Hanya wajah mu yang terukir didalam hatiku, abadi dan tak kan pernah terganti..
Hanya kau lah cinta dalam hidup ku...Meski pun langit tlah memisahkan cinta kita...
Aku kan selalu untuk mu...Cinta mu akan selalu bersemi di hidup ku...Adam menatap teduh wajah Bunga yang bermain gitar malam itu di tepi pantai dengan bernyanyi lagu yang sangat di sukai Bunga. Ya, lagu yang Bunga nyanyikan adalah lagu favorit Bunga setelah lagu penomenal 'yo te amo' .
Wajah Bunga semakin bersinar saat bulan menyinarinya.Adam tidak sadar saat disebelahnya ada Sofia yang juga menatap Bunga, mereka bertiga duduk di pasir putih pantai malam itu ditemani beberapa makanan yang dipesan Adam pada pihak hotel. "Suara kamu bagus," Sofia bertepuk tangan membuat Adam terkejut. "Maaf Mas tidak bermaksud mengejutkan." Adam hanya mengangguk dan kembali melihat Bunga yang tersenyum.
"Apa kalian pernah berpikir kenapa kita bertiga di pertemukan?" Pertanyaan Bunga membuat Sofia tersenyum karena Bunga tidak lagi sinis kepadanya. "Mungkin Allah punya maksud yang sangat indah dibalik ini semua."
"Kau berbicara sangat lembut Sofia. Membuat ku jadi ragu untuk benar-benar menyakiti mu." Bunga tersenyum lalu menatap gelap nya langit. "Bisakah kita seperti dulu Adam." Adam terdiam terasa sunyi begitu juga Sofia yang merasakan dingin menyapa tubuhnya. "Aku ingin kamu tetap milik ku, tapi dengan menyakiti istri mu aku merasa aku bukan diriku. Bisakah aku meminta Sofia melepaskan mu? Tentu dia tidak mau. Lalu apakah aku yang pergi?"
"No!" Jawab Adam dengan keyakinan. Dan senyum tipis Bunga terlihat. "Lalu aku harus apa?"
"Menikah denganku. Sofia setuju jika aku menikahi mu," Bunga menggelengkan kepala nya kuat. "Aku tidak akan mampu melihat hati mu terbagi. Melihat kelak kau mengecup kening nya. Aku tidak sanggup." Adam menggenggam tangan Bunga namun Sofia menyentuh lengannya. Adam melepaskan sentuhannya membuat Bunga kembali tersenyum setipis benang. "Aku rasa aku ingin berlari Adam, dan membawa semua kisah kita." Bunga berdiri dari duduk nya tadi. Dengan membawa gitar yang dia pinjam. Bunga mengakhiri malam yang kembali dia lalui bersama Adam dan Sofia.
"Bunga," panggil Adam namun Bunga hanya melambaikan tangannya tanpa menoleh ke belakang. "Jangan lupa besok kita meeting jam delapan pagi di restoran atas hotel ini." Adam hanya mampu menunduk saat Bunga pergi tanpa mau melihat kearahnya. "Apa dia akan pergi dari hidup ku Sofia?" Sofia hanya mampu mengusap bahu Adam yang gusar.
Malam ini Bunga terlihat berbeda, dia tidak menebarkan gendrang perang kepada Sofia. Melainkan sisi baru yang dilihat Sofia. Pertanyaan Bunga membuat Sofia kembali berpikir.
"Bisakah aku meminta Sofia melepaskan mu Adam?"
Sofia tertegun saat ombak deras menghantam bibir pantai dan Adam sudah berdiri menunggu nya untuk kembali ke kamar.
Tidak ada yang terjadi di dalam kamar mereka selain Adam yang memilih tidur di sofa dan Sofia di kasur empuk berseprei putih. Sofia masih terus merenung lalu memutuskan untuk mengambil air wudhu.
