Ketika Shawn melangkah masuk, Yvonne sontak tercengang hingga sekujur tubuhnya menegang.Aiden bangkit dari kursinya, lalu menyapa dengan hormat, "Pak Shawn."Tatapan Shawn seketika tertuju pada Yvonne. Wanita ini biasanya tidak memakai riasan apa pun. Dia juga selalu mengenakan pakaian tertutup, tidak seperti hari ini yang mengenakan gaun bertali. Warna gaunnya yang merah, membuat kulitnya terlihat semakin putih.Ketika melihat Yvonne hanya terdiam, Aiden segera menariknya dan berkata, "Ayo, cepat berdiri, sapa Pak Shawn."Begitu Aiden menyentuh lengan Yvonne, tatapan Shawn menjadi agak suram. Untung saja, pikirannya masih jernih. Jika tidak, dia mungkin sudah menerjang dan menarik Yvonne ke tempatnya.Yvonne segera berdiri. Gaun yang pas badan ini memperlihatkan lekukan tubuhnya dengan sempurna, membuatnya terlihat lebih menawan dari biasanya.Shawn mengejapkan matanya yang memancarkan cahaya dingin. Di sisi lain, Yvonne merasa sangat gugup sekarang. Dia tidak menyangka bahwa pria ya
Beberapa hari ini, Shawn tidak pulang ke vilanya karena tidak ingin kejadian hari itu terulang lagi. Tanpa diduga, wanita ini malah tiba-tiba muncul di hadapannya. Dia bahkan muncul dengan gaun yang begitu menggoda. Dilihat dari riasannya ini, dia pasti ingin merayu pria. Rasanya, Shawn ingin sekali mencekiknya.Jika pria yang datang hari ini bukan Shawn, apakah Yvonne akan bersikap genit dengan pria lain? Shawn merasa semakin kesal saat memikirkannya. Kemarahannya tidak terkendali lagi, hingga menguasai akal sehatnya. Dia ingin sekali memiliki Yvonne untuk sekarang!Shawn menyerbu dengan sangat cepat, sampai Yvonne tidak bisa mengetahui apa yang ingin dilakukan pria ini. Ketika bereaksi kembali, dia pun mendapati bahwa bibirnya telah dicium Shawn."Hmm!" Yvonne berusaha untuk melepaskan diri. Namun, begitu dia bergerak, kedua tangannya telah ditahan Shawn di belakang kursi.Shawn mencium dengan ganas tanpa sedikit pun kelembutan. Ciuman ini bak hukuman untuk Yvonne. Bibir Yvonne teras
Bagaimana Yvonne bisa mengenal Shawn? Jolene juga mendengar mereka membahas masalah perceraian? Ada apa ini?Jolene mengendap-endap dan berusaha menguping pembicaraan mereka.Yvonne masuk ke dalam mobil dan duduk dengan lesu. Dia menundukkan kepala dengan putus asa.Yvonne harus membuat keputusan yang sulit. Jika memilih pergi, berarti dia harus mengingkari janjinya kepada Kakek Graham.Tanpa Kakek Graham, Samantha tidak akan bisa menjalani operasi hingga sekarang. Bagi Yvonne, Kakek Graham telah berjasa untuk menyelamatkan ibunya.Kalau pergi begitu saja, Yvonne akan terlihat seperti orang yang tidak tahu diri. Yvonne merasa agak frustasi."Kamu ...." Yvonne mengangkat kepalanya. "Bukannya kamu sangat ingin bercerai denganku? Sekarang aku ingin bercerai, kenapa kamu malah menolak? Jangan bilang ... kamu menyukaiku?"Shawn tertegun, dia menyeringai dingin sambil berkata, "Aku tidak mau bercerai, aku ingin melihatmu menderita. Hem, menyukaimu? Jangan mimpi!"Yvonne menggigit bibirnya, p
Rambut Yvonne berantakan. Jolene seperti orang gila yang menjambak dan memarahi Yvonne, "Wanita jalan!"Setelah beberapa detik, Yvonne baru tersadar dan mendorong Jolene. Sepatu yang tinggi yang dipegang Yvonne pun tidak sengaja mengenai wajah Jolene hingga tergores."Kamu berani membalas?" Jolene memelotot, lalu mengangkat tangan dan hendak menampar wajah Yvonne.Sebelum Jolene melayangkan tamparan, Yvonne bergegas mengancamnya. "Kalau kamu berani bermain tangan, aku akan lapor polisi!"Jolene tersentak, tangannya menggantung canggung di udara.Shawn dan Yvonne tidak pernah mengumumkan berita pernikahannya. Apakah berarti Shawn tidak mencintai Yvonne?Jolene harus menenangkan diri, dia tidak boleh panik. Bagaimanapun, Shawn telah berjanji untuk menikahinya. Berarti, Shawn bisa menceraikan Yvonne kapan saja, 'kan?Sesaat memikirkan kemungkinan ini, Jolene pun merasa lebih baik.Reputasi Jolene sudah rusak saat dia meminta uang kepala Shawn. Jika kali ini Jolene memukul Yvonne sampai te
