Setelah ada yang angkat bicara untuk membela Shawn, selanjutnya beberapa dewan direksi yang lain pun menunjukkan dukungannya kepada Shawn secara gamblang.Semua orang tahu bagaimana kemampuan Shawn selama memimpin perusahaan. Meskipun saham yang dimiliki para dewan direksi tidak besar, mereka mendapatkan keuntungan yang banyak selama masa kepemimpinan Shawn. Jika presdir perusahaan diganti, apakah para dewan direksi ini masih bisa mendapatkan keuntungan dividen sebanyak sekarang?Hampir semua orang meragukan Ruben, apalagi setelah bisnis ilegal yang dilakukan Thiago tersebar. Mereka merasa Ruben gagal mendidik anaknya, bagaimana dia mampu memimpin perusahaan?Namun melihat Graham yang berani mengadakan rapat besar, dia telah menghubungi sebagian dewan direksi untuk mendukung Ruben. Oleh sebab itu Ruben tetap percaya diri.Awalnya Graham mendukung Thiago yang masih muda dan juga cerdas, tetapi sekarang kasus Thiago masih berada di dalam tahap penyelidikan polisi sehingga mustahil memint
Shawn tidak memedulikan Ruben, dia bahkan enggan meliriknya."Ayah, lihat anak itu! Semua gara-gara Ayah yang terlalu memanjakannya, dia jadi tidak tahu sopan santun." Ruben geram melihat sikap Shawn.Graham tenggelam di dalam pikirannya, dia tahu jelas bagaimana watak Shawn. Apakah Shawn sungguh tidak memedulikan perusahaan? Atau jangan-jangan Shawn memiliki rencana lain?"Ayah ...," panggil Ruben."Tutup mulutmu!" Graham memelototi Ruben.Graham tidak bodoh, dia tahu bahwa Ruben tak jauh lebih baik daripada Shawn."Karena pandangan setiap orang berbeda, maka rapat hari ini cukup sampai di sini. Untuk sementara belum ada keputusan yang bisa dibuat." Graham menyadari ada yang tidak beres, makanya dia langsung membubarkan rapat."Pak Graham, aku yakin pasti ada alasan kenapa Pak Shawn bersikap acuh. Selama ini Pak Shawn telah bekerja keras, kami semua menyaksikannya sendiri. Aku rasa mencopot jabatan Pak Shawn bukanlah keputusan yang tepat." Masih ada dewan direksi yang berusaha membela
Yvonne tersentak melihat pemandangan yang ada di hadapannya.Wanita itu tidak menyadari kehadiran Yvonne, dia membelai meja kerja sambil membayangkan sosok Shawn."Huhu ...." Dio merengek pelan.Wanita yang merupakan salah satu sekretaris Shawn pun terbangun dari khayalan dan sontak menatap ke arah pintu. Sekretaris tersebut tidak melihat siapa pun, tetapi pintu yang ditutup terlihat agak bergoyang.Kemudian sekretaris tersebut berjalan ke arah pintu untuk memeriksa keadaan. Setelah memastikan tidak ada orang, dia merapikan pakaiannya dan pergi meninggalkan ruangan Shawn.Yvonne bersembunyi di sudut ruangan sambil menggendong Dio. Yvonne sangat kaget, dia masih tidak memercayai apa yang dilakukan oleh sekretaris Shawn.Yvonne menundukkan kepala, lalu menatap Dio sambil menarik napas panjang. Dio mengedipkan kedua matanya yang bulat, dia belum mengerti apa-apa. Hanya saja, sesekali Dio menatap Yvonne sambil tersenyum tipis.Yvonne mengecup kening Dio, lalu berlari ke arah lift dan buru-
Sudahlah .... Yang penting kemarahan Shawn telah mereda."Dokter itu bersedia menjadi dokter pribadi Dio?" Yvonne lanjut bertanya."Tidak," jawab Shawn.Tak peduli seberapa banyak uang yang Shawn tawarkan, Caleb sama sekali tidak tergoda. Caleb memiliki impian tersendiri, dia tidak bisa menerima tawaran Shawn. Namun jika Dio membutuhkan pertolongan, Caleb akan selalu sigap untuk merawatnya.Neil teringat akan Caleb karena Caleb berencana untuk mengembangkan kariernya di negara ini. Demi kekasihnya, Caleb rela mengorbankan pekerjaannya di luar negeri dan pindah ke sini. Caleb adalah dokter yang hebat, dia pasti akan sukses di mana pun dirinya berada.Caleb tidak bisa menerima tawaran Shawn karena prinsip pribadi. Sebagai seorang dokter, Caleb memiliki tanggung jawab untuk mengobati semua anak-anak yang membutuhkan perawatan, bukan hanya Dio seorang. Itu adalah bentuk tanggung jawab seorang dokter terhadap sumpah profesinya.Yvonne merasa semua orang yang memutuskan untuk menjadi dokter
