“No problem,” bisik Noah. Tangannya masih menggenggam pinggangku dan dengan perlahan ia menarikku mendekat padanya.“Apa yang kalian lakukan???”Kami berdua tersentak kaget dan aku langsung menarik diriku menjauh dari Noah. Dari balik punggung Noah, aku melihat Gabriel berdiri di ujung sana dengan sinar mata yang penuh dengan amarah.Raut wajah Noah berubah. Dia heran melihat Gabriel bersikap seperti itu. “Kamu kenapa marah?” tanya Noah. “Ehem,” Gabriel batuk pelan. “Marah, siapa yang marah? Aku hanya bertanya apa yang kalian lakukan.”Noah menyeringai singkat, lalu dia mengulurkan tangannya ke arahku.“Kita turun sekarang.” Tanpa ragu, aku menerima uluran tangan Noah dan mengikutinya turun. Kulihat Gabriel mendengus kesal dan mengikuti kami berdua dari belakang.“Noah, aku perlu berbicara dengan Grace sebentar,” tukas Gabriel tiba-tiba sehingga membuat langkah kaki kami terhenti di pertengahan tangga menuju lantai bawah.“Bicara dengan Grace?” Terdengar nada protes dari Noah.“Yeah,
“Kita harus kembali ke ruangan pesta sekarang sebelum Ibu Ariani mencari kita berdua,” ucapku pada Noah.Aku berlalu dari hadapannya. Hatiku sakit, karena perjanjian ini, aku bahkan tidak bisa dekat dekat pria lain, aku bahkan memutuskan kontak dengan sahabat-sahabatku. Pesan, inbox dan telepon dari mereka, semua aku hiraukan. ‘Aku harus menunggu sampai kontrak ini berakhir, baru aku bisa membuka diri pada pria lain. Selama aku masih tinggal di bawah atap rumah Gabriel, maka aku adalah tawanannya.'Noah mengikutiku dari dari belakang dengan membisu. Mungkin dia bingung dengan perubahan sikapku yang tiba-tiba acuh tak acuh. Biarlah, lebih baik aku acuhkan dia sekarang dari pada dia sakit nantinya.Aku dan Noah memasuki kembali ruangan pesta, dan benar saja seperti yang sudah aku pikirkan tadi, kalau Ibu Ariani sudah menunggu kami.“Untunglah kalian sudah datang. Apakah kamu menyukai pemandangan dari atas sana, Grace?” tanya Ibu Ariani sambil mengelus pipiku. Entah kenapa, aku suka saa
Aku berdiri dengan gelisah di depan Ibu Ariana, dan berdoa semoga pikiran buruk yang ada di otakku tidak benar-benar terjadi. Aku masih membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk mengobati mama dan papa.“Apakah kamu menikmati pesta ini, Grace?” tanya Ibu Ariani sambil mempersilahkan aku duduk di sebuah kursi.Aku meletakkan bokongku sambil mengangguk dengan cepat, dan berharap Ibu Ariani segera memberitahu tujuannya mengajakku berbicara empat mata. Jantungku berdebar-debar dengan kencang dan dengan sekuat tenaga aku tidak memperlihatkan kegugupanku.“Apakah Gabriel dan Natalia memperlakukanmu dengan baik selama ini, Grace?”Glek! Aku tidak tahu harus berkata apa, tapi aku akhirnya membuka mulutku.“Iya, Bu, mereka berdua memperlakukanku dengan baik.” Tanpa berpikir panjang, aku menjawab asal. Biarlah, aku tidak mau membuat masalah saat ini sebelum aku tahu pokok permasalahan yang ada.“Jadi begini, Grace. Ibu sudah berbicara dengan Gabriel dan dia sudah berjanji akan mencoba dengan s
“Jawab aku, Gabriel? Apakah kamu menyukaiku?”“Aku ….” Gabriel menatapku dalam-dalam dan menarik napas panjang. Entah apa yang merasuk jiwaku, aku membiarkan dia membelai lembut pipi dan daguku. Kutatap wajah Gabriel yang memang tampan. Dia tipe idaman wanita-wanita di luar sana.“Apakah kamu takut mengakui semua itu?” tanyaku pelan. Gabriel menggelengkan kepalanya.“Aku bukan hanya suka padamu, Grace, tapi sejak kehadiranmu di hidupku, pikiranku hanya dipenuhi oleh kamu, dan kadang aku tidak bisa mengontrol diriku sendri.”Jantungku berdetak dengan keras, dan aku tahu, seharusnya aku tidak boleh seperti itu. Namun, kejujuran Gabriel membuat aku tersiksa. Gabriel adalah milik wanita lain. Aku masuk ke dalam kehidupannya hanya karena aku terjerat dalam perjanjian itu. Kembali aku harus mengingatkan diriku sendiri akan tugas yang sedang aku embankan saat ini.“Grace, bolehkah aku menciummu?” Gabriel menatapku lekat-lekat. Jempolnya dengan perlahan membelai bibir bawahku dan tanpa ba-bi
