Selain adalah seorang dokter, Yvonne bisa menari dan bermain piano. Namun tak sampai di situ, Yvonne juga pintar melukis?Shawn sulit memercayainya, ternyata Yvonne memiliki begitu banyak bakat yang luar biasa.Harvey puas melihat ekspresi Shawn yang tampak kebingungan. Harvey merasa jauh lebih mengenal Yvonne dibandingkan dengan Shawn."Hahaha." Harvey tertawa terbahak-bahak. "Lukisannya bagus, 'kan? Menurutmu, apakah wanita yang melukis ini menyukaiku?"Raut wajah Yvonne tampak masam. "Kamu yang memaksaku melukis, aku nggak punya perasaan sama kamu ...."Yvonne terdiam sebelum menyelesaikan kalimatnya. Untuk apa dia menjelaskan panjang lebar?Sekarang, tujuan Yvonne adalah membuat Shawn membenci dan menceraikannya.Yvonne langsung mengubah jawabannya dan berkata. "Meskipun dipaksa, aku sendiri pun memang ingin melukis kamu."Yvonne terpaksa membuat pengakuan palsu agar Shawn mengira kalau dia menyukai Harvey.Beberapa tamu yang berada di sekitar ikut tercengang mendengarnya. Awalnya
"Hem, aku jauh lebih sakit," kata Shawn dengan suara teredam.Hati Shawn terasa hancur. Dia mengusap air mata yang mengalir dari sudut mata Yvonne dan berkata dengan lembut, "Kamu adalah milikku! Kita sudah menikah, kamu harus menjaga martabatmu sebagai seorang istri. Jangan mengkhianati takdir yang telah menyatukan kita."Dulu Shawn tidak memercayai takdir, tapi semua pandangannya berubah sejak bertemu dengan Yvonne. Shawn yakin, takdir yang telah mempertemukan mereka ....Malam itu adalah malam pertama mereka. Walaupun Shawn tidak kembali ke rumah, pada akhirnya mereka bertemu dan melakukan hubungan suami istri di rumah sakit. Kalau bukan takdir, lantas apa namanya?Yvonne tersentak mendengar ucapan Shawn. Seandainya Yvonne tidak memiliki anak, dia mungkin akan menepati janjinya kepada Kakek Grahan. Terlepas bagaimana perasaan Shawn terhadapnya, Yvonne tetap akan menghormati pernikahan ini.Sayangnya, keadaan telah berubah, Yvonne melahirkan anak dari pria lain. Berdasarkan temperame
"Aku ada urusan. Aku nggak sanggup kalau harus menahannya lebih lama," Neil memohon kepada Shawn.Melihat Neil yang begitu rapuh, akhirnya Shawn memberikan izin untuk berbicara kepada Yvonne.Neil berdiri di depan pintu, dia tidak berani mendekati Yvonne."Jawab dengan jujur, apakah Anas meninggalkanku demi pria lain?" Neil bertanya kepada Yvonne.Yvonne tidak pernah bertanya, sedangkan Anas juga tak pernah bercerita."Aku nggak tahu," Yvonne menjawab dengan jujur.Neil merasa kalau Yvonne sedang berbohong. Selama ini, Yvonne berhubungan baik dengan Anas, mana mungkin dia tidak tahu?"Selama ini aku memperlakukanmu dengan baik, tapi kenapa kamu membohongi aku?" tanya Neil."Aku nggak bohong," jawab Yvonne.Neil tetap tidak percaya, dia duduk sambil bersadar di depan pintu. Neil adalah pria yang ceria, Yvonne tidak pernah melihat Neil serapuh ini.Sejujurnya Yvonne tidak tega melihat kondisi Neil. Apalagi Neil adalah pria yang baik dan banyak membantu Yvonne.Ketika Neil dan Anas masih
Shawn tidak memedulikan peringatan Yvonne.Shawn naik ke atas tempat tidur dan berbaring di sebelahnya. Karena tempat tidur agak sempit, Yvonne bergeser agar tidak berdekatan dengan Shawn."Tempat tidurnya nggak muat buat 2 orang," kata Yvonne sambil berbisik.Shawn langsung menarik Yvonne dan memeluknya. "Sudah semestinya suami istri tidur bersama."Sekujur tubuh Yvonne sontak menegang. Shawn membenamkan wajahnya di leher Yvonne.Secara sama-samar, Yvonne dapat merasakan embusan napas Shawn yang hangat menyeka kulitnya."Ja-jangan memelukku seperti ini." Tenggorokan Yvonne terasa kering."Aku mau memelukmu," jawab Shawn.Beberapa menit telah berlalu, tetapi Shawn sama sekali tidak bergerak. Hanya terdengar embusan napasnya yang beraturan ....Yvonne mengerutkan alis, apakah Shawn ketiduran? Berbeda dengan Shawn, Yvonne malah tidak bisa terlelap.Ukuran tempat tidur tidak terlalu besar sehingga Yvonne tak dapat bergerak secara leluasa.Yvonne menarik napas panjang sambil menatap langit
