Yvonne memperhatikan sosok Yura yang beranjak pergi. Tatapan yang semula tenang berganti menjadi sorotan mata yang dingin.Makin lama, Yura bersikap makin lancang. Yvonne harus mencari cara untuk menyingkirkannya. Nyawa Dylan terancam, Yvonne tidak boleh tinggal diam."Yura bilang dia adalah sahabatnya Dylan, tapi kayaknya kamu nggak menyukai wanita itu?"Tidak menyukainya? Yvonne muak melihatnya!"Karakter kami berdua tidak cocok." Yvonne tidak ingin menjelaskannya terlalu rinci. Jangan sampai Yura tahu bahwa Yvonne telah mengetahui dalang dibalik kecelakaan Dylan. Jika Yura sampai tahu, takutnya dia melakukan hal yang lebih jahat untuk menyingkirkan Dylan."Kamu menemani Dylan setiap hari?" tanya Yvonne."Iya," jawab Aurora.Meskipun begitu, Yvonne tidak bisa menjamin keselamatan Dylan. Yvonne merasa Dylan harus pindah ke rumah sakit lain.Yvonne memperhatikan cara Aurora memijat Dylan. "Gerakan tanganmu sangat profesional.""Aku minta diajari perawat."Neil mempekerjakan seorang per
Yvonne mengangkat tangannya untuk menyuruh Niko. Yvonne memerlukan waktu untuk menenangkan diri.Niko memapah Yvonne ke kursi, lalu bertanya secara spontan, "Terjadi sesuatu dengan anakmu?"Bulu mata Yvonne bergetar, dia tidak dapat membendung air matanya."Jangan bilang ke Ibu," jawab Yvonne dengan suara serak.Niko mengangguk. "Aku tahu. Apa yang terjadi kepada anakmu?""Sepertinya anakku diculik." Yvonne berharap anaknya diculik. Jika diculik, berarti anaknya masih hidup, masih ada kesempatan untuk bertemu kembali.Niko terdiam selama beberapa saat. Yvonne pun berusaha menenangkan dirinya."Apa yang bisa kubantu?" tanya Niko."Aku memang memerlukan bantuanmu.""Apa?" Ekspresi Niko terlihat sangat serius."Kamu bilang Yura membayar seseorang untuk mencelakai Dylan? Di mana sopirnya sekarang?""Sudah meninggal," jawab Niko."Apa?" Yvonne menyadari sesuatu. "Apa Yura yang menghabisinya?""Setelah kecelakaan terjadi, polisi membebaskan pelaku karena kendaraannya memang mengalami masalah
Yvonne melihat lembaran foto yang terjatuh ke lantai. Ketika menundukkan kepala, Yvonne terkejut melihat sosok yang berada di dalam foto tersebut.Yvonne tercengang selama beberapa saat. Kenapa Shawn menyelipkan foto ini di dalam buku catatannya?Kemudian Yvonne memungut foto tersebut, dia mengamati sosok yang berada di dalam foto. Benar, Yvonne tidak salah lihat! Yvonne tidak mungkin salah mengenali sosok tersebut.Yvonne bergegas menyelipkan kembali foto tersebut dan meletakkan bukunya ke tempat semula, lalu buru-buru meninggalkan ruang kerja.Yvonne berjalan tergesa-gesa, dia tidak menyadari keberadaan Samantha yang berdiri di depan pintu."Yvonne, kamu kenapa?" tanya Samantha dengan khawatir. "Kok kamu kelihatan panik?""Ng-nggak, nggak ada apa-apa." Yvonne bergegas mengatur kembali suasana hatinya saat melihat Samantha."Ada yang mencarimu," kata Samantha.Ketika hendak menanyakan siapa yang mencarinya, Yvonne telah melihat Neil yang berdiri di ruang tamu."Aku pulang kerja lebih
Niko merasa seperti disambar petir saat mendengar kata-kata Neil. Niko sangat marah, matanya yang seakan mengeluarkan semburan api tampak memelototi Neil.Niko berlari ke arah Neil, lalu menarik kerah kemejanya dan melayangkan sebuah tinjuan. "Bugh!"Sudut bibir Neil terluka dan berdarah. Niko belum puas, dia menindih tubuh Neil yang tersungkur di lantai dan lanjut memukulinya.Yvonne buru-buru melerai mereka. "Niko, tenangkan dirimu!""Bagaimana aku bisa tenang?" Niko membentak Yvonne. "Semua ini gara-gara dia! Sudah menikah, tapi masih mengganggu kehidupan Anas. Dia yang mencelakai Anas, semua ulahnya."Niko telah kehilangan akal sehat. Saat ini, dia hanya ingin menghabisi Neil."Minggir!" Niko menepis tangan Yvonne.Yvonne yang kehilangan kestabilan pun terjatuh ke atas sofa. Luka perutnya terasa seperti ditarik, Yvonne kesakitan sampai mengerutkan alis. Akan tetapi, Niko tidak menyadari Yvonne yang tengah kesakitan, dia tetap menghajar Neil sampai babak belur.Neil tidak memberikan
