“Lalu, bagaimana si Bisma itu? Apa dia sudah tahu kamu mengalami hal ini gara-gara dia?” tanya Anton.Sebuah pertanyaan yang mampu membuat Melati kembali tidak tenang. Bagaimana mungkin, Melati bisa mengatakan kepada Anton, bahwa pelaku yang sebenarnya adalah Bisma.“Kak Maudi yang urus, Pah,” Melati kembali menunduk.“Jauhi dia!” pinta Anton, membuat Melati menghentikan nafasnya sejenak.“Jauhi Maudi setelah ini, Papah tidak suka!”Melati mengangguk, menolak juga percuma bukan? Dari kecil, Anton selalu memberikan beberapa peraturan yang tidak boleh untuk dilanggar oleh Melati. Dan kali ini, pasti aturannya sama.“Sudahlah … Papah hanya minta kamu segera sembuh, fokus belajar, sekali lagi kamu kena masalah seperti ini. Kamu ikut Homeschooling saja!” Anton berlalu pergi, meninggalkan ruangan itu setelah memberikan peringatan kepada anaknya.Homeschooling, bukankah itu lebih baik? Dia bisa bebas dari Bisma secepatnya, mungkin setelah semester 1 berakhir, Melati akan meminta kepada Anton
“Gimana … kalau aku buat guru-guru nikahi kita secara paksa!” Bisma kembali menekan pergerakan Melati dan mencium bibir itu dengan ganas.Sebuah perbuatan yang Bisma lakukan secara terang-terangan di tempat yang bisa saja orang-orang melewati tempat itu. Terutama … guru-guru.“Mmh …. ” Melati mencoba berontak, ini tempat umum. Melati tidak mau ada yang melihatnya. Walau dia tidak takut akan ancaman Bisma tentang foto-foto yang akan disebarkannya, tetapi untuk saat ini berbeda. Orang-orang akan menilai langsung bagaimana perbuatan itu.Bisma tersenyum penuh kemenangan, dia mengakhiri tautan mereka dengan mengelap bibirnya yang sedikit basah. “Bibir kamu masih sama, sangat manis untuk selalu aku makan.”PLAK!Melati menampar Bisma dengan keras, setelah itu dia melangkahkan kakinya dan hendak berlalu pergi.Namun, Bisma segera memeluknya dari Belakang. Dan masih mencoba menahan pergelangan tangan Melati agar tidak bergerak.“Lepas!”“Sampai kapanpun kamu tidak akan bisa bebas dari aku!”
“Dasar Brengsek, aku makin gak suka sama dia,” umpat Lita, saat mengetahui semua kebenaran yang terjadi antara Melati dan Bisma.Melati menceritakan semua yang terjadi padanya, dia bisa melihat Lita adalah orang yang tulus. Lagipula Melati sedang membutuhkan sosok untuk bersandar, dia tidak mungkin bercerita kepada keluarganya perihal ini bukan?“Aku bingung, Lit! Kenal sama Bisma, seperti mimpi buruk untuk aku.” Malati menyeka sudut matanya.“Tapi, yang aku lihat dia memang cinta beneran sama kamu, Mel.” Lita mulai berpikir, “Aku bisa melihat dari sorot matanya.”“Tapi, cara dia itu salah, Lit,” ungkap Melati, sesungguhnya gadis itu menyadari bahwa Bisma memang benar-benar mencintainya. Dan rasa itu bertambah, dengan tidak inginnya Maudi bisa memiliki Melati.“Aku gak bakal sanggup di posisi kamu, Mel. Pantas aja, kalau kamu kemarin sempat depresi.”“Aku bingung, apalagi Papah aku udah gak percaya sama …. ” Melati menghentikan ucapannya, rasanya dia tidak sanggup dengan semua kenyata