Dibalik dinding lainnya Bunga mengamuk pada dirinya sendiri. Menangis, berteriak tanpa ada yang tahu. "Bodoh! Aku sengaja membuat wanita itu ikut kesini untuk membuat nya merasakan sakit. Tapi kenapa aku tidak bisa!" Bunga memukul-mukul air dalam bath up . Tangis nya beriringan dengan sakit yang coba dia keluarkan.
"Sofia....," teriaknya geram. "Bisakah dia pergi saja. Pergi dari aku dan Adam." Rengek Bunga pada dirinya sendiri. Bunga memejamkan mata nya menahan semua pikiran egois yang akan dia lakukan. Bisa saja dia malam ini menelpon Adam dan dengan begitu Sofia akan merasa sakit hati karena suami nya bermalam bersama nya. Tapi kembali Bunga berpikir untuk apa dia lakukan semua itu? Adam tidak mau menceraikan Sofia, Sofia juga tidak mau melepaskan Adam lalu untuk apa dia membuat semua skenario jahat itu.
Dia adalah wanita kuat, dan kali ini juga dia harus kuat. Biarlah waktu menjawab semuanya apakah Adam jodoh nya atau bukan, dan biarkan Adam memilih dia atau Sofia. Bunga tidak akan lagi berpikir menyakiti Sofia, tidak akan. Semua itu hanya akan membuat nya jatuh dalam jurang kehancuran.
Perebut suami orang
Dia benci dengan sebutan itu, lantas apa dia seperti itu? Tidak dia bukan perebut Adam. Takdir lah yang merebut Adam dari nya, maka Bunga akan membiarkan takdir bermain dengan Adam dan Sofia.
Bunga keluar dari dalam bath up lalu mengambil bathrobe nya. Bel yang berbunyi menuntut Bunga untuk membuka pintu kamar. Setelah melihat dari lubang kecil kalau tamu nya adalah Adam, Bunga membuka kunci kamar.
"Adam kenapa kau kesini?"
"Apa kau tidak apa-apa?" tanya Adam khawatir dan Bunga tersenyum menenangkan. "Aku tidak apa-apa. Hanya saja aku memikirkan mu." Bunga memang mengatakan yang sebenarnya. Adam memeluknya namun Bunga melepaskan pelukan itu. "Kembalilah ke kamar mu, Sofia akan khawatir kalau kamu akan tidur bersama ku dan cap pelakor akan menodai reputasi ku yang baik ini."
"Tapi kau bukan wanita seperti itu."
"Aku tahu, maka dari itu kembali lah. Aku menyerahkan semua nya padamu, kau bisa membuat pilihan itu sendiri. Bersama ku atau dia. Aku tidak membenci Sofia, aku tidak mampu melakukannya meski aku ingin." Bunga menunduk dan Adam memeluknya. Bunga kembali menolak itu.
"Pergilah, dia menunggu mu."
"Bunga aku akan tetap disini bersama mu."
"No! Dia yang sudah kau nikahi, bukan aku." Bunga mendorong tubuh Adam dengan kuat hingga Adam keluar dari batas pintu dan Bunga menutup pintu kamar nya.
"Aku mencintai mu Bunga," teriak Adam tepat saat pintu tertutup. Adam memukul angin disekitarnya dia terasa terperangkap oleh keadaan. Dia menginginkan Bunga, hanya Bunga.
Tbc...