Yvonne refleks melangkah mundur.Harvey mengamati penampilan Yvonne. Meskipun menyedihkan, Harvey tidak dapat menyangkal kecantikan Yvonne. Gaun merah yang dikenakan Yvonne membuatnya terlihat seksi.Tatapan Harvey sontak berubah menjadi gelap. Setiap mengingat Yvonne yang telah menyakitinya, rasanya Harvey ingin menangkap wanita ini dan membalasnya.Kemudian Harvey membuka pintu mobil dan beranjak turun. "Sepertinya kita berdua berjodoh?"Yvonne membalikkan badan dan hendak kabur, tetapi Harvey sudah belajar dari beberapa pengalaman sebelumnya. Harvey buru-buru mengejar dan mengadang Yvonne. "Aku ingin lihat bagaimana kamu bisa kabur."Yvonne ketakutan hingga wajahnya memucat. Dia tahu jelas bagaimana dan apa yang ingin dilakukan Harvey."Yvonne, kamu tahu bagaimana kondisiku setelah ditabrak olehmu? Hidungku berdarah-darah!" Selama ini, tidak ada orang yang berani menindas Harvey seperti itu. Yvonne adalah orang pertama yang berani melukainya!Harvey berbicara sambil berjalan mendeka
Ketika berhadapan dengan Jolene, Xavier juga bersikap seolah dia tidak mengenal Yvonne. Xavier bersikap sebagai orang yang hanya menyampaikan pesan.Seketika raut wajah Shawn pun melunak. Dia agak terkejut mendengar Jolene yang ingin membantu Yvonne."Aku akan mengurusnya," jawab Shawn.Shawn menyetujui permintaan ini bukan demi membantu Jolene, tetapi untuk membantu Yvonne yang belum menemukan pekerjaan. Karena tidak memiliki pekerjaan tetap, Yvonne berpakaian seksi dan menemani pria lain untuk minum-minum.Shawn tidak ingin melihat Yvonne melakoni pekerjaan semacam itu, dia juga tidak ingin melihat Yvonne meladeni konsultasi online yang membahas seputar masalah pria.Setiap mengingat isi pembicaraan konsultasi, Shawn tidak bisa menerimanya!"Baik." Xavier menutup telepon dan menyampaikan jawaban Shawn kepada Jolene.Jolene tidak kelihatan senang saat mendengar jawaban Xavier. Shawn hanya berjanji akan membantu Yvonne, bukan bertemu dengan Jolene.Keesokan hari.Sesampainya di sanggar
Bagaimana ini? Yvonne sulit memercayai bahwa dirinya hamil.Setelah menenangkan diri, Yvonne mengumpulkan keberaniannya untuk melakukan USG kandungan. Yvonne berharap hasil tes kehamilan tersebut salah, dia tidak mungkin hamil.Namun harapan bertolak belakang dengan kenyataan, kandungan Yvonne sudah berusia 2 bulan."Selamat, anakmu kembar!" kata dokter yang memeriksa Yvonne.Yvonne tersentak, dia benar-benar hamil? Dia mengandung anak kembar?"Dok, apakah hasilnya tidak salah?" Yvonne bertanya dengan suara serak."Tidak salah, kamu memang mengandung anak kembar. Kamu lihat saja, ini janinmu." Dokter mengarahkan kursor yang ada di layar.Yvonne menatap ke arah layar, dia melihat janin yang ada di dalam rahimnya. Seketika, perasannya pun berkecamuk ...."Tapi kondisi fisikmu kurang bagus. Kamu harus banyak istirahat," kata dokter.Yvonne mengangguk. "Baik, terima kasih."Yvonne keluar dari ruang pemeriksaan dengan membawa foto USG kandungannya. Setelah Yvonne meninggalkan ruangan, Jolen
