Di tengah kemelut nya malam. Seorang gadis tengah mengadu kepada pemilik semesta. Ia dengan khusyuknya meminta di mudahkan segala urusannya dan di kuat kan hatinya menjalani segala ketetapan-Nya.
Nadzira Xena Gumasya. Gadis cantik berwajah teduh itu dengan senyuman manis yang selalu menghiasi wajahnya menjalani rutinitas sehari-hari nya dengan ceria. Biarpun diperlakukan kurang baik oleh keluarga Tantenya sendiri, Namun Nadzira tetap bersyukur Tante Safira masih mau merawat dan membesarkan nya hingga menjadi seperti sekarang ini. Nadzira menjadi anak yatim-piatu disaat usianya masih balita, sehingga Ia hanya bisa mengenali wajah kedua orang tuanya dari sebuah foto yang terpampang di dinding kamarnya."Nadzira....Zira!" Teriak Tante Safira membangun kan Nadzira dengan kasar"Bukannya pagi ini kamu ada interview kerja? Cepat bangun dan bersiap-siap, awas saja kalau hari ini gagal lagi" Lanjut Tante Safira seraya menutup pintu kamar Nadzira kuatNadzira bangun dengan mata yang masih enggan untuk di buka, Ia melirik jam di nakas yang sudah menunjukkan pukul enam pagi. "Astaghfirullah...Aku belum shalat subuh" kata Nadzira bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan melaksanakan shalatnya subuhnya yang sudah kesianganSetelah selesai menunaikan kewajiban nya. Nadzira telah berpakaian rapi, Ia menuju ruang makan untuk sarapan bersama Tante Safira, Rasya dan juga Khansa yang merupakan anak dari Tante Safira"Tante tidak mau tau, pokoknya hari ini kamu harus mendapatkan pekerjaan, jika mereka mengajukan permintaan untuk tidak mengenakan hijab saat jam bekerja, maka turuti saja. Ingat Zira, Tante sudah bersusah payah membesarkanmu, jadi sudah menjadi kewajiban mu untuk membayar semua jerih payah Tante" kata Tante Safira penuh penekananNadzira terdiam mendengar semua yang ucapkan oleh Tante Safira. Benar adanya bahwa Ia memang harus membalas semua kebaikan Tantenya, namun berat hatinya untuk bekerja dengan melepas hijab yang sudah Nadzira kenakan sedari dulu. Lagi pula berhijab itu adalah perintah Agama yang wajib dilakukan setiap wanita Muslimah. Nadzira kini tengah duduk mengantri di sebuah kantor tempat Ia melamar pekerjaan. Nadzira menunggu namanya di panggil seraya terus berdoa dalam hatinya, berharap semua berjalan dengan lancar. Nadzira merasa gugup hingga membuat telapak tangannya terasa dingin."Nadzira Xena Gumasya" panggil seseorang dari dalamNadzira berjalan masuk dengan menunduk seraya mengatur detak jantungnya yang kian gugup. "Selamat pagi Pak" sapa Nadzira ramah pada kedua lelaki yang ada dalam ruangan itu. Nadzira menerka-nerka mungkin saja Bos nya adalah seorang pria yang duduk dengan menatap tajam kearah nya itu. "Bismillah, ya Allah, semoga aja hari ini keterima kerjanya" batin Nadzira"Pagi, silahkan duduk, perkenalkan saya Darwin asistennya pak Zefran Al Faruq" Ucap Darwin memperkenalkan diri"Begini, sebelumnya apa kamu pernah bekerja di bidang yang akan kamu lamar ini" Tanya Darwin melihat cara berpakaian Nadzira"Belum pak" jawab Nadzira jujur"Baik, sebenarnya ada beberapa syarat yang harus di penuhi jika ingin di terima sebagai pekerja disini. pertama tentang cara berpakaian, para pekerja disini diwajibkan memakai seragam yang sudah di sediakan oleh perusahaan, mungkin tidak perlu saya jelaskan kamu pasti sudah mengetahui bahwa sekarang kamu sedang berada di pusat perbelanjaan terbesar di kota ini. Jadi penampilan selalu kami nomor