Caroline berjalan mendekat dengan langkah anggun. Dia mengenakan sepatu hak tinggi dan membawa sebuah kotak makan. Kemudian, dia menyerahkan kotak makan itu kepada Leah dan berkata, "Ini makanan yang kusiapkan untuk Shawn. Cepat bawa masuk."Leah tidak bersedia menerimanya. Jadi, Caroline berkata lagi sambil tersenyum, "Bibi Leah, aku ini calon nyonya rumah vila ini. Kalau kamu bersikap begitu nggak bersahabat, kelak gimana kita bisa tinggal bersama?"Leah akhirnya menerima kotak makan itu dari Caroline dengan enggan, lalu berbalik dan masuk ke rumah. Setelah Leah berjalan menjauh, senyum di wajah Caroline pun sirna. Dia melirik koper di depan pintu, lalu menatap Yvonne dan berkata, "Setelah pergi, aku harap kamu jangan pernah muncul di hadapan Shawn lagi. Dia pasti sangat membencimu, makanya baru menyuruh Bibi Leah untuk mengemas barang-barangmu."Ucapan Caroline sangat menusuk hati Yvonne. Benar, Shawn pasti sangat membencinya sehingga langsung menyuruh Leah untuk mengemas barang-ba
Yvonne pun tertawa. Setelahnya, Neil menyuruhnya untuk beristirahat sebelum pergi bersama Anas.Berhubung Yvonne sudah tidak mengantuk, dia pun bangkit dan berencana untuk pergi mencari Harvey. Alhasil, sebelum Yvonne sempat keluar, Harvey sudah datang terlebih dahulu. Harvey tersenyum gembira dan terlihat sangat bersemangat.Di sisi lain, Yvonne hanya bertanya dengan ekspresi datar, "Kapan aku bisa ketemu sama anakku?""Sudah kubilang, kalian bisa bertemu setelah kita menikah. Coba lihat kamu suka model yang mana." Harvey membawa beberapa jenis undangan agar Yvonne bisa memilih model yang disukainya.Yvonne merasa Harvey sangat aneh. Yvonne jelas-jelas sudah mengatakan bahwa dirinya tidak menyukai Harvey dan hanya setuju untuk menikah dengannya demi Dio. Namun, kenapa Harvey malah menyuruhnya untuk memilih undangan pernikahan mereka? Apa Harvey sudah gila?"Kamu putuskan saja sendiri, nggak usah tanya pendapatku soal pernikahan ini," jawab Yvonne sambil duduk di sofa.Harvey pun berka
Setelah mendengar nama Yvonne, Shawn akhirnya mengalihkan pandangannya dari dokumen yang sedang dia baca.Melihat reaksi Shawn ini, Harvey pun merasa sangat puas. Kemudian, dia sengaja memperlihatkan foto pernikahan mereka dan nama yang tercetak di undangan kepada Shawn sambil bertanya, "Sudah lihat?"Ekspresi Shawn sama sekali tidak berubah. Dia berkata dengan tenang, "Harvey, Yvonne itu wanita yang sudah kucampakkan. Kalau kamu suka, silakan ambil saja."Harvey tahu bahwa Shawn sangat pintar bersandiwara. Dia pun tidak peduli pada ejekan Shawn dan berkata, "Aku hanya bisa bilang kamu itu nggak tahu nilai Yvonne. Tapi, aku nggak peduli sama masa lalunya. Lagian, kelak dia hanya akan menjadi milikku. Aku harus berterima kasih padamu karena sudah mengalah dan memberikannya kepadaku. Jangan khawatir, aku pasti akan mencintainya dengan sepenuh hati.""Kamu sudah boleh pergi!" Shawn membubuhi tanda tangannya di atas dokumen, lalu langsung melemparnya ke samping.Di sisi lain, Harvey pun te
Meskipun biasanya Shawn bersikap lumayan baik terhadap Caroline, Xavier tetap merasa kurang senang saat mendengar Caroline yang langsung memanggil nama depan Shawn. Apa wanita ini merasa dirinya sudah menjadi istri Shawn sehingga berani memanggil Shawn dengan panggilan seperti itu saat berada di perusahaan?Entah kenapa, Xavier merasa dirinya tidak bisa menyukai Caroline. Dia pun menjawab dengan acuh tak acuh, "Temperamen Pak Shawn memang begini."Selesai berbicara, Xavier pun melangkah pergi. Namun, Caroline malah mengejarnya dan bertanya, "Pak Xavier, jangan pergi dulu. Menurutmu, kalau aku masuk sekarang, apa dia masih akan marah?""Coba saja sendiri," jawab Xavier sambil tersenyum. Dia tahu amarah Shawn masih belum reda. Orang yang berani masuk dan mengganggunya setara dengan menggali lubang kubur sendiri.Namun, Caroline tidak bodoh. Dia berkata, "Sebaiknya nanti saja deh. Kalau dia masih marah, bukannya aku yang bakal sial?"Xavier pun mendengus, "Pintar juga kamu.""Aku cuma ngg
