Alis Hendro berkerut, dia mengalihkan pandangannya dari dokumen ke arah Sutinah, "Ke mana dia pergi?""Udin kabur ke Keluarga Cladia. Selain itu, Pak Alex mengundang 36 media di Kota Livia untuk adakan konferensi pers. Pada konferensi pers, mereka bakal tuduh Nyonya Muda melakukan kekerasan dan menelantarkan ayah angkatnya."Hendro mengatupkan bibirnya, 'Apa yang mau Alex lakukan lagi?'"Kalian nggak becus banget sih? Gimana Udin yang sudah cacat bisa kabur?"Sutinah berkeringat dingin saat melihat CEO-nya kehilangan kesabaran. "Pak, ini...""Aku yang minta Sutinah melakukannya," ucap Wenny.Hendro menatap Wenny, "Kamu?"Wenny mengangguk, "Aku sengaja minta Sutinah bebaskan Udin."Tatapan mata Hendro menjadi suram. "Kenapa kamu lakukan ini? Mereka berencana adakan konferensi pers, bajingan itu mau menjeratmu selamanya. Aku akan kirim orang untuk bawa Udin kembali dari Keluarga Cladia, konferensi pers juga akan dibatalkan. Semuanya akan berjalan seperti tidak terjadi apa-apa, tidak seor
"Nggak!" Wenny langsung menyangkal, "Aku nggak bersama Pak Hendro tadi malam!"Mendengar penyangkalannya, Hendro mencibir dalam hati. ‘Dia takut banget Steve tahu kalau kita bersama tadi malam, dia memang pintar membohongi pria.’'Dasar pembohong!'Steve memandang Hendro, "Hendro, kenapa kamu nggak bicara?"Wajah tampan Hendro tidak menunjukkan emosi. "Bukankah dia sudah bilang?"‘Semua terserah padanya.'Wenny agak malu, "Pak Hendro, Pak Steve, kalian lanjut ngobrol, aku pergi dulu."Wenny pergi.Steve mendatangi Hendro dan berkata dengan kesal, "Hendro, lain kali kamu harus lebih bijaksana."Hendro melirik Steve dengan bingung."Lain kali ketika aku bersama Wenny, kamu harus cari alasan untuk pergi, agar kami ada kesempatan berduaan, mengerti?"Hendro merasa tak berdaya.'Ini kantorku, kenapa malah aku yang harus pergi?'Hendro berkata dengan nada buruk, "Kalau gitu, kalian bisa pergi saja.""Hendro, apa sikapmu ini? Aku ini sahabatmu, sahabatmu sedang kejar cewek, bukankah harusnya
“Aku korbankan segalanya demi sekolahkan dia, kujual semua yang kumiliki demi biayai dia ke kota besar. Sekarang, dia malah tidak akui aku lagi. Dia merasa aku permalukan dia. Aku malah disuruh kembali ke kampung… ”Udin menangis terus hingga dirinya hampir percaya dengan kata-katanya sendiri. Aktingnya memang bagus sekali.Para reporter terus meliput. Kisah seorang putri angkat yang mencampakkan ayah angkatnya di kampung adalah berita sosial yang menarik perhatian. Mereka tentu ingin jadi yang pertama untuk mengeksposnya.Reporter-reporter merasa iba terhadap Udin. Mereka pun mulai mengecam Wenny, “Kenapa si Wenny jahat banget sih?”“Sebelumnya aku tidak percaya ada orang yang terlahir dengan hati jahat, sampai kehadiran Wenny!”Alex menyerahkan tisu pada Udin, lalu berkata dengan gusar, “Hari ini kami adakan konferensi pers demi membongkar wajah asli Wenny. Karena sampai saat ini, masih ada banyak orang yang tidak tahu sosok asli Wenny. Jangan harap dia bisa campakkan ayah angkatnya