Anas ingin mengatakan sesuatu, tapi tenggorokannya terasa seperti dicekik.Yvonne menunggu Anas dengan sabar, dia sama sekali tidak mendesaknya. Yvonne tahu, Anas mungkin sedang mengumpulkan keberaniannya untuk bercerita.Detik dan menit terus berputar ...."Yvonne, keluargaku dan keluarga Neil memiliki latar belakang yang berbeda. Setelah mengetahui hubunganku dan Neil, ibunya pernah menemuiku," kata Anas.Yvonne bertanya, "Ibunya memaksa kalian putus? Jangan bilang kayak yang ada di sinetron? Ibunya menyogokmu untuk menjauhi anaknya?"Yvonne tahu bahwa Neil berasal dari keluarga konglomerat."Hah? Kamu kebanyakan nonton." Anas yang awalnya sedih, malah tertawa setelah mendengar pertanyaan Yvonne."Ibunya nggak menyogokku. Ibunya ingin memiliki menantu dari keluarga terpandang, dia berniat menjodohkan Neil dengan putri Grup Henzo. Mungkin kamu nggak tahu, ayahnya Neil mempunyai istri kedua. Adik tiri Neil sudah lama mengincar warisan Keluarga Sanchez. Ibunya takut kalau adik tiri Neil
"Hmm?" Xavier mengerutkan alis. "Aku membayar sesuai dengan perintah Pak Shawn."Emosi Harvey semakin meledak-ledak. Bukankah seharusnya dia mendapat 1,8 triliun? Kenapa Shawn hanya membayar 600 miliar?Tanpa basa-basi, Harvey langsung beranjak ke ruangan Shawn untuk melabraknya. Saat ini, Shawn dan Pak Salem sedang mengobrol di dalam ruangan. Begitu melihat Harvey, Pak Salem tersenyum canggung dan pergi tanpa menyapa Harvey.Dibandingkan dengan Harvey, Pak Salem lebih senang bekerja sama dengan Shawn.Harvey juga tidak bisa berkata apa. Bagaimanapun kontrak kerja sama belum ditandatangani sehingga Pak Salem tidak melanggar kontrak. Apalagi, seorang pebisnis harus memiliki hati yang besar. Siapa tahu ke depan masih saling membutuhkan? Harvey tidak boleh merusak hubungannya dengan Pak Salem hanya karena ulah Shawn.Setelah Pak Salem pergi, Harvey bertanya kepada Shawn, "Pak, aku nggak nyangka, ternyata kamu orang yang nggak bisa dipercaya, ya?"Shawn beranjak ke mejanya dengan diikuti
Shawn mengangkat kepalanya dan menatap Harvey dengan serius.Ternyata Harvey memukul meja karena Shawn mengambil lukisannya secara paksa. Shawn tidak takut, pertunjukan seru baru dimulai."Bakar!" Shawn memerintahkan Xavier.Yvonne yang melukisnya, 'kan? Shawn tidak akan membiarkan Harvey berpuas diri.Harvey membelalak, Shawn benar-benar keterlaluan!Setelah memerintahkan pengawal untuk membakar lukisan tersebut, Xavier kembali mengusir Harvey. "Pak Harvey, silakan lewat sini."Dada Harvey tampak terengah-engah. Walaupun marah, Harvey sadar bahwa Shawn bukanlah lawannya. Akhirnya Harvey terpaksa pergi meninggalkan ruangan Shawn.Sesampainya di halaman kantor, Harvey melihat sekelompok pengawal yang membakar lukisannya.Apalah Xavier sengaja membakar lukisan tersebut di hadapan Harvey? Bahkan kata marah pun sudah tidak cukup untuk menjelaskan perasaan Harvey saat ini."Xavier, apakah Shawn menyukai Yvonne?" tanya Harvey. Dia heran, kenapa Shawn semarah ini?Hanya ada satu kemungkinan,
Yvonne tersentak, apakah Shawn yang datang? Apakah Shawn mendengar semua pembicaraan Yvonne dan Harvey?Yvonne sontak menatap ke arah pintu, dia lega saat melihat Leah yang berjalan masuk.Harvey melihat jelas semua gelagat Yvonne. Apakah dia setakut itu kepada Shawn?Wajar saja Yvonne takut. Harvey bahkan bukan tandingan Shawn, lantas apa yang bisa dilakukan seorang wanita lemah seperti Yvonne?"Nona, kok tidak istirahat? Kondisimu masih lemah," kata Leah sambil menatap Harvey dengan waspada.Yvonne bisa melihat Leah yang tidak menyukai keberadaan Harvey. Demi menjaga perasaan Leah, Yvonne menjawab sambil tersenyum, "Iya, Bi."Leah adalah salah satu orang yang selalu merawat Yvonne. Yvonne sangat bersyukur dengan adanya Leah yang selalu menemaninya."Harvey, aku mau makan siang. Kamu pulang saja," kata Yvonne kepada Harvey.Bibir Harvey tampak bergetar. Kenapa hari ini semua orang mengusirnya?Pertama Shawn, lalu Xavier, dan sekarang Yvonne pun mengusirnya. Menyebalkan!"Aku pamit," j