“Dasar anak bodoh! Sampai kapan kamu buat aku marah. Hah!” Adi begitu murka saat mendengar penjelasan dari salah satu pekerja.Bisma saat ini sedang berlindung dalam dekapan Fatma.“Jangan halangi aku! Akan aku buat dia mengerti!” Adi mencoba menarik Bisma. Tapi, Fatma begitu kuat memegangi Bisma.“Bisma masih kecil! Jangan bersikap kasar kepadanya!”“Lalu aku harus bersikap seperti apa? Anaku, pewaris yang sudah aku siapkan untuk mengurus perusahaan, dia sedang sekarat. Dan ini gara-gara anak kesayangan kamu!”Anak! Bisma juga anak Adi, kenapa … kenapa selalu Willy yang menjadi kebanggaanya. Bisma bingung harus bersikap apa? Dia tidak bisa membenci Willy, ini memang kesalahan Adinyang tidak bisa adil kepada anak-anaknya.“Aku juga anak Daddy!” teriak Bisma.“Baik! Buktikan jika kamu memang anak aku. Jangan pernah mengecewakanku.”Adi segera berlalu dari parkiran, dia menuju ke arah ruang IGD. Tepat dimana Willy sedang ditangani.“Jangan tinggalkan Daddy! Kamu anaknya, kamu satu-satun
“Kamu! Kenapa nilai kamu anjlok?” Adi Prasetyo kembali memarahi putranya, saat mengetahui hasil ujian kenaikan kelas Bisma kembali anjlok.“Aku sudah bilang, aku malas belajar, Dad! Aku gak bisa ikut sekolah formal, terlalu dipaksakan gak bakal benar,” jawab Bisma dengan santai. Bentakan yang selalu dia takutkan kini sudah tidak berlaku, semua berubah menjadi rasa muak dan tidak ingin menghormati sang ayah lagi.“Kamu mau jadi apa Bisma? Kamu anakku satu-satunya saat ini. Belajar yang benar!” Adi kembali membentak anaknya, kini tangannya sudah terjatuh hendak menampar anaknya.“Cukup!” Fatma berteriak dengan kencang, membuat Adi mengurungkan niatnya.“Bukan seperti ini caranya.” Fatma segera menghampiri Bisma dan memeluk anak semata wayangnya.“Bela dan lindungi saja dia, menikah dengan kamu memang sial!” Adi menatap Fatma dengan tajam, lalu meninggalkan keduanya dengan penuh amarah.“Mommy gak perlu bela aku seperti ini, aku sudah besar!” Bisma memeluk pelukan Fatma, lalu bangkit dan
“Kira-kira seperti itu Bisma kecil. Masih banyak hal-hal lainnya, yang menyebabkan dia menjadi nakal, Mel.”Maudi menceritakan semua kisah Bisma kepada Melati yang saat ini sedang berada diruang tunggu. Dikarenakan Dokter sedang memeriksa Bisma dikamarnya. Lelaki itu sengaja, merahasiakan tentang Bisma yang suka minum dan mengkonsumsi obat terlarang.“Aku mengerti!” Melati menatap lelaki itu, “Tapi, semua itu gak akan membuat aku bisa menyukai dia, Kak!”“Mel? Kamu …. ”“Aku tahu maksud Kakak. Aku tahu maksud Tante Fatma. Kalian mau aku menjalin hubungan sama Bisma kan setelah ini?”Maudi tertunduk, sesungguhnya dia tidak ingin melibatkan Melati lagi. Tapi, dia yakin, setelah kecelakaan, Bisma akan benar-benar berubah.“Aku mohon!”Melati menatap Maudi dengan sinis.“Bagaimana kamu memohon kepada perempuan yang menyukai kamu untuk dekat dengan lelaki lain. Kamu tega, Kak!”“Aku akan memenuhi janjiku sama kalian semua.” Melati bangkit dari duduknya.“Aku akan dampingi Bisma selama peng