Bunga tenggelam dalam hempasan ombak yang mengenai batu karang. Dia tenggelam cukup lama oleh pemandangan itu hingga sebuah suara berat yang cukup dia kenal menariknya dari pemandangan indah di tepi pantai sana."Selamat Pagi Pak." Sapa Bunga seolah tidak terjadi apapun diantara mereka berdua. Adam duduk dengan pandangan yang sangat menusuk bagi Bunga. "Kau sarapan dimana tadi? Apa kau menghindariku?""Aku sarapan di kamar, tenang saja. Aku menyiapkan semua persentasi kita kepada pihak Derson. Kau tahu bukan mereka itu perusahaan yang besar. Jadi aku ingin kita mulai meeting ini dengan sempurna." Adam ingin menjawab namun suara dari belakang mereka menghentikannya. "Selamat Pagi Pak Adam dan Bu Bunga." Adam serta Bunga berdiri menyambut seorang Pria muda seumuran dengan mereka. Jabat tangan dimulai lalu mereka duduk bersama. "Ah ya, maafkan kalau atasan saya terlambat. Dia baru tiba hari ini dari London, maafkan karena kesibukan nya.""Ti
Seminggu Kemudian...Bunga sedang memberikan beberapa berkas untuk di tanda tangani Adam, sudah satu minggu namun kedua kekasih yang terpisah oleh sebuah pernikahan itu menjadi serba salah.Adam ingin mendekat kepada Bunga namun wanita itu terus menghindar. Menyiksa diri Adam perlahan dengan semua rasa rindu saat berada di dekat Bunga. Sementara Bunga, wanita yang terlihat tegar itu berusaha mati-matian menekan hatinya agar tidak luluh dengan tatapan Adam yang memohon.Seperti saat ini, Adam menarik tangannya dan perlahan pria itu sudah merengkuh tubuh nya yang terasa lelah. Beban yang dirasakan Bunga menguar begitu saja terbawa angin entah kemana saat Adam memeluknya erat. "Aku sayang kamu Bunga, jangan hindari aku seperti ini." Adam berkata pelan dengan suara beratnya. Bunga hanya memejamkan matanya berusaha terus menekan hati nya. Entah sampai kapan dia pun tak tahu."Maafkan aku Adam,"
Kacamata hitam membuat penampilan Adam semakin sempurna. Sofia yang berjalan disebelahnya hanya bisa mengamati penampilan suami nya itu dalam diam. Dia bahagia karena hari ini dia dan Adam akan pergi ke Pulau Dewata. Mereka hanya berdua pergi bersama, tanpa adanya Bunga yang ikut bersama mereka.Tapi sepertinya sama saja, lihat sekarang Adam sedang duduk di bangku tunggu sambil terus mencoba menghubungi Bunga. Adam terlihat sangat gelisah karena Bunga tidak kunjung mengangkat telponnya."Mas, mungkin Bunga masih tidur." Adam melirik Sofia sekilas lalu memasukan ponsel nya kedalam saku. "Apa yang akan kita lakukan di Bali sana Sofia? Aku sama sekali tidak punya niat mengkhianati Bunga." Lagi Sofia harus menelan pil pahit akibat kisah belum usai antara suami dan kekasihnya. "Aku tidak minta Mas untuk mengkhianati Bunga. Kita bisa saling mengenal satu sama lain nanti di Bali. Setidaknya ini bisa menjadi awal yang baik bagi kita. Jika memang Mas tidak berniat menceraikan ku."
