Share

5. Bertemu leo

Penulis: Nainamira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Leo menjemput Mira di stasiun, dengan memakai pakaian casual, lelaki itu tampak lebih macho dari yang dilihat Mira enam bulan yang lalu. Tubuhnya yang tinggi nampak begitu menjulang di hadapan Mira, wajahnya dihiasi jenggot tipis dan sedikit cambang menambah aura maskulinnya begitu kentara.

"Hai, Kakak Ipar! Bagaimana perjalananmu?" 

sapa lelaki itu dengan wajah gembira.

"Hai ...." 

Mira merasa canggung dengan lelaki di hadapannya, rasa gugup terlihat jelas di matanya, bagaimana tidak? Dia baru sekali bertemu dengan adik suaminya, maaf ralat, mungkin sudah menjadi mantan suaminya saat ini. Berkomunikasi jarak jauh lewat sambungan Vidio call juga cuma sekali ketika Hendri mengabarkan kehamilannya dengan gembira, selanjutnya hanya menelponnya ketika dia berencana untuk pergi dari sisi Hendri. 

Mira hanya tahu jika lelaki ini selalu melanjutkan studi, belum pernah menginjak dunia kerja, tetapi sering melakukan berbagai penelitian di dunia sains dan teknologi, wajar saja jika diusianya ke 26 tahun ini dia sudah mengambil program doktoral. Leo memang tampak cedas dan pembawaannya sedikit kalem, terlihat low profile berbanding terbalik dengan Hendri yang temperamen dan sedikit angkuh.

"Em, Leo ... Panggil namaku saja, aku bukan lagi kakak iparmu," ujar Mira.

"Aku selalu memanggilmu demikian, rasanya aku gak bisa memanggilmu dengan sebutan lain. Oh ya, bagaimana kabar keponakanku?"

Mira mengernyit mendengar perkataan lelaki itu, namun untuk sesaat dia tersenyum dengan canggung menanggapinya.

"Oh, dia baru dua bulan di sini, aku juga belum tahu bagaimana kabarnya di dalam sini."

Mira menunjuk perutnya membuat Leo tertawa lepas, memperlihatkan sederetan gigi seputih pualam. Sejenak Mira terpana melihat ketampanan lelaki di hadapannya itu hingga pikirannya mengelana, sayang sekali, mungkin saja jika dia  bertemu Leo lebih dulu sebelum ketemu Hendri, Mira akan jatuh cinta dengan pria tampan ini.

"Maksudku, apakah kondisi kandunganmu baik-baik saja selama melakukan perjalanan?" ujar Leo masih ada sisa senyuman di bibirnya.

"Oh, aku baik-baik saja." Semburat merah terlihat di pipi Mira, dia merasa konyol dengan jawabannya tadi.

"Syukurlah, aku sudah menyewakan sebuah apartemen untuk tempat tinggalmu, masih satu gedung dengan tempat tinggalmu. Ayo kita ke sana," ujar Leo sambil meraih tas ransel di bahu Mira.

"Baiklah." 

Mira tidak membawa barang yang banyak untuk kepergiannya ini, hanya lima stel pakaian yang di masukkan ke tas ransel, itupun dua pasang baju dan sebuah jaket dia beli di Kota Moscow. Dia tentu saja tidak sempat mengepak baju, karena kepergiannya yang mendadak, selain itu semua pakaian dan barang-barangnya masih berada di rumah kediamannya bersama Hendri. Mira tentu tidak akan mengambil resiko untuk bertemu dengan lelaki itu, kepergiaannya ini benar-benar minggat dari rumah.

Mendengar Leo telah menyewakan apartemen untuknya sendiri, Mira merasa lega dan tenang. Dia tentu saja keberatan tinggal serumah dengan pria yang bukan mahramnya, akan menimbulkan fitnah. Tiap hari bertemu dan berinteraksi dengan pria setampan dan selembut Leo tentu saja bisa menimbulkan gesekan hati suatu hari nanti, tidak menutup kemungkinan mereka akan saling jatuh cinta. Mira tidak ingin hal itu terjadi, jatuh cinta dengan mantan adik iparnya? Rasanya itu sangat tidak etis. Sejak bertemu dengan Hendri, rasanya hati Mira sudah habis di rampas lelaki itu, melihat lelaki setampan Leo hatinya biasa-biasa saja, tidak menimbulkan gejolak apapun.

