Share

Bab 39

Author: Aura Tanjung
Camelia melepaskan sabuk pengaman, lalu mengulurkan tangan untuk mendorong pintu mobil.

Dalam sesaat, hawa panas beserta hiruk-pikuk suara kota menyusup ke dalam mobil, menciptakan kontras yang tajam dengan ketenangan di dalamnya.

Camelia menyipitkan sedikit matanya, menyesuaikan dirinya dengan cahaya yang menyilaukan sebelum akhirnya dia menuruni mobil.

Suara nyaring dari sepatu hak tinggi yang menyentuh permukaan lantai terdengar jelas. Setelah berdiri tegak, Camelia menoleh ke arah Holden. Rambut panjangnya yang hitam pekat tersapu angin sepoi-sepoi, memperlihatkan lehernya yang putih dan jenjang.

Camelia sedikit mengangguk. Sudut bibirnya melengkung tipis membentuk senyuman tipis. “Terima kasih.”

Tatapan tajam Holden tertuju pada bayangan tubuh Camelia. Setelah dia memasuki gedung, mobil Maybach hitam baru melaju pergi.

Camelia memasuki gedung. Angin sejuk di dalam gedung membuatnya terasa lebih sejuk. Dia merapikan pakaiannya sejenak, lalu berjalan ke dalam ruang kerja Agnes. Saa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 40

    Tema desain resor pemandian air panas ini tidak lagi monoton seperti gaya Jepang, melainkan menggabungkan nuansa tropis khas Asia Tenggara dan minimalis Eropa Utara.Setiap area memiliki tema uniknya sendiri, seperti "Pemandian Air Panas di Bawah Bintang", "Pemandian Air Panas di Hutan", dan "Pemandian Air Panas di Lautan Bunga".Ditambahkan juga pengalaman interaktif, seperti yoga di pemandian air panas, taman bermain air, dan lainnya.Pihak kerja sama untuk area spa juga sangat memukau. Tidak lagi terbatas pada merek dalam negeri, tetapi melibatkan beberapa merek internasional ternama, menawarkan layanan yang lebih eksklusif dan beragam.Desain area kuliner juga dibuat unik. Selain menyajikan hidangan kesehatan tradisional, ditambahkan juga masakan khas lokal demi memenuhi selera berbagai wisatawan.Fasilitas di area penginapan telah ditingkatkan dengan teknologi kecerdasan buatan. Setiap kamar dilengkapi dengan sistem kontrol kecerdasan buatan yang dapat menyesuaikan pencahayaan, su

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 41

    “Pak Levin, aku … aku benar-benar nggak menyangka gadis itu akan ….” Steven berusaha untuk menelan air liurnya. Suaranya terdengar sangat gemetar. “Dia … sekarang dia sudah berbeda dengan saat baru datang ke perusahaan!”“Berbeda? Kenapa bisa berbeda? Coba kamu katakan dengan jelas!” Levin langsung menyela omongan Steven dengan nada meremehkan.“Sebelumnya bukannya kamu bilang kamu sudah mempermainkannya? Sekarang kamu malah nggak bisa mengatasi seorang wanita? Apa gunanya aku membayarmu?” Rasa takut semakin memenuhi hati Steven. Dia menjelaskan dengan gemetar, “Pak Levin, dia … sekarang dia berubah menjadi sangat hebat. Aku … aku sudah bukan lawannya lagi.”Steven menjelaskan masalah tadi pagi dengan menambahkan bumbu. Intinya, dia menegaskan bagaimana Camelia membantingnya ke lantai, lalu bagaimana Camelia mempermalukannya di kantor.“Dibanting?” Terdengar rasa tidak percaya dari suara Levin. “Kamu seorang cowok malah dibanting sama seorang cewek?” Sepertinya Levin telah mendengar l

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 42

    Suara rendah Holden terdengar dari ujung telepon. Terdengar sedikit rasa letih dan tawa di dalam suaranya.Camelia menghentikan gerakan tangannya, lalu melihat jam di ujung kanan bawah layar komputer.“Apa kamu nggak sibuk hari ini? Kenapa kamu ada waktu untuk menjemputku?”Camelia mengeklik folder lain dengan mouse, lalu segera melihat isi dokumen.“Aku sudah merencanakannya dari awal.” Suara Holden terdengar lembut. “Belakangan ini banyak orang jahat. Aku mengkhawatirkanmu. Nggak aman untuk pulang sendiri.”Hati Camelia terasa hangat. Dia spontan mengusap daun telinganya. Ujung bibirnya spontan melengkung ke atas. “Aku masih harus lembur. Kamu tunggu sebentar, ya. Proposal ini untuk dipakai esok hari.”“Kalau begitu, aku akan naik untuk temani kamu.” Usai berbicara, Holden langsung mengakhiri panggilan.“Jangan ….” Camelia ingin segera menghalanginya. Namun belum sempat dia menyelesaikan omongannya, suara nada sibuk sudah terdengar di telinganya.Camelia menggenggam ponselnya dan ter