Meski takdir tidak memihak padanya, Bunga sudah berusaha sebaik mungkin agar kisah nya dan Adam tetap berlanjut. Namun setelah apa yang dikatakan sahabatnya dia dengar, Bunga ragu untuk melanjutkan usaha itu. Dia memang berpikir untuk pergi.Maka pagi ini Bunga ingin mengunjungi Panti Asuhan tempat dimana dia dibesarkan dulu. Dia ingin berpamitan secara langsung dengan Ibu Kepala Panti, dan juga adik-adik nya disana.Sebelum ke Panti Bunga menyempatkan diri membeli beberapa makanan serta mainan, dan yang terakhir Bunga akan membeli beberapa buku bacaan untuk adik-adiknya.Dia memarkirkan mobil tidak jauh dari toko buku di dekat taman kota yang biasa dia kunjungi.Berjalan dengan wajah yang tenang Bunga membuka pintu kaca toko itu. Setelah memilih beberapa buku dia membayar nya di kasir lalu kembali menuju mobil, sebelum Bunga sampai pada mobilnya dia mendengar teriakan seorang Ibu memanggil nama anaknya, dia yang dekat dengan anak itu langsung saja berlari
Jangan membicarakan hati iniKalau kau masih bermain disana tanpa hentiJangan menilai Cinta Kalau kau masih tetap tidak bisa melupakannyaBunga membuka mata merasakan keributan di sekelilingnya. Saat itu netra nya menangkap sosok Pria yang tidak dia kenali berbicara dengan Asih."Oh hai Bunga, kamu sudah sadar?" tanya Pria itu tidak canggung membantu Bunga untuk duduk bersandar."Kau siapa?" tanya Bunga tidak menutup rasa tidak suka nya karena Pria yang baru dia lihat itu sudah berani menyentuh tangannya. "Maaf sebelumnya," ujar Pria itu tersenyum lembut. "Aku Adrian, aku yang tidak sengaja menabrak kamu." Bunga mengangguk, dia sudah mendengar dari Asih kejadian sebenarnya. "Rajin-rajinlah membawa mobil mu ke bengkel." Adrian tersenyum begitu juga Asih."Bunga, Adrian ini sepupunya Sofia. Dia baru saja tiba di Jakarta." Bunga mengangguk mengerti. "Jadi kamu sepupu Sofia?" Adrian menjawab dengan senyumannya."Bunga, Mama pamit pulang sebentar
Langkahnya pasti dan terus menuju ruang dimana tambatan hati nya berada.Langkah kecil seorang wanita dibelakangnya tidak dia perdulikan. Tujuannya hanya satu dan andai dia bisa terbang dengan segera hal itu akan dia lakukan.Sofia menarik napas nya lelah karena berusaha menyamai langkah Adam. "Mas," panggilnya namun Adam tidak mendengarnya barang sedikitpun.Bunga terkejut saat pintu terbuka, Adam berjalan dan tanpa menunggu matanya berkedip pria yang dia cintai itu sudah berada di