"Shawn?" Niko bertanya dengan heran, "Kak, bukannya itu Kakak Ipar? Sebelumnya, dia sudah mengirim asistennya untuk membantumu. Sekarang, kenapa dia tiba-tiba mempersulitmu?""Niko, apa maksudmu? Kapan Shawn menikah dengan kakakmu?" tanya penanggung jawab itu dengan terkejut.Bagaimanapun juga, pernikahan Yvonne dengan Shawn tidak dirayakan secara besar-besaran. Jadi, hanya ada beberapa orang yang mengetahuinya. Orang seperti penanggung jawab pengiriman yang tidak penting ini tentu saja tidak mengetahuinya.Yvonne menjelaskan sambil tersenyum, "Niko sudah mabuk. Jangan dengar omong kosongnya. Kita pikirkan lagi cara penyelesaian masalah ini besok.""Oh, oke." Penanggung jawab itu tidak berpikir kejauhan dan percaya bahwa Niko memang sudah mabuk.Selesai berbicara, Yvonne pun menarik Niko untuk pergi ke kantor.Niko bertanya dengan heran, "Kak, buat apa kamu menarikku? Lagian, yang kubilang memang benar, ‘kan? Kamu memang sudah menikah sama Shawn ....""Niko!" Yvonne menyela, "Aku sudah
"Makanya aku suruh kamu cari influencer yang berpengaruh. Zaman sekarang, jual barang dari siaran langsung sangat populer. Kita pasti bisa jual habis semua produknya dengan cepat," ujar Yvonne."Oke, aku akan segera menghubungi influencernya.""Emm." Setelah memutuskan sambungan telepon, Yvonne tidak langsung pulang. Dia mencari beberapa orang yang bisa dipercayainya untuk mengeluarkan produk-produk itu dari perusahaan secara diam-diam.Shawn bermaksud untuk menekannya. Jika Shawn tahu bahwa dia hendak mencari influencer untuk menjual produk-produk ini, mungkin saja Shawn akan melakukan segala cara untuk menghentikannya. Bagaimanapun juga, Shawn sangat kaya dan berkuasa. Jadi, dia harus melakukan hal ini secara diam-diam.Setelah selesai menangani masalah ini, langit sudah hampir terang. Baru saja Yvonne pulang ke rumah dan beristirahat sebentar, penata rias yang dipekerjakan Harvey sudah menariknya untuk duduk di kursi dan hendak meriasnya. Yvonne pun duduk di kursi dengan lelah dan h
Ekspresi Shawn langsung menjadi semakin suram. Dalam seketika, suasana di sekitarnya juga menjadi dingin."Yvonne, apa kamu kira Harvey benar-benar menyukaimu? Jangan lupa, kamu itu wanita yang sudah pernah menikah dan tidur denganku ....""Shawn Jamison!" teriak Yvonne untuk memotong ucapan Shawn."Kenapa? Marah? Masih sempat kalau kamu ikut pergi bersamaku sekarang," ujar Shawn sambil mengulurkan tangannya pada Yvonne.Yvonne pun tertawa saking marahnya. "Shawn, aku masih ingat kamu bilang mau bercerai denganku. Lagian, surat cerainya juga sudah selesai diurus dan bukannya kamu sudah punya Caroline? Apa kamu nggak takut dia cemburu dengan datang mencariku? Oh iya, dengar-dengar, kamu sudah memberikan benda berharga itu kepadanya, ‘kan? Kayaknya, kamu sangat menyukainya. Selamat ya!""Aku hanya mengembalikan barang itu kepada pemiliknya," jelas Shawn secara refleks.Yvonne pun mengerutkan keningnya dan berkata, "Ternyata barang yang begitu berharga bagimu itu miliknya ya? Kayaknya kal
"Aku memang serius mau menikah denganmu kok. Kalau resepsinya sudah selesai, kita bisa langsung buat surat nikahnya," jawab Harvey. Dia sama sekali tidak menganggap ini adalah pernikahan palsu. Target utamanya memang adalah Yvonne, sedangkan membuat Shawn kesal hanyalah rencana tambahan.Namun, Harvey juga tidak berani terlalu memaksa Yvonne. Dia pun berkata, "Prosesnya sangat simpel dan semuanya bakal cepat selesai kok. Aku akan menuruti permintaanmu, oke?"Yvonne hanya melirik Harvey tanpa berbicara."Sudah hampir waktunya. Ayo kita pergi!" kata Harvey.Meskipun hari ini adalah hari pernikahan mereka berdua, suasananya tidak terasa menyenangkan. Hanya Harvey sendiri yang merasa gembira.Pada akhirnya, Yvonne pun berkata, "Oke."Semuanya sudah mencapai titik ini, tidak ada lagi yang bisa dilakukan Yvonne. Lagi pula, dengan lebih cepat menyelesaikan pernikahan ini, dia bisa lebih cepat bertemu dengan anaknya.Saat Yvonne hendak berjalan keluar dari rumah, Samantha baru turun dari lanta