"Kenapa tasmu begitu ringan, apakah kau hanya membawa pakaian sedikit?" Leo akhirnya menyadari dengan bawaannya, mereka berjalan kaki menuju halte bus.

"Ya, aku tentu saja tidak sempat mengepak barang. Kau kan tahu aku kabur," jawab Mira.

"Tidak perlu kuatir, kita akan berbelanja baju yang cukup untukmu besok."

"Baiklah ...."

Akhirnya mereka sampai di sebuah apartemen yang berada di gedung lantai dua, Mira mengamati semua kondisi apartemen, terdapat tiga buah kamar, ruang tamu, ruang keluarga dan dapur. Tiap kamar memiliki kamar mandi sendiri, apartemen ini sudah siap huni, karena sudah dilengkapi segala macam furniture.

"Apertemen ini tertalu besar untuk aku yang hidup sendirian," kata Mira.

"Nantikan enam bulan lagi kau tidak tinggal sendirian lagi, akan ada anggota keluarga baru yang akan hadir," ujar Leo.

"Dia hanya seorang bayi, tentu aku akan kerepotan membersihkan rumah ini," keluh Mira. 

"Tenang saja, nanti aku akan mencari seorang pembantu part time untuk membersihkan rumah dan beres-beres, kau jangan capek-capek, jaga saja keponakanku."

"Baiklah, terima kasih. Ngomong-ngomong, di mana apartemenmu?" tanya Mira 

"Tepat di depan apartemenmu, jadi jika ada apa-apa denganmu, aku bisa sigap menolongmu." Sudut bibir Leo melengkung.

Mira menghela napas berat, di depan apartemennya? Apa maksudnya itu? Biarpun tidak serumah mereka akan menjadi tetangga dekat. Ah, ambil sisi positifnya saja, seperti yang Leo katakan, agar dia menjadi paman siaga buat kepanakannya. 

"Sekarang istirahatlah, besok banyak barang yang akan kita beli, semua keperluanmu, kau bebas memilih barang dan pakaian yang kau suka, tidak usah sungkan. Besok aku akan menjemputmu setelah pulang dari kampus, untuk makan malam ini aku akan memesankan makanan, aku ada kelas penelitian hingga larut malam nanti," kata Leo.

"Em, Leo ... Sebaiknya, aku besok belanja sendiri, maksudku memakai uangku sendiri, aku memiliki uang yang cukup. Kau cukup menemaniku dan menunjukkan di mana saja tempatnya," kata Mira sungkan.

"Kakak Ipar, sebaiknya kau simpan saja uangmu untuk masa depan, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Kau tidak perlu memikirkan biaya hidupmu di sini, aku tidak melakukan apapun, hanya menggantikan tanggung jawab kakakku yang tidak melakukannya. Kau tidak perlu memikirkannya, sebagai bagian dari keluarga Kusuma, aku akan bertanggung jawab karena kau ibu dari keponakanku." Leo menatap Mira dengan serius, dan berlalu meninggalkannya.

Mira hanya menatap punggung lelaki itu tanpa mengucapkan satu katapun. Tanggung jawab? Itu sebuah kata yang agung di benak Mira, dia pernah merasakan seseorang yang memiliki rasa itu beberapa bulan lalu. Hendri dulu seorang yang gentleman dan bertanggung jawab, setiap ucapan janji dari mulutnya selalu berusaha lelaki itu penuhi. Hari itu Hendri berjanji akan menikahinya di depan ayah Mira yang tengah terbaring sakit dan besok janji itu dia wujudkan, di depan ayahnya yang tengah di rawat di rumah sakit, lelaki itu mengucapkan ijab qobul.

"Aku ingin ayahmu tenang, karena putrinya satu-satunya sudah ada yang menjaga dan bertanggung jawab terhadap hidupnya," ujar lelaki itu setelah Mira menanyakan kenapa Hendri harus buru-buru menikahinya.