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 43

    Camelia mengambil roti, lalu menggigit dengan perlahan. Aroma wangi gandum berpadu dengan rasa manis yang ringan itu langsung menyingkirkan rasa capek saat lembur.Tatapan Holden terfokus pada diri Camelia. Tatapannya sangatlah lembut. Dia pun tersenyum tipis.Sisa cahaya matahari sore memancar ke dalam jendela kaca. Cahaya keemasan membalut wajahnya yang tegas, semakin menonjolkan ketampanannya.Dari tubuh Holden, terpancar aroma lembut parfum bercampur dengan harum kopi yang pekat, yang mana memberikan sensasi menenangkan. Bahu lebar dengan postur tubuh tegap. Setiap detailnya memancarkan pesona seorang pria dewasa.“Kamu beli di bawah?” Camelia menelan roti sembari mengangkat kepalanya untuk menatap Holden. Nada bicaranya terdengar sedikit kaget.Holden mengangguk. Terlintas sedikit rasa lembut di dalam tatapan tajamnya.“Tadinya aku ingin langsung ke atas, tapi aku lihat masih ada beberapa orang yang lagi lembur. Aku takut kamu akan merasa canggung. Jadi, aku pun turun untuk membe

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 44

    Camelia bersandar di bangkunya. “Sudah semalam ini, mau ke mana lagi?”“Ada teman yang membuka sebuah sirkuit balapan mobil di pegunungan. Gimana kalau kita pergi ke sana?” Holden memutar setir mobilnya. “Pemandangan malam di sana sangat indah. Kita juga bisa melihat pemandangan malam seluruh kota di sana.”Camelia terbengong sejenak. Terlintas kilauan gembira di dalam matanya. “Balapan? Serius?” Camelia langsung duduk dengan tegak. “Saat aku kuliah dulu, aku sering main balap mobil bersama temanku. Tapi setelah bekerja, aku pun sudah jarang main lagi.”“Kebetulan malam ini kamu bisa merasakan kembali perasaan waktu itu,” ucap Holden sembari menaikkan kecepatan mobilnya.Mobil melaju ke area balapan di pegunungan.Angin malam bertiup masuk melalui jendela mobil yang setengah terbuka, membawa aroma sejuk dari pegunungan, menghilangkan kelelahan yang menyelimuti mereka sepanjang hari.Tidak lama kemudian, mobil Maybach hitam berhenti di area parkir sirkuit balap di puncak gunung.Pintu m

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 45

    Camelia yang kliyengan itu bersandar di tubuh Holden. Napas hangat mengembus ke bagian leher Holden. Samar-samar tercium aroma alkohol juga. Dia mengangkat tangannya, lalu menoel-noel dada Camelia dengan lembut, lalu jari tangannya berputar-putar di atas kemeja Holden.“Holden, kamu … kenapa kamu tinggi sekali?”Tatapan Holden sangat dalam. Jakunnya bergerak. Suaranya terdengar rendah. “Kamu sudah mabuk.”“Aku nggak mabuk!” gumam Camelia dengan tidak puas. Tangannya melingkari leher Holden. Sekujur tubuhnya menggantung di atas tubuh Holden. “Aku sadar sekali! Aku cuma … merasa kamu ganteng banget.”Camelia mengangkat kepalanya untuk menatap Holden. Matanya agak memerah lantaran mabuk. Saat ini, dia kelihatan sangat manja.Holden merasa hatinya membara, seolah-olah ada aliran arus listrik yang mengalir di seluruh tubuhnya. Dia berusaha untuk menekan perasaannya, lalu berkata dengan nada tenang, “Jangan beronar lagi. Aku akan papah kamu ke dalam.”Holden merangkul pinggang Camelia, lalu