“Mmmh ….” Melati tampak kikuk, dia mengatur sedikit nafasnya, “hai, Om. Apa kabar?” tanyanya mencoba mencairkan suasana.Adi Wijaya hanya berdehem, dia memperhatikan penampilan gadis di depannya dari atas sampai bawah.Tidak buruk, Melati terlihat seperti anak dari keluarga menengah keatas. Tidak mungkin, dia dibayar oleh sang istri agar menemani Bisma.“Siapa nama kamu kemarin?” tanya Adi Wijaya sekali lagi. Ia tampaknya melupakan nama Melati.“Melati, Om,” jawab melai ramah.“Apa yang membuat kamu begitu peduli dengan Bisma?” tanya Adi Wijaya, “Kamu terlihat tidak seperti pacar-pacar Bisma yang saya ketahui,” lanjutnya.Pacar? Apa Adi selama ini mengawasi putranya? Tapi, menurut cerita dari Maudi, bukankah lelaki dihadapannya tampak acuh kepada Bisma.“Saya hanya teman Bismaa, Om,” jawab Melati menunduk.“Teman? Bukankah kamu perempuan yang dibawa Bisma ke Villa?” tanya Adi penuh selidik. Dia sedikit ingat dengan wajah gadis yang terlihat lugu di depannya.“Saya … hanya main saja den
Suara langkah kaki seseorang terdengar begitu cepat, bahkan tak jarang orang itu menabrak orang-orang yang berada di depannya. Tujuannya hanya satu, ingin segera ke ruang perawatan sang anak.“Melati!” Fatma langsung menghampiri Melati yang sedang menunggu diruang tunggu. Bahkan tanpa sungkan ia memeluk gadis muda di hadapannya.Suara isak tangis mulai terdengar, Melati hanya bisa mengusap punggung wanita yang sudah melahirkan Bisma tersebut.Sebagai seorang Ibu, hal yang paling diutamakan adalah kebahagiaan anaknya. Saat mengetahui sang anak terbaring lemah, bahkan tak sadarkan diri begitu lama, adalah sebuah hal yang begitu berat. Dan … saat mengetahui secercah harapan itu tiba, kebahagiaan tidak dapat dijelaskan lagi.“Terimakasih! Terimakasih sudah mau menemani masa-masa sulit Bisma selama ini.”“Berkat kamu, Bisma bisa memulai kembali hidupnya.”Melati hanya tersenyum, tak tahu harus mengucapkan apa kepada wanita dihadapannya.“Tante berharap, para Dokter bisa membawa kabar baik
“Gue gak nyangka kalau Elvano suka sama Gue,” batin Nayla.Selama ini dia salah mengira, dia selalu berpikir bahwa orang yang disukai Elvano adalah sang Kakak. Tetapi, tadi malam … Elvano mengungkapkan, bahwa orang yang disukai sejak dulu adalah Nayla.“Apa Gue hanya dijadikan pelampiasan?” Nayla menggeleng. Tidak ingin terbawa oleh perasaan.Dia ingin hubungannya dengan lelaki tersebut tetap baik-baik saja, bila persahabatan berubah menjadi cinta, maka situasinya akan berbeda. Lebih buruk lagi, apabila hubungan mereka berakhir. Keduanya, tidak akan ada jaminan untuk dekat seperti dulu.Tok. Tok. Tok.“Nay! Kamu didalam?” tanya seseorang dari luar. Nayla bangkit dari tempat tidurnya dan segera membuka pintu.“Masuk, Kak!” pinta Nayla. Ia langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur, diikuti oleh sang Kakak.“Tumben kesini?” tanya Nayla.Melati menggeleng, dia pun memeluk Nayla dari belakang. “Kamu lagi ada masalah aga sama Elvan?”“Nggak ada,” jawab Nayla.“Heemm!” Melati memilih
“Aku akan usahakan, Tan!” Maudi menunduk setelah berbicara panjang lebar bersama Fatmawati.“Terimakasih!” Fatma menyeka sudut matanya, merasa bahagia atas apa yang telah mereka setujui sebelumnya.“Jangan sampai Om Adi mengetahuinya.” Fatma menepuk pundak Maudi, lalu berlalu meninggalkan pemuda itu seorang diri.Maudi hanya bisa memejamkan matanya, menahan sesak yang ada di dalam dadanya.“Maafkan aku, Mel!” Pemuda itu meremas rambutnya, sekali lagi. Sekali lagi dia harus mengorbankan perasaannya dan perasaan oran yang dia cintai.“Aku memang gak pantas untuk menyukai kamu. Aku hanya bisa melukai hati kamu.” Maudi menunduk, dia sudah bertekad untuk membuat Melati menyukai Bisma.“Aku memang merasa, Bisma banyak berubah saat mengenal kamu. Demi kebaikannya, aku akan membuat kamu jatuh cinta juga kepada Bisma.”Maudi bangkit, setelah ini dia harus menemui Melati yang sangat sulit untuk dia hubungi. Bahkan gadis
