Udin berbalik dan hendak pergi."Tunggu!" Alex menghentikan Udin.Udin berhenti.Alex menatap Wenny dan menuduhnya dengan marah, "Wenny, apa kamu punya hati nurani? Dia itu Ayah angkatmu, kamu bahkan tidak mengakuinya!"Beberapa pria kaya itu berpikiran sama dan semakin membenci Wenny, "Wenny, tak masalah kalau punya latar belakang yang buruk, tetapi tak kusangka kamu begitu egois dan berdarah dingin, matre banget!""Kenapa Pak Hendro mau menikahimu? Kamu itu noda!"Semua orang menyalahkan Wenny.Hana yang berdiri di samping Alex tersenyum puas.Fany ingin berbicara, tetapi Wenny menahannya.Landy melangkah maju dan menatap Wenny dengan munafik, "Wenny, ini memang salahmu. Udin itu Ayah angkatmu, kamu harus segera membawa Udin pulang."Landy dan Hana yakin kalau Wenny tidak akan memberi tahu siapa pun tentang perbuatan jahat Udin. Kebanyakan gadis akan memilih untuk menyembunyikan kebenaran ketika mereka terluka dan hanya akan menelan amarahnya.Inilah rencana jahat yang disiapkan Land
Udin pergi, Hana merangkul lengan Landy, "Bu, menurutmu pegangan apa yang dimiliki Udin?"Landy tersenyum dan berkata, "Hana, kita tidak perlu khawatir tentang ini, asal kamu tahu kalau Wenny sama sekali bukan lawanmu, dia akan menjadi mainan Udin di masa depan."Hana tersenyum, dia merasa Wenny yang berasal dari pedesaan, hanya pantas untuk Udin. Atas dasar apa dia menduduki posisi Nyonya Jamil?Hana memujinya, "Bu, Ibu hebat banget."Mata Landy berbinar. "Hana, Ayahmu sudah beberapa hari nggak pulang, kamu telepon memintanya pulang, dia paling patuh padamu."Andy benaran memperlakukan Hana seperti seorang putri, dia selalu mematuhi kata-kata Hana.Hana mengangguk, "Baiklah Bu, aku akan telepon sekarang, Ayah pasti pulang."Hana mengeluarkan ponselnya dan menelepon.Landy merasa lega. Dia akan sangat senang kalau Wenny tidak menghalangi jalannya....Grup Jamil.Di kantor CEO, Hendro duduk di kursi kantor. Hari ini mendatangkan seorang tamu, yaitu sahabatnya, Steve.Steve menyesap kop
Namun, Hendro ingat saat baru saja pulang, Hana tertarik sama sebuah tas Chanel, jadi Hendro meminta Sutinah untuk membelinya. Sutinah membawa tas itu ke Taman Baloi dan dilihat oleh Wenny.Wenny menatap tas itu dengan senang, lalu tersenyum padanya, "Tas ini sangat cantik."Wenny tampaknya sangat menyukai tas itu.Hendro berkata, "Dia suka tas Chanel."Steve tersenyum, "Suka tas? Gampang banget, terima kasih."Pada saat ini, Alex masuk, "Kak Hendro, Kak Steve, kalian ada di sini."Steve memandang Alex, "Alex, bukankah kamu ke rumah Hana?""Ya, aku juga bertemu Wenny dan Ayah angkatnya. Kak Hendro, Kak Steve, Wenny meremehkan Ayah angkatnya, dia bahkan tidak mengakui Ayah angkatnya sendiri!" Alex menceritakan semua yang terjadi di rumah Hana."Kak Steve, kamu malah menyukai Wenny, dia sama sekali tidak layak untukmu. Sekarang kamu mengetahui sifat aslinya, dia hanyalah wanita sombong yang meremehkan orang miskin, serta haus akan ketenaran dan kekayaan!"Steve mengerutkan kening dan men
