Beranda / Romansa / Cinta dan Dosa / 55. Jangan Panik!

Share

55. Jangan Panik!

Penulis: SachanStory
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-08 01:47:11

“Sial!” Bisma memukul kemudi mobilnya saat telah membuka pesan dari Sinta. Kenapa dia malah mengabaikan pesan penting ini dari tadi, padahal Bisma bisa langsung menghampiri orang yang di foto tersebut saat itu juga.

Tepat pulang sekolah, Bisma menunggu-nunggu Melati. Dia ingin menanyakan kejelasan hubungan antara keduanya, dia masih belum ikhlas untuk melepas Melati begitu saja.

“Hai, Bis! Gimana? Udah lihat foto dari aku,” tanya Sinta. Dia menghampiri Bisma yang saat itu sedang menyandarkan atau tangannya diatas jendela mobil. Gadis itu sedikit mencolek dagu Bisma. Yang memang, kaca mobilnya dibiarkan terbuka.

“Apaan sih, Lo!” Bisma menyingkirkan tangan Sinta yang mulai berani membelai wajahnya.

“Gimana rasanya diacuhkan?” tanya Sinta setengah mengejek.

“Itu yang Gue rasain, saat Lo abai sama Gue!”

“Berisik!” hardik Bisma.

“Uw! Buy the way … gue udah sebarin foto itu sama temen sekelas gue.” Sinta berkacak pinggang.

“Lo tahu kan, dalam waktu singkat foto itu bakal menyebar.”

Bisma me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta dan Dosa   56. Jujur

    “Jadi, kapan kamu mau cerita?” tanya Raka.“A–ku, A—”“Apa Bisma pelakunya?” tanya Raka hati-hati, dan saat itu juga laju mobil melambat.Melati terdiam, bagaimana tebakan Raka bisa benar.“Ok!” Raka menepikan mobilnya di pinggir jalan.“Sebagai paman, aku janji gak bakal cerita ke Kak Dewi atau Kak Anton.” Seolah mengerti Raka memberikan kejelasan sebagai balasan dari pertanyaan yang diajukan.“Sebagai sesama anak basket. Tentu, kabar tentang kami akan bertukar seiring dengan persaingan yang terus berlanjut.” Raka mulai membuka obrolan.“Termasuk Bisma, Aku sudah tahu semua tentang dia.”Melati menatap ke arah Raka, benarkah?“Dulu, pacar dia dimana-mana, bahkan di SMA Angkasa juga ada. Minuman Keras adalah teman nongkrong dia, Rokok apalagi, tinggal satu yang belum di dengar dari dia.” Raka menghentikan ucapannya, membuat Melati ingin bertanya.“Apa dia pecandu bukan. Kamu ngerti kan?”Melati mengangguk, didepannya Bisma terlihat seperti bukan pecandu obat-obatan terlarang. Hanya sa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-08
  • Cinta dan Dosa   57. Sendiri

    Hari demi hari berlalu, tidak terasa sudah Satu Minggu para siswa-siswi SMA Bintang melaksanakan ujian semester 1. Kini mereka masuk sekolah hanya sekedar mengisi kekosongan, sembari menunggu penilaian selesai.Para Siswa pun menghabiskan waktu dengan berbagai perlombaan yang diadakan para pengurus OSIS. Tetapi, bagi Melati semua itu tidak menarik. Gadis itu memilih menghabiskan waktu kosongnya di perpustakaan, berharap bisa bertemu dengan Maudi, sekedar untuk berbagi kisah sebelum mereka benar-benar berpisah.“Kenapa akhir-akhir ini aku jarang melihat Kak Maudi, ya?” tanya Melati kepada dirinya sendiri. Selama masa ujian, Maudi seperti menghindar, dia datang bertepatan dengan waktu dimulainya ujian, lalu pulang setelah selesai.Apa Maudi merasa dirugikan gara-gara foto yang disebabkan oleh Sinta? Setidaknya, itulah yang Mati pikirkan saat ini. Gadis itu pun sedari tadi hanya membuka-buka halaman demi halaman saja, tanpa membaca isi buku dengan teliti.Keesokan harinya, Melati kembali