Di Tempat lain, Maudi kini tengah mengunjungi Melati dirumahnya. Saat itu tidak ada siapa-siapa selain Melati dan juga Nayla.“Aku rasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Kak!” ucap Melati, tanpa menoleh sedikitpun kearah pemuda itu.“Aku mohon, Mel! Demi …. ”“Demi siapa?” tanya Melati tajam, memotong ucapan Maudi.“Gak ada yang diuntungkan dalam hal ini. Semua hanya kebohongan, aku tersakiti begitupun Kakak,” paparnya.“Dan juga, aku sangat merasa berdosa bila harus membohongi keluarga Bisma dan juga Bisma sendiri,” isaknya.“Mel! Satu-satunya cara agar semua baik-baik saja. Kamu bisa belajar mencintai Bi—”“AKU GAK MAU!” potong Melati. “Kakak tahu betul bagaimana keadaan aku saat itu, bisa menemani Bisma selama berhari-hari itu sudah sangat cukup. Jangan minta aku untuk berbuat lebih.”“Mel! Hanya selama masa pemulihan. Aku jamin ini gak akan lama.”Melati tertawa, “kamu itu pengecut! Kamu selalu berkorban dan mengorbankan orang lain!”Maudi hanya menunduk, apapun itu. Asal Bi
“Lo pernah sadar gak sih. Gak seharusnya kita berdua hadir dikehidupan Melati. Yang berujung membawa dia ke penderitaan.”“Maksud Lo?”Maudi memejamkan matanya, “dia masuk Rumah Sakit lagi hari ini.”“Apa yang terjadi?” Bisma menoleh ke arah Maudi.“Sinta, dia bully Melati hari ini sama Geng nya saat dia ambil berkas-berkas kepindahan.”Bisma mengepalkan tangannya, “cewek itu!”“Dan yang lebih parah lagi, Doni ada diantara mereka! Dia melakukan kekerasan yang berlebihan sama Melati.”“Doni?” tanya Bisma tidak percaya.“Ya! Doni, dia suka sama Melati.” Maudi terkekeh, “bukan hanya kita yang suka dia.”“Lalu, kenapa dia melakukan kekerasan?”“Entahlah! Dia bilang kalau selama ini dia gak suka sama Lo. Jadi, begitu dia tahu Melati adalah perempuan yang bisa buat Lo jatuh cinta dengan tulus. Dia ingin balas dendam lewat Melati, bahkan dia tadi hampir ngelecehin Melati.”Bisma membulat
“Lit, aku pulang dulu, ya,” pamit Maudi kepada Lita yang sedang berjaga.Lita tampak bimbang, tidak mungkin ia menghadapi keluarga Melati sendirian.“Ada sesuatu yang harus aku urus, setelah keluarga Melati datang. Kamu bisa pulang.”Seolah paham dengan apa yang terjadi, Maudi pun menambahkan. “BIlang yang sebenarnya terjadi. Katakan juga, aku akan kesini lagi nanti sekitar jam delapan,” jelasnya, sambil melirik ke jam tangan yang sudah menunjukan pukul enam sore lebih.Lita mengangguk, pemuda dihadapannya terlihat sudah sangat kelelahan. Sedari tadi Maudi yang sibuk mengurus administrasi dan juga sibuk meyakinkan pihak keamanan sekolah agar mau menahan para pelaku.“Jaga Melati, ya!” Maudi segera meninggalkan ruang perawatan Melati. Ada beberapa hal yang memang perlu dia urus.Siapa disangka, saat Maudi pergi keluar pintu rumah sakit lewat koridor kiri. Dewi dan Raka datang dari koridor kanan. Mereka segera menuju ruang rawat Me