Walaupun Yvonne berusaha menyembunyikan kesedihannya, Shawn langsung menyadari suara Yvonne yang agak terisak."Kamu nangis?" tanya Shawn.Yvonne tidak ingin mengakuinya, dia berusaha menutupi kesedihannya. "Nggak, aku baik-baik saja."Shawn terdiam sejenak, lalu menjawab, "Baiklah, kamu tidak menangis."Yvonne menunduk sambil menatap kakinya. "Aku ... kangen kamu."Yvonne merasa sangat terpukul setelah mengetahui masalah Anas. Yvonne berusaha tegar, tetapi saat berhadapan dengan Shawn, Yvonne jadi lemah dan membutuhkan sandaran.Shawn terdiam cukup lama, lalu baru menjawab, "Istirahatlah.""Kapan kamu pulang?" tanya Yvonne."Ada sedikit masalah ...."Yvonne agak kecewa mendengar jawaban Shawn. "Baiklah, aku mengerti."Genangan air mata tampak membasahi bulu matanya. "Kamu meneleponku untuk memberi tahu nggak jadi pulang?""Em."Yvonne menarik napas panjang, dia berusaha mengontrol emosinya. "Aku baik-baik saja. Kalau ada informasi, segera kabari aku.""Em."Yvonne menggenggam erat pon
Yvonne bangun dan ke kamar mandi, sementara Shawn pergi menemui Dio.Semua orang di rumah sudah sarapan, kecuali Shawn dan Yvonne. Saat ini, hanya mereka berdua yang berada di ruang makan."Nanti aku harus pergi ke kantor sebentar," kata Shawn.Yvonne mengangguk. Shawn baru pulang, pasti ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan."Hmm ...." Sebenarnya Yvonne ingin menanyakan perihal foto kepada Shawn."Ada apa?" Shawn memandang Yvonne.Yvonne malah menggelengkan kepala. "Nggak ada apa-apa."Yvonne memercayai Shawn. Cepat atau lambat, Shawn pasti akan memberikannya penjelasan.Sebelum pergi, Shawn berpesan kepada Yvonne untuk beristirahat.Hari ini Yvonne terlihat lebih segar.Dio duduk di ruang tamu sambil bermain dengan anjing peliharaannya. Yvonne menghampiri Dio dan mengusap kepalanya sambil bertanya, "Seru?"Dio mengangkat kepalanya dan tersenyum sambil menatap Yvonne.Yvonne menggendong Dio, lalu mengecup pipinya.Samantha merebut Dio dari pelukan Yvonne. "Kembali ke kamarmu, i
“Yura yang membelinya? Kok Yura yang membelinya?" Yvonne sulit memercayai apa yang didengarnya.Jika Yura yang membeli anjing tersebut, semua yang terjadi langsung terasa masuk akal. Yura bukanlah orang yang baik hati.Leah segera menceritakan semuanya, "Yura mendengar pembicaraanku dengan sopir. Dia memaksa ingin membelinya sendiri, katanya dia lebih memahami jenis hewan peliharaan. Aku merasa Bu Yura adalah salah satu orang kepercayaan Tuan, jadi aku membiarkan dia membelinya."Yvonne sangat marah, tetapi dia tahu Leah tidak sengaja. Buktinya, selama ini Leah menjaga Yvonne dengan setulus hati.Yvonne berusaha mengontrol emosinya. "Bawa anjingnya ke dokter hewan, lakukan pemeriksaan menyeluruh."Melihat reaksi Yvonne, Leah pun bertanya, "Apakah bintik merah di tubuh Dio ada hubungannya dengan anjing yang dibeli?"Yvonne mengangguk. "Sudahlah, biar aku dan sopir yang membawanya ke dokter."Yvonne tidak tenang menyerahkan masalah ini kepada orang lain.Sebelum Yvonne pergi, dia berpesa
"Kenapa mencelakai Dylan? Dylan yang merekomendasikanmu untuk menjadi sekretarisku. Bukankah seharusnya kamu berterima kasih kepada Dylan?" Shawn sengaja menanyakan masalah Dylan meski telah mengetahui kebusukan Yura.Shawn ingin tahu apakah Dylan mengetahui rahasia Yura sampai Yura tega ingin menghabisinya."Aku menyukai perhiasan yang kamu belikan untuk Yvonne. Aku membayangkan kamu memberikan perhiasan itu untukku. Dylan memergokiku saat mencoba perhiasannya. Dylan mulai mencurigaiku, aku takut ketahuan, makanya aku menyingkirkannya."Yura terdiam selama beberapa saat, lalu lanjut berkata, "Benar, Dylan sudah membantuku, aku sangat bersyukur. Tapi sekarang dia menjadi batu sandunganku, aku harus menutup mulutnya. Daripada membawa masalah, aku terpaksa menyingkirkannya. Siapa sangka umurnya panjang, dia malah selamat dari kecelakaan.""Kalau kamu tidak ingin Dylan membocorkan rahasiamu, kenapa sekarang kamu malah menceritakan semuanya padaku? Apa yang membuatmu yakin kalau aku akan m