satukan" kata Darwin menjelaskanNadzira mengingat baju yang dipakai oleh wanita yang mempersilahkan Ia masuk tadi. Tentu saja itu pakaian yang tidak pernah di pakai bahkan di sentuh oleh Nadzira sama sekali. Namun Nadzira tetap setia mendengarkan peraturan yang lain, bisa saja nantinya Ia diberi kemudahan. Pikir Nadzira"Kedua, setiap pekerja harus tiba tepat waktu, tidak ada kata terlambat baik itu saat jam istirahat yang sudah di tentukan. Waktu istirahat berlaku selama satu jam pada saat makan siang. Bagaimana Nadzira, apa kamu bersedia memenuhi syarat" lanjut Darwin dengan wajah tegasnyaNadzira terdiam meresapi semua yang di jelaskan oleh Darwin. Hatinya berat menerima peraturan yang bertolak belakang dengan keinginan nya. "Maaf pak, bukan saya bermaksud sombong. Hanya saja sepertinya pekerjaan ini tidak cocok dengan saya, tidak mungkin sebagai seorang wanita muslim saya membuka hijab dan berpakaian terbuka seperti itu. Dan lagi akan sulit untuk saya mengerjakan kewajiban saya dengan waktu istirahat yang sudah ditentukan" jelas Nadzira menunduk merasa tak enak hatiSekilas, Darwin melirik Zefran, mungkin saja Bos nya itu ingin berbicara. "Dimana-mana yang namanya pusat perbelanjaan pasti pakaiannya seperti itu. Apa kamu tidak mencari tahu dulu sebelum melamar pekerjaan Nona?" Ucap Zefran dengan tatapan tajamnya"Lagi pula banyak pekerja saya yang awalnya mengenakan Hijab. Lalu melepas nya jika ingin di terima bekerja di perusahaan saya, tampaknya mereka biasa saja. Tanpa banyak protes seperti Anda sekarang ini. Tidak usah berlagak paling Agamis di depan saya, lakukan saja seperti wanita yang lain. Aku tahu betul kamu pasti sangat membutuhkan pekerjaan ini. Jadi jangan sok jual mahal" lanjut Zefran merendahkanNadzira merasa tidak terima dengan apa yang di ucapkan oleh Zefran padanya. "Maaf pak, mungkin kedengarannya ini hal yang sepele bagi Anda. Namun Hijab adalah sebuah kehormatan bagi kami para wanita muslimah. bagaimana bisa saya menikmati hasil jerih payah saya dengan melalaikan perintah Agama? Memang benar, saya membutuhkan pekerjaan ini. Namun tidak dengan melepas hijab saya, permisi" jawab Nadzira beranjak dari tempat duduknyaZefran merasa tertarik dengan wanita yang memiliki pendirian seperti Nadzira. Zefran sengaja memberi penawaran yang menjebak bagi para pelamar yang datang padanya."Tunggu" Zefran menghentikan langkah Nadzira yang hendak keluar dari ruangannya. "Saya menyukai seseorang yang memiliki prinsip hidup yang tidak mudah di goyah kan oleh orang lain. Sepertinya kamu termasuk salah satu pekerja yang memenuhi kriteria yang saya cari, silahkan bergabung dalam perusahaan saya" Ucap Zafran"Beneran pak" Tanya Nadzira dengan mata berbinar"Ya" Balas Zefran singkat"Tapi, apa boleh saya membagi waktu istirahat saya sendiri pak" lanjut Nazdira"Maksud kamu" kata Zefran bingung"Saya tetap ingin melaksanakan kewajiban saya sebagai seorang muslim pak, saya akan membagi waktunya tanpa merugikan bapak. 