Mendengar itu, hati wanita mana yang tidak tersentuh, hati Mira bahkan meleleh, lelaki itu bukan hanya peduli padanya tapi juga pada ayahnya. Padahal awal bertemu lelaki itu benar-benar seperti balok es, acuh dan dingin. Namun siapa sangka, setelah jatuh cinta dengan Mira, Hendri menjadi lelaki dengan kepribadian sehangat mentari pagi.

Mira kembali meneteskan air mata jika mengingat lelaki yang selalu  memeluknya ketika tidur selama lima bulan yang lalu, entah racun apa yang perempuan itu berikan padanya hingga sikapnya berbanding seratus delapan puluh derajat. 

"Edi, apakah kau mendengar dengan jelas perkataan wanita itu?" tanya Mira sesaat setelah pertemuannya dengan Sarah 

"Ya, Bu. Saya mendengarnya," jawab Edi sambil menyetir mobil.

"Apa kau percaya guna-guna? Pelet? Sepertinya perempuan jalang itu menghipnotis Mas Hendri, membuatnya menjadi membenciku," ujar Mira gusar.

"Kita orang Indonesia, Bu. Bukannya hal-hal klenik dan mistik masih berkembang di sini?" 

"Rasanya aku tidak percaya, seorang psikolog yang brilian seperti dia, seorang yang sepertinya relistis dalam berpikir, bisa melakukan semua ini," sudut mata Mira berkedut, dia tak malu lagi menangis sesenggukan di depan Edi 

"Sabar, Bu. Ini hanya menyangkut personal, bukan profesi. Menurut orang-orang seperti itu semua halal demi cinta, harta dan tahta."

Tangis Mira menjadi-jadi mengingat itu semua, bahkan tubuhnya limbung ke lantai, disenderkan bahunya ke sofa, wajahnya menelungkup di kedua tangannya yang dilipat. Tak ada gunanya lagi diselali, dia sendiri yang dengan suka rela meninggalkan pria yang dicintainya hingga ke aliran darah, walaupun menahan sakit dan derita, demi melihat laki-laki itu tetap hidup, dia rela walau raganya hancur sekalipun. Ini hanya perpisahan raga, Mira merasa akan baik-baik saja.

Bab terkait

  • Cinta di hati suamiku   6. Teringat senyum Hendri

    Hari itu Mira benar-benar kelelahan, sehingga dia memutuskan istirahat seharian di apartemennya, padahal dia rencananya akan berbelanja pakaian bersama Leo. Kondisinya yang sedang hamil muda membuatnya sering muntah dan tidak enak badan. "Sebaiknya kau istirahat saja, biarkan aku saja yang membelikan pakaian dan keperluanmu," ujar Leo setelah melihat kondisi Mira."Tidak perlu, Leo. Nanti merepotkan mu. Setelah aku sembuh, aku akan membeli semua keperluanku." Mira merasa sungkan selalu merepotkan pria ini."Sebaiknya mulai sekarang kau tidak usah mengatakan seperti itu, karena berani datang padaku, kau harus menerima resikonya, kau harus menerima semua pemberianku dan menerima jika aku mengatur semua kebutuhanmu," ujar Leo dengan arogan.Mira mengatupkan bibirnya mendengar perkataan lelaki itu, dia melihat sisi lain dari seorang Leo. Jika seperti ini, Leo tampak mirip dengan Hendri, apakah semua pria di keluarga Kusuma selalu bersikap demikian? Ya, mungkin saja, Meraka kan memiliki g

