Hendro sudah keluar sejak tadi, dia mendengar suara pesan Fany.Wenny tercengang.Pikirannya menjadi kosong, dia langsung berdiri dan berkata, "Pak Hendro, tolong dengarkan penjelasanku... "Wenny terlalu panik hingga ponselnya jatuh ke ranjang.Suara Fany segera terdengar, “Sosok tubuh Pak Hendro begitu bagus, pasti punya otot perut. Lagi pula, jari tangannya panjang, kudengar kalau pria dengan jari tangan panjang sangat hebat di atas ranjang. Wenny, gaskan! Tiduri Pak Hendro malam ini!”Wenny yang baru saja ingin menjelaskan langsung kehabisan kata-kata.'Aku ingin sekali membenturkan kepala ke dinding!''Tolong!' Awalnya, dia dan Fany sedang mengobrol dengan serius, tetapi siapa sangka pembicaraan Fany malah semakin tidak masuk akal dan tidak senonoh.Suasananya menjadi canggung sekali.Wenny menatap pria di pintu kamar mandi sambil tersenyum, "Kamu sudah dengar ‘kan, kata-kata ini diucapkan oleh Fany, bukan aku."Di saat seperti ini, sebaiknya mengkhianati sahabat.Hendro baru saja
Namun, suara di kamar sebelah terus berlanjut dan semakin keras, 'Gimana bisa tidur?'Hendro mengangkat tangannya, sendi-sendinya yang kuat mengetuk dinding dua kali.Kebisingan dari sebelah langsung mereda.Hendro memejamkan matanya.Namun, dia tidak ngantuk sama sekali, tubuhnya mulai gelisah di lingkungan seperti itu. Wenny sedang tidur di sampingnya, tubuhnya lembut dan harum. Pikirannya kembali ke malam itu saat mereka berada di kamar tidur utama Vila Cempaka, ketika Hendro menekannya ke dinding dan menahan tangannya dengan paksa...Pada saat ini, suara dari sebelah terdengar lagi.Hendro membuka matanya dengan kesal, lalu duduk, menyingkap selimut dan turun dari ranjang.Namun, ada tangan kecil yang meraih lengan bajunya.Hendro menoleh, Wenny menjulurkan kepalanya dari balik selimut. Dia bersembunyi di dalam, wajahnya yang tanpa riasan mulai memerah, matanya jernih dan begitu polos hingga membuat orang ingin menggigitnya.Wenny menariknya dan bertanya dengan cemas, "Ke mana kamu
Wenny terus memanggilnya.Suara yang merdu itu telah menarik perhatian pemuda di sebelah dan membuatnya menoleh lagi.Wenny selalu menarik perhatian orang.Hendro hanya bisa kembali dengan wajah muram.Wenny sudah naik ke ranjang. Hendro menatapnya dengan kesal, "Ngapain panggil terus?"Wenny merasa tak berdaya, 'Aku sudah berbaik hati!'"Aku mandi air dingin dulu," ucap Hendro dan masuk ke kamar mandi.Beberapa menit kemudian, dia keluar dan menaiki ranjang.Wenny dan Hendro berbaring di ranjang tanpa berkata apa-apa. Terdengar suara dari kamar sebelah, tawa menggoda antara pria dan wanita, suaranya sangat pelan, tetapi mereka berdua bisa mendengarnya dengan jelas.Lagi-lagi Hendro ingin mandi air dingin, dia hendak mengangkat selimutnya.Namun, saat ini, Wenny bergerak. Awalnya, Wenny tidur dekat tepi ranjang dan jauh darinya, tetapi sekarang dia tiba-tiba bergerak, tubuhnya yang ramping bersandar langsung di sisinya.Wanginya lembut dan langsung tercium.Hendro tertegun sejenak. Mer
Wenny menciumnya.Mata Hendro memerah, dia segera mendorongnya, "Wenny!"Wenny mengangkat kepala dan menatapnya, sedikit kelembutan dan pesona terpancar di matanya yang polos, “Kamu nggak jawab panggilan telepon Hana?"Hendro menundukkan kepalanya dan menutup bibirnya dengan keras.Suara getaran terus berlanjut, Hana masih menelepon. Wenny merasakan kalau perasaan berselingkuh itu kembali muncul. Dia dan Hendro jelas merupakan pasangan yang sah, tetapi mereka berdua tampaknya berselingkuh di belakang Hana.Hendro menciumnya dengan ganas, seakan-akan ingin menghukumnya, menggigit bibirnya yang lembut, lalu menyerbunya dan merampas semua napasnya.Dasar wanita genit yang suka sekali menggodanya!Apa yang dikatakan Udin memang benar, Wenny memang suka menggoda pria. Bahkan di usianya yang masih muda juga bisa menjadi incaran bajingan itu.Tepat pada saat ini, tangan Wenny jatuh di tubuhnya dan masuk ke kerah bajunya.Hendro menarik napas dan segera melepaskannya, "Wenny, apa kamu serius?"
