Treasur Bay menjadi tempat tujuan menginap Adam, Bunga dan Sofia. Bunga sudah meresvasi dua kamar dan karena Sofia ikut itu artinya Sofia satu kamar dengan suami nya. Itu bukanlah hal yang di khawatirkan Bunga, dia percaya kalau Adam hanya akan menyentuhnya. Lagi pula ini adalah kebetulan yang menguntungkan bagi Bunga karena Sofia akan melihat kalau Adam tidak akan berpaling dari nya. Lantas apa yang ingin Sofia pertahankan.
"Kenapa kamu tidak memesan tiga kamar Bunga?" Tanya Adam tak mengerti.
"Untuk Apa? Hem..biar ku tebak. Kau bingung akan tidur di kamar mana?" Bunga tertawa kecil dan berjalan terus menuju arah kamar mereka. Sofia hanya diam dia menarik napas saat Adam memberikannya kunci kamar.
"Mas aku istri kamu, apa kamu meninggalkan ku dan sekamar dengan Bunga? Aku tidak marah kamu mencintainya dan dia mencintai kamu, tapi tolong ingat larangan Allah Mas."Bunga berhenti berjalan dia membalik tubuhnya dan mendekati Sofia. Dia mengambil kunci di tangan Sofia dan tersenyum tanpa Sofia tahu maksudnya. "Biar aku saja yang satu kamar dengan Bunga, atau aku pesan kamar ku sendiri."
"Sofia berhenti", kata Bunga dia memberikan kunci yang dia pegang itu kepada Adam. "Aku tidak masalah kalian satu kamar. Kamu tenang saja." Sofia berhenti dia menatap lagi kepergian Bunga yang meninggalkannya dan Adam didepan pintu lift.
Saat memasuki kamar hotel Adam meletakan koper nya begitu saja di depan lemari, sementara Sofia membuka tirai kamar. Dia melihat pemandangan yang sangat indah didepannya. Suara Adam membuatnya tertarik kembali melihat suami nya yang sedang menelpon Bunga. B
"Baiklah kita makan malam bersama nanti, kau istirahatlah. Love you," ucap Adam yang menggetarkan hati Sofia. Dia berpikir kapan Adam akan mengatakan hal itu padanya, apakah keinginan nya kan menjadi kenyataan."Sofia aku ngin bertanya sesuatu."
"Apa Mas?" Sofia mendekati Adam dengan duduk disebelah Adam di atas tempat tidur itu.
"Apa kau serius tentang mengijinkan ku menikahi Bunga?" Sofia hanya bisa mengangguk dan tersenyum lembut. Pernikhannya belum sampai seminggu dan suami nya itu sudah minta ijin menikahi wanita lain. "Jika kau memang serius mengijinkan ku, maka aku akan membujuk Bunga agar mau menjadi istri ke dua ku."
"Jika dia tidak mau apa Mas akan menceraikan ku?" Adam terdiam cukup lama, dia menunduk memejamkan matanya mengingat janji dirinya kepada Papa nya sendiri.
"Adam mau kah kamu menepati janji Papa kepada teman Papa?"
"Ya Pa, Adam akan menepati janji Papa."
"Papa mohon nikahi Sofia, dia anak teman Papa. Teman yang membantu Papa selama ini, sebelum dia meninggal dia meminta Papa untuk menikahkan kamu dengan putri nya. Sofia adalah wanita yang baik__,"
"Pa tapi Bunga juga wanita yang baik. Jadi ini alasan Papa bersikap dingin dengannya satu tahun ini."
"Maaf kan Papa Adam. Tapi Papa mohon tepati janji Papa itu. Kau bisa belajar mecintai Sofia saat kalian menikah nanti."
"Lalu bagaimana dengan Bunga Pa? Papa tahu kami sudah merencanakan pernikahan kami."
"Lepaskan dia Adam, dan sampaikan maaf Papa pada Bunga. Maaf karena Papa menyakiti kalian berdua. Tapi Papa mohon menikah lah dengan Sofia. Jangan tinggalkan dia nak, bahagiakan dia. Karena Papa berhutang sebagian besar perusahaan kita kepada Ayah nya. Permintaan Ayah nya hanya agar kamu menikahi anak nya dan membahagiakan Sofia."
Sofia menyentuh lengan Adam saat Adam menceritakan semua nya pada Sofia. "Setelah Papa memberitahu ku hal itu Papa meninggal dan aku berjanji di depan tubuhnya untuk mewujudkan apa yang dia mau."