20 menit saya gunakan untuk makan siang, 10 menit shalat Zhuhur, 10 menit shalat Ashar 10 menit shalat Maghrib dan 10 menit untuk shalat Isya" Ucap Nadzira menjelaskan"Baiklah" balas Zefran menyetujui"Terimakasih pak, InsyaAllah besok saya akan datang tepat waktu, permisi" pamit Nazdira meninggalkan ruangan tersebut dengan perasaan yang teramat sangat bahagia.Disepanjang perjalanan pulang, Nadzira terus tersenyum dan tidak lupa mengucap syukur sebanyak-banyaknya. Akhirnya ada yang menerimanya bekerja tanpa membuat dirinya meninggalkan kewajibannya. akhirnya ia bisa bekerja, setidaknya dengan begini Tante Safira akan perlahan menyayanginya.Nadzira tiba lebih awal, keadaan Toko tempat Ia bekerja pun masih sangat sepi. Hanya ada beberapa petugas kebersihan yang sedang mengerjakan tugas mereka masing-masing.Nadzira berniat melaksanakan shalat Sunnah Dhuha sebelum memulai aktivitas nya, Ia melihat jam di ponselnya yang masih menunjukkan pukul delapan pagi, setidaknya Nadzira memiliki sedikit waktu untuk beribadah dan melancarkan hafalan Qur'an nya. Nadzira memang bukan tamatan pesantren, namun meski begitu, Ia sangat giat menghafal, Bahakan hafalannya kini telah mencapai 12 Juz.Zefran berjalan beriringan dengan Darwin yang selalu setia disisinya menuju ruangan nya. Hari ini entah mengapa Zefran tiba lebih cepat dari biasanya, bahkan para pekerjanya belum ada yang tiba kecuali Nadzira sendiri.Darwin melihat Nadzira yang sedang fokus membaca Alquran di tangannya tanpa menyadari kehadiran mereka berdua."Merdu sekali kedengarannya" Ucap Darwin membuat Nadzira tersentak melihat Zefran dan juga Darwin sudah berada di hadapann
Hujan deras mengguyur seluruh penjuru kota. Zefran duduk di pinggir jendela kamarnya sambil menatap gelapnya malam di temani sebatang rokok dan juga minuman keras yang menjadi rutinitas nya setiap malam. Hari ini dia sendiri, begitu juga dengan kemarin. Sendiri adalah kehidupan Zefran yang sesungguhnya, setelah kedua orang tuanya memilih untuk bercerai.Kehidupan Zefran tidak seindah yang orang lain bayangkan. Keluarganya hancur berantakan disebabkan oleh Ibunya sendiri. Yang saat itu memilih pergi bersama lelaki kaya raya dibandingkan Ayahnya yang hanya memiliki usaha kecil-kecilan. Zefran di tinggal pergi sang Ayah satu tahun setelah kejadian itu berlangsung. Dimana sang Ayah yang sering sakit-sakitan akibat luka hati yang di torehkan oleh wanita yang amat dicintainya itu. Waktu yang cukup lama untuk Zefran lupakan, sering kali Zefran mencoba untuk melakukan nya. Namun bukannya lupa, ingatan itu justru semakin melekat dan menghantui nya setiap detiknya.Zefran menghela nafas berat.
Keheningan terjadi di sepanjang perjalanan pulang menuju kediaman Zefran. Baik itu Darwin maupun Nadzira tidak ada yang berani mengeluarkan suara melihat wajah Zefran yang menurut Nadzira sangat menakutkan saat itu."Apa kamu akan terus berdiri disitu" sindir Zefran yang sudah memasuki pelataran rumah mewah miliknya"Maaf pak" Nadzira menunduk dan mengikuti langkah Zefran yang saat ini sudah menjadi suami sah nya.Nadzira terkesima melihat rumah mewah milik Zefran yang menurut nya sangat besar dan juga luas itu. "Duduk, aku ingin menjelaskan sesuatu" ucap Zefran dengan raut wajah tidak sukanyaNadzira duduk tanpa berani menatap Zefran dari dekat. "Mulai hari ini, kamu akan bekerja di rumahku sebagai pembantu selama satu tahun. Dan setelah itu kita akan bercerai, jadi jangan terlalu berharap pada pernikahan ini. Karena aku menikahimu dengan sangat-sangat terpaksa demi menjaga nama baikku" ucap Zefran penuh penekananAir mata Nadzira lolos begitu saja, Dia sendiri tidak pernah berfikir