Mata Wenny berbinar di bawah selimut, dia tiba-tiba tertawa.Hendro bertanya dengan suara serak, "Apa yang kamu tertawakan?"Wenny menatapnya, "Apa yang harus kujawab, lelah atau nggak?"Ambiguitas yang sempurna sungguh menggetarkan hati.Hendro ikut tertawa dan mencium bibirnya lagi....Keesokan harinya, di rumah Hana.Landy berbaring dengan puas di pelukan Andy di dalam kamar tidur. Dia merangkul leher Andy dan berkata dengan marah, "Tadi kamu menyakitiku."Andy mencubit dagunya dan berkata sambil tersenyum licik, "Akhirnya kamu terpuaskan, bukan?""Dasar..."Hana menelepon Andy, Andy pun segera pulang dan memuaskan Landy yang sudah lama kesepian.Andy memeluk Landy dan bertanya, "Apa benar Udin sudah bawa Wenny pergi?""Benar, Wenny, si batu sandungan yang menghalangi jalanku akhirnya hilang, Hana bakal segera jadi Nyonya Jamil. Sayang, kamu bakal jadi ayah mertua orang terkaya di Kota Livia."Andy amat gembira dan tertawa terbahak-bahak, "Landy sayangku, kamu hebat banget kali ini
"Bu Landy, tolong aku! Pak Hendro mengurungku, aku melarikan diri diam-diam. Kalau tertangkap Pak Hendro lagi, aku bakal tamat!" Udin takut pada Hendro, jadi dia meminta Landy untuk menyelamatkannya.Landy tentu harus menyelamatkan Udin, dia adalah senjata terbaik di tangannya, Landy tidak akan membiarkannya menjadi tidak berguna."Bu, sekarang kita harus gimana?" tanya Hana.Andy tampak kesal, Landy akhirnya melakukan sesuatu yang memuaskannya, tetapi sesuatu yang tidak terduga terjadi. "Landy, lihat ini, kita harus gimana?"Landy menatap Andy dan berkata, "Sayang, jangan marah. Masalah ini belum berakhir."Mata Hana berbinar, "Bu, apa Ibu punya ide bagus?""Hana, hubungi Pak Alex sekarang. Bukankah Pak Alex paling menyukaimu dan mendengarmu? Sekarang saatnya untuk manfaatkan dia."Alex menyukai Hana dan benar-benar menganggapnya sebagai kakak ipar.Hana mengangguk, "Oke, aku telepon Alex sekarang."...Setengah jam kemudian, Alex tiba di rumah Hana. "Kak Hana, kenapa kamu panggil aku
Alis Hendro berkerut, dia mengalihkan pandangannya dari dokumen ke arah Sutinah, "Ke mana dia pergi?""Udin kabur ke Keluarga Cladia. Selain itu, Pak Alex mengundang 36 media di Kota Livia untuk adakan konferensi pers. Pada konferensi pers, mereka bakal tuduh Nyonya Muda melakukan kekerasan dan menelantarkan ayah angkatnya."Hendro mengatupkan bibirnya, 'Apa yang mau Alex lakukan lagi?'"Kalian nggak becus banget sih? Gimana Udin yang sudah cacat bisa kabur?"Sutinah berkeringat dingin saat melihat CEO-nya kehilangan kesabaran. "Pak, ini...""Aku yang minta Sutinah melakukannya," ucap Wenny.Hendro menatap Wenny, "Kamu?"Wenny mengangguk, "Aku sengaja minta Sutinah bebaskan Udin."Tatapan mata Hendro menjadi suram. "Kenapa kamu lakukan ini? Mereka berencana adakan konferensi pers, bajingan itu mau menjeratmu selamanya. Aku akan kirim orang untuk bawa Udin kembali dari Keluarga Cladia, konferensi pers juga akan dibatalkan. Semuanya akan berjalan seperti tidak terjadi apa-apa, tidak seor