Semua orang di dalam acara konferensi merasa murka. Mereka semua menyalahkan Wenny.Tatapan Hendro kelihatan dingin. Dia merasa Wenny pantas menerima semua ini. Apa dia tidak tahu ada jebakan besar di sini? Dia malah berani datang sendiri.“Sial!” maki Steve dengan suara rendah. Dia hendak melangkah maju untuk melindungi Wenny. Namun, langkah seseorang lebih cepat daripada dirinya. Hendro yang berada di samping duluan melangkah maju.Steve terdiam. ‘Hei, di mana matamu? Kenapa kamu nggak pengertian, sih?’Hanya saja, pada saat ini, situasi yang tadinya ricuh tiba-tiba berubah menjadi hening. Hendro melihat Wenny yang sedang dikepung mengangkat sepasang kelopak matanya yang jernih itu. Wenny memang diam-diam mengamati orang-orang di sekitarnya dengan tatapan tenang, tetapi auranya terasa kuat. Semua orang yang tersapu oleh pandangannya langsung terdiam.Hendro menghentikan langkahnya. Ini pertama kalinya dia melihat Wenny yang seperti ini.Semua orang terkejut ketika melihat Wenny. Mere
Kedua mata Udin terbelalak lebar. Dia sudah mengetahuinya. Saat ini, dia baru tahu, ternyata Wenny adalah orang pertama yang dapat kabar Udin dibebaskan dari penjara. Wenny selalu menunggunya.Mereka semua mengira Wenny tidak akan mengekspos masa kecil suram. Gimanapun, reputasi seorang anak perempuan sangatlah penting. Kenyataannya, Wenny memang tidak mengatakannya. Dia tidak memberi tahu Lisa dan juga tidak memberi tahu Hendro. Ketika Udin minta uang, Wenny pun memberinya. Udin bahkan dengan gampangnya memukul Wenny hingga pingsan dan menculiknya, seolah-olah Wenny memang diusik olehnya.Namun, kenyataannya tidak seperti itu. Selama ini, Wenny sengaja melakukannya. Dia sedang berpura-pura. Dia memasang sebuah alat perekam kecil di tubuhnya. Boleh dikatakan, masalah Udin meminta uang 20 miliar dan juga masalah hendak melecehkannya di dalam gua, semua ada dalam dugaan Wenny.Wenny menggunakan “sikap patuhnya” untuk memupuk rasa serakah Udin, juga menggunakan “kesabarannya” untuk memba
Mereka berdua kalah telak dalam acara konferensi pers kali ini.Landy segera berkata, “Wenny, maaf, tadi Ibu sudah salah paham sama kamu. Kamu dengarkan penjelasan Ibu. Ibu nggak tahu apa-apa ….”Wenny menatap Landy. “Apa benar kamu nggak tahu apa-apa?”Pada saat ini, polisi berjalan maju, lalu berkata pada Landy, “Landy, selama masa pelarian Udin, kamu menyembunyikan dan melindungi tindak kriminal. Kami mencurigai kamu bersekongkol dengan Udin. Sekarang mohon ikut kami untuk melakukan pemeriksaan.”Dua orang polisi langsung menangkap Landy.Kepala Landy berdengung. Dia teringat waktu itu dia memang menampung Udin di saat dia melarikan diri.Landy menatap Wenny dengan syok. “Ternyata ulahmu?”Wenny yang menyuruh Sutinah untuk melepaskan Udin. Sejak awal, Wenny sudah menduga Udin pasti akan melarikan diri ke Kediaman Keluarga Cladia.Wenny menatap Landy dengan raut lugu, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku nggak ngerti apa yang kamu katakan. Ibu, kamu nggak usah jelaskan sama aku. Kamu
Alex masih berpihak pada Hana. Hana pun merasa lebih tenang.…Acara konferensi pers telah berakhir. Hendro kembali ke mobil mewah Rolls-Royce-nya. Dia berpesan kepada Sutinah yang duduk di depan dengan suara rendah dan magnetisnya, “Beri tahu awak media, aku tidak mau kabar tentang Wenny tersebar luas.”Sutinah membalas dengan suara rendah, “Mengenai hal ini, Pak Hendro harap tenang. Tadi beberapa reporter wanita sudah menghapus semua foto dan rekaman Bu Wenny. Mereka tidak akan menyiarkan masalah Bu Wenny.”Hendro tersenyum tipis. “Dia memang pintar dalam menghasut hati orang-orang.”Sutinah berkata dengan tulus, “Bu Wenny benar-benar sangat pemberani.”Hendro mengangkat alisnya. Iya, dia memang sangat pemberani. Hendro mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang. “Halo, Paman.”Pamannya Hendro adalah rektor dari Universitas Cestana. Dia sangat terobsesi dengan dunia medis dan selalu dihormati di mana pun dengan sebutan Pak Angga.Terdengar suara Angga. “Hendro, jarang bange