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 46

    Keesokan paginya, Camelia dibangunkan oleh jam alarm. Dia mengucek matanya, lalu meraba ke ujung ranjang, tetapi dia menyadari tidak ada apa-apa di sana.Holden tidak pulang semalaman.Tatapan Camelia dipenuhi dengan emosi yang sulit ditebak. Dia mengesampingkan selimut, melangkah turun dari tempat tidur dengan kaki telanjang, lalu berjalan menuju lemari pakaian.Tanpa banyak berpikir, Camelia mengambil sebuah sweater rajut berwarna krim dan celana kulot hitam, lalu mengenakannya. Setelah selesai membasuh tubuh dan sarapan seadanya, dia buru-buru keluar rumah.Setibanya di kantor, Camelia duduk di depan mejanya, menyalakan komputer, dan mulai mengerjakan pekerjaannya. Namun, tidak peduli seberapa keras Camelia berusaha, dia tetap tidak bisa memfokuskan perhatiannya.Di dalam benaknya terus terbayang ekspresi dingin saat Holden mengangkat telepon semalam dan juga bayangan punggung buru-buru itu. Camelia pergi menyeduh kopi untuk dirinya sendiri. Akhirnya dia baru mulai segar, lalu kemba

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 47

    Usai mendengar, raut wajah Camelia langsung berubah dingin. Dia menatap Levin dengan tatapan tajam. “Levin, jaga mulutmu! Masalahku nggak ada hubungannya sama kamu. Kamu juga nggak berhak untuk mengatur hidupku.”Levin tertegun dengan balas Camelia. Namun, dalam seketika, dia kembali bersikap arogan. “Kemampuan? Camelia, memangnya kamu punya kemampuan apa? Sekarang kamu itu bukan apa-apa! Setelah meninggalkanku, kamu hanyalah orang yang nggak berguna!”Ketika mendengar ucapan menusuk telinga itu, hati Camelia juga tidak terlalu bergejolak. Dia sudah menyadari betapa munafik dan arogan si Levin. Dia pernah mengira Levin adalah penyelamat dan cahayanya. Namun pada akhirnya, Levin hanya menganggapnya sebagai mainan yang bisa dikendalikan setiap saat.“Levin.” Camelia berbicara dengan tenang dan perlahan, “Tiga tahun lalu, aku memang buta, makanya aku bisa menyukaimu. Sekarang aku sudah sadar. Kamu sudah bukan apa-apa bagiku. Aku, Camelia, bukan orang yang bisa kamu hina sesuka hatimu.”Se

Latest chapter

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 86

    Camelia memang seperti ini.Sepanjang perjalanan, tatapan Camelia tidak tertuju pada diri Holden. Holden memperhatikan bahwa Camelia sedang tidak fokus. Dia pun bertanya dengan penasaran, “Bella, bukannya kamu bilang aku tampan?”Usai mendengar, daun telinga indah Camelia spontan memerah. Dia kepikiran lagi dengan rasa canggung yang dirasakan ketika di Grup Wardana. Ditambah lagi, Camelia hanya sembarangan bicara saja. Kenapa Holden terus mengungkitnya?Tatapan Camelia ketika menatap Holden kelihatan gusar. “Meskipun kamu tampan, bukannya aku pernah menidurimu? Setelah dilihat-lihat, ya begitu saja. Aku juga sudah bosan,” kata Camelia dengan asal-asalan. Usai mendengar, Holden menghentikan langkah kakinya. Dia menatap Camelia dengan ekspresi bingung. Camelia masih belum menyadarinya. Dia terus melangkah maju sembari bergumam dalam hati. Dia paling benci orang yang suka mengungkit masalah canggungnya.Camelia berjalan ke depan mobil. Saat ini, dia baru menyadari orang yang mengikuti

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 85

    Tadinya Camelia tidak merasakan apa-apa. Bagaimanapun, ada ruang yang sangat besar di sekitar Holden.Hanya saja, setelah ucapannya tadi dilontarkan, Camelia merasa ada mata yang sedang mengamati mereka dari sekitar.“Terserah, jangan tanya aku lagi.” Camelia hanya ingin melarikan diri dari tempat ini.Sementara, orang-orang yang berada di samping Simon sedang membahas masalah ini.“Apa? Dia itu istrinya Pak Holden?”“Sudah pasti. Bos kita mau masak buat dia, tanyain dia lagi mau makan apa.”“Eh, ternyata Pak Holden bisa masak.”“Astaga. Tadinya aku merasa presdir yang tampan dan sulit untuk didekati itu nggak akan turun ke dunia fana. Tidak disangka dia bukan hanya turun ke dunia fana, bahkan bertemu dengan dewi.“Aku ingin tahu. Sebenarnya Tuhan tutup pintu Pak Presdir yang mana?”Orang-orang di sekitar seolah-olah sedang sibuk bekerja. Sebenarnya mereka sedang menyaksikan pertunjukan dan menguping pembicaraan.Mereka semua fokus pada diri Camelia dan Holden.Camelia yang berada di s