"Maafkan aku Sofia, nyata nya aku tidak berhasil membuat mu bahagia. Aku menepati janji ku pada Ayah ku, tapi aku tidak menepati janji ku kepada Bunga. Minggu sore itu aku berjanji pada Bunga untuk menemui nya di percetakan tempat kami akan membuat undangan pernikahan tapi aku tidak datang. Aku menelponnya dan mengatakan semua yang dikatakan Papa padaku, aku juga mengatakan kalau Papa sudah meninggal dan Bunga hanya diam sampai dia mematikan sambungan telpon ku."
"Saat pemakaman Papa dia tidak ada. Bunga datang setelah kami semua pergi dari makam. Saat itu aku melihat mobilnya didepan pemakaman dan aku kembali ke makam Papa ternyata Bunga disana, dia menangis juga meminta maaf karena andai dia tahu lebih awal masalah ini dia tidak akan mau bersama ku. Aku merasa sudah sangat menyakitinya, hingga aku tidak mampu mendekat." Sofia mengusap bahu Adam dia perlahan memberanikan diri menyentuh wajah suami nya itu, menangkup wajah yang terlihat sangat menderita itu.
"Kamu bisa menepati janji mu kepada Bunga Mas, nikahi lah dia. Aku rela kamu menikah lagi Mas, tapi aku berharap kelak kamu bisa memberikan sedikit saja hati kamu kepada ku. Karena sesungguhnya cinta dan rasa sayang suami adalah bibit surga dirumah tangga yang akan kita jalani Mas."
"Terimakasih Sofia, aku benar-benar sangat berterimaksih. Aku berjanji akan bersikap adil kelaknya. Kau tahu Bunga adalah wanita yang keras, aku akan sangat kesulitan untuk membujuknya untuk menikah dengan ku, jadi aku mohon kamu bisa memaafkan jika aku berdekatan dengannya." Sofia mengangguk dia melihat teduh wajah Adam dan pria itu memeluknya, sentuhan pertama dari Adam untuknya.
"Aku mau ke pantai apa kau mau ikut ?" Ajak Adam pada nya dan Sofia mengangguk. "Bisakah kamu ceritakan seperti apa Bunga Mas dan hubungan kalian?"
Adam tersenyum dan dia mengangguk, sambil berjalan menuju pantai Adam menceritkan sosok Bunga dan hubungannya dengan kekasihnya itu.
"Aku dan Bunga sebenarnya sudah kenal sangat lama. Kami satu kampus dulu di Universitas Indonesia dia jurusan ekonomi dan aku juga. Dia wanita yang cantik dan pintar, dia kuliah disana murni karena kejeniusannya. Bunga tinggal di panti asuhan, dia juga membantu pemilik panti untuk mengurus panti serta adik-adik panti nya. Banyak Pria yang mendekati dia namun Bunga hanya tersenyum dan berlalu meninggalkan semua Pria itu, membuat aku yang diam-diam menyukai nya saat itu semakin jatuh dalam pesona nya. Namun aku yakin nasib ku akan sama dengan pria lainnya, jadi aku memutuskan untuk menyimpan perasaan itu."
"Waw, berarti kamu adalah pacar pertama Bunga?" Adam mengangguk dia masih tersenyum dan Sofia tahu itu karena Bunga.
"Saat lulus aku bekerja di perusahaan teman Papa di Inggris sesuai kemauan Papa sebelum aku bergabung dengan Perusahaan nya. Sementara Bunga bekerja di perusahaan Papa, dia menjadi orang kepercayaan Papa di bidang marketing. Semua pemilik saham lalu setuju mengangkat Bunga menjadi head Manager Marketing kami. Posisi yang membuat Bunga gila bekerja dan kamu tahu uang nya untuk apa? Uang nya dia pakai mambangun panti asuhan tempat dimana dia tinggal. Selang dua tahun aku kembali, dan disana lah semua bermulai kami awalnya menjadi teman lama yang bertemu kembali lalu berteman dekat hingga malam dimana aku menyatakan cinta ku."