hadapannya. "Kamu baik-baik saja? Apa masih ada yang terasa sakit." Bunga menutup mulut Adam membuat Pria itu bungkam seketika. "Adam aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir." Adam langsung memeluk Bunga tanpa perduli dengan Sofia,serta Adrian yang menyaksikan hal itu."Aku berjanji tidak akan lagi meninggalkan kamu." Bunga tidak merasa bangga akan hal itu, dia malah merasa sekujur tubuhnya sakit. Perlahan airmata nya jatuh, dia menjauhkan tubuh Adam. Ditatapnya wajah Adam lalu
Berulang kali ku dengar yang mereka katakan.PergiCari yang lainMasih banyak cinta diluar sanaDan sekarang ingin ku katakan, suatu saat kalian pasti akan sangat sulit melakukannya. Jika hati mu sudah tertambat pada satu tempat ternyaman yang selama ini telah lama di huni.Bunga tersenyum saat Asih mengupasinya buah, Adrian sudah pulang saat tadi banyak orang yang menjenguk Bunga. Ada ibu Panti dan juga saudara-saudara Panti yang datang menjenguknya sore tadi.Lalu setelah semuanya pergi, Asih kembali menemani Bunga. Bunga tidak menolak kehadiran Asih karena baginya Asih layaknya orang tua dirinya sendiri."Bunga bagaimana dengan yang Mama katakan? Kamu sudah memikirkan nya?" Bunga mengangguk seraya tersenyum. "Lalu kamu setuju?""Bunga belum tahu Ma. Bunga mau lihat bagaimana kesungguhan hatinya Adam untuk Bunga.""Mama yakin kalian bisa, kamu dan Sofia adalah dua wanita yang luar biasa. Kalian bisa menganggap sebagai layaknya sa
Bunga sudah keluar dari rumah sakit dan keadaan kaki nya sudah berangsur membaik. Berjalan dengan pelan dia membuka pintu apartement nya. Bunga terkejut karena Sofia berada disana seorang diri. "Bunga maaf mengganggu kamu, Mama menyuruh aku untuk mengantarkan ini. Setelah kamu pilih kamu bisa beritahu Mama." Sofia menyerahkan majalah dari butik tempat pemesanan kebaya pernikahan Bunga dan Adam."Tidak apa-apa. Ayo masuklah." Bunga tersenyum kepada Sofia yang entah kenapa gugup. Pertama kali nya dia datang ke apartement Bunga dan semua terlihat rapi juga semua peraboran terlihat mahal."Kamu tinggal sendiri saja?" Bunga membawakan minuman dan kue dari lemari es nya. "Ya begitulah, tidak mungkin aku tinggal dengan Adam bukan?" Sofia tidak menjawab, dia tahu kalau Bunga sedang menyindir nya.Bunga membuka majalah yang dibawa Sofia dan mengamati semua model yang dia lihat. "Kau suka warna apa Sofia?""Aku?" Sofia terkejut karena Bunga menanyakannya. "Ya kamu."