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-10
  • Cinta dan Dosa   58. Permintaan Seorang Ibu

    “Kita perlu bicara dulu, Tante.” Maudi meminta izin untuk membawa Malati keluar sebentar. Dan diiyakan oleh Fatmawati.“Kenapa kamu gak jujur soal ini?” tanya Melati. Apa Maudi lupa, Melati tidak bisa bertemu dengan Bisma secepat ini.“Maaf!”Maudi menunduk, dia menatap Melati lagi, “Bisma butuh kamu.”“Maksud kamu apa?”“Dia kecelakaan dia Minggu yang lalu, tepat beberapa hari sebelum ujian dimulai.”“Lalu apa hubungannya sama aku?”“Selama koma, hanya nama kamu yang dia panggil, Mel. Alam bawah sadarnya memanggil kamu, sebagai orang yang bisa membawa Bisma kembali.”“Ngaco!” Melati berlalu pergi.Dasar, Melati kira pemuda di depannya akan mengajaknya jalan-jalan. Tapi, dia malah meminta Melati untuk kembali menemui Lelaki yang paling tidak ingin Melati temui lagi.“Mel!” Maudi mengejar Melati yang hampir menuju lift. Dia menatap perempuan di depannya dengan penuh harap.“Aku gak bisa ketemu dia!” tolak Melati. Maudi pun tidak bisa berbuat apa-apa.“Aku antar kamu pulang,” ujarnya sa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-11
  • Cinta dan Dosa   59. Perjuangan Yang Salah

    “Aku turun dulu, makasih sudah nganterin aku,” pamit Melati, saat mobil Maudi sudah berada di depan halaman rumahnya. Tanpa menunggu jawaban Maudi, gadis itu langsung keluar dan beranjak.Sedangkan Maudi tidak banyak bicara, dia ikut menyusul Melati turun dan menghampiri Anton yang sudah menunggu diteras. Hari ini adalah hari Sabtu dan Anton tidak sedang bekerja.“Selamat siang, Om!” sapa Maudi. Refleks membuat Melati mengurungkan niatnya untuk memasuki rumah.Anton hanya mengangguk dan tetap menerima uluran tangan Maudi untuk menyalaminya. “Silahkan duduk!”Melati Yang mihay itu semua buru-buru memasuki rumah, dan berniat mendengar pembicaraan mereka dari dekat jendela yang terhubung dengan ruang tengah.“Sebelumnya saya mohon maaf sama, Om. Karena, saya lancang membawa Melati untuk pergi bersama saya.”Anton hanya menyimak, menunggu pemuda di depannya selesai berbicara.“Saya membawa Melati untuk menjenguk saudara saya yang sedang sakit akibat kecelakaan, keluarganya meminta saya unt

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-11
  • Cinta dan Dosa   60. Dia juga Anakmu

    Keesokan harinya, Maudi telah menjemput Melati tepat pukul 10 pagi. Setelah pamit kepada Anton dan Dewi. Keduanya memutuskan untuk segera pergi.Selama perjalanan, kebisuan lebih mendominasi. Tidak ada lagi kehangatan yang selalu mereka idam-idamkan.“Ayo!” Maudi mengajak Melati untuk segera turun saat mereka telah sampai di Rumah Sakit. Keduanya pun langsung menuju ruangan dimana Bisma dirawat.“AKU SUDAH BILANG, JANGAN MANJAKAN DIA!”Maudi dan Melati mengurung niat mereka untuk memasuki ruang rawat Bisma. Di dalam seperti ada dua orang yang sedang bertikai.“Aku memanjakannya, itu karena kamu. Karena kamu yang selalu mengabaikannya.”Melati bisa mendengar jelas, bahwa suara kedua yang dia dengar adalah teriakan dari Fatmawati.“Aku abai kepadanya. Karena dia telah menghilangkan nyawa anak kesayanganku.”“Kamu? Dia bukan anakmu!”“Dia anakku! Dia menuruni sifatku yang tegas, rajin dan disiplin. Tidak seperti anak Badung itu, kerjaannya hanya buat onar setiap hari.”“Berhenti memojokk