Semua cerita yang dikatakan Adam begitu indah, Bunga benar-benar sosok wanita yang luar biasa dimata Adam, membuat Sofia ingin berteman dengan Bunga. "Lalu kalian berpacaran?" Adam menggelengkan kepalanya lalu duduk diatas pasir putih yang terbentang. "No, Bunga menolak ku. Dia mengatakan dia tidak pantas menjadi kekasih dari seorang pewaris perusahaan. Karena dia hanyalah wanita biasa dan seorang yatim piatu. Tapi aku tidak putus asa, selama enam bulan aku terus mendekati nya dan menyakinkan dia kalau Papa dan Mama tidak mempermasalahkan status social nya. Hingga aku meminta Mama berbicara pada nya di telpon, meminta dia menjadi kekasihku karena aku mogok makan sudah hampir empat hari. Bunga panik dia datang kerumah malam itu juga, dan cinta ku dia terima."
"Tapi aku meyakiti nya." Adam melihat sosok Bunga yang ternyata ada di pantai itu juga, Bunga terlihat sedang bermain dengan dua anak perempuan dan laki-laki. Mereka membangun istana pasir bersama, tawa Bunga membuat Adam tertarik untuk mendekat. Sofia melihat pergerakan Adam lalu meyadari Bunga ada di sebelah kanan mereka bermain dengan dua anak-anak tanpa menyadari kehadiran mereka yang baru tiba.
Bunga memeluk tubuh Adam saat pria itu mendekat lalu Sofia kembali tersisih akan kehadiran Bunga. Sepertinya dia memang akan selalu menjadi orang ketiga meski posisi nya adalah istri sah Adam. Tapi sepertinya Adam tidak melupakannya, lambaian tangan Adam memanggil dia untuk bergabung bermain bersama disana. Lalu senyum Bunga membuatnya yakin untuk melangkah kan kaki mendekat.
Biarlah jika Adam saat ini menganggap dia adalah temannya, dengan begitu Sofia bisa terus mengingatkan Adam kalau dia ada.
Bersambung...
Hanya wajah mu yang terukir didalam hatiku, abadi dan tak kan pernah terganti..Hanya kau lah cinta dalam hidup ku...Meski pun langit tlah memisahkan cinta kita...Aku kan selalu untuk mu...Cinta mu akan selalu bersemi di hidup ku...Adam menatap teduh wajah Bunga yang bermain gitar malam itu di tepi pantai dengan bernyanyi lagu yang sangat di sukai Bunga. Ya, lagu yang Bunga nyanyikan adalah lagu favorit Bunga setelah lagu penomenal 'yo te amo' .Wajah Bunga semakin bersinar saat bulan menyinarinya.Adam tidak sadar saat disebelahnya ada Sofia yang juga menatap Bunga, mereka bertiga duduk di pasir putih pantai malam itu ditemani beberapa makanan yang dipesan Adam pada pihak hotel. "Suara kamu bagus," Sofia bertepuk tangan membuat Adam terkejut. "Maaf Mas tidak bermaksud mengejutkan." Adam hanya mengangguk dan kembali melihat Bunga yang tersenyum.
Bunga tenggelam dalam hempasan ombak yang mengenai batu karang. Dia tenggelam cukup lama oleh pemandangan itu hingga sebuah suara berat yang cukup dia kenal menariknya dari pemandangan indah di tepi pantai sana."Selamat Pagi Pak." Sapa Bunga seolah tidak terjadi apapun diantara mereka berdua. Adam duduk dengan pandangan yang sangat menusuk bagi Bunga. "Kau sarapan dimana tadi? Apa kau menghindariku?""Aku sarapan di kamar, tenang saja. Aku menyiapkan semua persentasi kita kepada pihak Derson. Kau tahu bukan mereka itu perusahaan yang besar. Jadi aku ingin kita mulai meeting ini dengan sempurna." Adam ingin menjawab namun suara dari belakang mereka menghentikannya. "Selamat Pagi Pak Adam dan Bu Bunga." Adam serta Bunga berdiri menyambut seorang Pria muda seumuran dengan mereka. Jabat tangan dimulai lalu mereka duduk bersama. "Ah ya, maafkan kalau atasan saya terlambat. Dia baru tiba hari ini dari London, maafkan karena kesibukan nya.""Ti