Mengingat hubungan Shawn serta semua yang dilakukan Jolene, Yvonne juga tidak bersikap sungkan kepada Shawn."Apa urusanmu? Apa hakmu mengatur aku?" tanya Yvonne sambil menggertakkan gigi.Tadi Yvonne panik dan terlalu gegabah. Awalnya dia ingin menggugurkan kandungan ini, tetapi begitu mengetahui ada yang hendak mencelakai anaknya, Yvonne langsung kehilangan akal sehat. Dia takut kehilangan anak-anaknya, dia tidak menyakiti mereka.Jolene mengetahui pernikahan Shawn dan Yvonne. Dia pasti mengira kalau janin yang dikandung Yvonne adalah anaknya Shawn. Oleh sebab itu Jolene ingin menyakiti anak yang dikandung Yvonne.Yvonne terlalu panik, dia sampai melupakan Neil yang duduk di kursi pengemudi dan melakukan tindakan yang tidak sopan.Ketika menghadapi tatapan Shawn yang mengerikan, Neil bergegas menjelaskan, "Aku nggak melihat apa pun."Neil mengusir Yvonne dari mobil karena takut kalau Shawn akan melampiaskan kemarahannya. Setelah Yvonne keluar dari mobil, Neil menginjak pedal gas dan
Shawn menunduk dan menatap Yvonne lekat-lekat.“Kenapa? Kok pandangin aku kayak begitu?” tanya Yvonne sambil tersenyum. Kemudian, dia berjinjit dan merangkul leher Shawn sebelum menciumnya.Begitu bibir mereka bersentuhan, tubuh Shawn langsung menjadi tegang. Yvonne pun melepaskannya, lalu bertanya, “Kamu masih marah?”Sebelum Shawn sempat menjawab, Yvonne berkata lagi, “Mengenai diari yang kutulis ....”Shawn mengerutkan keningnya dengan terkejut. Dia tidak menyangka Yvonne akan mengungkit hal ini terlebih dahulu.Yvonne berjinjit, lalu membenamkan kepalanya di pundak Shawn. Dia mengelus leher seksi Shawn sambil berkata, “Waktu menulis diari itu, aku baru berumur sekitar 14-15 tahun dan nggak mengerti apa itu rasa suka maupun cinta. Biarpun pernah tertarik pada lawan jenis, aku langsung melupakannya setelah melewati masa-masa itu.”“Benarkah?” tanya Shawn dengan kurang percaya.“Tentu saja! Berhubung sikapmu tiba-tiba jadi aneh, aku menebak kamu seharusnya marah karena sudah membaca d
Selesai menangani masalahnya, Shawn pun kembali dengan buru-buru. Tak disangka, dia malah menyaksikan kejadian ini dalam perjalanan pulang. Setelah itu, dia menutup kembali jendela mobil dan berkata sambil menahan amarahnya, “Jalan.”Sopirnya Shawn pun segera mengendarai mobilnya meninggalkan tempat ini. Begitu Shawn tiba di rumah, Dio langsung melemparkan diri ke dalam pelukannya sambil berseru, “Papa!”Shawn menggendong Dio, lalu bertanya, “Apa kamu merindukan aku?”“Rindu!” jawab Dio sambil mengangguk.“Rindu di mana?” tanya Shawn.“Di sini,” jawab Dio sambil menepuk-nepuk dadanya. Kemudian, dia juga mengecup pipi Shawn.Pipi Shawn pun berlumuran air liur yang memiliki aroma unik. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa yang kamu makan malam ini?”Dio memiringkan kepalanya untuk berpikir, lalu menjawab, “Makan nasi dan sup.”Jawaban Dio pun membuat Shawn tertawa. Siapa yang tidak tahu Dio makan nasi? Dia pun bertanya lagi, “Selain itu?”Setelah berpikir sejenak, Dio menjawab, “
Saat melihat kemunculan Anas, Nico segera menghampirinya dan langsung memeluknya. Dia bertanya, “Kamu ingat padaku, ‘kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin menatapku seperti itu hari ini. Aku kira itu hanya bayanganku, tapi ternyata bukan! Untung kamu keluar!”“Aku nggak ingat kamu!” jawab Anas.Jawaban Anas itu membuat Niko bagaikan disiram air dingin. Dia tidak percaya dan berkata, “Kamu boleh melupakan orang lain, tapi nggak boleh melupakanku!”Niko menahan bahu Anas dan menatapnya lekat-lekat. Sementara itu, Anas tidak menghindar. Dia menatap mata Niko dan menjawab, “Biarpun nggak mengingatmu, aku tahu kamu memikirkan kebaikanku dan berkata jujur padaku. Aku menyadari kegembiraanmu saat melihatku dan juga bisa merasakan amarahmu terhadap Neil. Jadi, aku tahu kamu itu orang baik.”“Aku bukan hanya adalah orang yang baik, tapi juga orang yang sangat mencintaimu dan ingin melindungimu. Ikutlah aku pergi,” ujar Niko dengan gembira. Kemudian, dia segera menarik tangan Anas.Anas menggelen
