaat sebelum membalas pukulan itu dengan keras. "Kevin, beraninya kamu goda Diana! Kamu mau kubunuh ya?" Mata Adrian memerah, amarahnya membara. Kevin mengusap darah di sudut bibirnya, matanya penuh dengan ejekan, dia pun balas dengan tidak rela. "Adrian, kamu pikir dirimu baik? Berani bersumpah kalau dulu kamu dekati Diana bukan karena mau buat aku muak?" "Kamu berani bilang perasaanmu padanya tulus?" "Ya, aku memang menginginkan ⁠Diana, tapi dia nggak pernah balas perasaanku. Sementara kamu? Apa dia tahu kalau di

  • Cinta yang Kadaluarsa   Bab 8

    "Bukankah aku dan Kak Adrian lebih serasi?" Kalimat itu jatuh begitu saja, ringan tapi tajam, menghantam dadaku hingga aku sesak napas. Reni menatapku dengan penuh provokasi. "Seorang cewek biasanya lebih pilih nikah dengan cowok yang lebih mencintainya dibanding ia mencintai cowok itu." "Kamu kira, dia bakal percaya pada orang yang telah mencintai orang lain selama sepuluh tahun, tapi tiba-tiba jatuh cinta padanya dengan mudah? Bukannya hubungan kalian baru lima tahun?" Ternyata Adrian telah ceritakan semua ini padanya. ‘Ya, setelah aku berhenti kejar Kevin, aku berteman dengan Adrian selama dua tahun. Kami baru resmi bersama setelah aku pastikan perasaanku padanya, dan hubungan itu telah berlangsung tiga tahun.’Aku menundukkan kepala, tersenyum tipis. "Kalau kamu gitu yakin dia bakal pilih kamu, kamu nggak bakal datang menemuiku, kan?" Wajah Reni menjadi pucat dan dia langsung dengan cepat menjawab, "Ini hanya masalah waktu, kan? Seperti kamu, yang memilih kejar pria yang kam

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status