Yvonne langsung membalas pesan Shawn.[ Belum. Sudah ada petunjuk mengenai dokternya? ]Shawn jarang mengirimkan pesan maupun menelepon karena khawatir Yvonne akan menanyakan masalah ini.Detektif sedang menyelidiki keberadaan dokter tersebut. Hanya saja, mereka belum mendapatkan informasi.Yvonne menyadari sikapnya yang terlalu tergesa-gesa. Dia menenangkan diri, lalu mengalihkan topik pembicaraan.[ Bagaimana di sana? Semuanya lancar? ]Kemungkinan besok semua masalah Keluarga Lotex sudah selesai. Emilio akan mewarisi jabatan kepala Keluarga Lotex.[ Em, dua hari lagi aku pulang. ]Yvonne menatap layar ponselnya selama beberapa saat.[ Em, hati-hati. ]Shawn membalas.[ Kamu juga. ]Di saat Yvonne tidak tahu harus membalas apa, Shawn kembali mengirimkan pesan.[ Tidurlah. ]Yvonne duduk di pinggir tempat tidur, lalu meletakkan ponselnya dan menatap ke luar jendela.....Tampaknya Neil telah tumbuh dewasa dalam waktu semalam. Dia tidak mengungkit masalah perceraian maupun bertengkar d
"Tentu saja aku tahu. Aku yang memberikannya ide," jawab Valdo dengan bangga.Valdo yang memberikan ide, sedangkan Nyonya Sanchez yang melaksanakannya. Meskipun diselidiki, tidak ada bukti yang bisa digunakan untuk menuduh Valdo.Ketika mendengar pengakuan Valdo, Neil meremas gelas yang dipegangnya sampai hampir pecah. Neil berusaha keras untuk menahan amarahnya."Oh ya? Memangnya saran apa yang Ayah berikan?" Meskipun murka, Neil tetap berusaha mengendalikan emosinya. Dia terus meyakinkan diri untuk tidak bertindak gegabah."Kami menyelidiki latar belakang Anas. Ibunya meninggal karena sakit keras, sementara ayahnya sudah menikah lagi dan menelantarkannya. Anas tidak punya keluarga, jadi aku memberikan ibumu ide untuk menyingkirkannya. Anas sebatang kara, tidak ada yang akan mencarinya. Daripada jadi beban, sebaiknya disingkirkan selamanya."Sorotan mata Valdo tampak gelap, dia menceritakan semuanya dengan antusias. "Aku menyuruhmu ibumu untuk melemparnya ke laut, biar jasadnya tidak
Yasmine tidak mengetahui isi hati Neil. Yasmine berpikir, apakah ayahnya berhasil meyakinkan Neil?Apakah Neil berubah pikiran dan bersedia mempertahankan pernikahan ini?Yasmine turun dari tempat tidur, lalu berjalan mendekati Neil. Ketika Yasmine mengulurkan tangan untuk memeluknya, tiba-tiba Neil membalikkan badan sambil memasukkan ponselnya ke dalam sakit.Neil baru saja mengirimkan pesan kepada seseorang."Waktunya sarapan." Neil pergi meninggalkan kamar.Yasmine bergegas mandi dan mengganti pakaian. Saat Yasmine turun, Neil masih berada di ruang makan.Yasmine beranjak ke meja makan sambil bertanya dengan hati-hati, "Hari ini kamu sibuk?"Yasmine berusaha mencari topik pembicaraan untuk mencairkan suasana."Harusnya ...." Neil mengangkat kepala, tatapannya terlihat misterius. "Sangat sibuk.""Apakah kamu bisa pulang lebih awal?" Yasmine mengetes reaksi Neil."Bisa." Di saat bersamaan ponsel Neil berdering.Neil menjawab panggilan tersebut dengan santai. Di ujung telepon, terdenga
Sorotan mata Neil terlihat gelap. "Em."....Di kediaman Keluarga Lokra.Sasmita selaku ibu Yasmine terkejut menyaksikan sikap Neil yang berubah 180 derajat."Neil salah minum obat?" tanya Sasmita."Iya, dia berubah. Aku tidak mengerti jalan pikirannya," jawab Yasmine."Sejak kapan kamu memahami jalan pikirannya?" Sasmita menggenggam tangan Yasmine. "Kalau kamu memahaminya, kamu sudah mendapatkan cintanya sejak dulu."Yasmine merenungkan kata-kata Sasmita. Apakah selama ini Yasmine masih belum cukup memahami Neil? Padahal Yasmine merasa cukup mengenal Neil.Valdo keluar dari ruangan, lalu berkata istri dan anaknya, "Aku mau pergi sebentar.""Ayah, ngapain Neil menemuimu kemarin?" Yasmine menarik lengan ayahnya.Valdo menatap putrinya sambil menghela napas. "Dia meminta maaf, katanya dia menyesal mengajakmu bercerai. Aku lihat, sepertinya Neil menyesal dan ingin berubah. Kamu juga jangan mengajaknya bertengkar lagi. Kalau ingin mempertahankan pernikahanmu, berhenti bertengkar dan belaja
