Shawn mengangkat kepalanya dan menatap Harvey dengan serius.Ternyata Harvey memukul meja karena Shawn mengambil lukisannya secara paksa. Shawn tidak takut, pertunjukan seru baru dimulai."Bakar!" Shawn memerintahkan Xavier.Yvonne yang melukisnya, 'kan? Shawn tidak akan membiarkan Harvey berpuas diri.Harvey membelalak, Shawn benar-benar keterlaluan!Setelah memerintahkan pengawal untuk membakar lukisan tersebut, Xavier kembali mengusir Harvey. "Pak Harvey, silakan lewat sini."Dada Harvey tampak terengah-engah. Walaupun marah, Harvey sadar bahwa Shawn bukanlah lawannya. Akhirnya Harvey terpaksa pergi meninggalkan ruangan Shawn.Sesampainya di halaman kantor, Harvey melihat sekelompok pengawal yang membakar lukisannya.Apalah Xavier sengaja membakar lukisan tersebut di hadapan Harvey? Bahkan kata marah pun sudah tidak cukup untuk menjelaskan perasaan Harvey saat ini."Xavier, apakah Shawn menyukai Yvonne?" tanya Harvey. Dia heran, kenapa Shawn semarah ini?Hanya ada satu kemungkinan,
Yvonne tersentak, apakah Shawn yang datang? Apakah Shawn mendengar semua pembicaraan Yvonne dan Harvey?Yvonne sontak menatap ke arah pintu, dia lega saat melihat Leah yang berjalan masuk.Harvey melihat jelas semua gelagat Yvonne. Apakah dia setakut itu kepada Shawn?Wajar saja Yvonne takut. Harvey bahkan bukan tandingan Shawn, lantas apa yang bisa dilakukan seorang wanita lemah seperti Yvonne?"Nona, kok tidak istirahat? Kondisimu masih lemah," kata Leah sambil menatap Harvey dengan waspada.Yvonne bisa melihat Leah yang tidak menyukai keberadaan Harvey. Demi menjaga perasaan Leah, Yvonne menjawab sambil tersenyum, "Iya, Bi."Leah adalah salah satu orang yang selalu merawat Yvonne. Yvonne sangat bersyukur dengan adanya Leah yang selalu menemaninya."Harvey, aku mau makan siang. Kamu pulang saja," kata Yvonne kepada Harvey.Bibir Harvey tampak bergetar. Kenapa hari ini semua orang mengusirnya?Pertama Shawn, lalu Xavier, dan sekarang Yvonne pun mengusirnya. Menyebalkan!"Aku pamit," j
Shawn tidak bergerak.Yvonne mengedipkan mata. "Jangan bilang ... kamu mau makan dari piringku?"Sebelum menunggu Shawn menjawab, Yvonne lanjut berkata, "Ini bekas air liurku.""Aku tidak keberatan," jawab Shawn.Yvonne menganga, apakah kepala Shawn terbentur? Ini bukanlah Shawn yang dikenalnya. Sejak kapan Shawn berubah jadi orang yang rendah diri?Yvonne memeluk piringnya, seolah takut direbut oleh Shawn. Bukannya tidak mau berbagi, Yvonne tidak enak hati memberikan makanan bekasnya kepada Shawn."Kok wajahmu memerah?" tanya Shawn sambil tersenyum misterius.Apakah Yvonne tersipu malu?Yvonne memegang wajahnya dan bergegas membantah. "Nggak, kok. Jangan sembarangan bicara!"Shawn tidak ingin bertengkar, dia menjawab dengan lembut, "Oke, terserah kamu."Hati Yvonne terasa tegang, dia buru-buru mengalihkan wajahnya dan menghindari tatapan Shawn.Yvonne tidak tahu apa yang terjadi kepada dirinya. Untuk apa dia malu? Kenapa mereka bersikapnya sepasang kekasih yang malu-malu?Shawn berhen
Shawn mengamati bunga yang dibawa kurir ini.Ada yang memberikan bunga kepada Yvonne?"Siapa?" Yvonne mengulurkan kepalanya dengan penasaran.Melihat Shawn yang memancarkan aura mengintimidasi, kurir menjawab dengan hati-hati, "Apakah benar ini ruangan Nona Yvonne? Aku adalah kurir yang mengantarkan pesananmu. Tolong diterima dan tanda tangan.""Pesanan? Dari siapa?" tanya Yvonne."Pak Harvey," jawab kurir tersebut.Yvonne refleks menoleh ke arah Shawn. Meskipun hanya dari samping, Yvonne dapat melihat emosi yang terpancar di wajah Shawn.Shawn telah menebak, pasti Harvey yang mengirimkan bunga ini. Demi membuat Shawn makin marah, Yvonne sengaja meminta kurir untuk membawanya masuk. "Tolong bawa masuk."Kurir tersebut melewati Shawn dengan hati-hati, lalu menaruh sebuket mawar merah ke atas meja dan berkata, "Nona, tolong tanda tangani surat jalannya.""Oke." Yvonne mengambil kertas yang diberikan.Setelah Yvonne tanda tangan, kurir tersebut buru-buru pamit dan pergi meninggalkan rumah