Namun, Bu Lisa tidak mendapatkannya, karena Wenny segera memasukkan kembali foto itu ke dalam kotak, "Nenek, ini hanya fotoku saat kecil. Foto itu terlalu jelek, aku nggak bisa tunjukkan padamu."Bu Lisa menarik tangannya dan tersenyum, "Mana mungkin Wenny pernah jelek?"Pak Yudi berkata, "Pasti nggak pernah."Melihat Bu Lisa dan Pak Yudi yang hangat, Wenny menundukkan kepalanya, mencicipi sarang burung.Terdengar suara pelayan berkata, "Pak."Wenny mendongak dan melihat Hendro kembali.Bu Lisa tersenyum dan berkata, "Hendro, kamu sudah kembali?"Hendro melepas jasnya dan menyerahkannya pada pelayan, lalu berjalan memasuki ruang tamu.Wenny merasakan ada keanehan dalam sarang burung itu, tampaknya ada beberapa herbal yang ditambahkan ke dalamnya. "Nenek, apa yang Nenek tambahkan ke dalam sarang burung ini? Kenapa rasanya aneh?""Wenny, kamu menemukannya? Aku meminta seseorang untuk menambahkan ramuan peningkat kesuburan."Peningkat kesuburan?Wenny menatap mangkuk sarang burung dan dah
"Jangan omong kosong, kamu harus berikan dua ratus miliar padaku malam ini! Kalau nggak, fotomu bakal tersebar di seluruh Kota Livia besok, aku menunggumu malam ini!" Udin menutup telepon.Wenny menggenggam ponselnya, terdengar suara Hendro dari belakang, "Kamu sedang bertelepon dengan Ayah angkatmu?"Wenny berbalik, Hendro sudah masuk ke kamar.Tatapan mata Hendro tertuju pada kotak di tangannya, sosoknya yang tinggi dan tegap muncul di depannya. "Nenek bilang Ayah angkatmu mengirimimu foto, foto apa itu?"Wenny menatapnya sambil berpikir, 'Bisakah aku aku ceritakan tentang Udin padanya?''Bagaimana reaksinya kalau mengetahuinya?'Wenny berkata, "Foto ini..."Sebelum Wenny sempat berkata, ponselnya berdering lagi, kali ini Steve yang menelepon.Wenny menjawab panggilan itu, Steve berkata dengan gembira, "Wenny, cepat keluar, aku siapkan kado untukmu."Wenny mengerutkan kening, "Pak Steve, sekarang nggak bisa...""Wenny, aku ada di luar rumah tua Keluarga Jamil. Kalau kamu nggak keluar
Hendro berdiri di balkon, memandangi semuanya, dia melihat Steve memberi Wenny tas Chanel edisi terbatas, tetapi Wenny tidak terima.Wenny menatapnya, "Kamu yang beri tahu Pak Steve kalau aku suka tas?"Hendro mengangkat alisnya, "Memangnya bukan? Aku ingat kamu menyukainya."Wenny mengangkat sudut bibirnya, "Nggak, aku suka yang lebih mahal, seperti kalung berlian. Lain kali, minta Pak Steve untuk memberiku kalung berlian."Alis Hendro berkerut, topik pembicaraan ini berakhir dengan tidak menyenangkan."Foto apa yang dikirimkan Ayah angkatmu hari ini?" tanya Hendro.Tadi Wenny hendak memberitahunya tentang masalah Udin, tapi sekarang dia berubah pikiran. Dia menjawab dengan tenang, "Itu foto yang diambilnya saat aku kecil."Hendro ingin bertanya, "Ayah angkatmu..."Wenny menyela, "Pak Hendro, apa kamu kurang kerjaan? Kalau kamu bebas, lebih baik pelajari bagaimana punya anak!"Hendro langsung teringat kata 'Nggak kuat' yang diucapkan Wenny, raut wajahnya juga berubah dingin, "Gimana p
Hendro berkata tanpa mengangkat matanya, "Katakan.""Sepuluh tahun yang lalu, Udin dipenjara karena pelecehan dan pemerkosaan anak."Pena di tangannya tiba-tiba berhenti bergerak, Hendro menatap Sutinah dengan kaget, "Apakah orang itu Wenny?"Sutinah mengangguk, "Ya Pak, Ayah angkat Nyonya Muda itu seorang cabul dan bajingan."Ekspresi Hendro tiba-tiba menjadi tajam dan menyeramkan. Sebenarnya, dia juga merasa ada sesuatu di antara Wenny dan Ayah angkatnya, tetapi Hendro tidak menyangka ternyata hal seperti itu.Pada saat ini, ponsel Hendro berdering.Hendro menekan tombol untuk menjawab panggilan, terdengar suara cemas Fany dari ujung sana, "Pak Hendro, gawat! Wenny dalam masalah!"Hendro meraih telepon dan bertanya, "Apa yang terjadi dengan Wenny?""Wenny membawa cek untuk menemui Ayah angkatnya di klub malam. Aku mengikutinya karena khawatir, tetapi saat aku masuk, nggak ketemu Wenny. Wenny dibawa pergi oleh si bajingan itu!"'Apa?'Hendro segera meninggalkan ruang kerja dan membuka