Seminggu Kemudian...Bunga sedang memberikan beberapa berkas untuk di tanda tangani Adam, sudah satu minggu namun kedua kekasih yang terpisah oleh sebuah pernikahan itu menjadi serba salah.Adam ingin mendekat kepada Bunga namun wanita itu terus menghindar. Menyiksa diri Adam perlahan dengan semua rasa rindu saat berada di dekat Bunga. Sementara Bunga, wanita yang terlihat tegar itu berusaha mati-matian menekan hatinya agar tidak luluh dengan tatapan Adam yang memohon.Seperti saat ini, Adam menarik tangannya dan perlahan pria itu sudah merengkuh tubuh nya yang terasa lelah. Beban yang dirasakan Bunga menguar begitu saja terbawa angin entah kemana saat Adam memeluknya erat. "Aku sayang kamu Bunga, jangan hindari aku seperti ini." Adam berkata pelan dengan suara beratnya. Bunga hanya memejamkan matanya berusaha terus menekan hati nya. Entah sampai kapan dia pun tak tahu."Maafkan aku Adam,"
Kacamata hitam membuat penampilan Adam semakin sempurna. Sofia yang berjalan disebelahnya hanya bisa mengamati penampilan suami nya itu dalam diam. Dia bahagia karena hari ini dia dan Adam akan pergi ke Pulau Dewata. Mereka hanya berdua pergi bersama, tanpa adanya Bunga yang ikut bersama mereka.Tapi sepertinya sama saja, lihat sekarang Adam sedang duduk di bangku tunggu sambil terus mencoba menghubungi Bunga. Adam terlihat sangat gelisah karena Bunga tidak kunjung mengangkat telponnya."Mas, mungkin Bunga masih tidur." Adam melirik Sofia sekilas lalu memasukan ponsel nya kedalam saku. "Apa yang akan kita lakukan di Bali sana Sofia? Aku sama sekali tidak punya niat mengkhianati Bunga." Lagi Sofia harus menelan pil pahit akibat kisah belum usai antara suami dan kekasihnya. "Aku tidak minta Mas untuk mengkhianati Bunga. Kita bisa saling mengenal satu sama lain nanti di Bali. Setidaknya ini bisa menjadi awal yang baik bagi kita. Jika memang Mas tidak berniat menceraikan ku."
Meski takdir tidak memihak padanya, Bunga sudah berusaha sebaik mungkin agar kisah nya dan Adam tetap berlanjut. Namun setelah apa yang dikatakan sahabatnya dia dengar, Bunga ragu untuk melanjutkan usaha itu. Dia memang berpikir untuk pergi.Maka pagi ini Bunga ingin mengunjungi Panti Asuhan tempat dimana dia dibesarkan dulu. Dia ingin berpamitan secara langsung dengan Ibu Kepala Panti, dan juga adik-adik nya disana.Sebelum ke Panti Bunga menyempatkan diri membeli beberapa makanan serta mainan, dan yang terakhir Bunga akan membeli beberapa buku bacaan untuk adik-adiknya.Dia memarkirkan mobil tidak jauh dari toko buku di dekat taman kota yang biasa dia kunjungi.Berjalan dengan wajah yang tenang Bunga membuka pintu kaca toko itu. Setelah memilih beberapa buku dia membayar nya di kasir lalu kembali menuju mobil, sebelum Bunga sampai pada mobilnya dia mendengar teriakan seorang Ibu memanggil nama anaknya, dia yang dekat dengan anak itu langsung saja berlari
Jangan membicarakan hati iniKalau kau masih bermain disana tanpa hentiJangan menilai Cinta Kalau kau masih tetap tidak bisa melupakannyaBunga membuka mata merasakan keributan di sekelilingnya. Saat itu netra nya menangkap sosok Pria yang tidak dia kenali berbicara dengan Asih."Oh hai Bunga, kamu sudah sadar?" tanya Pria itu tidak canggung membantu Bunga untuk duduk bersandar."Kau siapa?" tanya Bunga tidak menutup rasa tidak suka nya karena Pria yang baru dia lihat itu sudah berani menyentuh tangannya. "Maaf sebelumnya," ujar Pria itu tersenyum lembut. "Aku Adrian, aku yang tidak sengaja menabrak kamu." Bunga mengangguk, dia sudah mendengar dari Asih kejadian sebenarnya. "Rajin-rajinlah membawa mobil mu ke bengkel." Adrian tersenyum begitu juga Asih."Bunga, Adrian ini sepupunya Sofia. Dia baru saja tiba di Jakarta." Bunga mengangguk mengerti. "Jadi kamu sepupu Sofia?" Adrian menjawab dengan senyumannya."Bunga, Mama pamit pulang sebentar