Shawn mengerutkan alis, kenapa Yvonne melontarkan pertanyaan seperti ini?Shawn tercengang selama beberapa saat, dia agak kaget dengan perubahan topik yang terjadi secara tiba-tiba."Dia hanya sekretarisku." Shawn tidak pernah mengamati sikap sekretarisnya. "Kenapa kamu bertanya seperti itu?"Yvonne mengernyit saat mengingat tindakan sekretaris Shawn. "Saat ke kantor, aku melihatnya di ruanganmu."Shawn tidak merasa ada janggal, sekretarisnya memang sering memasuki ruangan untuk merapikan meja. "Terus?"Yvonne mengerutkan bibir, apakah dugaannya salah? Namun Yvonne melihat jelas pose sekretaris yang berbaring di atas meja Shawn.Yvonne tidak mungkin salah lihat, dia tidak buta."Kamu cemburu? Kamu tidak tenang melihat aku punya sekretaris wanita? Aku tidak keberatan mengganti posisinya." Shawn tersenyum kecil.Yvonne mengedipkan mata. "Kamu mengira aku cemburu?""Kalau bukan cemburu, lantas apa?" Shawn berbalik tanya.Saat melihat tindakan sekretarisnya Shawn, Yvonne memang kaget dan j
"Baiklah, terserah kamu." Shawn tersenyum, dia tak berdaya menghadapi bujukan dan manjanya Yvonne.Yvonne tersenyum lebar."Senang?" Shawn mengangkat alisnya."Aku ingin lihat apa yang bakal dilakukan Olivia," jawab Yvonne.Shawn melirik Yvonne, wanita ini sangat menyukai tantangan yang berbahaya. Meskipun khawatir, Shawn menyukai wanita yang pemberani. Shawn tidak menyukai wanita penakut, dia lebih mengagumi wanita cerdas yang tegas.Yvonne adalah wanita yang sempurna, dia memiliki sisi yang kuat, tetapi juga memancarkan kelembutan seorang ibu.Sesampainya di supermarket, Yvonne beranjak masuk dan mengambil troli untuk berbelanja. Selama ini Shawn hanya tahu beres, dia tidak pernah berbelanja sendiri.Shawn mengikuti Yvonne dengan diam. Yvonne mendorong troli sambil menggandeng Shawn, seolah takut kalau pria ini akan menghilang. "Kamu nggak pernah datang ke supermarket, ya?""Jarang," Shawn menjawab dengan singkat."Kalau nggak pernah, ngaku saja. Kamu terlahir di keluarga konglomerat
Yvonne menatap punggung Olivia sambil tersenyum sinis. Yvonne ingin lihat apa yang sedang direncanakan Olivia.Ketika Yvonne menunggu di ruang istirahat, seseorang mendekatinya untuk mengajak ngobrol. "Kamu guru tari, ya?"Yvonne menggelengkan kepala. "Bukan.""Kamu juri?"Orang yang mengajak Yvonne mengobrol adalah seorang pria. Pria ini juga adalah seorang juri sekaligus penari. Biasanya penari pria memiliki postur yang tinggi dan ramping, penampilannya juga rapi serta bersih.Ketika hendak menjawab, Yvonne melihat Olivia yang berjalan menghampiri. Yvonne menjawab dengan suara kecil, dia kelihatan tidak enak hati, "Aku juri pengganti.""Oh, pantas saja aku tidak mengenali kamu," jawab pria itu.Yvonne menundukkan kepala. "Ini adalah pertama kalinya aku jadi juri. Aku tidak mengerti apa-apa.""Tenang, natni kamu duduk di sampingku saja." Pria ini sangat ramah.Yvonne menjawab dengan lembut, "Terima kasih.""Kok kamu kelihatan takut banget? Tugas juri tidak susah, kamu hanya perlu meni
Sebelum pembawa acara selesai bicara, kegaduhan telah terjadi di lokasi kompetisi.Para peserta tampak kecewa, sedangkan orang tua yang mendampingi juga ikut protes. Mereka telah bersusah payah bersaing sejauh ini, tapi alhasil penilaian malah tidak bisa digunakan?"Apa maksud kalian? Anak kami berlatih mati-matian, mereka juga susah payah bersaing sampai di babak ini. Kenapa penilaian akhir tidak bisa digunakan?""Iya, jangan mengubah aturan seenak hati! Kami sudah siap-siap sejak pagi-pagi sekali, kita semua sama-sama capek.""Kenapa penilaian tidak bisa digunakan? Apa yang terjadi? Jelaskan pada kami!"Para orang tua protes dan berteriak untuk meminta penjelasan."Semuanya, mohon tenang dulu. Begini, kami baru mendapatkan informasi bahwa salah satu juri bukanlah orang yang memenuhi kualifikasi. Makanya penilaian kali ini dianggap tidak sah."Kegaduhan di ruang kompetisi makin menjadi-jadi."Apa? Kok bisa orang yang tidak memenuhi kualifikasi malah jadi juri?""Ini salah kalian, kena