Udin sedang mengendarai mobil van putih di jalan tol, dia memandangi Wenny yang terbaring pingsan di sana melalui kaca spion tengah.Udin menatap sosok tubuh Wenny dengan pandangan tidak senonoh, dia ingin sekali langsung menyiksanya.Namun, untuk berjaga-jaga, Udin harus membawa Wenny pergi ke tempat di mana tidak seorang pun mengenalnya, sehingga Wenny tidak akan bisa melarikan diri.'Sebentar lagi aku bisa memainkanmu sesuka hati,' pikir Udin dalam hati.Hanya memikirkannya saja, Udin merasa semangat.Mobil di depan tiba-tiba berhenti, Udin segera menginjak rem.'Apa yang sedang terjadi?''Kok macet?'Semua pemilik mobil pribadi di sekitar menjulurkan kepala dan bertanya, "Apa yang terjadi? Apa terjadi kecelakaan mobil di depan?""Bukan kecelakaan mobil, tapi seseorang menutup jalan, semua persimpangan di depan ditutup. Seseorang sedang memeriksa mobil."Jalan ditutup?Ekspresi Udin berubah drastis, dia langsung menimbulkan firasat buruk."Siapa yang begitu murah hati hingga menutup
Wenny melangkahkan kakinya hendak berjalan ke depan.Hanya saja, pada saat ini, terdengar suara dering ponsel. Pengacara Jimmy sedang meneleponnya.“Halo, Nona Wenny, ada sedikit masalah di kantor polisi. Kamu segera kemari!”Hati Wenny langsung berdetak kencang. Apa yang terjadi dengan Fany?Wenny langsung membalikkan tubuhnya dan berlari pergi.…Saat Wenny bergegas ke kantor polisi, Jimmy segera menghampirinya. “Nona Wenny.”“Ada apa dengan Fany?”Suara Wenny berhenti karena dia melihat sesosok bayangan tubuh yang familier baginya. Mona telah datang.Hari ini Mona juga mengenakan pakaian bermerek. Selebritas terkenal keluar dengan membawa sekelompok orang. Hari ini bertambah lagi dua orang pengacara di belakangnya.Mona berjalan ke hadapan Wenny, lalu berkata dengan tersenyum, “Wenny, dengar-dengar kamu datang buat jamin Fany. Jangan harap kamu bisa jamin dia. Sahabat baikmu akan tinggal di dalam sana selamanya. Dia nggak akan keluar lagi untuk selamanya.”Jimmy berkata dengan suara
“Cukup! Jangan bicara lagi!” sela Wenny. Dia tidak ingin mendengarnya.Sedikit pun Wenny tidak ingin mendengarnya.Hendro tersenyum dingin. Dia malah ingin Wenny mendengarnya. Dia ingin Wenny ingat semua itu karena Wenny yang menolaknya.Wenny menolaknya, jadi Hendro pun memberikannya pada teman kampusnya!Hendro melepaskan Wenny, lalu berkata dengan suara dingin, “Oke, kalau mau cerai, kita cerai saja. Kita cerai saja besok. Kalau bukan karena Nenek, sudah lama aku ingin campakkan kamu dari status istriku. Ada begitu banyak wanita antre di luar sana!”Hati Wenny terasa sangat sakit. Dia mengepal jari tangan putihnya, lalu berkata dengan mata merah, “Kalau gitu, kita ketemu di kantor catatan sipil jam sembilan pagi besok.”Usai berbicara, Wenny langsung meninggalkan tempat tanpa menoleh sama sekali.Hendro melirik bayangan tubuh langsing Wenny dengan raut dingin. Kalau gitu, cerai saja.Hendro memang ingin putus hubungan dengannya.Pernikahannya dengan Wenny memang sudah seharusnya ber