  • Cinta di hati suamiku   7. Awal pertemuan

    Sarah datang lagi mengunjungi Hendri di kantornya, tidak ada yang bisa menghentikannya. Walaupun ketika Mira masih di sini, wanita itu akan bebas melenggang menemui Hendri di kantornya. Sudah menjadi rahasia umum bagi karyawan di kantor Hendriyanto jika Sarah mutlak menjadi penyebab keretakan rumah tangga bosnya. Para karyawan di kantor ini telah menjadi saksi bagaimana kisah cinta antara bos dan karyawan ini, bagaimana bos mereka mengejar Mira dengan menyingkirkan rasa malu dan meruntuhkan keegoannya.Awal pertemuan mereka sebenarnya bencana yang tidak disengaja bagi Mira. Sudah satu tahun menganggur setelah lulus kuliah, dan berjibaku mencari kerja, mengesampingkan rasa malu setiap saudara atau tetangga akan menanyakan, kerja di mana? Berpendidikan tinggi-tinggi akhirnya nganggur juga. Pada awalnya Mira tidak menggubris cemoohan yang tertuju padanya, namun sejak ayahnya mengidap penyakit gagal ginjal, Mira terpacu mencari kerja menggantikan ayahnya mencari nafkah. Hari itu Mira be

  • Cinta di hati suamiku   8. Kesombongan Hendriyanto

    Mira berkunjung ke apartemen Leo di sore hari. Tujuannya sebenarnya mencari bibi Marni, dia selalu merasa pusing, sehingga tidak selera makan. Dia ingin bibi Marni memijit punggungnya yang sakit. Leo tidak masalah jika Mira selalu berkunjung, lelaki itu justru gembira dengan kedatangannya. Saat Mira berkunjung ternyata Leo sedang makan malam sendirian. Melihat apartemen Leo, Mira begitu terpukau, ternyata ruangannya lebih luas dari apartemennya, memiliki tiga kamar namun dua kamar berada di ruang atas. Di bawah tangga dijadikan rak buku yang berjajar rapi, membuat Mira benar-benar terkesan, Leo memang seorang pembelajar yang pintar."Apartemenmu ternyata tingkat, ya?" seru Mira membuka obrolan di ruang makan."Ya," jawab Leo singkat sambil menyuap makanan."Aku akan sering ke mari untuk membaca semua koleksi bukumu, ada buku-buku novel tidak?" tanya Mira antusias."Sayangnya tidak, buku itu semua buku non fiksi," ujar Leo."Dari buku sebanyak ini gak ada buku novel? Ah, sayang sekali

  • Cinta di hati suamiku   9. Sahabat baru

    Tiga bulan sudah Mira berada di negeri Adolf Hitler ini, musim gugur telah tiba, membuat daun maple berserak di setiap sudut jalan. Mira sedikit was-was karena nanti dia akan melahirkan ketika musim dingin datang. Dia sudah menyiapkan sebuah nama untuk putrinya kelak yang berhubungan dengan musim dingin. Salju, winter, mantel? Mira tersenyum geli jika membayangkan itu semua, tetapi jika mengingat Leo ada di sini, rasa cemasnya sedikit berkurang.Malam hari Mira akan mengajak Leo makan malam bersama, makan masakan rumahan yang dibuat Bibi Marni sudah cukup, dia juga tidak tahan dengan udara dingin di luar."Kau akan pergi?" tanya Mira setelah melihat Leo sudah bersiap dengan mantel abu-abunya dan mengenakan sepatu kulit."Ya.""Padahal aku ingin makan malam bersamamu," keluh Mira."Kalau begitu ikutlah denganku, di sana juga ada acara makan-makan," ajak Leo."Acara apa? Memangnya boleh ngajak orang lain?""Terbuka untuk umum. Sebaiknya segera pakailah mantelmu, jangan lupa memakai syal

  • Cinta di hati suamiku   10. Makan malam bersaman

    Hubungan Mira dan Zahira semakin berkembang dan akrab. Mira sudah berbagi semua masalah pada Zahira, tidak ada yang perlu ditutupinya lagi. Berbagi masalah dengan seorang sahabat membuatnya begitu lega, Zahira begitu perhatian sehingga hari-hari Mira lebih bahagia dan semangat. Leo sudah mendaftarkan Mira di program Megister, minggu depan Mira sudah bersiap mengikuti perkuliahan. Mira dan Zahira selalu menghabiskan waktu di akhir pekan atau saat-saat tertentu. Mengingat jarak flat Zahira dan apartemen Mira yang agak jauh, Mira segera menemui Leo pada sore hari. "Leo, aku meminta ijin agar Zahira dapat tinggal bersamaku, aku butuh seorang teman, lagipupa apartemenku memiliki dua kamar kosong. Boleh ya?" "Apakah kau bahagia jika Zahira bersamamu?" "Tentu saja, Zahira sahabat yang baik, dia juga wanita yang cerdas, dia bisa menularkan energi positif untukku," jawab Mira. "Baiklah, yang penting kau senang." Mira bahagia sekali, dia segera memberitahu Zahira, awalnya Zahira meno