Mereka semua meneguk alkohol hingga tidak bersisa.Pada saat ini, televisi di ruangan VIP sedang menyiarkan sebuah berita. Pembawa acara membawa mic sembari melaporkan, “Hari ini kami menangkap seorang pelaku kriminal pelecehan anak di bawah umur dan percobaan pemerkosaan. Kami juga menangkap sekongkolannya.”Di dalam gambar, Udin yang menutup kepalanya dengan kain hitam dibawa ke dalam mobil polisi. Disusul, Landy juga dibawa keluar.Ketiga pria itu tidak kenal dengan Udin, tetapi mereka kenal dengan Landy. Mereka pun merasa syok. “Pak Andy, kenapa tersangka itu kelihatannya seperti istrimu?”‘Apa?’Tangan Andy yang sedang menuang alkohol menjadi terkaku. Dia memalingkan kepalanya melihat ke sisi televisi. Ternyata benar, itu Landy.Raut wajah Andy langsung berubah. Dia pun tertegun di tempat.Pembawa acara mengambil mic sembari berbicara, “Kalau mau bicara soal penjilat paling ahli, aku yang jarang-jarang kagum dengan orang, malah kagum sama tersangka ini. Padahal sudah setua ini, d
Wenny melangkahkan kakinya hendak berjalan ke depan.Hanya saja, pada saat ini, terdengar suara dering ponsel. Pengacara Jimmy sedang meneleponnya.“Halo, Nona Wenny, ada sedikit masalah di kantor polisi. Kamu segera kemari!”Hati Wenny langsung berdetak kencang. Apa yang terjadi dengan Fany?Wenny langsung membalikkan tubuhnya dan berlari pergi.…Saat Wenny bergegas ke kantor polisi, Jimmy segera menghampirinya. “Nona Wenny.”“Ada apa dengan Fany?”Suara Wenny berhenti karena dia melihat sesosok bayangan tubuh yang familier baginya. Mona telah datang.Hari ini Mona juga mengenakan pakaian bermerek. Selebritas terkenal keluar dengan membawa sekelompok orang. Hari ini bertambah lagi dua orang pengacara di belakangnya.Mona berjalan ke hadapan Wenny, lalu berkata dengan tersenyum, “Wenny, dengar-dengar kamu datang buat jamin Fany. Jangan harap kamu bisa jamin dia. Sahabat baikmu akan tinggal di dalam sana selamanya. Dia nggak akan keluar lagi untuk selamanya.”Jimmy berkata dengan suara
“Cukup! Jangan bicara lagi!” sela Wenny. Dia tidak ingin mendengarnya.Sedikit pun Wenny tidak ingin mendengarnya.Hendro tersenyum dingin. Dia malah ingin Wenny mendengarnya. Dia ingin Wenny ingat semua itu karena Wenny yang menolaknya.Wenny menolaknya, jadi Hendro pun memberikannya pada teman kampusnya!Hendro melepaskan Wenny, lalu berkata dengan suara dingin, “Oke, kalau mau cerai, kita cerai saja. Kita cerai saja besok. Kalau bukan karena Nenek, sudah lama aku ingin campakkan kamu dari status istriku. Ada begitu banyak wanita antre di luar sana!”Hati Wenny terasa sangat sakit. Dia mengepal jari tangan putihnya, lalu berkata dengan mata merah, “Kalau gitu, kita ketemu di kantor catatan sipil jam sembilan pagi besok.”Usai berbicara, Wenny langsung meninggalkan tempat tanpa menoleh sama sekali.Hendro melirik bayangan tubuh langsing Wenny dengan raut dingin. Kalau gitu, cerai saja.Hendro memang ingin putus hubungan dengannya.Pernikahannya dengan Wenny memang sudah seharusnya ber