Hari yang dinanti telah tiba, semua meja tersusun rapi. Banyak bunga mawar putih yang menjadi dekorasi pernikahan itu, sesuai keinginan sang mempelai wanita. Ijab kabul sebentar lagi akan dilakukan, namun semua orang terlihat gelisah karena Bunga tidak juga muncul.Sudah tiga jam namun tidak ada kabar dari Bunga. Ponselnya mati dan apartement nya kosong. Adam tahu hal itu dari Adrian yang mengecek ke apartement Bunga. Security mengatakan melihat Bunga pergi dari apartement membawa koper nya pagi sekitar jam enam subuh.Jam dimana seharusnya Bunga pergi ke hotel untuk di make up. Maryam dan Asih menepuk pundak Adam yang duduk sambil memegang keningnya. Dia terlihat sangat gelisah."Bunga sudah pergi," ucap Asih. Membuat Adam terkejut. "Bunga sudah pergi jauh nak. Mama dan Mama mertuamu yang mengantarkannya." Adam langsung berdiri meminta penjelasan. "Maksud mama dia kabur? Lalu apa maksudnya dia meminta pernikahan ini? Dan sepertinya Mama mengetahuinya."Selembar
Awal baru di mulai dengan do'aDari hati yang tulus mencinta.Pada dia...Sosok yang selama ini mampu menjaga keutuhan cinta.Hari pernikahan Bunga dan Adam semakin dekat dan semua sudah rampung sembilan puluh persen. Adam sudah meminta restu dari ibu mertuanya. Meski sebuah tamparan dia dapatkan, tapi Adam tetap memohon maaf dan berjanji akan membahagiakan Sofia.Adam sempat diusir oleh ibu mertuanya hari itu. Namun keesokan hari nya Mama Sofia datang dan berkata menyetujui pernikahan itu asal Sofia bahagia.Hari ini Sofia menemani Adam yang akan mencoba jas pengantin dirinya serta Bunga. Bunga datang bersama Asih karena mereka baru selesai mengurus mengantar beberapa undangan. Di dalam mobil dia tidak langsung turun, menguatkan hati nya sendiri untuk menemui Adam dan Sofia.Bunga yang turun dari mobil menggunakan dress biru muda dengan rambut yang tergerai sangat cantik dimata semua orang yang melihatnya.Dan beberapa pegawai butik menggunji
Berdamai dengan hatiMencoba menenangkan diriMenerima takdirAgar diri ini lepas dari kendali dengkiItulah yang sedang dilakukan Bunga. Dia mulai menerima jalan kehidupan yang harus dia terima. Mulai menerima kalau Sofia adalah istri Adam. Lamunan Bunga terhenti saat Adrian menepuk pundaknya ."Bunga kita sudah sampai." Bunga melihat Adrian lalu beralih keluar jendela mobil. "Oh iya," ucapnya melihat anak-anak panti yang bermain di taman. Tangan Bunga ditahan Adrian saat dia akan membuka pintu. "Bunga benarkah kamu akan menikah dengan Adam?" Adrian mengetahui hal ini dari Sofia. "Kamu tenang saja, aku tidak akan membuat sepupu mu terlupakan oleh Adam." "Bukan Sofia yang aku khawatirkan tapi Adam." Ucapan Adrian membuat Bunga kembali duduk seperti posisi nya semula. "Adam," ucap Bunga mengenang Pria yang dicintai nya itu. "Adam akan mencintai nya kelak. Aku mengenal Adam dengan baik, dia bukan tipe pria yang tidak memperdulikan orang disekitarnya. Bah
Langkah kaki yang buru-buru menuruni anak tangga dapat di dengar Bunga dari arah dapur. Sofia telat bangun pagi ini, meski ini hari minggu dan Adam tidak berangkat ke kantor dia tetap harus bangun pagi. Namun sial nya dia malah telat bangun bahkan shalat dengan waktu yang sedikit lagi habis.Mungkin pelukan Adam semalam membuatnya tidak ingin beranjak dari tempat tidur. Sofia tersenyum mengingat semalam Adam mendekapnya sepanjang malam."Hem...ada yang terlambat bangun." Bunga mematikan kompor dan mengambil mangkuk besar untuk meletakan nasi goreng buatannya. "Bunga kamu sudah bangun?""Tentu saja. Ingat kata ku semalam bukan?" Sofia mengangguk. "Sofia lihat ayam goreng nya sebentar ya, aku mau melipat mukena dan sajadah ku sebentar, aku lupa tadi karena terburu-buru untuk menanak nasi."Ternyata Bunga juga tidak meninggalkan shalat nya. Itu berarti pikiran ku selama ini salah.Sofia berkata-kata dalam hati nya.Tak lama Bunga kembali dengan rambut yang
Bunga sudah keluar dari rumah sakit dan keadaan kaki nya sudah berangsur membaik. Berjalan dengan pelan dia membuka pintu apartement nya. Bunga terkejut karena Sofia berada disana seorang diri. "Bunga maaf mengganggu kamu, Mama menyuruh aku untuk mengantarkan ini. Setelah kamu pilih kamu bisa beritahu Mama." Sofia menyerahkan majalah dari butik tempat pemesanan kebaya pernikahan Bunga dan Adam."Tidak apa-apa. Ayo masuklah." Bunga tersenyum kepada Sofia yang entah kenapa gugup. Pertama kali nya dia datang ke apartement Bunga dan semua terlihat rapi juga semua peraboran terlihat mahal."Kamu tinggal sendiri saja?" Bunga membawakan minuman dan kue dari lemari es nya. "Ya begitulah, tidak mungkin aku tinggal dengan Adam bukan?" Sofia tidak menjawab, dia tahu kalau Bunga sedang menyindir nya.Bunga membuka majalah yang dibawa Sofia dan mengamati semua model yang dia lihat. "Kau suka warna apa Sofia?""Aku?" Sofia terkejut karena Bunga menanyakannya. "Ya kamu."