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-11
  • Cinta dan Dosa   61. Cerita Masa Lalu

    “Mommy! Bisma mau lanjut sekolah basket aja sudah ini,” pinta Bisma kecil kepada Fatma. Usianya sekarang 12 tahun, dan dia baru saja lulus dari Sekolah Dasar.Fatma tersenyum, dia mengusap puncak kepala Bisma. “Boleh! Tapi, izin dulu sama Daddy kamu.”“Kenapa harus izin Daddy,” tanya Bisma.“Takut Daddy kamu gak setuju, kita kan keluarga pengusaha.”“Tapi, ada kak Willy yang bisa meneruskan perusahaan, Mom. Bisma ingin bebas, gak mau ngurusin bisnis.”Fatma hanya terkekeh, “Ngerti apa sih, kamu soal bisnis?”“Mom, aku udah lulus SD. Aku mengerti tentang urusan orang-orang dewasa, apalagi Daddy setiap hari selalu saja topiknya, bisnis, perusahaan, sukses, aku bosan.”“Kamu tenang aja, Kakak yang akan jalankan bisnis Daddy.” Willy–Kakak Bisma menghampiri sang adik yang sedang mengutarakan keinginannya.“Benarkah?”“Yups! Bukankah kamu suka dengan kebebasan, Kakak akan dukung kamu. Kamu bisa jadi pemain basket yang handal, lalu setelah besar kamu membuat sebuah tim, dan kakak yang akan m

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-12
  • Cinta dan Dosa   62. Sebab Akibat

    “Dasar anak bodoh! Sampai kapan kamu buat aku marah. Hah!” Adi begitu murka saat mendengar penjelasan dari salah satu pekerja.Bisma saat ini sedang berlindung dalam dekapan Fatma.“Jangan halangi aku! Akan aku buat dia mengerti!” Adi mencoba menarik Bisma. Tapi, Fatma begitu kuat memegangi Bisma.“Bisma masih kecil! Jangan bersikap kasar kepadanya!”“Lalu aku harus bersikap seperti apa? Anaku, pewaris yang sudah aku siapkan untuk mengurus perusahaan, dia sedang sekarat. Dan ini gara-gara anak kesayangan kamu!”Anak! Bisma juga anak Adi, kenapa … kenapa selalu Willy yang menjadi kebanggaanya. Bisma bingung harus bersikap apa? Dia tidak bisa membenci Willy, ini memang kesalahan Adinyang tidak bisa adil kepada anak-anaknya.“Aku juga anak Daddy!” teriak Bisma.“Baik! Buktikan jika kamu memang anak aku. Jangan pernah mengecewakanku.”Adi segera berlalu dari parkiran, dia menuju ke arah ruang IGD. Tepat dimana Willy sedang ditangani.“Jangan tinggalkan Daddy! Kamu anaknya, kamu satu-satun

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-14
  • Cinta dan Dosa   63. Pecinta Wanita

    “Kamu! Kenapa nilai kamu anjlok?” Adi Prasetyo kembali memarahi putranya, saat mengetahui hasil ujian kenaikan kelas Bisma kembali anjlok.“Aku sudah bilang, aku malas belajar, Dad! Aku gak bisa ikut sekolah formal, terlalu dipaksakan gak bakal benar,” jawab Bisma dengan santai. Bentakan yang selalu dia takutkan kini sudah tidak berlaku, semua berubah menjadi rasa muak dan tidak ingin menghormati sang ayah lagi.“Kamu mau jadi apa Bisma? Kamu anakku satu-satunya saat ini. Belajar yang benar!” Adi kembali membentak anaknya, kini tangannya sudah terjatuh hendak menampar anaknya.“Cukup!” Fatma berteriak dengan kencang, membuat Adi mengurungkan niatnya.“Bukan seperti ini caranya.” Fatma segera menghampiri Bisma dan memeluk anak semata wayangnya.“Bela dan lindungi saja dia, menikah dengan kamu memang sial!” Adi menatap Fatma dengan tajam, lalu meninggalkan keduanya dengan penuh amarah.“Mommy gak perlu bela aku seperti ini, aku sudah besar!” Bisma memeluk pelukan Fatma, lalu bangkit dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17