  • Cinta di hati suamiku   11. Kau cantik

    Zachary selesai menyerahkan proposal desertasinya kepada profesor Zigler. Di lorong kampus dia bertemu Leo, lelaki itu tampak tampan dengan mantel abu-abu silver. Segera Zachary menghampiri Leo."Assalamualaikum, Brother.""Walaikumsalam, Ustaz Zachary.""Bagaimana, jadi ikut kajian nanti malam? Syekh Salman nanti yang akan mengisi materinya," ujar Zachary mensejajari langkah Leo."Insyaallah, Ustaz. Kenapa bukan Ustaz yang mengisi kajiannya?" "Saya tidak bisa datang awal, saya ada penelitian, saya akan mengisi kajian besok sore untuk para akhwat," ucap Zachary.Leo sekarang sedang semangat mengikuti kajian. Dia juga sering bertemu dan mengajak diskusi Zachary seputar keagamaan terutama ilmu fiqih dan muamalah. Sebagai lulusan magister ilmu kajian Dakwah universitas Madinah, Zachary memiliki kapasitas ilmu yang mumpuni."Ustaz, aku memiliki kasus, apakah kau bisa membantuku?" ucap Leo."Tentu, jika bisa aku pasti membantumu.""Sepupuku seorang pria di Jakarta, memiliki kakak laki-l

  • Cinta di hati suamiku   12. Wanita kuat

    Sepulang berbelanja, hati Mira menjadi murung. Zahira sengaja membuatkan susu hamil sebelum mereka beranjak untuk istirahat. Awalnya Mira tidak selera untuk meminumnya, namun setelah dibujuk Zahira dengan alasan anak dalam kandungannya dia meminumnya."Zahira, tidurlah bersamaku. Suasana hatiku sedang tidak baik." Zahira dengan senang hati mengabulkan permintaan Mira. Dia tidak akan mengabaikan temannya dalam kondisi hamil dan lemah. Zahira tahu, temannya itu tidak baik-baik saja. Siapa yang akan baik, dalam kondisi hamil diabaikan oleh suaminya."Ayo tidurlah, hari sudah malam," kata Zahira setelah melihat Mira tidak juga memejamkan mata, padahal malam sudah begitu larut."Aku tidak bisa tidur Zahira, akhir-akhir ini banyak kejadian yang mengingatkan aku pada Hendri." Mira menghembuskan napasnya kasar."Untuk apa lagi kau mengingat laki-laki brengsek itu, sudahlah lupakan dia. Kau mengingatnya sampai tidak bisa tidur, di sana lelaki itu setiap malam tidur di pelukan wanita lain. Kua

  • Cinta di hati suamiku   13. Menolak sentuhan

    Hendriyanto pulang bekerja sudah jam sepuluh malam, akhir-akhir ini dia menjadi workaholic, dia tidak memikirkan hal lain selain kerja, kerja dan kerja. Sesampai di rumah, dia dikejutkan kehadiran Sarah yang menunggunya di sofa ruang tamu, senyuman Sarah yang begitu menggoda membuat Hendriyanto tertegun, dia sudah beberapa Minggu tidak menemui wanita itu."Baru pulang, Mas?" sapa Sarah dengan suara yang menggoda, dia menyingsingkan gaun malamnya yang sebatas lutut."Kau, ke sini? Kenapa bisa masuk?" tanya Hendriyanto keheranan."Mas Hendri ... Aku sudah menjadi kekasihmu kembali sudah setengah tahun, kau dengan suka rela memberi kode akses apartemenmu, masak kau lupa," ucap Sarah sambil menghampiri Hendriyanto yang tengah melepaskan jasnya, wanita itu membantunya."Oya, kapan? Aku kok gak ingat," ujar Hendriyanto masih merasa heran.Sarah hanya mendengus lemah, dia juga membantu Hendriyanto melepaskan dasi dan sepatu lelaki itu, dia tidak menanggapi ucapan Hendriyanto, Sarah menyadari

Bab terbaru

  • Cinta di hati suamiku    37. Gejala apa ini?