“Hay, Bisma!” sapa seorang gadis berambut sebahu. Didepan teman-temannya Bisma selalu memasang wajah cuek kepada para gadis, tetapi tidak dibelakang mereka.Seorang Bisma berubah menjadi lelaki yang berbeda, dia akan berlagak layaknya seorang penyair yang mampu membuat para gadis luluh.Sudah sejak lama Bisma memperhatikan gadis yang selalu menyapanya setiap pagi, menurut informasi gadis itu bernama Raya, dia berada dikelas XII MIPA B, sedangkan Bisma berada di kelas C.Berbekal informasi tersebut, Bisma mencoba mencari tahu akun media sosial Raya dan mengajak Raya untuk ketemuan.Bak gayung bersambut, Raya yang mendapatkan pesan dari orang yang begitu dia kagumi sangat senang, dan semenjak saat itu mereka sering bertemu.“Kenapa kita harus merahasiakan ini dari orang-orang?” tanya Raya, saat ini mereka sedang bermain ke puncak Bogor. Hubungan keduanya saat ini sudah menjadi sepasang kekasih.“Aku hanya belum siap aja untuk mempublikasikan semua,” jawab Bisma. Lelaki itu membenarkan s
“KAMU AKAN MERASAKAN PENDERITAAN!”Bisma terbangun dari tidurnya, tepat setelah sosok yang Bisma yakini Raya mengucapkan kalimat tersebut. Entah sudah yang keberapa kali. Namun, akhir-akhir ini Bisma kerap bermimpi buruk.“Kenapa Lo selalu datang di mimpi gue, Ra?” tanya Bisma yang merasa lemas, dia akhirnya memutuskan untuk ke kamar mandi. Sekedar untuk membasuh muka, dan setelah itu dia memilih untuk keluar menuju balkon kamarnya.“Kita udha putus hubungan, dan Lo yang memilih untuk akhiri hidup Lo. Seharusnya Lo jangan ganggu hidup gue.” Bisma mengacak rambutnya, setelah itu dia mengambil rokok dan menyalakan nya.Huft.Kepulan asap mulai berterbangan, berpencar dan menyatu dengan dinginnya malam, seiringan dengan Bisma yang terus-menerus mengisap rokok.“Gue gak bakal percaya sama omongan Lo, penderitaan. Hidup gue selama ini juga sudah menderita.”Bisma memilih tidak percaya dengan sumpah yang Raya ucapkan, tentang dirinya yang akan merasakan penderitaan. Namun, ada satu hal yang
Hari ini, semua siswa-siswi SMA Bintang berkumpul di lapangan utama. Upacara serah terima jabatan dari pengurus OSIS baru dan lama sedang berlangsung.Dan sekarang, tiba saatnya mandat dari Ketua OSIS sebelumnya. Maudi naik keatas podium, memberikan sambutan dan pesan-pesan kepada jajaran baru yang akan bertugas.“Ganteng banget!” teriak salah satu teman yang ada di sebelah Melati. Gadis itu hanya tersenyum simpul, tidaklah mereka menyadari bahwa Maudi sebenarnya lebih tampan dari pada Bintang Sekolah yang selalu mereka agung-agung kan.Setelah lima menit, Maudi menuruni podium dan digantikan dengan sambutan dari ketua OSIS yang baru. Melati pun segera keluar dari barisan, mencari sosok yang baru saja meninggalkan lapangan.“Perasaan tadi kesini!” Melati berjongkok, sambil memijat kakinya yang pegal. Efek terlalu lama berdiri saat upacara tadi.“Kamu nyari aku, Mel?”Sebuah suara mengagetkan Melati, bagaimana bisa lelaki itu ada dibelakangnya sekarang. Gadis itu pun menoleh, menatap k
“Sial!” Bisma memukul kemudi mobilnya saat telah membuka pesan dari Sinta. Kenapa dia malah mengabaikan pesan penting ini dari tadi, padahal Bisma bisa langsung menghampiri orang yang di foto tersebut saat itu juga.Tepat pulang sekolah, Bisma menunggu-nunggu Melati. Dia ingin menanyakan kejelasan hubungan antara keduanya, dia masih belum ikhlas untuk melepas Melati begitu saja.“Hai, Bis! Gimana? Udah lihat foto dari aku,” tanya Sinta. Dia menghampiri Bisma yang saat itu sedang menyandarkan atau tangannya diatas jendela mobil. Gadis itu sedikit mencolek dagu Bisma. Yang memang, kaca mobilnya dibiarkan terbuka.“Apaan sih, Lo!” Bisma menyingkirkan tangan Sinta yang mulai berani membelai wajahnya.“Gimana rasanya diacuhkan?” tanya Sinta setengah mengejek.“Itu yang Gue rasain, saat Lo abai sama Gue!”“Berisik!” hardik Bisma.“Uw! Buy the way … gue udah sebarin foto itu sama temen sekelas gue.” Sinta berkacak pinggang.“Lo tahu kan, dalam waktu singkat foto itu bakal menyebar.”Bisma me