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 84

    Ucapan itu membuat semua orang merasa sangat tenang.Banyak orang melihat ke arah Camelia. Semuanya menunjukkan rasa kagum kepadanya.Tampaknya kali ini, Grup Winston memang memiliki pegangan yang kuat.Orang yang mereka utus kali ini benar-benar tahu bagaimana berbicara dan bertindak dengan tepat.Camelia memperhatikan tatapan semua orang. Dia hanya mengangguk dengan tersenyum saja. Dia mengerti betapa mengerikan dunia bisnis.Ketika berhadapan dengan orang-orang seperti ini, hanya perlu berhubungan secara formalitas saja dan memberi hormat saja. Jangan menambah musuh dan juga menyinggung musuh.Saat Camelia keluar, dia melihat Holden sedang menunggunya di luar.“Kamu sudah selesai sibuknya?”“Iya, sudah nggak ada urusan lagi.” Gerakan Holden sangat alami ketika mengambil tas dari tangan Camelia.Camelia hanya tertegun sejenak. Ketika melihatnya, dia juga tidak berkata apa-apa. Jika ada yang membantu mengambil tasnya secara gratis, kenapa tidak?Hanya saja, Camelia melihat sekeliling.

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 83

    Camelia juga tidak berkata lain lagi.Saat menyadari ada begitu banyak orang di perusahaan yang sedang melihat mereka, Camelia juga tidak membicarakan masalah itu lagi.“Kalau begitu, kamu pergi sibuk sana. Aku masih ada urusan di sini.”Sambil berbicara, Camelia mengibaskan dokumen di tangan, mengisyaratkan dirinya datang untuk mengantar sesuatu.Holden menatap tatapan tajam gadis di depannya. Dia tidak kelihatan arogan dan semena-mena seperti biasanya, melainkan kelihatan agak serius.“Oke, semangat,” ucap Holden dengan berlagak acuh tak acuh. “Bella begitu serius. Apa pun yang kamu lakukan pasti akan berhasil.”Camelia bertatapan dengan mata hitam pria itu. Dia merasa ada makna tersirat di dalam ucapan Holden, tetapi dia juga tidak bisa mendeskripsikannya. Dia kepikiran dengan masalah marga “Lukasa” itu.Camelia menurunkan kelopak matanya. Bulu mata panjangnya menutupi tatapan di dalam matanya.Sudahlah, meskipun keluarganya Holden bergelimang harta, sepertinya dia juga hanyalah kel

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 82

    Iya, Camelia datang untuk mengantar dokumen.Proyek dengan Grup Wardana paling penting. Masalah lain urusan belakangan. Camelia mesti bisa membedakan mana yang penting dan tidak.Lagi pula, tadi Camelia hanya melirik sekilas saja. Dia sendiri juga ragu, mungkin dia salah lihat.Hanya saja, apa mungkin Camelia akan salah mengenali wajah Holden?Dalam seketika, Camelia tiba-tiba kepikiran pengelola Grup Wardana juga bermarga Lukasa. Dia memiliki marga yang sama dengan Holden.Ketika kepikiran hal ini, Camelia menyipitkan mata indahnya. Dia merasa ada banyak kebetulan dalam masalah ini.Camelia kepikiran lagi, sebelumnya Holden mengeluarkan uang banyak dalam acara ulang tahun ibunya dan vas giok asli itu.Bahkan Carlos telah mengeluarkan uang banyak, tapi dia hanya membeli yang palsu saja. Dapat diketahui betapa mahalnya vas giok asli itu.Meskipun Camelia tahu latar belakang Keluarga Lukasa tidak sederhana, jarang ada yang bersikap begitu royal.Camelia sedang menuju ke ruang rapat lanta