Doni semakin naik fitam, melihat Melati yang hanya berdiam tanpa mengikuti perintahnya. Dia pun teringat salah satu film yang pernah dia tonton, bagaimana pemeran utama pria terlihat sangat menikmati permainan setelah menyiksa lawan mainnya terlebih dahulu.“Lo emang ditakdirkan untuk balas rasa sakit Gue!” Doni melepaskan cengkramannya, lalu kembali mencambuk paha putih Melati dengan ikat pinggang.Kini, perut dan kakinya sudah memerah.“Buka semua kain yang masih melekat ditubuh, Lo!” ancam Doni sambil mengayunkan kembali ikat pinggangnya. Melati menggeleng, jika harus mati hari ini. Dia tidak akan menyesalinya.'Bugh!'Kembali dia mencambukan ikat pinggang itu ke kaki sang gadis. Membuat Melati meringis menahan nyeri diseluruh tubuhnya.“Lo gak bisa ngelawan setelah ini!” Doni melemparkan ikat pinggang itu lalu melepaskan semua kain yang menutupi tubuhnya.Sinta tersenyum penuh kemenangan, saat yang ia tunggu akhirnya tiba. Doni telah sepakat dan
Tubuh Melati bergerak seketika, terlebih saat dia melihat Sinta menyalakan handphone dan mengarahkan kepada dirinya.Vanya tersenyum sinis, dia pun segera mengambil sebotol sirup yang sudah mereka siapkan.'Kayaknya tuh cowok punya fantasi liar,' batin Vanya melirik kearah lelaki bertopi dan bermasker yang ada di samping Sinta.Olla segera mengambil gunting, sedangkan Lidya memegangi tubuh Melati. Jikalau gadis itu berontak.Dengan tersenyum mengejek, dia segera menggunting cardigan yang melekat ditubuh Melati. Sehingga, Melati hanya menggunakan kaos putih berlengan pendek dan juga rok selututnya.Vanya pun menyiramkan sirup berwarna merah itu di atas kepala Melati. Sehingga, airnya bisa sampai ke bawah dan mengenai kaos putih sang gadis malang itu.'Glek.' Lelaki di samping Sinta hanya bisa menelan salivanya, saat dia bisa melihat jelas bagian tubuh Melati yang tercetak dan transparan akibat kebasahan. “Santai kali, Br
Tepat di hari Sabtu, Melati berniat untuk pergi ke Sekolah. Mengurus berkas-berkas untuk proses kepindahannya.Dia baru sempat melakukan ini karena sebelumnya masih harus menemani Bisma di Rumah Sakit. Sampai akhirnya, mantan kekasihnya dipulangkan pada hari Jum'at.“Terimakasih, kamu sudah mau menjaga Bisma selama di Rumah Sakit.” Fatma memeluk Melati erat, merasa terharu dengan apa yang dilakukan anak gadis yang disukai oleh putranya.“Sama-sama, Tan.” Malati tersenyum, “aku juga minta maaf. Kalau setelah ini, mungkin aku gak akan bisa menemui Bisma lagi. Aku sudah harus full di Rumah.”Fatma mengangguk, dikarenakan Maudi telah menjelaskan tentang keputusan keluarga Melati, yang memintanya agar mengikuti Homeschooling.“Kamu bisa kesini kapanpun kamu mau.” Fatma memeluk menggenggam tangan Melati. Gadis itu pun akhirnya berpamitan kepada Fatma dan Adi Prasetyo, setelah itu dia akan berangkat ke SMA Bintang.“Jangan terlalu dipikirkan. Kalau dia memang p
Januari, 2015.Tepat dihari Senin pertama bulan Januari, seluruh siswa sekolah sudah mulai mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik.Begitupun dengan Nayla, dia sudah mulai memasuki Sekolah. Meski sedikit berbeda, tidak ada Elvano yang akan mengganggunya saat jam istirahat berlangsung.“Padahal Lo bisa ikut Ujian Nasional dulu di sini Van. Kenapa harus dari sekarang perginya.”Sebuah perpisahan yang tiba-tiba, membuat Nayla merasakan kehampaan. Dia tidak tahu dengan perasaannya kepada Elvano, meski sebelum pergi, dia telah membalas cintanya. Tapi, hatinya berkata lain.Baginya, Elvano adalah sosok Kakak yang menjadi pengganti Melati.“Nay! Gue pergi dulu, jaga diri Lo baik-baik ya!” Elvano mengusap lembut puncak kepala Nayla. Dia sengaja menemui Nayla terlebih dahulu, sementara keluarga lainnya sudah mulai melakukan check in.“Iya, pasti.” Nayla mengangguk.Elvano tersenyum, dia mengambil sesuatu dari dalam saku celananya. Lalu memberikannya kepada Nayla. “Ini untuk Lo. Sorry,