Langkahnya pasti dan terus menuju ruang dimana tambatan hati nya berada.Langkah kecil seorang wanita dibelakangnya tidak dia perdulikan. Tujuannya hanya satu dan andai dia bisa terbang dengan segera hal itu akan dia lakukan.Sofia menarik napas nya lelah karena berusaha menyamai langkah Adam. "Mas," panggilnya namun Adam tidak mendengarnya barang sedikitpun.Bunga terkejut saat pintu terbuka, Adam berjalan dan tanpa menunggu matanya berkedip pria yang dia cintai itu sudah berada di hadapannya. "Kamu baik-baik saja? Apa masih ada yang terasa sakit." Bunga menutup mulut Adam membuat Pria itu bungkam seketika. "Adam aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir." Adam langsung memeluk Bunga tanpa perduli dengan Sofia,serta Adrian yang menyaksikan hal itu."Aku berjanji tidak akan lagi meninggalkan kamu." Bunga tidak merasa bangga akan hal itu, dia malah merasa sekujur tubuhnya sakit. Perlahan airmata nya jatuh, dia menjauhkan tubuh Adam. Ditatapnya wajah Adam lalu
Berulang kali ku dengar yang mereka katakan.PergiCari yang lainMasih banyak cinta diluar sanaDan sekarang ingin ku katakan, suatu saat kalian pasti akan sangat sulit melakukannya. Jika hati mu sudah tertambat pada satu tempat ternyaman yang selama ini telah lama di huni.Bunga tersenyum saat Asih mengupasinya buah, Adrian sudah pulang saat tadi banyak orang yang menjenguk Bunga. Ada ibu Panti dan juga saudara-saudara Panti yang datang menjenguknya sore tadi.Lalu setelah semuanya pergi, Asih kembali menemani Bunga. Bunga tidak menolak kehadiran Asih karena baginya Asih layaknya orang tua dirinya sendiri."Bunga bagaimana dengan yang Mama katakan? Kamu sudah memikirkan nya?" Bunga mengangguk seraya tersenyum. "Lalu kamu setuju?""Bunga belum tahu Ma. Bunga mau lihat bagaimana kesungguhan hatinya Adam untuk Bunga.""Mama yakin kalian bisa, kamu dan Sofia adalah dua wanita yang luar biasa. Kalian bisa menganggap sebagai layaknya sa
Hari yang dinanti telah tiba, semua meja tersusun rapi. Banyak bunga mawar putih yang menjadi dekorasi pernikahan itu, sesuai keinginan sang mempelai wanita. Ijab kabul sebentar lagi akan dilakukan, namun semua orang terlihat gelisah karena Bunga tidak juga muncul.Sudah tiga jam namun tidak ada kabar dari Bunga. Ponselnya mati dan apartement nya kosong. Adam tahu hal itu dari Adrian yang mengecek ke apartement Bunga. Security mengatakan melihat Bunga pergi dari apartement membawa koper nya pagi sekitar jam enam subuh.Jam dimana seharusnya Bunga pergi ke hotel untuk di make up. Maryam dan Asih menepuk pundak Adam yang duduk sambil memegang keningnya. Dia terlihat sangat gelisah."Bunga sudah pergi," ucap Asih. Membuat Adam terkejut. "Bunga sudah pergi jauh nak. Mama dan Mama mertuamu yang mengantarkannya." Adam langsung berdiri meminta penjelasan. "Maksud mama dia kabur? Lalu apa maksudnya dia meminta pernikahan ini? Dan sepertinya Mama mengetahuinya."Selembar