"Nggak!" Wenny langsung menyangkal, "Aku nggak bersama Pak Hendro tadi malam!"Mendengar penyangkalannya, Hendro mencibir dalam hati. ‘Dia takut banget Steve tahu kalau kita bersama tadi malam, dia memang pintar membohongi pria.’'Dasar pembohong!'Steve memandang Hendro, "Hendro, kenapa kamu nggak bicara?"Wajah tampan Hendro tidak menunjukkan emosi. "Bukankah dia sudah bilang?"‘Semua terserah padanya.'Wenny agak malu, "Pak Hendro, Pak Steve, kalian lanjut ngobrol, aku pergi dulu."Wenny pergi.Steve mendatangi Hendro dan berkata dengan kesal, "Hendro, lain kali kamu harus lebih bijaksana."Hendro melirik Steve dengan bingung."Lain kali ketika aku bersama Wenny, kamu harus cari alasan untuk pergi, agar kami ada kesempatan berduaan, mengerti?"Hendro merasa tak berdaya.'Ini kantorku, kenapa malah aku yang harus pergi?'Hendro berkata dengan nada buruk, "Kalau gitu, kalian bisa pergi saja.""Hendro, apa sikapmu ini? Aku ini sahabatmu, sahabatmu sedang kejar cewek, bukankah harusnya
Wenny melangkahkan kakinya hendak berjalan ke depan.Hanya saja, pada saat ini, terdengar suara dering ponsel. Pengacara Jimmy sedang meneleponnya.“Halo, Nona Wenny, ada sedikit masalah di kantor polisi. Kamu segera kemari!”Hati Wenny langsung berdetak kencang. Apa yang terjadi dengan Fany?Wenny langsung membalikkan tubuhnya dan berlari pergi.…Saat Wenny bergegas ke kantor polisi, Jimmy segera menghampirinya. “Nona Wenny.”“Ada apa dengan Fany?”Suara Wenny berhenti karena dia melihat sesosok bayangan tubuh yang familier baginya. Mona telah datang.Hari ini Mona juga mengenakan pakaian bermerek. Selebritas terkenal keluar dengan membawa sekelompok orang. Hari ini bertambah lagi dua orang pengacara di belakangnya.Mona berjalan ke hadapan Wenny, lalu berkata dengan tersenyum, “Wenny, dengar-dengar kamu datang buat jamin Fany. Jangan harap kamu bisa jamin dia. Sahabat baikmu akan tinggal di dalam sana selamanya. Dia nggak akan keluar lagi untuk selamanya.”Jimmy berkata dengan suara
“Cukup! Jangan bicara lagi!” sela Wenny. Dia tidak ingin mendengarnya.Sedikit pun Wenny tidak ingin mendengarnya.Hendro tersenyum dingin. Dia malah ingin Wenny mendengarnya. Dia ingin Wenny ingat semua itu karena Wenny yang menolaknya.Wenny menolaknya, jadi Hendro pun memberikannya pada teman kampusnya!Hendro melepaskan Wenny, lalu berkata dengan suara dingin, “Oke, kalau mau cerai, kita cerai saja. Kita cerai saja besok. Kalau bukan karena Nenek, sudah lama aku ingin campakkan kamu dari status istriku. Ada begitu banyak wanita antre di luar sana!”Hati Wenny terasa sangat sakit. Dia mengepal jari tangan putihnya, lalu berkata dengan mata merah, “Kalau gitu, kita ketemu di kantor catatan sipil jam sembilan pagi besok.”Usai berbicara, Wenny langsung meninggalkan tempat tanpa menoleh sama sekali.Hendro melirik bayangan tubuh langsing Wenny dengan raut dingin. Kalau gitu, cerai saja.Hendro memang ingin putus hubungan dengannya.Pernikahannya dengan Wenny memang sudah seharusnya ber
Wajah tampan Hendro langsung berubah dingin. Dia masih ingat masalah Wenny mengonsumsi pil kontrasepsi demi Steve. Selama ini, dia tidak menghubungi Wenny karena ingin menjauh dari Wenny dan memutuskan hubungan. Namun, hari ini Wenny berinisiatif untuk makan di rumah lama. Hendro mengira dia ingin melembutkan sikapnya, alhasil apa yang dia katakan? Dia berkata, Hendro, aku mau cerai sama kamu.Dia bahkan berkata, sehari pun dia tidak bisa menunggu lagi.Apa Wenny merasa Hendro terlalu baik padanya?Hendro menatap Wenny dengan tatapan dingin. Dia mengulurkan tangannya untuk meraih lengan Wenny. “Wenny, apa malam ini kamu pulang buat pancing emosiku ya?”Wenny spontan mencampakkan tangan Hendro. “Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!”