"Yvonne, kita pulang setelah kamu sembuh. Dio menunggu kita di rumah." Shawn memeluk erat Yvonne.Yvonne tercengang, dia memiliki firasat yang buruk."Kamu .... Apa maksudmu?" tanya Yvonne dengan suara serak."Aku ...." Shawn tidak sanggup menjawab pertanyaan Yvonne. Jika mengetahui anaknya tidak selamat, Yvonne pasti sedih. Bagaimanapun anak itu tumbuh di dalam rahim Yvonne ...."Aku tahu kondisiku parah, tapi anak kita sudah berusia 8 bulan. Kalaupun lahir prematur, anak kita tetap selamat." Suara Yvonne terdengar bergetar dan terisak. "Jangan bilang terjadi sesuatu kepada anak kita. Aku nggak percaya!""Aku juga tidak mau percaya." Shawn menempelkan wajahnya yang berlinang air mata di pipi Yvonne.Tubuh Yvonne bergetar hebat. Mendengar jawaban Shawn, berarti telah terjadi sesuatu pada anaknya. Wajah Yvonne sontak memucat."Aku nggak senang saat mengetahui kehamilanku. Aku mau fokus bekerja, apalagi kita sudah punya Dio. Tapi aku ... aku mencintai anakku, aku senang memilikinya. Kamu
Shawn menundukkan kepala sambil mengepalkan tangan.Setelah menenangkan diri, tiba-tiba sebuah kalimat terbesit di kepala Shawn. Dia langsung mengangkat kepala.Yvonne mengalami pendarahan karena kandungannya. Namun Yvonne sendiri adalah seorang dokter, dia mengatakan bahwa anaknya pasti selamat. Kandungan Yvonne berusia 8 bulan, organ tubuh bayi telah terbentuk sempurna.Kalaupun anaknya tidak bisa selamat, Shawn harus melihat jasad anaknya. Namun dokter tidak menunjukkan mayat bayi kepada Shawn.Sejak tadi pikiran Shawn hanya tertuju kepada Yvonne dan mengabaikan anaknya.Ada yang tidak beres, anaknya pasti masih hidup! Hanya saja Shawn tidak bisa berbuat seenaknya di negeri orang, dia memerlukan bantuan Emilio.Shawn mengeluarkan ponsel dan bergegas menelepon Emilio. "Aku memerlukan bantuan ...."....Di pagi hari, Yasmine mendapati dirinya terbangun dalam keadaan telanjang dan sekujur tubuhnya dipenuhi bekas kecupan.Yasmine memijat kening sambil berusaha mengingat-ingat kejadian t
Yasmine tidak bodoh, dia tahu ada seseorang yang sengaja mencelakainya.Hanya saja Yasmine tidak tahu siapa yang menjebaknya?"Pakai bajumu dan pulang."Di saat Neil membalikkan badan, Yasmine menarik tangannya dan masih berusaha menjelaskan, "Kak Neil, dengarkan aku! Aku dijebak ....""Apakah informasi ini penting buat aku?" Neil menatap Yvonne dengan dingin.Neil tidak memahami Yasmine. Dia tidak tahu apa tujuan wanita ini.Citra Yasmine di mata Neil sudah hancur."Kamu ... mau menceraikan aku?" tanya Yasmine.Pria mana yang bisa menerima perselingkuhan istrinya?Neil menatap Yasmine. "Aku nggak akan menceraikan kamu asalkan kamu memberi tahu keberadaan Anas."Yasmine merasa seperti disiram menggunakan sebaskom air dingin. Dia langsung tersadar dan refleks melepaskan tangan Neil.Yasmine melangkah mundur sambil bertanya, "Kamu bersikap baik demi mencari tahu keberadaan Anas?"Neil tidak membantah. "Iya."Tak ada kata-kata yang bisa menggambarkan perasaan Yasmine saat ini. Ternyata se
Meskipun telah membereskan Yasmine, Yura masih mengkhawatirkan Dylan.[ Dylan memang masih koma, tapi bagaimana kalau tiba-tiba dia sadarkan diri? ]Pria misterius membalas.[ Kamu mau membunuhnya? Tidak boleh! Kalau terjadi sesuatu pada Dylan, aku akan memberi tahu semuanya kepada Shawn. ]Yura merasa tidak berdaya. Di sisi lain, dia juga tidak bisa menemukan identitas dari sosok yang mengancamnya.[ Aku mengerti. ]....Negara Mauro.Shawn tidak memiliki kuasa di Negara Mauro, tetapi dia mendapatkan beberapa informasi dengan bantuan Emilio. Shawn mendapatkan rekaman CCTV rumah sakit, data diri dokter dan perawat yang menangani Yvonne.Dari rekaman CCTV, tidak tampak gerak-gerik yang mencurigakan.Berdasarkan catatan medis, anak yang dikandung Yvonne lahir dalam keadaan tidak bernapas. Jasad bayi berada di ruang khusus. Jika Shawn ingin melihatnya, pihak rumah sakit bersedia membawa Shawn ke sana."Kamu curiga sama dokter yang menangani istrimu? Aku yakin, mereka tidak mungkin berani