Wajah tampan Hendro langsung berubah dingin. Dia masih ingat masalah Wenny mengonsumsi pil kontrasepsi demi Steve. Selama ini, dia tidak menghubungi Wenny karena ingin menjauh dari Wenny dan memutuskan hubungan. Namun, hari ini Wenny berinisiatif untuk makan di rumah lama. Hendro mengira dia ingin melembutkan sikapnya, alhasil apa yang dia katakan? Dia berkata, Hendro, aku mau cerai sama kamu.Dia bahkan berkata, sehari pun dia tidak bisa menunggu lagi.Apa Wenny merasa Hendro terlalu baik padanya?Hendro menatap Wenny dengan tatapan dingin. Dia mengulurkan tangannya untuk meraih lengan Wenny. “Wenny, apa malam ini kamu pulang buat pancing emosiku ya?”Wenny spontan mencampakkan tangan Hendro. “Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!”‘Apa katanya?’Wenny menengadah wajah kecilnya untuk bertatapan dengan tatapan dingin Hendro, lalu berkata dengan tegas, “Hendro, kamu benar-benar kotor!”Saking kotornya, Wenny tidak sanggup untuk menerimanya.Urat hijau di kening Hendro mulai menonjo
Hendro melirik Mona yang berada di sisinya sekilas. “Turun.”Hendro menyuruh Mona untuk menuruni mobil.Dia hendak meninggalkan Mona di tengah jalan.Begitu Mona menuruni mobil, mobil mewah langsung melaju pergi, meninggalkan asap knalpot mobil di wajahnya.Mona merasa marah hingga mengentakkan kakinya.…Wenny sudah tiba di rumah lama Keluarga Jamil. Dia sedang duduk di ruang tamu sembari menemani Bu Lisa mengobrol.Tidak lama kemudian, pintu rumah lama terbuka. Angin dingin di luar sana membaluti tubuh anggun dan tegak yang berjalan ke dalam rumah. Hendro telah pulang. Pelayan wanita menyapa dengan hormat, “Tuan.”Hendro mengganti sepatunya di depan rak, lalu melangkah ke dalam ruang tamu. Dia pun melihat Wenny.Setelah di UKS waktu itu, mereka berdua tidak bertemu lagi. Wenny semakin kurus dan lemah saja. Wajah mungilnya yang secantik dewi, kini terlihat semakin dingin dan anggun.Wenny baru saja keluar dari kampus. Dia masih mengenakan seragam kuliahnya dengan kemeja putih, rok ko
Wenny mengalihkan pandangannya dan menggeleng. “Yuvi, aku baik-baik saja.”Wenny mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi telepon rumah lama Keluarga Jamil.Bu Lisa merasa sangat gembira. “Wenny, akhirnya kamu bersedia telepon Nenek. Nenek kangen sekali sama kamu ….”Wenny mengangkat kelopak matanya, lalu melihat bayangan mobil mewah itu. “Nenek, malam ini aku nggak ada kelas. Aku bisa temani kamu makan malam di rumah.”“Bagus sekali. Kebetulan malam ini Hendro juga pulang. Nenek tunggu kepulanganmu.”“Oke.”Setelah panggilan ditutup, Wenny melihat ke sisi Yuvi. “Yuvi, aku mesti pulang ke rumah lama.”“Oke, kamu temani Bu Lisa makan malam sana.”Wenny menatap Yuvi. “Bukan, aku pergi untuk cari tahu siapa sebenarnya sugar daddy di belakang Mona.”‘Apa?’Yuvi terbengong.…Mobil mewah edisi panjang Rolls-Royce melaju kencang di jalan raya. Sutinah mengendarai mobil di depan, sedangkan Mona duduk di baris belakang. Dia sedang menatap pria di sampingnya.Hendro mengenakan setelan jas hitam
Tadi, Wenny sudah mencoba suhu airnya. Air itu hanya hangat dan sama sekali tidak panas.Tatapan mata Wenny yang jernih perlahan menatap wajah Mona. "Kamu sengaja tuduh Fany, sebenarnya targetmu dari awal adalah aku, 'kan?"Mona malah mengangkat bahu sambil tersenyum santai. "Ya."Yuvi yang berdiri di samping benar-benar dibuat kesal. "Mona, kamu gila ya? Selama ini, Wenny selalu menganggapmu sebagai teman. Apa kamu lupa waktu di Hotel Gosan, siapa yang nekat datang menyelamatkanmu setelah kamu dibawa paksa sama Pak Melvin? Nggak masalah kalau kamu menjauhi kami setelah sukses, tapi kamu malah balas kebaikan Wenny dengan kejahatan? Apa kamu masih punya hati nurani?"Mona sama sekali tidak merasa bersalah. Dia malah membalas sambil tersenyum sinis, "Akhirnya kalian jujur juga. Selama ini, sebenarnya kalian cuma iri sama aku. Kalian iri karena aku punya pacar yang kaya raya. Kalian iri karena aku bisa jadi artis terkenal."Iri?Yuvi sampai kehabisan kata. "Kalau berani, coba sebut nama p