‘Apa katanya?’Wenny menengadah wajah kecilnya untuk bertatapan dengan tatapan dingin Hendro, lalu berkata dengan tegas, “Hendro, kamu benar-benar kotor!”Saking kotornya, Wenny tidak sanggup untuk menerimanya.Urat hijau di kening Hendro mulai menonjo
Hendro melirik Mona yang berada di sisinya sekilas. “Turun.”Hendro menyuruh Mona untuk menuruni mobil.Dia hendak meninggalkan Mona di tengah jalan.Begitu Mona menuruni mobil, mobil mewah langsung melaju pergi, meninggalkan asap knalpot mobil di wajahnya.Mona merasa marah hingga mengentakkan kakinya.…Wenny sudah tiba di rumah lama Keluarga Jamil. Dia sedang duduk di ruang tamu sembari menemani Bu Lisa mengobrol.Tidak lama kemudian, pintu rumah lama terbuka. Angin dingin di luar sana membaluti tubuh anggun dan tegak yang berjalan ke dalam rumah. Hendro telah pulang. Pelayan wanita menyapa dengan hormat, “Tuan.”Hendro mengganti sepatunya di depan rak, lalu melangkah ke dalam ruang tamu. Dia pun melihat Wenny.Setelah di UKS waktu itu, mereka berdua tidak bertemu lagi. Wenny semakin kurus dan lemah saja. Wajah mungilnya yang secantik dewi, kini terlihat semakin dingin dan anggun.Wenny baru saja keluar dari kampus. Dia masih mengenakan seragam kuliahnya dengan kemeja putih, rok ko
Wenny mengalihkan pandangannya dan menggeleng. “Yuvi, aku baik-baik saja.”Wenny mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi telepon rumah lama Keluarga Jamil.Bu Lisa merasa sangat gembira. “Wenny, akhirnya kamu bersedia telepon Nenek. Nenek kangen sekali sama kamu ….”Wenny mengangkat kelopak matanya, lalu melihat bayangan mobil mewah itu. “Nenek, malam ini aku nggak ada kelas. Aku bisa temani kamu makan malam di rumah.”“Bagus sekali. Kebetulan malam ini Hendro juga pulang. Nenek tunggu kepulanganmu.”“Oke.”Setelah panggilan ditutup, Wenny melihat ke sisi Yuvi. “Yuvi, aku mesti pulang ke rumah lama.”“Oke, kamu temani Bu Lisa makan malam sana.”Wenny menatap Yuvi. “Bukan, aku pergi untuk cari tahu siapa sebenarnya sugar daddy di belakang Mona.”‘Apa?’Yuvi terbengong.…Mobil mewah edisi panjang Rolls-Royce melaju kencang di jalan raya. Sutinah mengendarai mobil di depan, sedangkan Mona duduk di baris belakang. Dia sedang menatap pria di sampingnya.Hendro mengenakan setelan jas hitam
Tadi, Wenny sudah mencoba suhu airnya. Air itu hanya hangat dan sama sekali tidak panas.Tatapan mata Wenny yang jernih perlahan menatap wajah Mona. "Kamu sengaja tuduh Fany, sebenarnya targetmu dari awal adalah aku, 'kan?"Mona malah mengangkat bahu sambil tersenyum santai. "Ya."Yuvi yang berdiri di samping benar-benar dibuat kesal. "Mona, kamu gila ya? Selama ini, Wenny selalu menganggapmu sebagai teman. Apa kamu lupa waktu di Hotel Gosan, siapa yang nekat datang menyelamatkanmu setelah kamu dibawa paksa sama Pak Melvin? Nggak masalah kalau kamu menjauhi kami setelah sukses, tapi kamu malah balas kebaikan Wenny dengan kejahatan? Apa kamu masih punya hati nurani?"Mona sama sekali tidak merasa bersalah. Dia malah membalas sambil tersenyum sinis, "Akhirnya kalian jujur juga. Selama ini, sebenarnya kalian cuma iri sama aku. Kalian iri karena aku punya pacar yang kaya raya. Kalian iri karena aku bisa jadi artis terkenal."Iri?Yuvi sampai kehabisan kata. "Kalau berani, coba sebut nama p