Berulang kali ku dengar yang mereka katakan.PergiCari yang lainMasih banyak cinta diluar sanaDan sekarang ingin ku katakan, suatu saat kalian pasti akan sangat sulit melakukannya. Jika hati mu sudah tertambat pada satu tempat ternyaman yang selama ini telah lama di huni.Bunga tersenyum saat Asih mengupasinya buah, Adrian sudah pulang saat tadi banyak orang yang menjenguk Bunga. Ada ibu Panti dan juga saudara-saudara Panti yang datang menjenguknya sore tadi.Lalu setelah semuanya pergi, Asih kembali menemani Bunga. Bunga tidak menolak kehadiran Asih karena baginya Asih layaknya orang tua dirinya sendiri."Bunga bagaimana dengan yang Mama katakan? Kamu sudah memikirkan nya?" Bunga mengangguk seraya tersenyum. "Lalu kamu setuju?""Bunga belum tahu Ma. Bunga mau lihat bagaimana kesungguhan hatinya Adam untuk Bunga.""Mama yakin kalian bisa, kamu dan Sofia adalah dua wanita yang luar biasa. Kalian bisa menganggap sebagai layaknya sa
Langkahnya pasti dan terus menuju ruang dimana tambatan hati nya berada.Langkah kecil seorang wanita dibelakangnya tidak dia perdulikan. Tujuannya hanya satu dan andai dia bisa terbang dengan segera hal itu akan dia lakukan.Sofia menarik napas nya lelah karena berusaha menyamai langkah Adam. "Mas," panggilnya namun Adam tidak mendengarnya barang sedikitpun.Bunga terkejut saat pintu terbuka, Adam berjalan dan tanpa menunggu matanya berkedip pria yang dia cintai itu sudah berada di hadapannya. "Kamu baik-baik saja? Apa masih ada yang terasa sakit." Bunga menutup mulut Adam membuat Pria itu bungkam seketika. "Adam aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir." Adam langsung memeluk Bunga tanpa perduli dengan Sofia,serta Adrian yang menyaksikan hal itu."Aku berjanji tidak akan lagi meninggalkan kamu." Bunga tidak merasa bangga akan hal itu, dia malah merasa sekujur tubuhnya sakit. Perlahan airmata nya jatuh, dia menjauhkan tubuh Adam. Ditatapnya wajah Adam lalu
Jangan membicarakan hati iniKalau kau masih bermain disana tanpa hentiJangan menilai Cinta Kalau kau masih tetap tidak bisa melupakannyaBunga membuka mata merasakan keributan di sekelilingnya. Saat itu netra nya menangkap sosok Pria yang tidak dia kenali berbicara dengan Asih."Oh hai Bunga, kamu sudah sadar?" tanya Pria itu tidak canggung membantu Bunga untuk duduk bersandar."Kau siapa?" tanya Bunga tidak menutup rasa tidak suka nya karena Pria yang baru dia lihat itu sudah berani menyentuh tangannya. "Maaf sebelumnya," ujar Pria itu tersenyum lembut. "Aku Adrian, aku yang tidak sengaja menabrak kamu." Bunga mengangguk, dia sudah mendengar dari Asih kejadian sebenarnya. "Rajin-rajinlah membawa mobil mu ke bengkel." Adrian tersenyum begitu juga Asih."Bunga, Adrian ini sepupunya Sofia. Dia baru saja tiba di Jakarta." Bunga mengangguk mengerti. "Jadi kamu sepupu Sofia?" Adrian menjawab dengan senyumannya."Bunga, Mama pamit pulang sebentar
Meski takdir tidak memihak padanya, Bunga sudah berusaha sebaik mungkin agar kisah nya dan Adam tetap berlanjut. Namun setelah apa yang dikatakan sahabatnya dia dengar, Bunga ragu untuk melanjutkan usaha itu. Dia memang berpikir untuk pergi.Maka pagi ini Bunga ingin mengunjungi Panti Asuhan tempat dimana dia dibesarkan dulu. Dia ingin berpamitan secara langsung dengan Ibu Kepala Panti, dan juga adik-adik nya disana.Sebelum ke Panti Bunga menyempatkan diri membeli beberapa makanan serta mainan, dan yang terakhir Bunga akan membeli beberapa buku bacaan untuk adik-adiknya.Dia memarkirkan mobil tidak jauh dari toko buku di dekat taman kota yang biasa dia kunjungi.Berjalan dengan wajah yang tenang Bunga membuka pintu kaca toko itu. Setelah memilih beberapa buku dia membayar nya di kasir lalu kembali menuju mobil, sebelum Bunga sampai pada mobilnya dia mendengar teriakan seorang Ibu memanggil nama anaknya, dia yang dekat dengan anak itu langsung saja berlari