    Edi menemani Hendriyanto ke dokter Pamungkas, klinik mereka ada di lantai satu, Edi memang selalu mengikuti Hendriyanto kontrol, karena segala jenis surat menyurat dan tagihan rumah sakit Edi yang mengurusnya. Ketika mereka selesai pemeriksaan, dokter mengambil sperma Hendriyanto dan akan mengeceknya di labolatorium, hasil kemarin tidak ada masalah pada kesuburan lelaki itu, tetapi kenapa kejantanannya tidak bisa ereksi? Ketika keluar dari ruang dokter, tidak sengaja melihat Mira yang akan menuju ke kasir pembayaran, mata Mira memicing menatap lelaki yang masih jadi suaminya itu keluar dari ruang praktek dokter andrologi. Hendri yang melihat Mira tentu mendengus kesal, dari tadi ditungguin kenapa wanita ini malah berada di sini. Ditelpon tidak diangkat, di kirimi pesan juga tidak dibalas, boro-boro dibalas, dibaca saja tidak. "Mas Hendri, kenapa kau keluar dari ruang praktek dokter andrologi? Apa anu-mu bermasalah?" Wajah Hendri langsung menegang mendengar pertanyaan Mira, sedangk

  • Cinta di hati suamiku   36. Ke dokter andrologi

    Sementara Hendriyanto sudah semangat empat lima ingin menjemput Mira. Dia memarkirkan kendaraannya di tempat Mira tadi memarkirkan mobilnya. Namun Hendriyanto tidak melihat keberadaan mobil wanita itu, apakah sudah dibawa oleh temannya? Waktu sudah menunjukkan jam satu lewat lima belas menit, tetapi tidak ada tanda-tanda kedatangan wanita yang ditunggunya. Hendriyanto keluar dari mobil, berdiri mondar-mandir dengan gelisah. Apakah wanita itu sengaja mangkir dari pertemuannya? Hendriyanto menunggu selama sepuluh menit lagi, tetapi masih juga Mira tidak muncul, lelaki itu semakin tidak sabar. Lelaki itu langsung saja berjalan menuju ke kantor dosen, untuk mencari Mira. Sampai di kantor dosen, Hendriyanto bertanya pada seseorang yang ditemuinya, orang itu menunjukkan di mana letak kantor Mira, ketika dia menuju kantor Mira, di lorong dia bertemu dengan Jovan, Hendriyanto hapal betul jika lelaki itu bersama Mira waktu pesta itu. "Maaf, permisi ... Apa anda kenal Mirayanti, dosen di sini

  • Cinta di hati suamiku   35. Menunggu

    "Halo, Cantik. Bagaimana keadaanmu sekarang?" sapa dokter itu dengan ramah. Mira menoleh ke sumber suara, tetapi matanya membelalak melihat siapa yang datang."Hasbi?" "Astaga! Mira?"Dokter Hasbi juga terkejut melihat teman lamanya berada di hadapannya, empat tahun tidak bertemu, tentu saja Hasbi sangat penasaran dengan kabar temannya yang dia bantu melarikan diri dari suaminya."Mira, jadi ini anakmu yang itu?" Hasbi mendekati Mira dengan senyum mengembang."Iya, yang kau bantu dulu.""Ternyata waktu cepat sekali berlalu, kau sudah besar, Nak." Hasbi mengelus kepala Winter yang kini dibalut oleh kain kasa."Halo, Sayang. Om ini teman Mama kamu, namamu Winter, bukan?" sapa Hasbi pada anak kecil di hadapannya."Jadi Om dokter temannya Mama Wintel?""Iya, senang banget melihatmu tumbuh besar dan sehat seperti ini.""Tapi aku cekalang lagi gak sehat, Om? Ini kepala aku cakit," ujar Winter membuat Hasbi tertawa, benar juga dia kan lagi sakit."Mira, bagaimana kabar kamu? Setelah melari