Fany dibawa ke kantor polisi?Ekspresi Wenny langsung berubah setelah mendengar kabar itu. Dia segera menutup telepon, lalu berkata pada Yuvi, "Yuvi, aku harus pergi ke kantor polisi.""Wenny, aku ikut kamu."....Di kantor polisi, Wenny dan Yuvi akhirnya bertemu dengan Fany yang kini sedang ditahan di ruang tahanan. Wenny menggenggam sepasang tangan Fany yang terasa dingin. "Fany, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa sampai ditahan di sini?"Wajah Fany terlihat pucat dan linglung. "Wenny, ini semua ada hubungannya sama Mona si artis terkenal itu."Kemudian, Fany menceritakan semuanya dari awal, "Tadi, Nona Mona datang ke Ella untuk sesi pemotretan majalah. Dalam prosesnya dia perlu pakai sling pengaman, tapi ternyata talinya sudah dipotong duluan. Saat sesi pemotretan berlangsung, talinya putus dan dia langsung jatuh. Waktu itu, Nona Mona tiba-tiba menunjukku di hadapan semua orang. Dia bilang, dia lihat aku potong tali itu dengan mata kepalanya sendiri. Akhirnya, polisi data
Mona langsung menghentikan langkahnya. "Wenny, Yuvi, kebetulan banget. Kalian juga di sini."Wenny dan Yuvi berniat melangkah mendekati Mona.Namun, para pengawal berbaju hitam langsung berdiri di depan mereka. "Berhenti!"Mona pun melambaikan tangan, lalu berucap sambil tersenyum, "Nggak apa-apa, mereka ini teman kuliahku."Begitu mendengar ucapan Mona, para pengawal pun segera mundur. Wenny dan Yuvi baru bisa melangkah maju dan berdiri di depan Mona."Mona, kamu sudah jadi artis terkenal?" Yuvi menatap ke arah Mona.Mona mengangkat alis, lalu menjawab santai, "Ya, aku sudah punya pacar. Pacarku yang membantuku jadi artis terkenal.""Pacar? Mona, kamu sudah pacaran? Kenapa sebelumnya kami nggak pernah dengar kamu punya pacar?"Mona tersenyum sangat manis. "Pacarku ganteng dan kaya raja. Dia juga sayang banget padaku."Sambil berkata begitu, Mona melangkah lebih dekat. Dia meraih tangan kecil Wenny sambil berujar, "Wenny, sekarang hidupku sangat bahagia. Kamu pasti ikut senang, 'kan? K
Wenny berbaring membelakangi Hendro, sementara pria itu duduk di tepi ranjang. Keduanya seperti sepasang suami istri yang baru saja bertengkar.Hendro mengepalkan tangannya. Setelah terdiam cukup lama, dia akhirnya mengucapkan satu kata, "Oke."Setelah itu, Hendro bangkit dan pergi.Dia benar-benar pergi.Air mata yang sejak tadi coba Wenny tahan kembali jatuh tanpa bisa dikendalikan. Dia menarik selimut, lalu menutup rapat wajah mungilnya yang sudah penuh air mata di baliknya. Tidak ada yang perlu dianggap serius. Lagi pula, mereka hanya melakukannya sekali. Berhubung Hendro tidak menyukainya, anggap saja semalam dirinya telah digigit anjing.Akan tetapi, hati Wenny tetap terasa sangat sakit.Wenny tahu betul, dia masih mencintai Hendro.Dia masih sangat mencintai pria itu.....Setelah hari itu, Wenny dan Hendro tidak pernah lagi saling menghubungi. Selama beberapa waktu terakhir, orang yang paling sering menjadi perbincangan adalah Mona.Mona tiba-tiba mengikuti sebuah program varie