Frank mengalami kerugian yang besar.Frank memang pernah berselingkuh, tetapi semua itu hanyalah hasrat sesaat. Dia tidak bisa menahan diri saat ada wanita yang inisiatif menggodanya.Frank sama sekali tidak pernah berpikir untuk bercerai. Ditambah, saat itu dia telah memutuskan untuk meninggalkan wanita selingkuhannya. Namun Valdo malah menemui istrinya Frank dan memberi tahu semuanya.Tindakan Valdo telah menghancurkan rumah tangga Frank."Apa yang kamu inginkan?" Valdo sadar akan semua yang telah dilakukannya. Valdo sadar diri, dia tidak mau memperkeruh suasana. Sebelum Frank menjawab, Valdo lanjut berkata, "Aku akan menyerahkan proyek itu kepadamu."Frank tertawa, seolah sedang mendengar sebuah lelucon yang konyol."Kenapa? Kamu masih belum puas?" Ekspresi Valdo tampak masam."Tentu saja aku tidak puas. Kamu ingin menyogokku dengan proyek?" Frank pun berhenti basa-basi. "Aku akan tutup mulut asalkan kamu membayar ganti rugi sebesar 2 triliun.""Kenapa kamu tidak pergi merampok saja
"Niko .... Ternyata kamu?" Yvonne tercengang selama beberapa saat, lalu membentaknya, "Ke mana saja kamu?""Kak, suruh mereka lepaskan aku!" Kedua lengan Niko kesakitan.Yvonne melambaikan tangan. "Lepaskan dia, aku mengenal dia."Pengawal melepaskan Niko, lalu pamit."Apa yang terjadi? Kenapa kamu menjual rumah?" tanya Yvonne."Aku pikir kamu bisa membantuku untuk mencari keberadaan Anas, tapi kamu malah menghilang lagi. Shawn juga ada di luar negeri, nggak ada yang bisa membantuku. Jadi, aku terpaksa menggunakan caraku sendiri. Sampai sekarang aku belum menemukan petunjuk keberadaan Anas. Dia menghilang seperti ditelan bumi, tidak ada tanda sama sekali.""Aku stres dan pergi ke bar untuk minum-minum. Di sana aku nggak sengaja melihat sekretarisnya Shawn sedang berbicara dengan seorang pria. Gerak-gerik mereka mencurigakan. Karena penasaran, aku mengikuti pria itu. Ternyata ...."Niko menatap Yvonne. "Coba tebak,a pa yang aku lihat?""Kamu lihat apa?" Yvonne mendesaknya. "Cepat, katak
Yvonne melihat Yura dan Aurora di dalam bangsal Dylan.Sesaat melihat Yvonne, tatapan Yura terlihat agak kaget. Yvonne menyaksikan perubahan ekspresi Yura.Yvonne mengernyit, keberadaan Yura bukanlah sesuatu yang menguntungkan."Kok kamu ke sini?" Yura sama sekali tidak menghormati Yvonne.Samar-samar, Yvonne menunjukkan ekspresi meremehkan. Dia berjalan sambil melirik Yura. "Aku mewakili Shawn untuk menjenguk Dylan."Aurora bertanya kepada Yvonne, "Kamu kenal Dylan? Apa hubungan kalian?""Teman," jawab Yvonne."Oh." Aurora menghela napas. "Kenapa semua temannya Dylan perempuan?"Pertama Yura, sekarang Yvonne. Meskipun Yvonne menutupi wajahnya, mata Yvonne yang indah menunjukkan bahwa dia adalah seorang wanita yang cantik.Yvonne melihat kondisi Dylan. Kebetulan Aurora sedang memijat Dylan.Walaupun belum sadarkan diri, wajah Dylan terlihat segar. Tampaknya Aurora merawat Dylan dengan baik.Yvonne mengalihkan perhatiannya kepada Aurora. "Aku kenal kamu dan ayahmu. Selama ini kamu tingg
Yvonne memperhatikan sosok Yura yang beranjak pergi. Tatapan yang semula tenang berganti menjadi sorotan mata yang dingin.Makin lama, Yura bersikap makin lancang. Yvonne harus mencari cara untuk menyingkirkannya. Nyawa Dylan terancam, Yvonne tidak boleh tinggal diam."Yura bilang dia adalah sahabatnya Dylan, tapi kayaknya kamu nggak menyukai wanita itu?"Tidak menyukainya? Yvonne muak melihatnya!"Karakter kami berdua tidak cocok." Yvonne tidak ingin menjelaskannya terlalu rinci. Jangan sampai Yura tahu bahwa Yvonne telah mengetahui dalang dibalik kecelakaan Dylan. Jika Yura sampai tahu, takutnya dia melakukan hal yang lebih jahat untuk menyingkirkan Dylan."Kamu menemani Dylan setiap hari?" tanya Yvonne."Iya," jawab Aurora.Meskipun begitu, Yvonne tidak bisa menjamin keselamatan Dylan. Yvonne merasa Dylan harus pindah ke rumah sakit lain.Yvonne memperhatikan cara Aurora memijat Dylan. "Gerakan tanganmu sangat profesional.""Aku minta diajari perawat."Neil mempekerjakan seorang per
Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d
Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “
Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen
Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu
Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan
Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.
Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal
Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak
Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"