  • Cinta di hati suamiku   34. Winter masuk rumah sakit

    "Siapa Winter?" Hendri memang sungguh kepo dengan anak itu, bagaimanapun dia sudah melihat anak itu tadi, sikapnya yang terkesan dingin kepada Mira sesungguhnya hanya menutupi perasaannya yang menggebu dan penasaran dengan kehidupan istrinya sekarang ini. "Itu ... Winter, Winter itu anaknya Zahira. Zahira temanku satu rumah, kami sudah tinggal serumah sejak di Jerman, dia sudah seperti saudariku sendiri." "Oh? Ya, sudah. Nanti kita jemput bersama, bye ... Sampai jumpa nanti siang." Mira hanya terperangah melihat lelaki itu berlalu dari parkiran dengan berjalan tegap. Bahunya yang lebar dan tubuhnya yang jangkung sungguh mempesona terlihat dari belakang, kulitnya yang dulu putih, kini terlihat kecoklatan, justru menambah aura maskulin lelaki itu. Mira tersenyum licik, yah ... Begitu terus Hendri, memang tujuanku begitu. 'Aku harus bersikap sok jual mahal terus, kalau perlu judes dan acuh tak acuh, agar dia semakin penasaran. Kalau perlu kupanasi dengan jalan dengan lelaki lain, j

  • Cinta di hati suamiku   33. Membuntuti Mira

    Pagi-pagi sekali Hendriyanto sudah memarkirkan mobilnya di pinggir jalan di dekat rumah Mira, dari pinggir jalan ini, tampak dengan jelas pintu gerbang rumah istri pertamanya itu. Hendriyanto tidak perlu susah payah mencari keberadaan rumah Mira, cukup memerintah Edi maka semua urusan beres, memang sekretaris sekaligus asisten pribadinya itu dapat diandalkan untuk semua tugas yang dia perintahkan, baik itu kantor ataupun tugas diluar pekerjaannya.Waktu baru menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit, memang masih terlalu pagi, tetapi Hendri tidak ingin terlewat untuk melihat wanita itu keluar dari rumahnya. Pukul tujuh tepat pagar rumah bercat putih dan abu-abu itu terbuka, sebuah mobil Innova yang terparkir di garasi-pun sudah menyala. Hendriyanto duduk tegak dari duduk bersandarnya, mengamati dengan konsentrasi, dengan siapa Mira hidup di rumah ini? Dia tidak ingin langsung bertamu jika belum menyelidiki, tidak lucu jika ternyata Mira tinggal bersama laki-laki lain dan dia berk

  • Cinta di hati suamiku   32. Memutuskan pergi dari rumah

    Apa yang menimpa Waluyo tidak jauh berbeda dengan yang tengah dialami Hendriyanto sekarang. Semua pikiran lelaki itu tercurah sepenuhnya pada Mira, wanita yang dia nikahi empat tahun yang lalu. Selama ini Hendriyanto menganggap bahwa Mira bukanlah wanita yang dia cintai, sepenuhnya cintanya hanya untuk Sarah, tetapi ketika dia bertemu kembali dengan wanita itu setelah begitu lama tidak bertemu, kenapa perasaannya jadi tidak karu-karuan begini? Apakah ada yang salah? Perasaan marah, cemburu, rindu campur aduk menjadi satu. Melihat Mira memakai gaun yang sepenuhnya tertutup bahkan kepalanya juga tertutup justru membuat Hendriyanto terpesona, padahal tidak terlihat seksi sama sekali, tetapi aura Mira yang elegan seperti seorang ratu Inggris itulah yang membuat Hendriyanto terpikat dengan sangat dalam. 'Benarkah aku membenci Mira selama ini? Apakah tidak ada perasaan cinta secuilpun untuk wanita itu? Kenapa perasaanku seperti ini?' banyak pertanyaan yang bersemayam di benak lelaki itu.