Wajah tampan Hendro langsung berubah dingin. Dia masih ingat masalah Wenny mengonsumsi pil kontrasepsi demi Steve. Selama ini, dia tidak menghubungi Wenny karena ingin menjauh dari Wenny dan memutuskan hubungan. Namun, hari ini Wenny berinisiatif untuk makan di rumah lama. Hendro mengira dia ingin melembutkan sikapnya, alhasil apa yang dia katakan? Dia berkata, Hendro, aku mau cerai sama kamu.Dia bahkan berkata, sehari pun dia tidak bisa menunggu lagi.Apa Wenny merasa Hendro terlalu baik padanya?Hendro menatap Wenny dengan tatapan dingin. Dia mengulurkan tangannya untuk meraih lengan Wenny. “Wenny, apa malam ini kamu pulang buat pancing emosiku ya?”Wenny spontan mencampakkan tangan Hendro. “Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!”‘Apa katanya?’Wenny menengadah wajah kecilnya untuk bertatapan dengan tatapan dingin Hendro, lalu berkata dengan tegas, “Hendro, kamu benar-benar kotor!”Saking kotornya, Wenny tidak sanggup untuk menerimanya.Urat hijau di kening Hendro mulai menonjo
Hendro melirik Mona yang berada di sisinya sekilas. “Turun.”Hendro menyuruh Mona untuk menuruni mobil.Dia hendak meninggalkan Mona di tengah jalan.Begitu Mona menuruni mobil, mobil mewah langsung melaju pergi, meninggalkan asap knalpot mobil di wajahnya.Mona merasa marah hingga mengentakkan kakinya.…Wenny sudah tiba di rumah lama Keluarga Jamil. Dia sedang duduk di ruang tamu sembari menemani Bu Lisa mengobrol.Tidak lama kemudian, pintu rumah lama terbuka. Angin dingin di luar sana membaluti tubuh anggun dan tegak yang berjalan ke dalam rumah. Hendro telah pulang. Pelayan wanita menyapa dengan hormat, “Tuan.”Hendro mengganti sepatunya di depan rak, lalu melangkah ke dalam ruang tamu. Dia pun melihat Wenny.Setelah di UKS waktu itu, mereka berdua tidak bertemu lagi. Wenny semakin kurus dan lemah saja. Wajah mungilnya yang secantik dewi, kini terlihat semakin dingin dan anggun.Wenny baru saja keluar dari kampus. Dia masih mengenakan seragam kuliahnya dengan kemeja putih, rok ko
Wenny mengalihkan pandangannya dan menggeleng. “Yuvi, aku baik-baik saja.”Wenny mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi telepon rumah lama Keluarga Jamil.Bu Lisa merasa sangat gembira. “Wenny, akhirnya kamu bersedia telepon Nenek. Nenek kangen sekali sama kamu ….”Wenny mengangkat kelopak matanya, lalu melihat bayangan mobil mewah itu. “Nenek, malam ini aku nggak ada kelas. Aku bisa temani kamu makan malam di rumah.”“Bagus sekali. Kebetulan malam ini Hendro juga pulang. Nenek tunggu kepulanganmu.”“Oke.”Setelah panggilan ditutup, Wenny melihat ke sisi Yuvi. “Yuvi, aku mesti pulang ke rumah lama.”“Oke, kamu temani Bu Lisa makan malam sana.”Wenny menatap Yuvi. “Bukan, aku pergi untuk cari tahu siapa sebenarnya sugar daddy di belakang Mona.”‘Apa?’Yuvi terbengong.…Mobil mewah edisi panjang Rolls-Royce melaju kencang di jalan raya. Sutinah mengendarai mobil di depan, sedangkan Mona duduk di baris belakang. Dia sedang menatap pria di sampingnya.Hendro mengenakan setelan jas hitam
Tadi, Wenny sudah mencoba suhu airnya. Air itu hanya hangat dan sama sekali tidak panas.Tatapan mata Wenny yang jernih perlahan menatap wajah Mona. "Kamu sengaja tuduh Fany, sebenarnya targetmu dari awal adalah aku, 'kan?"Mona malah mengangkat bahu sambil tersenyum santai. "Ya."Yuvi yang berdiri di samping benar-benar dibuat kesal. "Mona, kamu gila ya? Selama ini, Wenny selalu menganggapmu sebagai teman. Apa kamu lupa waktu di Hotel Gosan, siapa yang nekat datang menyelamatkanmu setelah kamu dibawa paksa sama Pak Melvin? Nggak masalah kalau kamu menjauhi kami setelah sukses, tapi kamu malah balas kebaikan Wenny dengan kejahatan? Apa kamu masih punya hati nurani?"Mona sama sekali tidak merasa bersalah. Dia malah membalas sambil tersenyum sinis, "Akhirnya kalian jujur juga. Selama ini, sebenarnya kalian cuma iri sama aku. Kalian iri karena aku punya pacar yang kaya raya. Kalian iri karena aku bisa jadi artis terkenal."Iri?Yuvi sampai kehabisan kata. "Kalau berani, coba sebut nama p