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 81

    Awalnya mereka mengira Nona Kedua Keluarga Winston datang ke perusahaan untuk belajar dari dasar hanyalah formalitas belaka.Sejak lahir, anak-anak dari keluarga konglomerat seperti mereka sudah hidup dengan bergelimang kemewahan, ditambah dengan harta keluarga yang melimpah, biasanya bekerja di kantor hanyalah kedok belaka.Siapa sangka, Camelia sama sekali berbeda dari apa yang dibayangkan manajer proyek dan yang lainnya. Bahkan bisa dikatakan bahwa Camelia benar-benar telah mengubah pandangan mereka.Jarang sekali ada anak orang kaya yang serius seperti Camelia.Camelia berasal dari keluarga kaya. Sebenarnya dia bisa bekerja asal-asalan di Grup Winston. Hanya saja, keseriusan Camelia membuat manajer proyek mengalihkan pandangannya.Bukan hanya itu saja, Camelia juga sangat serius dan memperlakukan orang-orang dengan hangat.Saat kepikiran hal itu, tatapan manajer proyek ketika melihat Camelia semakin semangat saja.Camelia tidak peduli dengan pandangan orang lain. Dia merasa dia han

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 80

    Saat melihat wajah itu, Camelia sama sekali tidak bisa menolak ....“Oke. Aku mengerti.”Holden seketika tersenyum dan senyumannya itu juga mencapai matanya. “Nyonya Camelia, kutunggu pesanmu, ya.”Camelia mengiakannya, lalu berjalan memasuki perusahaan. Holden tidak berhenti menatap punggung Camelia. Setelah sosok itu menghilang dari pandangannya, dia baru melaju pergi.Ketika berada di perusahaan, sikap Camelia sepenuhnya berbeda. Dia mengenakan setelan jas pas badan yang berwarna muda, rambutnya diikat dan memperlihatkan dahinya yang halus dan mulus.Camelia yang berdandan tipis terlihat makin cantik dan berkelas. Dia juga memancarkan aura kaum elite di tempat kerja. Ketika ada yang menyapanya, dia akan mengangguk dan tersenyum tipis. Tidak ada seorang pun yang tidak memuji dan dikejutkan oleh penampilannya.Begitu tiba di mejanya, Camelia langsung mengerjakan tugas yang diberikan Naldo kemarin dan menggabungkannya dengan data yang diambilnya dari kediaman Keluarga Winston. Sebuah

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 79

    “Kamu berpikir kejauhan. Aku cuma terlalu sibuk akhir-akhir ini.” Camelia tidak ingin menatap wajah Holden. Dia pun melanjutkan, “Cepat lepaskan aku. Aku mau pergi mandi.”Holden tidak ingin melepaskan Camelia. Dia mengamati wajah Camelia dengan serius dan merasa Camelia sedang menyembunyikan sesuatu. Namun, Camelia tidak bersedia mengatakannya. Dia juga tidak tahu harus bagaimana.Holden mengangkat alisnya untuk sejenak dan masih ingin lanjut bertanya. Dia tidak ingin hubungannya dengan Camelia menjadi setegang ini. Jelas-jelas, hubungan mereka sebelumnya sangat baik. Dia merasa Camelia pasti sudah salah paham mengenai sesuatu.“Bella, aku nggak mau ada salah paham di antara kita.” Holden membenamkan kepalanya di leher Camelia dan lanjut berkata, “Jadi, kalau ada apa-apa, kamu boleh langsung ngomong sama aku.”Suara pria itu sangat rendah, lembut, dan merdu bagaikan suara bas selo yang memikat. Jantung Camelia pun berdegup tidak karuan. Namun, setelah teringat Holden yang langsung pe

  • Cinta pada Pandangan Pertama   Bab 78

    Tiffany juga bukanlah orang yang terima untuk ditindas.Carlos seketika terkejut. Untuk saat ini, dia masih sangat puas terhadap Tiffany. Keluarganya juga selalu memuji Tiffany dan sangat puas terhadapnya. Meskipun Tiffany tidak secantik Camelia, dia juga adalah seorang putri keluarga terpandang di Kota Mindu. Hal ini membuat Carlos sangat bangga. Dia tentu saja tidak rela untuk melepaskan Tiffany.Setelah memikirkan hal ini, Carlos pun menahan pundak Tiffany dan menghibur dengan nada lembut, “Fany, Camelia yang merayuku. Yang kucintai selama ini cuma kamu. Jangan asal bicara lagi. Kita sudah tunangan. Aku mau bersamamu selamanya. Dalam hatiku, cuma ada kamu.”Tiffany menarik napas dalam-dalam. “Oke, anggap saja aku kasih kamu kesempatan. Gimana kamu akan menjelaskannya pada Ibu? Camelia sudah putar rekaman suara itu, dia nggak akan tertipu semudah itu.”Setelah mengingat ekspresi bangga Camelia, raut wajah Carlos pun menjadi kelam. “Jangan khawatir, aku akan menjelaskan semuanya pada

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status