  • Cinta di hati suamiku   31. Hanya seorang keparat

    Hendriyanto tidak lama menghadiri acara pesta Leo, setelah dia memberi kata sambutan tentang kerjasama universitas dengan perusahaan yang tengah dirintisnya, dia segera mengajak Sarah pulang, Waluyo dan pasangannya juga ikut pulang, tetapi Darmawan masih betah di suasana pesta tersebut. Hendriyanto dan Waluyo memang sama sekali tidak senang di pesta tersebut, alasannya sudah pasti tentang wanita masa lalu mereka yang datang juga ke pesta itu yang keihatannya tampak begitu bahagia, apakah wanita-wanita itu sudah melupakan mereka? Atau bahkan sudah menghapus nama mereka di hatinya? Hendriyanto dan Waluyo Hadi sama saja orangnya, seorang lelaki dewasa yang memiliki ego yang tinggi. Kedua lelaki itu merasa sangat tidak nyaman jika wanita yang dulu begitu mencintainya sekarang malah tidak menganggapnya ada, harusnya dia yang membuang wanita-wanita itu, kenapa sekarang mereka berdua yang merasa dibuang? Di buang? Itu sesuatu yang sangat hina, mereka benar-benar merasa terhina. Waluyo me

  • Cinta di hati suamiku   30. Mengejar dengan elegan

    Mira memasuki aula acara dengan linglung, tungkainya terasa lemas dan pikirannya menjadi kacau. Wajahnya memerah antara menahan amarah dan hasrat terpendam. Setelah mencapai mejanya, dia melihat Leo sudah duduk di sana, sebelahnya duduk dengan manis kakak seniornya Jovan. "Darimana saja kau? Ke toilet kok lama sekali?" tanya Zahira kuatir."Mira! Apakah tasmu ketemu? Aku sudah menunggumu lama," seru Jovan yang merasa senang melihat wanita incerannya, matanya nampak berbinar."Iya, ada kok. Aku hanya turun ke lobi sebentar, kepalaku tiba-tiba sakit," jawab Mira sambil memijit kepalanya."Apakah kepalamu masih sakit? Kalau begitu kita pulang saja agar kau bisa istirahat," kata Leo sangat kuatir."Ah, tidak usah Leo, ini adalah acaramu, tidak baik kau meninggalkan tamu-tamumu. Aku baik-baik saja," ujar Mira dipaksakan tersenyum."Ah, iya. Gimana kalau kamu pulang duluan diantar Jovan? Bagaimana Jovan?" seru Leo.Bagai mendapat durian runtuh, tubuh Jovan bahkan menegak, wajahnya bertamba

  • Cinta di hati suamiku   29. Ciuman panas

    "Kau pergi sudah bertahun-tahun, apakah kau tidak merindukan suamimu?" Suara Hendriyanto terdengar parau.Mira menenguk salivanya, mendengar perkataan Hendri membuat tenggorokannya terasa kering. Bagaimana dia bisa menjawab pertanyaan itu? Lelaki ini tidak tahu saja setiap malam Mira selalu menangis dalam diam merindukannya hingga mati rasa. Tetapi mana mungkin Mira akan mengakuinya, dia harus menguatkan diri demi harga dirinya. "Kemana kau pergi selama ini? Kau menghilang seperti ditelan bumi."Mira tersentak menatap manik mata lelaki yang berjarak begitu dekat dengannya, tatapan mata itu? Mira dulu pernah melihat tatapan seperti itu dari lelaki itu, mungkinkah?"Apa pedulimu, aku pergi ke mana? Bukankah ini yang kau mau? Agar aku pergi menjauh darimu? Aku sudah tidak bisa melahirkan anakmu, untuk apa aku masih bertahan disini? Untuk kau siksa? Atau untuk kau hina?"Mira sudah cukup meradang,lelaki dihadapannya benar-benar tidak tahu malu,apakah dia lupa apa yang telah dia perbuat d

DMCA.com Protection Status