Bab terbaru

  • Cinta dan Dosa   80: Perbedaan

    “Lo pernah sadar gak sih. Gak seharusnya kita berdua hadir dikehidupan Melati. Yang berujung membawa dia ke penderitaan.”“Maksud Lo?”Maudi memejamkan matanya, “dia masuk Rumah Sakit lagi hari ini.”“Apa yang terjadi?” Bisma menoleh ke arah Maudi.“Sinta, dia bully Melati hari ini sama Geng nya saat dia ambil berkas-berkas kepindahan.”Bisma mengepalkan tangannya, “cewek itu!”“Dan yang lebih parah lagi, Doni ada diantara mereka! Dia melakukan kekerasan yang berlebihan sama Melati.”“Doni?” tanya Bisma tidak percaya.“Ya! Doni, dia suka sama Melati.” Maudi terkekeh, “bukan hanya kita yang suka dia.”“Lalu, kenapa dia melakukan kekerasan?”“Entahlah! Dia bilang kalau selama ini dia gak suka sama Lo. Jadi, begitu dia tahu Melati adalah perempuan yang bisa buat Lo jatuh cinta dengan tulus. Dia ingin balas dendam lewat Melati, bahkan dia tadi hampir ngelecehin Melati.”Bisma membulat

  • Cinta dan Dosa   79. Tidak Harus Hadir dalam Hidupnya

    “Lit, aku pulang dulu, ya,” pamit Maudi kepada Lita yang sedang berjaga.Lita tampak bimbang, tidak mungkin ia menghadapi keluarga Melati sendirian.“Ada sesuatu yang harus aku urus, setelah keluarga Melati datang. Kamu bisa pulang.”Seolah paham dengan apa yang terjadi, Maudi pun menambahkan. “BIlang yang sebenarnya terjadi. Katakan juga, aku akan kesini lagi nanti sekitar jam delapan,” jelasnya, sambil melirik ke jam tangan yang sudah menunjukan pukul enam sore lebih.Lita mengangguk, pemuda dihadapannya terlihat sudah sangat kelelahan. Sedari tadi Maudi yang sibuk mengurus administrasi dan juga sibuk meyakinkan pihak keamanan sekolah agar mau menahan para pelaku.“Jaga Melati, ya!” Maudi segera meninggalkan ruang perawatan Melati. Ada beberapa hal yang memang perlu dia urus.Siapa disangka, saat Maudi pergi keluar pintu rumah sakit lewat koridor kiri. Dewi dan Raka datang dari koridor kanan. Mereka segera menuju ruang rawat Me

  • Cinta dan Dosa   78. Dejavu

    Doni semakin naik fitam, melihat Melati yang hanya berdiam tanpa mengikuti perintahnya. Dia pun teringat salah satu film yang pernah dia tonton, bagaimana pemeran utama pria terlihat sangat menikmati permainan setelah menyiksa lawan mainnya terlebih dahulu.“Lo emang ditakdirkan untuk balas rasa sakit Gue!” Doni melepaskan cengkramannya, lalu kembali mencambuk paha putih Melati dengan ikat pinggang.Kini, perut dan kakinya sudah memerah.“Buka semua kain yang masih melekat ditubuh, Lo!” ancam Doni sambil mengayunkan kembali ikat pinggangnya. Melati menggeleng, jika harus mati hari ini. Dia tidak akan menyesalinya.'Bugh!'Kembali dia mencambukan ikat pinggang itu ke kaki sang gadis. Membuat Melati meringis menahan nyeri diseluruh tubuhnya.“Lo gak bisa ngelawan setelah ini!” Doni melemparkan ikat pinggang itu lalu melepaskan semua kain yang menutupi tubuhnya.Sinta tersenyum penuh kemenangan, saat yang ia tunggu akhirnya tiba. Doni telah sepakat dan