Fany dibawa ke kantor polisi?Ekspresi Wenny langsung berubah setelah mendengar kabar itu. Dia segera menutup telepon, lalu berkata pada Yuvi, "Yuvi, aku harus pergi ke kantor polisi.""Wenny, aku ikut kamu."....Di kantor polisi, Wenny dan Yuvi akhirnya bertemu dengan Fany yang kini sedang ditahan di ruang tahanan. Wenny menggenggam sepasang tangan Fany yang terasa dingin. "Fany, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa sampai ditahan di sini?"Wajah Fany terlihat pucat dan linglung. "Wenny, ini semua ada hubungannya sama Mona si artis terkenal itu."Kemudian, Fany menceritakan semuanya dari awal, "Tadi, Nona Mona datang ke Ella untuk sesi pemotretan majalah. Dalam prosesnya dia perlu pakai sling pengaman, tapi ternyata talinya sudah dipotong duluan. Saat sesi pemotretan berlangsung, talinya putus dan dia langsung jatuh. Waktu itu, Nona Mona tiba-tiba menunjukku di hadapan semua orang. Dia bilang, dia lihat aku potong tali itu dengan mata kepalanya sendiri. Akhirnya, polisi data
Mona langsung menghentikan langkahnya. "Wenny, Yuvi, kebetulan banget. Kalian juga di sini."Wenny dan Yuvi berniat melangkah mendekati Mona.Namun, para pengawal berbaju hitam langsung berdiri di depan mereka. "Berhenti!"Mona pun melambaikan tangan, lalu berucap sambil tersenyum, "Nggak apa-apa, mereka ini teman kuliahku."Begitu mendengar ucapan Mona, para pengawal pun segera mundur. Wenny dan Yuvi baru bisa melangkah maju dan berdiri di depan Mona."Mona, kamu sudah jadi artis terkenal?" Yuvi menatap ke arah Mona.Mona mengangkat alis, lalu menjawab santai, "Ya, aku sudah punya pacar. Pacarku yang membantuku jadi artis terkenal.""Pacar? Mona, kamu sudah pacaran? Kenapa sebelumnya kami nggak pernah dengar kamu punya pacar?"Mona tersenyum sangat manis. "Pacarku ganteng dan kaya raja. Dia juga sayang banget padaku."Sambil berkata begitu, Mona melangkah lebih dekat. Dia meraih tangan kecil Wenny sambil berujar, "Wenny, sekarang hidupku sangat bahagia. Kamu pasti ikut senang, 'kan? K
Wenny berbaring membelakangi Hendro, sementara pria itu duduk di tepi ranjang. Keduanya seperti sepasang suami istri yang baru saja bertengkar.Hendro mengepalkan tangannya. Setelah terdiam cukup lama, dia akhirnya mengucapkan satu kata, "Oke."Setelah itu, Hendro bangkit dan pergi.Dia benar-benar pergi.Air mata yang sejak tadi coba Wenny tahan kembali jatuh tanpa bisa dikendalikan. Dia menarik selimut, lalu menutup rapat wajah mungilnya yang sudah penuh air mata di baliknya. Tidak ada yang perlu dianggap serius. Lagi pula, mereka hanya melakukannya sekali. Berhubung Hendro tidak menyukainya, anggap saja semalam dirinya telah digigit anjing.Akan tetapi, hati Wenny tetap terasa sangat sakit.Wenny tahu betul, dia masih mencintai Hendro.Dia masih sangat mencintai pria itu.....Setelah hari itu, Wenny dan Hendro tidak pernah lagi saling menghubungi. Selama beberapa waktu terakhir, orang yang paling sering menjadi perbincangan adalah Mona.Mona tiba-tiba mengikuti sebuah program varie