Seusai acara, Nadzira berjalan keluar dari Masjid berniat untuk segera pulang, Nadzira khawatir jika telat Zefran tidak akan mengijinkannya untuk mengikuti acara kajian yang rencananya akan Nadzira hadiri setiap Minggu nya."Nadzira!" Panggil seseorang dari belakangMerasa namanya di panggil, Nadzira menoleh dan benar saja seseorang yang memanggil nya itu adalah orang yang teramat sangat dirindukan nya selama empat tahun ini"Rania" ucap Nadzira pelan seraya berlari memeluk sahabat yang sangat dia rindukan itu"Sejak kapan kamu kembali? Kenapa nggak ngabarin aku? Tanya Nadzira melepas pelukannya."Aku berada di Indonesia sudah seminggu yang lalu, ketika aku sampai aku segera mencari mu kerumah Tante Safira, ternyata wanita shalihah ini sudah tidak tinggal disana lagi" balas Rania menyubit pelan pipi sahabatnya ituGadis berpakaian syar'i yang sama cantiknya dengan Nadzira itu bernama Rania Syarifatul Hasna, sahabat Nadzira sejak saat mereka masih sama-sama mengenakan seragam putih abu
Darwin memperhatikan Zefran yang sedang asiknya meneguk seluruhnya minuman keras yang baru saja Ia bawa kembali, begitulah selalu Zefran. Saat bayang-bayang masa lalu itu kembali muncul, dia akan melampiaskan nya dengan mabuk-mabukan"Mau sampai kapan kamu memperlakukan Nazdira seperti itu? Bro, dia itu gadis yang baik, perlakukan lah dia sepantasnya. Apa kamu tidak merasa kasihan padanya, selama ini dia di perlakukan dengan buruk oleh keluarga nya, saat menjadi seorang istri pun kehidupan nya tidak jauh berbeda, aku rasa kau sudah tahu itu" ucap Darwin memberi sedikit nasihat pada atasannya sekaligus sahabatnya ituZefran hanya diam tidak menanggapi, hatinya kalut saat ini, sakit hati yang di alaminya sejak remaja begitu membekas di hati nya.Hari berganti begitu cepat, Nadzira di sibukkan dengan kegiatan masak nya seperti biasa, mulai saat ini Nadzira bertekad akan berusaha membuat suaminya itu jatuh cinta padanya dan juga akan berusaha merubah cara pandang nya pada setiap wanita, t
Keesokan harinya Zefran pergi keluar kota di temani oleh Darwin asisten pribadi yang selalu setia menemani nya. Rencana Zefran akan membuka cabang usahanya disana.Sedangkan Nadzira yang sudah mendapat izin dari Zefran untuk berkunjung ke rumah Tante Safira, pergi dengan ojek online yang di pesannya. Nadzira sudah sangat rindu suasana rumah tempat dia tinggal dulu dan juga rindu pada Safira Tante yang sedari kecil membesarkan nya."Apa tidak ada kerjaan lain yang bisa kamu kerjakan Khansa? Ibu capek mengerjakan segala pekerjaan rumah sendiri" Omel Safira pada Khansa yang sibuk memainkan ponselnya tanpa menghiraukan sang Ibu"Salah Ibu sendiri, udah enak Nadzira ada di rumah ini, eh, malah Ibu usir hanya karena masalah sepele" jawab Khansa sekenanya"Masalah sepele katamu? Dia sudah membuat malu Ibu Khansa, dengan susah payah Ibu membesarkan nya, malah dia membalasnya dengan cara yang menjijikkan seperti itu, dasar anak nggak tau di untung" ucap Safira dengan kesal mengingat kejadian m
Dengan perlahan Zefran membuka matanya, ternyata semalaman dia tertidur dengan memeluk Nadzira, bahkan dirinya tidak sempat membersihkan diri dan berganti pakaian."Astaga, pantas saja tanganku serasa mati rasa, ternyata wanita ini begitu nyaman berada dalam dekapan ku" ucap Zefran menarik tangan nya pelan, dan kembali menempelkan tangannya ke kening Nadzira untuk memeriksa suhu tubuhnya"Syukurlah demamnya sudah turun. Ah, aku bahkan bersusah payah merawat wanita ini, Ck!" Ujar Zefran seraya berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkanSayup-sayup suara adzan terdengar di telinga Nadzira, dia berusaha untuk membuka perlahan matanya, kepalanya masih terasa pusing bahkan tubuhnya juga lemah. Namun Nadzira tidak ingin meninggalkan kewajibannya dia tetap berusaha untuk berdiriZefran telah selesai melakukan ritual mandinya, dia keluar dengan hanya menggunakan handuk yang melilit tubuhnya Zefran terkejut saat melihat Nadzira yang sudah bangun dan berusaha untuk berjalan dengan wajahnya