  • Cinta dan Dosa   77. Bullying (2)

    Tubuh Melati bergerak seketika, terlebih saat dia melihat Sinta menyalakan handphone dan mengarahkan kepada dirinya.Vanya tersenyum sinis, dia pun segera mengambil sebotol sirup yang sudah mereka siapkan.'Kayaknya tuh cowok punya fantasi liar,' batin Vanya melirik kearah lelaki bertopi dan bermasker yang ada di samping Sinta.Olla segera mengambil gunting, sedangkan Lidya memegangi tubuh Melati. Jikalau gadis itu berontak.Dengan tersenyum mengejek, dia segera menggunting cardigan yang melekat ditubuh Melati. Sehingga, Melati hanya menggunakan kaos putih berlengan pendek dan juga rok selututnya.Vanya pun menyiramkan sirup berwarna merah itu di atas kepala Melati. Sehingga, airnya bisa sampai ke bawah dan mengenai kaos putih sang gadis malang itu.'Glek.' Lelaki di samping Sinta hanya bisa menelan salivanya, saat dia bisa melihat jelas bagian tubuh Melati yang tercetak dan transparan akibat kebasahan. “Santai kali, Br

  • Cinta dan Dosa   76. Bullying (1)

    Tepat di hari Sabtu, Melati berniat untuk pergi ke Sekolah. Mengurus berkas-berkas untuk proses kepindahannya.Dia baru sempat melakukan ini karena sebelumnya masih harus menemani Bisma di Rumah Sakit. Sampai akhirnya, mantan kekasihnya dipulangkan pada hari Jum'at.“Terimakasih, kamu sudah mau menjaga Bisma selama di Rumah Sakit.” Fatma memeluk Melati erat, merasa terharu dengan apa yang dilakukan anak gadis yang disukai oleh putranya.“Sama-sama, Tan.” Malati tersenyum, “aku juga minta maaf. Kalau setelah ini, mungkin aku gak akan bisa menemui Bisma lagi. Aku sudah harus full di Rumah.”Fatma mengangguk, dikarenakan Maudi telah menjelaskan tentang keputusan keluarga Melati, yang memintanya agar mengikuti Homeschooling.“Kamu bisa kesini kapanpun kamu mau.” Fatma memeluk menggenggam tangan Melati. Gadis itu pun akhirnya berpamitan kepada Fatma dan Adi Prasetyo, setelah itu dia akan berangkat ke SMA Bintang.“Jangan terlalu dipikirkan. Kalau dia memang p

  • Cinta dan Dosa   75. Dendam!

    Januari, 2015.Tepat dihari Senin pertama bulan Januari, seluruh siswa sekolah sudah mulai mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik.Begitupun dengan Nayla, dia sudah mulai memasuki Sekolah. Meski sedikit berbeda, tidak ada Elvano yang akan mengganggunya saat jam istirahat berlangsung.“Padahal Lo bisa ikut Ujian Nasional dulu di sini Van. Kenapa harus dari sekarang perginya.”Sebuah perpisahan yang tiba-tiba, membuat Nayla merasakan kehampaan. Dia tidak tahu dengan perasaannya kepada Elvano, meski sebelum pergi, dia telah membalas cintanya. Tapi, hatinya berkata lain.Baginya, Elvano adalah sosok Kakak yang menjadi pengganti Melati.“Nay! Gue pergi dulu, jaga diri Lo baik-baik ya!” Elvano mengusap lembut puncak kepala Nayla. Dia sengaja menemui Nayla terlebih dahulu, sementara keluarga lainnya sudah mulai melakukan check in.“Iya, pasti.” Nayla mengangguk.Elvano tersenyum, dia mengambil sesuatu dari dalam saku celananya. Lalu memberikannya kepada Nayla. “Ini untuk Lo. Sorry,

  • Cinta dan Dosa   74. Ada yang hilang.