“Jadi, kapan kamu mau cerita?” tanya Raka.“A–ku, A—”“Apa Bisma pelakunya?” tanya Raka hati-hati, dan saat itu juga laju mobil melambat.Melati terdiam, bagaimana tebakan Raka bisa benar.“Ok!” Raka menepikan mobilnya di pinggir jalan.“Sebagai paman, aku janji gak bakal cerita ke Kak Dewi atau Kak Anton.” Seolah mengerti Raka memberikan kejelasan sebagai balasan dari pertanyaan yang diajukan.“Sebagai sesama anak basket. Tentu, kabar tentang kami akan bertukar seiring dengan persaingan yang terus berlanjut.” Raka mulai membuka obrolan.“Termasuk Bisma, Aku sudah tahu semua tentang dia.”Melati menatap ke arah Raka, benarkah?“Dulu, pacar dia dimana-mana, bahkan di SMA Angkasa juga ada. Minuman Keras adalah teman nongkrong dia, Rokok apalagi, tinggal satu yang belum di dengar dari dia.” Raka menghentikan ucapannya, membuat Melati ingin bertanya.“Apa dia pecandu bukan. Kamu ngerti kan?”Melati mengangguk, didepannya Bisma terlihat seperti bukan pecandu obat-obatan terlarang. Hanya sa
“Lo pernah sadar gak sih. Gak seharusnya kita berdua hadir dikehidupan Melati. Yang berujung membawa dia ke penderitaan.”“Maksud Lo?”Maudi memejamkan matanya, “dia masuk Rumah Sakit lagi hari ini.”“Apa yang terjadi?” Bisma menoleh ke arah Maudi.“Sinta, dia bully Melati hari ini sama Geng nya saat dia ambil berkas-berkas kepindahan.”Bisma mengepalkan tangannya, “cewek itu!”“Dan yang lebih parah lagi, Doni ada diantara mereka! Dia melakukan kekerasan yang berlebihan sama Melati.”“Doni?” tanya Bisma tidak percaya.“Ya! Doni, dia suka sama Melati.” Maudi terkekeh, “bukan hanya kita yang suka dia.”“Lalu, kenapa dia melakukan kekerasan?”“Entahlah! Dia bilang kalau selama ini dia gak suka sama Lo. Jadi, begitu dia tahu Melati adalah perempuan yang bisa buat Lo jatuh cinta dengan tulus. Dia ingin balas dendam lewat Melati, bahkan dia tadi hampir ngelecehin Melati.”Bisma membulat
“Lit, aku pulang dulu, ya,” pamit Maudi kepada Lita yang sedang berjaga.Lita tampak bimbang, tidak mungkin ia menghadapi keluarga Melati sendirian.“Ada sesuatu yang harus aku urus, setelah keluarga Melati datang. Kamu bisa pulang.”Seolah paham dengan apa yang terjadi, Maudi pun menambahkan. “BIlang yang sebenarnya terjadi. Katakan juga, aku akan kesini lagi nanti sekitar jam delapan,” jelasnya, sambil melirik ke jam tangan yang sudah menunjukan pukul enam sore lebih.Lita mengangguk, pemuda dihadapannya terlihat sudah sangat kelelahan. Sedari tadi Maudi yang sibuk mengurus administrasi dan juga sibuk meyakinkan pihak keamanan sekolah agar mau menahan para pelaku.“Jaga Melati, ya!” Maudi segera meninggalkan ruang perawatan Melati. Ada beberapa hal yang memang perlu dia urus.Siapa disangka, saat Maudi pergi keluar pintu rumah sakit lewat koridor kiri. Dewi dan Raka datang dari koridor kanan. Mereka segera menuju ruang rawat Me