Darwin dan Karin masuk masuk kedalam ruangan pesta, tepatnya di kediaman mewah Zefran yang di ubah menjadi seperti sebuah klub malam itu, yang di hiasi oleh para wanita dengan pakaian minim dan juga minuman haram."Ini siapa bro? Sejak kapan kau memperkerjakan wanita di rumah Lo, penampilan nya juga aneh, tapi lumayan cantik lah" ujar Bagas seraya mencoba untuk mendekati NadziraNadzira berjalan mundur saat Bagas terus saja mendekati nya dengan tatapan penuh nafsu, membuat Nadzira sedikit merasa takutSedangkan Zefran hanya memperhatikan saja tanpa mau menolong Nadzira, dia tidak ingin jadi bahan ejekan saat mereka tahu siapa Nadzira sebenarnya"Dia hanya seorang pembantu, berhentilah mengganggu nya, biarkan dia melanjutkan pekerjaannya, lagi pula dia tidak sebanding dengan kita, masih begitu banyak wanita cantik disini" Ucap Zafran mengibaskan tangannya pertanda meminta Nadzira untuk pergi dari ruangan ituNadzira terpaku saat mendengar Zefran tidak mengakui dirinya di hadapan para s
Zefran terbangun dari tidurnya di waktu subuh, dan segera berjalan menuju dapur untuk melegakan kerongkongan nya yang terasa kering, bahkan cacing di perutnya meminta untuk disisi di karenakan Zefran melewati waktu makan malamnya dengan sengaja hanya karena ingin menghindari Nadzira.فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْکُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ۠ fadzkuruuniii adzkurkum wasykuruu lii wa laa takfuruun"Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku."Sayup-sayup terdengar suara indah yang sudah lama tidak Ia dengar dari dalam kamar Nadzira yang pintunya tidak tertutup rapat. Seketika ada rasa damai yang di rasakan nya, seolah-olah seperti ada yang menyentuh hatinyaيٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَyaaa ayyuhalladziina aamanusta'iinuu bish-shobri wash-sholaah, innallaaha ma'ash-shoobiriin"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (k
Setelah selesai mengerjakan shalat subuh, Nadzira kembali ke kamar Zefran untuk melihat keadaan suaminya. Nadzira melihat sang suami yang masih terbaring di atas ranjang Zefran tertidur dengan sangat pulas hingga tidak menyadari kedatangan Nadzira."Apa Mas Zefran masih membenciku? Apa aku memang tidak pernah pantas menjadi istri mu? Kenapa Mas, kenapa kamu begitu tidak menyukai ku? Jika memang aku hanya menjadi penghalang bagimu untuk bersama dengan Khansa, maka aku ikhlas Mas, aku ikhlas kamu ceraikan saat ini juga" lirih Nadzira menatap sendu Zefran yang masih setia menutup matanya tanpa Nadzira sadari bahwa sedari tadi Zefran mendengar semua yang ia ucapkanNadzira memperbaiki selimut yang menutupi tubuh Zefran, Nadzira tersenyum tipis melihat wajah tampan milik suaminya itu. "Semoga kebahagiaan selalu menyertai mu Mas, meski itu tidak denganku nantinya, tapi aku akan selalu bahagia jika melihat mu bahagia, hiduplah tanpa menyimpan dendam di hatimu dan cobalah untuk memaafkan kesa