"Sebentar, aku cek dulu apakah jasad bayi sudah dikremasi." Staf rumah sakit menghubungi pihak yang bertanggung jawab untuk mengurus mayat.Sebelumnya pihak rumah sakit mengatakan bersedia membawa Shawn untuk menemui jasad bayinya, tetapi sekarang Shawn malah dipersulit.Sekarang pihak rumah sakit malah mengatakan harus memeriksanya dulu."Oh begitu." Staf rumah sakit menutup teleponnya. "Kamu terlambat, jasad sudah dikremasi. Berdasarkan aturan rumah sakit, jasad yang meninggal harus dikremasi secepatnya."Janji yang diberikan berbeda dengan fakta. Sekarang pihak rumah sakit mencari 1001 alasan untuk membohongi Shawn."Itu tanggung jawab kalian.""Benar! Maafkan kelalaian kami. Ada kesalahan komunikasi.""Apakah kamu pikir minta maaf bisa menyelesaikan masalah?" Emosi Yvonne kembali melonjak. Dia susah payah mengandung anaknya selama 8 bulan, bagaimana dia bisa terima kalau melihat jasad anaknya saja dipersulit?Shawn memeluk Yvonne yang mengamuk. Saat ini tak ada kata-kata yang bisa
"Jangan-jangan ....""Bukan," jawab Shawn. "Emilio memastikan bukan pihak Negara Mauro yang menculik anak kita."Sebagai pebisnis, keuntungan adalah nomor satu, pertemanan nomor dua. Shawn memiliki banyak musuh yang tak terhitung jumlah, dia sendiri pun tidak bisa menebak siapa yang menculik anaknya.Sementara Yvonne, dia banyak bersinggungan dengan orang-orang iri melihat lonjakan kariernya.Jumlah musuh Shawn dan Yvonne terlalu banyak, tidak akan habis kalau diselidiki satu per satu.Saat ini Shawn dan Yvonne hanya ingin mengetahui hidup dan mati anaknya. Pertanyaan ini bagaikan siksaan yang membelenggu hati.....Emilio mendapatkan informasi terbaru, dia langsung kembali menemui Shawn.Khaz, dokter yang menangani Yvonne telah melarikan diri."Dokter yang menangani istrimu bernama Khaz. Dua hari yang lalu dia minta izin, tapi ternyata malah melarikan diri," kata Emilio."Cepat cari!" Yvonne mendesak Shawn.Shawn menggenggam tangan Yvonne, lalu menjawab Emilio, "Aku harus pulang. Sete
Selama Yvonne tidak ada, Yura pasti mencari cara untuk kembali ke sisi Shawn .Sekarang Yvonne benar-benar kelelahan, dia tidak memiliki tenaga untuk mengurus Yura. Di sisi lain, Yvonne juga tidak ingin berinteraksi dengan Yura.Yvonne bersandar di dalam pelukan Shawn sambil berpura-pura tidak melihat Yura. Begitu masuk ke dalam mobil, Yvonne membenamkan kepalanya di dalam dekapan Shawn. Mobil pun melaju pergi, mereka langsung kembali ke rumah.Simon pulang sendiri.Begitu mengetahui kepulangan Yvonne, Samantha membereskan rumah dan menyiapkan kamar, sementara Leah menyiapkan hidangan lezat untuk menyambut Yvonne dan Shawn.Begitu memasuki rumah, Yvonne merasakan getaran yang bergejolak di dalam hatinya. Dia merasa sudah lama meninggalkan rumah ini.Samantha tersenyum riang menyambut kepulangan Yvonne. "Sudah pulang?"Samantha juga mengajak Dio untuk menyapa Yvonne dan Shawn. Sesaat mendengar suara Samantha, Leah langsung buru-buru berlari ke depan. "Tuan, Nona."Tangisan Yvonne pun pe
Dio baru melepaskan pelukannya setelah Shawn berjanji membelikan mainan baru.Samantha menggendong Dio sambil berbicara kepada Shawn dan Yvonne, "Sana, kalian mandi dulu."Shawn mengangguk, lalu merangkul Yvonne dan kembali ke kamar. Sesampainya di kamar, Shawn menutup pintu, lalu memeluk Yvonne. Shawn tahu, Yvonne pasti sedih melihat Dio yang mengacuhkannya."Aku tahu kamu sangat menyayangi Dio, kamu sudah susah payah melahirkannya. Dio juga pasti mencintaimu, hanya saja dia tidak mengingat wajahmu. Pelan-pelan, ya! Nanti dia juga bakal menyadari kamu adalah ibunya."Meskipun memahami maksud Shawn, Yvonne tidak dapat membendung kesedihannya. Shawn menepuk pelan pundak Yvonne.Shawn baru melepaskan pelukannya setelah Yvonne tenang. "Aku siapkan air hangat."Shawn masuk ke kamar mandi dan menyalakan air hangat yang memenuhi bak mandi. Setelah suhunya cukup, Shawn membantu Yvonne untuk melepaskan pakaiannya."Aku bisa sendiri." Yvonne menahan tangan Shawn."Aku bantu," jawab Shawn.Shawn
Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d
Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “
Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen
Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu
Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan
Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.
Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal
Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak
Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"