Anas menggigit bibirnya dan berkata, “Jangan begitu ....”Namun, sebelum Anas menyelesaikan kata-katanya, Neil langsung mencium bibirnya dan mencengkeramnya dengan sangat kuat. Meskipun merasa jijik, Anas juga tidak bisa menolak secara terang-terangan. Dia pun bersikap pura-pura malu dan berkata, “Jangan ....”Neil mengusap wajah Anas, lalu menjawab, “Aku ini kekasihmu dan cuma mau menciummu kok.”“Aku sudah nggak ingat kamu itu kekasihku,” jawab Anas.“Kamu akan segera mengingatnya begitu sering dicium sama aku,” kata Neil.“Dasar mesum!” seru Anas sambil berpura-pura marah. Kemudian, dia pun melepaskan diri dari pelukan Neil.Neil tidak bisa terlalu mendesak Anas. Jadi, dia pun berkata dengan sabar, “Ini adalah tindakan yang wajar dilakukan pasangan kekasih kok! Lagian, aku pasti akan bertanggung jawab. Aku bahkan bisa langsung menikahimu kalau kamu mau!”Anas tidak ingin membicarakan tentang hal ini lagi. Jadi, dia sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kapan kerjaanmu
Neil sangat waspada terhadap Niko. Terlebih lagi, sebelum kehilangan ingatannya, Anas memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Niko. Meskipun dia tidak yakin apakah Anas memiliki perasaan terhadap Niko, perasaan pria itu terhadap Anas telah diketahui oleh semua orang.Neil pun menarik Anas, lalu menatap Niko dengan penuh waspada. Dia bertanya dengan tidak ramah, "Kenapa kamu datang ke sini?"Niko langsung mengabaikannya dengan berkata, "Aku bukan datang untuk mencarimu."Neil tampak memicingkan mata dengan pandangan yang sangat tidak ramah. Dia menegaskan, "Biar kuperingatkan, jangan ganggu Anas."Namun, Niko malah tertawa dingin sebelum berkata, "Selagi dia kehilangan ingatan, kamu mau menipunya lagi? Biar kuberi tahu, aku bakal kasih tahu dia tentang segala sesuatu yang kamu lakukan padanya dulu ....""Dasar orang gila!" Usai berkata demikian, Neil langsung membawa Anas ke mobilnya sambil berkata, "Jangan percaya dengan omong kosongnya."Namun, Anas tidak berkata apa-apa, melainkan
Nyonya Sanchez masih belum menyelesaikan perkataannya, tetapi Neil telah menyela, "Ibu, apa yang kamu katakan?"Neil yang agak kesal menambahkan, "Dulunya, gimana Ibu mencelakai Anas? Aku bahkan nggak perhitungan dengan Ibu. Kalau bukan Anas yang kehilangan ingatan, mungkin kami nggak akan punya kesempatan bersama lagi. Dia sudah seperti ini, kenapa Ibu masih curiga padanya?" Nyonya Sanchez menatap putranya sambil berkata, "Ibu nggak bermaksud untuk curiga padanya, hanya saja kejadian ini terlalu kebetulan ....""Penyebab kebakarannya sudah jelas, itu masalah korsleting. Kebakaran itu hanya sebuah kecelakaan. Mana boleh Ibu curiga padanya dalam hal ini?" ucap Neil yang tidak menerima hal tersebut.Berhubung Neil merasa bersalah kepada Anas, dia selalu ingin menebus kesalahannya. Apabila mencurigai Anas pada momen seperti ini, apakah Neil masih dapat dianggap mempunyai hati nurani?Di luar pintu kamar, Anas segera pergi setelah mendengar kata-kata itu. Wajahnya tetap berekspresi datar.