Doni semakin naik fitam, melihat Melati yang hanya berdiam tanpa mengikuti perintahnya. Dia pun teringat salah satu film yang pernah dia tonton, bagaimana pemeran utama pria terlihat sangat menikmati permainan setelah menyiksa lawan mainnya terlebih dahulu.“Lo emang ditakdirkan untuk balas rasa sakit Gue!” Doni melepaskan cengkramannya, lalu kembali mencambuk paha putih Melati dengan ikat pinggang.Kini, perut dan kakinya sudah memerah.“Buka semua kain yang masih melekat ditubuh, Lo!” ancam Doni sambil mengayunkan kembali ikat pinggangnya. Melati menggeleng, jika harus mati hari ini. Dia tidak akan menyesalinya.'Bugh!'Kembali dia mencambukan ikat pinggang itu ke kaki sang gadis. Membuat Melati meringis menahan nyeri diseluruh tubuhnya.“Lo gak bisa ngelawan setelah ini!” Doni melemparkan ikat pinggang itu lalu melepaskan semua kain yang menutupi tubuhnya.Sinta tersenyum penuh kemenangan, saat yang ia tunggu akhirnya tiba. Doni telah sepakat dan
Tubuh Melati bergerak seketika, terlebih saat dia melihat Sinta menyalakan handphone dan mengarahkan kepada dirinya.Vanya tersenyum sinis, dia pun segera mengambil sebotol sirup yang sudah mereka siapkan.'Kayaknya tuh cowok punya fantasi liar,' batin Vanya melirik kearah lelaki bertopi dan bermasker yang ada di samping Sinta.Olla segera mengambil gunting, sedangkan Lidya memegangi tubuh Melati. Jikalau gadis itu berontak.Dengan tersenyum mengejek, dia segera menggunting cardigan yang melekat ditubuh Melati. Sehingga, Melati hanya menggunakan kaos putih berlengan pendek dan juga rok selututnya.Vanya pun menyiramkan sirup berwarna merah itu di atas kepala Melati. Sehingga, airnya bisa sampai ke bawah dan mengenai kaos putih sang gadis malang itu.'Glek.' Lelaki di samping Sinta hanya bisa menelan salivanya, saat dia bisa melihat jelas bagian tubuh Melati yang tercetak dan transparan akibat kebasahan. “Santai kali, Br
Tepat di hari Sabtu, Melati berniat untuk pergi ke Sekolah. Mengurus berkas-berkas untuk proses kepindahannya.Dia baru sempat melakukan ini karena sebelumnya masih harus menemani Bisma di Rumah Sakit. Sampai akhirnya, mantan kekasihnya dipulangkan pada hari Jum'at.“Terimakasih, kamu sudah mau menjaga Bisma selama di Rumah Sakit.” Fatma memeluk Melati erat, merasa terharu dengan apa yang dilakukan anak gadis yang disukai oleh putranya.“Sama-sama, Tan.” Malati tersenyum, “aku juga minta maaf. Kalau setelah ini, mungkin aku gak akan bisa menemui Bisma lagi. Aku sudah harus full di Rumah.”Fatma mengangguk, dikarenakan Maudi telah menjelaskan tentang keputusan keluarga Melati, yang memintanya agar mengikuti Homeschooling.“Kamu bisa kesini kapanpun kamu mau.” Fatma memeluk menggenggam tangan Melati. Gadis itu pun akhirnya berpamitan kepada Fatma dan Adi Prasetyo, setelah itu dia akan berangkat ke SMA Bintang.“Jangan terlalu dipikirkan. Kalau dia memang p
Januari, 2015.Tepat dihari Senin pertama bulan Januari, seluruh siswa sekolah sudah mulai mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik.Begitupun dengan Nayla, dia sudah mulai memasuki Sekolah. Meski sedikit berbeda, tidak ada Elvano yang akan mengganggunya saat jam istirahat berlangsung.“Padahal Lo bisa ikut Ujian Nasional dulu di sini Van. Kenapa harus dari sekarang perginya.”Sebuah perpisahan yang tiba-tiba, membuat Nayla merasakan kehampaan. Dia tidak tahu dengan perasaannya kepada Elvano, meski sebelum pergi, dia telah membalas cintanya. Tapi, hatinya berkata lain.Baginya, Elvano adalah sosok Kakak yang menjadi pengganti Melati.“Nay! Gue pergi dulu, jaga diri Lo baik-baik ya!” Elvano mengusap lembut puncak kepala Nayla. Dia sengaja menemui Nayla terlebih dahulu, sementara keluarga lainnya sudah mulai melakukan check in.“Iya, pasti.” Nayla mengangguk.Elvano tersenyum, dia mengambil sesuatu dari dalam saku celananya. Lalu memberikannya kepada Nayla. “Ini untuk Lo. Sorry,