Awal baru di mulai dengan do'aDari hati yang tulus mencinta.Pada dia...Sosok yang selama ini mampu menjaga keutuhan cinta.Hari pernikahan Bunga dan Adam semakin dekat dan semua sudah rampung sembilan puluh persen. Adam sudah meminta restu dari ibu mertuanya. Meski sebuah tamparan dia dapatkan, tapi Adam tetap memohon maaf dan berjanji akan membahagiakan Sofia.Adam sempat diusir oleh ibu mertuanya hari itu. Namun keesokan hari nya Mama Sofia datang dan berkata menyetujui pernikahan itu asal Sofia bahagia.Hari ini Sofia menemani Adam yang akan mencoba jas pengantin dirinya serta Bunga. Bunga datang bersama Asih karena mereka baru selesai mengurus mengantar beberapa undangan. Di dalam mobil dia tidak langsung turun, menguatkan hati nya sendiri untuk menemui Adam dan Sofia.Bunga yang turun dari mobil menggunakan dress biru muda dengan rambut yang tergerai sangat cantik dimata semua orang yang melihatnya.Dan beberapa pegawai butik menggunji
Berdamai dengan hatiMencoba menenangkan diriMenerima takdirAgar diri ini lepas dari kendali dengkiItulah yang sedang dilakukan Bunga. Dia mulai menerima jalan kehidupan yang harus dia terima. Mulai menerima kalau Sofia adalah istri Adam. Lamunan Bunga terhenti saat Adrian menepuk pundaknya ."Bunga kita sudah sampai." Bunga melihat Adrian lalu beralih keluar jendela mobil. "Oh iya," ucapnya melihat anak-anak panti yang bermain di taman. Tangan Bunga ditahan Adrian saat dia akan membuka pintu. "Bunga benarkah kamu akan menikah dengan Adam?" Adrian mengetahui hal ini dari Sofia. "Kamu tenang saja, aku tidak akan membuat sepupu mu terlupakan oleh Adam." "Bukan Sofia yang aku khawatirkan tapi Adam." Ucapan Adrian membuat Bunga kembali duduk seperti posisi nya semula. "Adam," ucap Bunga mengenang Pria yang dicintai nya itu. "Adam akan mencintai nya kelak. Aku mengenal Adam dengan baik, dia bukan tipe pria yang tidak memperdulikan orang disekitarnya. Bah
Langkah kaki yang buru-buru menuruni anak tangga dapat di dengar Bunga dari arah dapur. Sofia telat bangun pagi ini, meski ini hari minggu dan Adam tidak berangkat ke kantor dia tetap harus bangun pagi. Namun sial nya dia malah telat bangun bahkan shalat dengan waktu yang sedikit lagi habis.Mungkin pelukan Adam semalam membuatnya tidak ingin beranjak dari tempat tidur. Sofia tersenyum mengingat semalam Adam mendekapnya sepanjang malam."Hem...ada yang terlambat bangun." Bunga mematikan kompor dan mengambil mangkuk besar untuk meletakan nasi goreng buatannya. "Bunga kamu sudah bangun?""Tentu saja. Ingat kata ku semalam bukan?" Sofia mengangguk. "Sofia lihat ayam goreng nya sebentar ya, aku mau melipat mukena dan sajadah ku sebentar, aku lupa tadi karena terburu-buru untuk menanak nasi."Ternyata Bunga juga tidak meninggalkan shalat nya. Itu berarti pikiran ku selama ini salah.Sofia berkata-kata dalam hati nya.Tak lama Bunga kembali dengan rambut yang
Bunga sudah keluar dari rumah sakit dan keadaan kaki nya sudah berangsur membaik. Berjalan dengan pelan dia membuka pintu apartement nya. Bunga terkejut karena Sofia berada disana seorang diri. "Bunga maaf mengganggu kamu, Mama menyuruh aku untuk mengantarkan ini. Setelah kamu pilih kamu bisa beritahu Mama." Sofia menyerahkan majalah dari butik tempat pemesanan kebaya pernikahan Bunga dan Adam."Tidak apa-apa. Ayo masuklah." Bunga tersenyum kepada Sofia yang entah kenapa gugup. Pertama kali nya dia datang ke apartement Bunga dan semua terlihat rapi juga semua peraboran terlihat mahal."Kamu tinggal sendiri saja?" Bunga membawakan minuman dan kue dari lemari es nya. "Ya begitulah, tidak mungkin aku tinggal dengan Adam bukan?" Sofia tidak menjawab, dia tahu kalau Bunga sedang menyindir nya.Bunga membuka majalah yang dibawa Sofia dan mengamati semua model yang dia lihat. "Kau suka warna apa Sofia?""Aku?" Sofia terkejut karena Bunga menanyakannya. "Ya kamu."