    “Apa yang terjadi?” tanya Maudi panik. Melati menggeleng, dia langsung memeluk Maudi.Takut. Itu yang dia rasakan saat ini. Entah mengapa, selain wajah Bisma yang selalu memenuhi pikirannya akhir-akhir ini. Selalu ada sosok lain yang datang, namun tidak terlihat jelas.Dan dia … terlihat menakutkan.“Kamu capek?” tanya Maudi yang langsung menduduki Melati. Dia segera melepas jaketnya dan memakaikan kepada Melati.“Aku selalu bilang dari awal kita sering jalan. Kamu itu cantik, jangan sering pakai pakaian pendek gini.” Maudi mencubit hidung Melati gemas.Melati hanya menanggapi dengan senyuman. Entah kenapa Maudi selalu mengira bahwa pakaian yang dipakai pendek. Padahal ini lumrah bagi gadis seusianya. Lagipula pakaian yang Melati pakai hanya selutut tidak pernah lebih atas.“Agak panjangan dikit. Aku gak mau ada yang memandang kamu dengan tatapan gak biasa.”Malati mengangguk, “Ia. Maaf!”“Apa yang terjadi? Kamu tadi kaya takut banget?”“Kaki ku digigit sesuatu tadi. Tapi, udah gak ke

  • Cinta dan Dosa   73. TANDA!

    “Mel! Apa kamu melakukan ini terpaksa?” tanya Bisma serius, saat ini Melati sedang membantunya untuk memberi makan siang.Melati menggeleng, “Nggak! Kalau terpaksa gak bakal sampai dua Minggu aku disini.”Bisma lega mendengarnya, “Aku takut kamu terpaksa. Sampai saat ini aku merasa kamu belum memaafkan aku.”Melati meletakan mangkuk yang tadi dia pegang, “Jangan bahas yang sudah berlalu. Aku mohon sama kamu.”“Maaf! Mel.” Bisma menatap Melati. “Aku merasa berdosa sama kamu.”“Bis, kita sekarang teman. Kita sudah janji, untuk memulai semua dari awal. Aku sudah maafkan kamu, aku juga sudah melupakan apa yang terjadi sebelumnya,” jelasnya sambil membuang muka.“Iya, Mel! Aku janji gak akan bahas itu lagi. Sebelumnya aku juga sudah janji sama Maudi untuk menghapus semua yang menjadi penyebab permasalahan kita. Aku gak akan inget itu lagi.” Bisma meraih tangan Melati.“Sudah jam satu siang. Aku harus pulang.” Melati melepaska

  • Cinta dan Dosa   72. Pewaris Keluarga

    Hari ini, kondisi Bisma mulai membaik. Dia sudah makan makanan yang lebih enak menurutnya. Seperti saat ini, dia diizinkan untuk makan nasi tim. terdengar sederhana memang, tetapi itu makanan terenak yang dia makan semenjak sadar.Seperti sebelumnya, dia memilih menikmati pemandangan di luar rumah sakit. Sambil melihat rerumputan hijau, dan melihat anak-anak yang sedang bermain di taman bermain yang dibuat khusus oleh pihak rumah sakit. Karena, anak-anak tidak diperkenankan masuk Rumah Sakit, maka agar tidak bosan, disediakanlah taman dengan segala fasilitasnya.“Kenapa nangis?” Fatma menyimpan wadah yang berisi makanan dan menghapus air mata yang keluar dari sudut mata anaknya.“Bisma hanya ingat masa-masa Bisma kecil dulu, Mom!” Bisma menunjuk anak-anak yang sedang bermain. “Bebas dan tanpa beban.”“Semua orang itu akan tumbuh dan berkembang. Jadikan semua itu sebagai kenangan!”“Bisma jadi ingat Kak Willy. Kalau Kakak masih ada, pasti

DMCA.com Protection Status