"Apa begini cara mu menghormati seorang ibu yang sudah melahirkan mu?" Tanya wanita tua itu dengan wajah yang di buat sesedih mungkin"Ck! Menghormati? Wanita sepertimu tidak pantas di hormati ataupun di jadikan sebagai seorang Ibu" ujar Zefran dengan tersenyum sinis"Cepat angkat kaki dari rumahku, sebelum kesabaranku benar-benar habis" Zefran menekan kata-katanyaWanita tua itu berjalan mendekat ke arah Zefran, tangannya berniat menyentuh wajah tampan milik pria bermata emerald itu, namun dengan cepat Zefran menepisnya"Jangan menyentuh ku dengan tangan kotormu" Zefran menepis kasar tangan wanita tua itu"Maafkan Ibu Nak, saat itu Ibu benar-benar tidak bisa hidup dengan penuh kemiskinan bersama Ayahmu, sungguh Ibu menyesal pernah meninggalkan tanggung jawab Ibu, Ibu mohon maaf" Ucap wanita tua itu dengan air mata yang sudah membasahi pipinyaNadzira yang mendengar hal itu merasa sangat terkejut, berarti wanita yang Ia suruh pergi ternyata benar adalah ibu mertuanya."Maaf? Apa denga
Sinar matahari mulai menyeruak memasuki celah jendela kamarnya, burung-burung berkicauan saling menyahut satu dengan yang lainnya, membuat pria yang berbaring di sampingnya bangun terlebih dahulu. Zefran merasakan pegal di bagian tangannya karena ternyata semalaman ia menjadi kan lengannya sebagai bantalan ternyaman bagi Nadzira, Zefran memperhatikan wajah teduh Nadzira yang sedang tidur terlelap tanpa terganggu dengan pergerakan Zefran. Cantik, satu kata itu yang melintas dalam pikirannyaZefran memilih pergi untuk membersihkan diri dan bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Nadzira mengerang. Aneh, ia merasa tidurnya sangat nyenyak bahkan rasanya berbeda dari hari-hari biasanya, Nadzira meraih benda pipih yang terletak tidak jauh dari tempat tidurnya. "Astaghfirullah, aku bangun kesiangan, pasti Pak Zefran menunggu sarapannya" ucap Nadzira bangun dari tidurnya dan segera berlari menuju dapur tanpa memperhatikan penampilannya yang masih sangat berantakanNamun karena kurangnya hati-ha
Darah segar mengalir dari sekujur tubuh Nadzira yang tergeletak di jalanan, tangan, pipi bahkan anggota tubuh yang lainnya lecet parah, akibat hantaman mobil yang benar-benar melaju dengan sangat kencang.Zefran langsung bersimpuh dan membawa kepala Nadzira dalam pangkuan nya, "Nadzira bangun, jangan tutup mata kamu kita kerumah sakit sekarang, bangun Zira, kamu harus bangun". Zefran terus saja meminta Nadzira untuk membuka matanya, padahal dia tahu sendiri bahwa wanita itu sudah memejamkan matanya Zefran ketakutan melihat kondisi Nadzira sekarangHampir 6 jam berlalu, namun belum ada tanda-tanda Dokter yang menangani Nadzira keluar, membuat Zefran semakin khawatir Zefran menunggu di depan ruangan IGD dengan di temani Darwin dan juga Karina. Mereka bertiga hanya diam membisu membuat suasana di selimuti ketegangan"Berdoalah, semoga Nadzira baik-baik saja" ujar Darwin melihat kekhawatiran di wajah Zefran"Apa aku pernah melakukan hal itu? Bahkan aku sudah lupa caranya" ucap Zefran deng
DegZefran merasa tertampar dengan semua penuturan Nadzira, gadis itu selalu saja sukses memporak-porandakan perasaan nya Zefran berdiri di balkon kamarnya dengan menikmati angin malam yang dingin tak lupa sebotol minuman haram itu kembali menemani malam nya.Berbeda dengan Nadzira di sepertiga malam itu Nadzira melawan lelah untuk beribadah, bacaan Al Qur'an nya masih kurang satu juz lagi, betapa beratnya untuk Istiqomah dalam menjaga hafalan dengan selalu memurojaahkan hafalannya. Nadzira berdiri tegap memurojaahkan hafalan Qur'an nya dalan shalat malamnya. Cukup lama ia bersujud mengutarakan segala isi hatinya pada Allah yang maha mendengar segala keluh kesahnya, dengan begitu Nadzira merasakan ketentraman dalam hati dan juga jiwanya di karenakan sebaik-baiknya tempat bercerita ialah pencipta Nya."Hanya kepada Allah aku mengadukan segala kesusahan dan kesediaan ku(QS. Yusuf 86)"Matahari bersinar terang menyambut pagi dua insan yang sedang sibuk pada urusan masing-masing, Nadzira