Yvonne menundukkan kepala."Bi, tolong bereskan barang-barang Yvonne," perintah Xavier.Leah membereskan pakaian dan barang-barang Yvonne, sedangkan Xavier menyiapkan kursi roda.Setelah semua beres, Leah memapah Yvonne ke atas kursi roda dan Xavier yang mendorongnya.Xavier datang dengan membawa banyak pengawal, seolah takut kalau Yvonne akan melarikan diri.Sesaat melihat jumlah pengawal yang cukup banyak, Leah merasa ada yang aneh dan berbisik, "Nona, kamu membuat Tuan marah lagi?"Yvonne mengangguk perlahan."Kenapa?" Leah tidak mengerti, kenapa Yvonne terus menentang Shawn? Padahal, bukankah hidup harmonis lebih tenang?Asalan Yvonne menurut, dia bisa menjadi Nona Muda Jamison yang dikagumi banyak orang. Namun kenapa Yvonne terus melawan Shawn dan membuatnya murka? Leah tidak mengerti."Karena ...," jawab Yvonne.Sebelum Yvonne menyelesaikan jawabannya, Xavier mengambil bunga pemberian Harvey dan membuangnya ke tong sampah. "Ini perintah Pak Shawn."Raut wajah Yvonne terlihat data
Dokter tidak menjawab, melainkan bertanya, "Di mana keluargamu?"Kayla yang berdiri di samping pun maju dan menjawab, "Aku, aku istrinya."Jelas-jelas Kayla adalah selingkuhan, beraninya dia mengaku sebagai istri Calvin?"Dok, bagaimana keadaan suamiku?" tanya Kayla."Hmm, tidak parah, tidak perlu cemas. Aku akan memberikan rujukan untuk melakukan pemeriksaan," jawab dokter dan memberikan selembar kertas kepada Calvin. "Kamu pergi sendiri, istrimu biar di sini saja."Calvin tahu kalau dokter sengaja ingin mengusirnya. "Dok, katakan saja, aku sakit apa?""Baiklah." Dokter diam sejenak, lalu melihat hasil CT-scan dan berkata, "Kamu menderita tumor otak."Calvin hampir pingsan saat mendengarnya. Dia mengepalkan tangan dengan erat, kepalanya sontak terasa berdengung.Kayla tak kalah kaget, dia sontak merangkul lengan Calvin dan menjawab, "Suamiku cuma batuk, mana mungkin menderita tumor otak? Dok, kamu nggak salah periksa?""Kemungkinan besar, efek tumor telah menyebar ke tenggorokan dan p
Begitu mengetahui keadaan Harvey yang berada di ambang kehancuran, Yvonne tetap bersikap tenang. Semua ini adalah idenya Harvey, bukan Yvonne.Sebelum memutuskan untuk menyerang Shawn, seharusnya Harvey telah memperhitungkan untuk dan ruginya. Kalau pada akhirnya Harvey mengalami kerugian besar, semua itu disebabkan kebodohannya sendiri."Kamu diam sama melihat keadaan selingkuhanmu?" Shawn menatap mata Yvonne.Walaupun Harvey telah menjelaskan semuanya, Shawn tidak memercayainya begitu saja. Shawn ingin mengetes sikap Yvonne.Melihat Yvonne yang begitu tenang, Shawn semakin yakin dengan pengakuan Harvey. Seandainya Yvonne menyukai Harvey, masa Yvonne tidak panik mengetahui perusahaan kekasihnya yang sedang berada di ambang kebangkrutan?Hubungan Yvonne dan Harvey memang palsu, tapi keinginan Yvonne untuk bercerai adalah fakta!Shawn tidak mengerti, apa hal yang membuat Yvonne bersikeras ingin bercerai?"Yvonne, kenapa kamu memaksa cerai?" Shawn mengerutkan alis."Kamu tahu sendiri, ak
"Le-lepaskan ...," kata Yvonne sambil berusaha melepaskan tangannya.Shawn menggenggam pergelangan tangan Yvonne dengan lembut, lalu menunduk dan mengecup bibir Yvonne.Sebelumnya, Yvonne selalu memberontak dan menolak setiap dicium Shawn. Namun kali ini Yvonne tidak mendorong Shawn, dia bahkan memejamkan matanya dengan tenang.Yvonne tidak pernah merasa setenang ini. Embusan napas yang hangat dan ciuman yang lembut membuatnya lupa daratan.Semakin lama, ciuman lembut berubah menjadi ciuman bergairah yang memabukkan.Perlahan-lahan, gairah yang menggebu mulai menyingkirkan akal sehat Shawn.Shawn mengulurkan tangan, lalu mengusap tulang selangka Yvonne dan membuka kancing kemejanya. Sesaat merasakan embusan angin yang menyeka dada, Yvonne membuka mata dan mendorong Shawn dari pelukannya. "Nggak boleh ....""Bukannya tadi kamu juga menikmatinya?" Shawn mengerutkan alis."Nggak, aku nggak ...." Yvonne enggan mengakuinya."Oh ya?" Shawn menyeka bibir Yvonne yang basah."Keluar sana!" Yvon