“Gabriel?” Suara Natalia terdengar merajuk, dan kalau sudah begitu, Gabriel tidak bisa berkutik apa-apa. “Baiklah, Natalia. Kalau itu maumu, kita akan ke puncak besok.”Natalia langsung tersenyum lebar, diraihnya tangan Gabriel dan mengecupnya dengan mesra. “Benarkah? kamu memang yang terbaik, sayang.”Gabriel hanya tersenyum singkat, pikirannya dipenuhi dengan wajah Grace, pesonanya, manis dan lembut bibirnya, dan harum tubuhnya. Semuanya itu membuat Gabriel seperti kecanduan dan ingin selalu berada di dekat Grace.“Awas! teriak Natalia panik. Mobil mereka hampir saja menabrak mobil di depan, tapi untunglah teriakan Natalia segera menyadarkan Gabriel. Dia segera menepi dan menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang kebetulan tersedia tempat untuk menepi.“Kamu mikirin apa sih, Gabriel?” ketus Natalia sengit. Ditatapnya Gabriel dalam-dalam.“Aku kurang konsentrasi saja tadi, maafkan aku,” ucap Gabriel pelan. Dia mencengkram setir mobil dengan kuat.Natalia yang masih ingin marah s
Gabriel terus menumbuk tubuhnya yang kekar ke dalam diri Natalia sambil berharap benih-benihnya akan tumbuh dan menjadi sosok bayi yang sudah ia rindukan selama ini.“Yes, sayang. Lebih kuat lagi, aku suka permainanmu,” racau Natalia sambil mengerang penuh kenikmatan. Seulas senyum terukir di bibirnya.‘Kau kira aku bodoh dengan membiarkan wanita itu hamil dari cairan kenikmatanmu, Gabriel?’ gumamnya dalam hati.Selang berapa lama, mereka berdua mengerang dalam kenikmatan yang tiada tara. Tubuh Gabriel mengejang, lalu tersentak beberapa kali. Kelelakiannya berkedut liar dan menyemburkan calon-calon anak di masa depan.Lain halnya dengan Natalia, begitu nikmatnya puncak yang dia raih, membuat dia menjambak rambut Gabriel dengan liar. Setelah itu, dia menarik tubuh Gabriel agar menempel dengan erat pada tubuhnya yang polos. Peluh di tubuh mereka berdua seakan menambah gelora kenikmatan yang baru saja mereka dapatkan.“Kenapa kamu tiba-tiba memutuskan untuk memiliki anak?” tanya Gabriel
Gabriel menatapku dengan hasrat yang mendalam, dengan perlahan, dia mulai melepas baju tidurnya dan aku terpana melihat tubuhnya yang terpahat sempurna. Siapa pun yang melihatnya, pasti ingin menari-narikan jemarinya di sana. “Sentuh aku, Grace,” pinta Gabriel sambil menempelkan bagian tubuhnya yang mengeras di bawah sana, tepat di bagian intimku yang pernah dia renggut dulu. Untungnya masih ada pakaian yang menghalangi kami berdua. Tubuh Gabriel seolah-olah sedang menantang dan menjanjikan suatu kenikmatan yang pastinya akan sangat menjanjikan. Tanganku hampir terulur ke depan untuk menyentuh dadanya yang berotot, tapi langsung kutarik begitu menyadari bahwa dia bukanlah milikku. Pikiran sehatku seakan menamparku untuk kembali ke dunia nyata. “GABRIEL!!!” Suara Natalia terdengar menggelegar dari luar kamar. Dia sepertinya sudah bangun dan sedang mencari suaminya. Suara langkah kaki Natalia terdengar hilir mudik di luar sana. Jantungku berdegup dua kali lebih kencang, tapi kuliha
“Apa yang kamu lakukan di luar sini?” tanya Natalia saat melihat Gabriel yang sedang berdiri di dekat mobil.“Memeriksa mobil, memangnya kenapa?”“Oooh,” ucap Natalia pelan. Dia mendekati Gabriel dan tiba-tiba menarik baju tidur Gabriel ke arah bawah. Wanita itu ingin sekali melihat apakah di saja ada bekas-bekas merah di leher dan dada suaminya seperti yang dimiliki Grace.“Kamu kenapa, sih?” sentak Gabriel kaget dan tidak suka. Dia menahan tangan Natalia sehingga wanita itu tidak bisa meneruskan tindakannya.“Tidak apa-apa, aku hanya ingin memperbaiki kerah baju tidurmu yang entah sudah diberantakin oleh siapa,” ucap Natalia ketus. Tangannya kembali terulur dan memaksa untuk memperbaiki baju Gabriel. Melihat hal itu, Gabriel membiarkan saja, lagian tidak ada jejak-jejak merah juga di sana.Dengan mata berkilat, Natalia meneliti tubuh Gabriel, baik di bagian leher, dagu, rahang, atau pun dada. Sinar matanya terlihat sedikit kecewa karena dia tidak menemukan apa yang dia cari. Denga