Sarapan telah tersedia dan juga tersusun rapi di atas meja, pagi ini Zefran sarapan di temani oleh Darwin asisten yang baru menampakkan diri setelah selesai menikmati liburannya di Bali, tanpa memikirkan pekerjaan Zefran yang menumpuk akibat ulahnya, ya meskipun Ia juga pasti butuh healing setelah sebulan penuh kerja bagaikan kuda yang tak kenal kata lelah."Pastinya penglihatan Lo udah sangat-sangat jernih sekarang, secara sudah puas melihat wanita-wanita seksi disana" ujar Zefran dengan senyum sinisnya"Oh! Sudah pasti, aku bahkan hampir lupa pulang" timpal Darwin menggoda Zefran"Dan ku pastikan akan menendang mu dari perusahaan ku" Lanjut Zefran dengan terus mengunyah sarapan dengan lauk kesukaannya itu"Masakan Nadzira memang tiada duanya, besok-besok aku akan lebih sering sarapan kesini, lumayan gratis" Ucap Darwin memuji masakan Nadzira sekaligus ingin melihat reaksi dari sahabatnya ituZefran mendengus kesal, kalau saja dirinya tidak membutuhkan Darwin sudah pasti laki-laki ya
Takdir itu milik Allah, tetapi usaha dan doa itu milik kita, teruslah berusaha, berdoa dan juga bersabar pada setiap ujian yang kita jalani semua hanya tentang waktu, tunggulah dan tolong jangan menyerah atau berubah hingga sampai Bismillahmu menjadi Alhamdulillah. Zefran mengusap kasar wajahnya, sungguh dia sendiri pun merasa bingung pada dirinya bagaimana bisa dia marah hanya karena Nadzira berniat ingin membantu nya. "Sial! Kalau wanita itu sakit hati, itu bukan urusan ku, biarlah dia tersiksa karena pilihan nya sendiri mau menikah dengan ku" monolog ZefranSementara Nadzira mencoba melupakan kejadian itu, kini dirinya sibuk membersihkan tanaman bunga yang dia rawat di pelataran rumah mewah milik Zefran dan memetik bunganya untuk dia bawa ke suatu tempat yang sudah lama tidak dia kunjungi setelah menikah dengan Zefran. Langkah kaki penuh haru sekaligus terasa berat untuk memasuki sebuah lahan sunyi yang hanya menampilkan jajaran batu nisan dengan taburan bunga di atasnya, namun me
Zefran duduk terkulai lemas di bangku kebesarannya, hari ini dia merasa sangat kelelahan padahal biasanya staminanya cukup kuat meski harus bolak-balik ke luar kota demi mengurus cabang-cabang pusat perbelanjaan yang akan dia bangun di setiap kota-kota besar yang ada di Indonesia.Zefran termenung, banyak hal yang dipikirkannya terutama tentang hubungannya dengan Nadzira yang semakin renggang. Nadzira menjadi lebih menghindarinya bahkan setelah selesai mengerjakan segala pekerjaan rumah Nadzira akan menghabiskan waktunya berdiam diri di dalam kamarnya dengan Al-Qur'an yang selalu menemaninya tak jarang Zefran mendengar Nadzira mengaji dengan suara indahnya di saat dia pulang tanpa sepengetahuan Nadzira."Astaga, apa yang terjadi dengan wajah tampan mu itu? Lihat saja sudah seperti pakaian yang tidak di setrika seminggu lamanya" Ucap Darwin yang tiba-tiba datang membuat Zefran terkejutZefran mendengus kesal melihat asisten sekaligus sahabatnya itu datang tanpa mengetuk pintu yang suda