“Apa yang terjadi?” tanya Maudi panik. Melati menggeleng, dia langsung memeluk Maudi.Takut. Itu yang dia rasakan saat ini. Entah mengapa, selain wajah Bisma yang selalu memenuhi pikirannya akhir-akhir ini. Selalu ada sosok lain yang datang, namun tidak terlihat jelas.Dan dia … terlihat menakutkan.“Kamu capek?” tanya Maudi yang langsung menduduki Melati. Dia segera melepas jaketnya dan memakaikan kepada Melati.“Aku selalu bilang dari awal kita sering jalan. Kamu itu cantik, jangan sering pakai pakaian pendek gini.” Maudi mencubit hidung Melati gemas.Melati hanya menanggapi dengan senyuman. Entah kenapa Maudi selalu mengira bahwa pakaian yang dipakai pendek. Padahal ini lumrah bagi gadis seusianya. Lagipula pakaian yang Melati pakai hanya selutut tidak pernah lebih atas.“Agak panjangan dikit. Aku gak mau ada yang memandang kamu dengan tatapan gak biasa.”Malati mengangguk, “Ia. Maaf!”“Apa yang terjadi? Kamu tadi kaya takut banget?”“Kaki ku digigit sesuatu tadi. Tapi, udah gak ke
“Mel! Apa kamu melakukan ini terpaksa?” tanya Bisma serius, saat ini Melati sedang membantunya untuk memberi makan siang.Melati menggeleng, “Nggak! Kalau terpaksa gak bakal sampai dua Minggu aku disini.”Bisma lega mendengarnya, “Aku takut kamu terpaksa. Sampai saat ini aku merasa kamu belum memaafkan aku.”Melati meletakan mangkuk yang tadi dia pegang, “Jangan bahas yang sudah berlalu. Aku mohon sama kamu.”“Maaf! Mel.” Bisma menatap Melati. “Aku merasa berdosa sama kamu.”“Bis, kita sekarang teman. Kita sudah janji, untuk memulai semua dari awal. Aku sudah maafkan kamu, aku juga sudah melupakan apa yang terjadi sebelumnya,” jelasnya sambil membuang muka.“Iya, Mel! Aku janji gak akan bahas itu lagi. Sebelumnya aku juga sudah janji sama Maudi untuk menghapus semua yang menjadi penyebab permasalahan kita. Aku gak akan inget itu lagi.” Bisma meraih tangan Melati.“Sudah jam satu siang. Aku harus pulang.” Melati melepaska
Hari ini, kondisi Bisma mulai membaik. Dia sudah makan makanan yang lebih enak menurutnya. Seperti saat ini, dia diizinkan untuk makan nasi tim. terdengar sederhana memang, tetapi itu makanan terenak yang dia makan semenjak sadar.Seperti sebelumnya, dia memilih menikmati pemandangan di luar rumah sakit. Sambil melihat rerumputan hijau, dan melihat anak-anak yang sedang bermain di taman bermain yang dibuat khusus oleh pihak rumah sakit. Karena, anak-anak tidak diperkenankan masuk Rumah Sakit, maka agar tidak bosan, disediakanlah taman dengan segala fasilitasnya.“Kenapa nangis?” Fatma menyimpan wadah yang berisi makanan dan menghapus air mata yang keluar dari sudut mata anaknya.“Bisma hanya ingat masa-masa Bisma kecil dulu, Mom!” Bisma menunjuk anak-anak yang sedang bermain. “Bebas dan tanpa beban.”“Semua orang itu akan tumbuh dan berkembang. Jadikan semua itu sebagai kenangan!”“Bisma jadi ingat Kak Willy. Kalau Kakak masih ada, pasti