Samantha menjawab sambil tersenyum, "Bukalah semuanya, kamu akan tahu nanti."Yvonne sepertinya sudah memahami maksud ibunya. "Ibu suruh aku pulang, hanya untuk ini?" tanya Yvonne sambil menunjuk berbagai kotak hadiah mewah yang memenuhi seluruh ruang tamu.Samantha tampak mengangguk. Yvonne berjalan masuk dengan mengenakan sandal, lalu membuka kotak-kotak tersebut. Sementara itu, Samantha yang berdiri di samping terlihat sangat gembira. Dia berkata, "Pagi ini, banyak orang yang datang secara bergiliran untuk mengantarkan semua ini. Ibu mau memanggilmu, tapi kamu ternyata nggak ada di rumah.""Kamu sudah mau nikah, harus berpikir dua kali dulu sebelum bertindak. Lihatlah dirimu, baru selesai dioperasi berapa hari? Mukamu bahkan masih terbungkus perban, tapi malah keluar tengah malam begini, apa itu tindakan yang benar?" tanya Samantha.Yvonne mengakui kesalahannya sambil tersenyum. Dia juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika membuka kotak yang dipegangnya, ternyata itu adal
Mungkinkah itu telepon dari Shawn? Yvonne sontak bersemangat. Dia mengangkat telepon dan segera berkata, "Halo?"Namun, orang yang berbicara di ujung telepon adalah Samantha. "Yvonne, kamu pergi malam-malam begini?"Yvonne hanya mengiakan dengan suara rendah. Dia berusaha menutupi kekecewaannya. Sementara itu, Samantha menegur, "Kamu ada keperluan apa sampai keluar malam-malam? Kenapa kamu begitu bandel? Apa kamu nggak tahu gimana keadaanmu sekarang?"Yvonne berkata sambil tersenyum, "Baiklah, nggak akan kuulangi lagi.""Kamu selalu bilang seperti itu, tapi Ibu nggak pernah melihatmu menepati janjimu," ucap Samantha. Dia bukannya ingin memarahi Yvonne, melainkan karena terlalu khawatir. Yvonne sengaja mengalihkan pembicaraan dengan berkata, "Ibu, kamu meneleponku, pasti ada sesuatu, 'kan?""Iya, kamu sudah mau pulang, 'kan?" tanya Samantha.Yvonne menjawab, "Iya.""Kamu akan tahu begitu pulang," ucap Samantha.Yvonne berkata, "Aku sudah mau sampai rumah." Usai itu, dia langsung mengak
Ketika Yvonne melihat Anas, ekspresinya memang terlihat sangat ketakutan dan wajahnya pucat. Melihat Anas yang seperti itu, Yvonne sontak merasa bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia mencurigai Anas, bahkan merasa dia seharusnya tidak mungkin akan pingsan karena situasi ini?Yvonne pun bertanya dengan nada lembut, "Apa kamu sudah merasa baikan? Nyaman nggak di rumah sakit? Gimana kalau pulang bersamaku dan tinggal beberapa hari di rumahku? Neil mungkin perlu dirawat inap selama beberapa hari ...."Namun, Anas malah menyela, "Nggak usah, aku baik-baik saja."Yvonne jelas merasakan sikap Anas yang menjauhinya. Dia memegang tangan Anas sambil berkata, "Anas, kita teman yang sangat akrab. Jangan sungkan denganku, ya. Dulu, kita bahkan tidur di satu ranjang."Anas bertanya, "Benarkah? Aku sudah lupa."Yvonne tidak kehilangan semangat. Dia tidak mempermasalahkan sikap dingin Anas, sebaliknya malah berkata sambil tersenyum, "Iya, benar!""Pulanglah, aku mau mencari Neil,"