“Apa yang terjadi?” tanya Maudi panik. Melati menggeleng, dia langsung memeluk Maudi.Takut. Itu yang dia rasakan saat ini. Entah mengapa, selain wajah Bisma yang selalu memenuhi pikirannya akhir-akhir ini. Selalu ada sosok lain yang datang, namun tidak terlihat jelas.Dan dia … terlihat menakutkan.“Kamu capek?” tanya Maudi yang langsung menduduki Melati. Dia segera melepas jaketnya dan memakaikan kepada Melati.“Aku selalu bilang dari awal kita sering jalan. Kamu itu cantik, jangan sering pakai pakaian pendek gini.” Maudi mencubit hidung Melati gemas.Melati hanya menanggapi dengan senyuman. Entah kenapa Maudi selalu mengira bahwa pakaian yang dipakai pendek. Padahal ini lumrah bagi gadis seusianya. Lagipula pakaian yang Melati pakai hanya selutut tidak pernah lebih atas.“Agak panjangan dikit. Aku gak mau ada yang memandang kamu dengan tatapan gak biasa.”Malati mengangguk, “Ia. Maaf!”“Apa yang terjadi? Kamu tadi kaya takut banget?”“Kaki ku digigit sesuatu tadi. Tapi, udah gak ke
“Mel! Apa kamu melakukan ini terpaksa?” tanya Bisma serius, saat ini Melati sedang membantunya untuk memberi makan siang.Melati menggeleng, “Nggak! Kalau terpaksa gak bakal sampai dua Minggu aku disini.”Bisma lega mendengarnya, “Aku takut kamu terpaksa. Sampai saat ini aku merasa kamu belum memaafkan aku.”Melati meletakan mangkuk yang tadi dia pegang, “Jangan bahas yang sudah berlalu. Aku mohon sama kamu.”“Maaf! Mel.” Bisma menatap Melati. “Aku merasa berdosa sama kamu.”“Bis, kita sekarang teman. Kita sudah janji, untuk memulai semua dari awal. Aku sudah maafkan kamu, aku juga sudah melupakan apa yang terjadi sebelumnya,” jelasnya sambil membuang muka.“Iya, Mel! Aku janji gak akan bahas itu lagi. Sebelumnya aku juga sudah janji sama Maudi untuk menghapus semua yang menjadi penyebab permasalahan kita. Aku gak akan inget itu lagi.” Bisma meraih tangan Melati.“Sudah jam satu siang. Aku harus pulang.” Melati melepaska
Hari ini, kondisi Bisma mulai membaik. Dia sudah makan makanan yang lebih enak menurutnya. Seperti saat ini, dia diizinkan untuk makan nasi tim. terdengar sederhana memang, tetapi itu makanan terenak yang dia makan semenjak sadar.Seperti sebelumnya, dia memilih menikmati pemandangan di luar rumah sakit. Sambil melihat rerumputan hijau, dan melihat anak-anak yang sedang bermain di taman bermain yang dibuat khusus oleh pihak rumah sakit. Karena, anak-anak tidak diperkenankan masuk Rumah Sakit, maka agar tidak bosan, disediakanlah taman dengan segala fasilitasnya.“Kenapa nangis?” Fatma menyimpan wadah yang berisi makanan dan menghapus air mata yang keluar dari sudut mata anaknya.“Bisma hanya ingat masa-masa Bisma kecil dulu, Mom!” Bisma menunjuk anak-anak yang sedang bermain. “Bebas dan tanpa beban.”“Semua orang itu akan tumbuh dan berkembang. Jadikan semua itu sebagai kenangan!”“Bisma jadi ingat Kak Willy. Kalau Kakak masih ada, pasti