Berulang kali ku dengar yang mereka katakan.PergiCari yang lainMasih banyak cinta diluar sanaDan sekarang ingin ku katakan, suatu saat kalian pasti akan sangat sulit melakukannya. Jika hati mu sudah tertambat pada satu tempat ternyaman yang selama ini telah lama di huni.Bunga tersenyum saat Asih mengupasinya buah, Adrian sudah pulang saat tadi banyak orang yang menjenguk Bunga. Ada ibu Panti dan juga saudara-saudara Panti yang datang menjenguknya sore tadi.Lalu setelah semuanya pergi, Asih kembali menemani Bunga. Bunga tidak menolak kehadiran Asih karena baginya Asih layaknya orang tua dirinya sendiri."Bunga bagaimana dengan yang Mama katakan? Kamu sudah memikirkan nya?" Bunga mengangguk seraya tersenyum. "Lalu kamu setuju?""Bunga belum tahu Ma. Bunga mau lihat bagaimana kesungguhan hatinya Adam untuk Bunga.""Mama yakin kalian bisa, kamu dan Sofia adalah dua wanita yang luar biasa. Kalian bisa menganggap sebagai layaknya sa
Langkahnya pasti dan terus menuju ruang dimana tambatan hati nya berada.Langkah kecil seorang wanita dibelakangnya tidak dia perdulikan. Tujuannya hanya satu dan andai dia bisa terbang dengan segera hal itu akan dia lakukan.Sofia menarik napas nya lelah karena berusaha menyamai langkah Adam. "Mas," panggilnya namun Adam tidak mendengarnya barang sedikitpun.Bunga terkejut saat pintu terbuka, Adam berjalan dan tanpa menunggu matanya berkedip pria yang dia cintai itu sudah berada di hadapannya. "Kamu baik-baik saja? Apa masih ada yang terasa sakit." Bunga menutup mulut Adam membuat Pria itu bungkam seketika. "Adam aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir." Adam langsung memeluk Bunga tanpa perduli dengan Sofia,serta Adrian yang menyaksikan hal itu."Aku berjanji tidak akan lagi meninggalkan kamu." Bunga tidak merasa bangga akan hal itu, dia malah merasa sekujur tubuhnya sakit. Perlahan airmata nya jatuh, dia menjauhkan tubuh Adam. Ditatapnya wajah Adam lalu
Jangan membicarakan hati iniKalau kau masih bermain disana tanpa hentiJangan menilai Cinta Kalau kau masih tetap tidak bisa melupakannyaBunga membuka mata merasakan keributan di sekelilingnya. Saat itu netra nya menangkap sosok Pria yang tidak dia kenali berbicara dengan Asih."Oh hai Bunga, kamu sudah sadar?" tanya Pria itu tidak canggung membantu Bunga untuk duduk bersandar."Kau siapa?" tanya Bunga tidak menutup rasa tidak suka nya karena Pria yang baru dia lihat itu sudah berani menyentuh tangannya. "Maaf sebelumnya," ujar Pria itu tersenyum lembut. "Aku Adrian, aku yang tidak sengaja menabrak kamu." Bunga mengangguk, dia sudah mendengar dari Asih kejadian sebenarnya. "Rajin-rajinlah membawa mobil mu ke bengkel." Adrian tersenyum begitu juga Asih."Bunga, Adrian ini sepupunya Sofia. Dia baru saja tiba di Jakarta." Bunga mengangguk mengerti. "Jadi kamu sepupu Sofia?" Adrian menjawab dengan senyumannya."Bunga, Mama pamit pulang sebentar
Meski takdir tidak memihak padanya, Bunga sudah berusaha sebaik mungkin agar kisah nya dan Adam tetap berlanjut. Namun setelah apa yang dikatakan sahabatnya dia dengar, Bunga ragu untuk melanjutkan usaha itu. Dia memang berpikir untuk pergi.Maka pagi ini Bunga ingin mengunjungi Panti Asuhan tempat dimana dia dibesarkan dulu. Dia ingin berpamitan secara langsung dengan Ibu Kepala Panti, dan juga adik-adik nya disana.Sebelum ke Panti Bunga menyempatkan diri membeli beberapa makanan serta mainan, dan yang terakhir Bunga akan membeli beberapa buku bacaan untuk adik-adiknya.Dia memarkirkan mobil tidak jauh dari toko buku di dekat taman kota yang biasa dia kunjungi.Berjalan dengan wajah yang tenang Bunga membuka pintu kaca toko itu. Setelah memilih beberapa buku dia membayar nya di kasir lalu kembali menuju mobil, sebelum Bunga sampai pada mobilnya dia mendengar teriakan seorang Ibu memanggil nama anaknya, dia yang dekat dengan anak itu langsung saja berlari