Fany dibawa ke kantor polisi?Ekspresi Wenny langsung berubah setelah mendengar kabar itu. Dia segera menutup telepon, lalu berkata pada Yuvi, "Yuvi, aku harus pergi ke kantor polisi.""Wenny, aku ikut kamu."....Di kantor polisi, Wenny dan Yuvi akhirnya bertemu dengan Fany yang kini sedang ditahan di ruang tahanan. Wenny menggenggam sepasang tangan Fany yang terasa dingin. "Fany, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa sampai ditahan di sini?"Wajah Fany terlihat pucat dan linglung. "Wenny, ini semua ada hubungannya sama Mona si artis terkenal itu."Kemudian, Fany menceritakan semuanya dari awal, "Tadi, Nona Mona datang ke Ella untuk sesi pemotretan majalah. Dalam prosesnya dia perlu pakai sling pengaman, tapi ternyata talinya sudah dipotong duluan. Saat sesi pemotretan berlangsung, talinya putus dan dia langsung jatuh. Waktu itu, Nona Mona tiba-tiba menunjukku di hadapan semua orang. Dia bilang, dia lihat aku potong tali itu dengan mata kepalanya sendiri. Akhirnya, polisi data
Mona langsung menghentikan langkahnya. "Wenny, Yuvi, kebetulan banget. Kalian juga di sini."Wenny dan Yuvi berniat melangkah mendekati Mona.Namun, para pengawal berbaju hitam langsung berdiri di depan mereka. "Berhenti!"Mona pun melambaikan tangan, lalu berucap sambil tersenyum, "Nggak apa-apa, mereka ini teman kuliahku."Begitu mendengar ucapan Mona, para pengawal pun segera mundur. Wenny dan Yuvi baru bisa melangkah maju dan berdiri di depan Mona."Mona, kamu sudah jadi artis terkenal?" Yuvi menatap ke arah Mona.Mona mengangkat alis, lalu menjawab santai, "Ya, aku sudah punya pacar. Pacarku yang membantuku jadi artis terkenal.""Pacar? Mona, kamu sudah pacaran? Kenapa sebelumnya kami nggak pernah dengar kamu punya pacar?"Mona tersenyum sangat manis. "Pacarku ganteng dan kaya raja. Dia juga sayang banget padaku."Sambil berkata begitu, Mona melangkah lebih dekat. Dia meraih tangan kecil Wenny sambil berujar, "Wenny, sekarang hidupku sangat bahagia. Kamu pasti ikut senang, 'kan? K
Wenny berbaring membelakangi Hendro, sementara pria itu duduk di tepi ranjang. Keduanya seperti sepasang suami istri yang baru saja bertengkar.Hendro mengepalkan tangannya. Setelah terdiam cukup lama, dia akhirnya mengucapkan satu kata, "Oke."Setelah itu, Hendro bangkit dan pergi.Dia benar-benar pergi.Air mata yang sejak tadi coba Wenny tahan kembali jatuh tanpa bisa dikendalikan. Dia menarik selimut, lalu menutup rapat wajah mungilnya yang sudah penuh air mata di baliknya. Tidak ada yang perlu dianggap serius. Lagi pula, mereka hanya melakukannya sekali. Berhubung Hendro tidak menyukainya, anggap saja semalam dirinya telah digigit anjing.Akan tetapi, hati Wenny tetap terasa sangat sakit.Wenny tahu betul, dia masih mencintai Hendro.Dia masih sangat mencintai pria itu.....Setelah hari itu, Wenny dan Hendro tidak pernah lagi saling menghubungi. Selama beberapa waktu terakhir, orang yang paling sering menjadi perbincangan adalah Mona.Mona tiba-tiba mengikuti sebuah program varie