"Jika dengan membunuhku bisa membuatmu sembuh, maka lakukanlah sekarang... itu jauh lebih baik daripada setelah memukulku, kamu malah repot-repot membawaku ke Rumah sakit dan pergi begitu saja. Inikah cinta yang selalu kamu ucapkan padaku? Membiarkan diriku opname di Rumah sakit tanpa kamu rawat sendiri, Oh... barusan kamu mengigau minta agar aku tak pergi, tapi kamu sendiri yang menyuruhku pergi, lalu katakan apa mau mu, hm?"
Tanpa banyak kata-kata yang keluar dari bibirnya, Izzuddin mencium dahi, pipi, hidung dan terakhir bibir merah yang berani-beraninya melumat bibirnya dengan agresif, bibir yang tak pernah ia sentuh.
Biarlah di tanggal ini, di jam ini sebagai saksi bisu dua pasang kekasih tak saling mencintai itu merasakan apa yang dinamakan first kiss untuk pertama dan terakhir kalinya. Ciuman yang paling menyakitkan hingga tanpa sadar lelehan cairan bening di sudut mata lelaki itu menetes.
Kini sinar matahari pagi muncul begitu cerah sekali, seakan tahu didalam kamar itu terdapat gadis cantik yang masih asyik menikmati tidur panjangnya, dengan lancang menyelusup menembus gorden. Membuat si gadis mengerjap lucu menyesuaikan cahaya kamar, seketika gadis itu langsung terbelalak ketika sadar ia tak berada dirumah Mr. Freezer tapi di Apartemen putra semata wayang El Barak.
Gadis itu langsung menyibak selimut milik Izzuddin dengan kasar dan anehnya ia sudah memakai kaos oblong juga celana training pencak silat bukan seragam sekolahnya. Tak heran kenapa ada celana training miliknya di Apartemen itu, karena sejak dulu Syilla pencinta beladiri. Walaupun sering disebut-sebut gadis manja nan polosnya minta ampun tapi otaknya tak pernah sengklek jika menyangkut seni bela diri.
"Kak Izzu, inikan kamar apartemen Kak Izzu, lalu kenapa aku ada disini? Oh... ya ampun, kemana ponsel... yakk... ini dia." Monolognya heboh, dengan cepat gadis itu mengecek ponselnya seketika ia senyum-senyum sendiri ketika melihat ada 375 calling dan 3 pesan dari Mr.Freezer, yang isinya;
Mr.Freezer♡
[Hey, stupid girl, kau berniat pulang apa tidak?]
[Dimana kamu sekarang? Jangan menipuku.][Jika dalam 15 menit dari sekarang kau tak pulang, jangan harap hidupmu bisa tenang.]Syilla langsung melotot kesal akan ancaman Mr. Freezer, dengan buru-buru gadis itu mengambil tasnya dan langsung lari kearah lantai dasar mengabaikan nyeri di kepalanya.
Saat sudah ada di Basemant, gadis itu langsung menghentikan taksi yang kebetulan lewat.
"Jalan Elizabeth, Pak!"
Instruksi Syilla buru-buru, bukannya langsung meluncur, si supir langsung menegang ketika mendengar nama jalan Elizabeth, siapa yang tidak tahu jalan mati itu? Semua orang pasti akan tahu.
Dimana di jalan itulah beberapa tahun lalu menjadi lokasi tragedi pembantaian massal yang dilakukan oleh Mafia kejam berdarah iblis. Bahkan hingga saat ini pembantaian itu masih berlaku di seluruh Indonesia, dan pelakunya selalu mengarah pada sang Mafia julukan King Frederich yang licik.
Para Aparat Keamanan Negara pun sudah resah bahkan sampai menyerah untuk menangkap Mafia itu, bagaimana tidak? King Frederich tak pernah main-main. Siapapun yang berusaha mengganggunya maka detik ini juga korbannya akan mati secara tak layak, sungguh sadis sekali.
Sehingga tak ada yang berani lagi memancing Mafia itu, membuat Aparat Keamanan Internasional pun harus turun tangan, tapi hasilnya tetap sama. Seorang Psycopath berdarah iblis tak pernah main-main, seraya ia diciptakan sebagai malaikat pencabut nyawa seluruh umat manusia di dunia.
Lama supir taksi itu tak menjalankan mobilnya, tiba-tiba ada dua polisi berwajah sanggar mengetuk kaca taksi, terpaksa Syilla membuka pintu dan dua polisi itu langsung menyeret Syilla masuk ke kantor polisi terdekat.
Disana gadis itu di interogasi selayaknya ia tersangka mencuri sepotong roti di warung, dengan kesal gadis itu terus mengumpat pelan karena ia yang tak mengerti apa-apa tapi langsung dibawa ke Kantor sialan itu.
"Dengan siapa anda tinggal disana?"
"Dengan-"
"Dengan siapa Nona Arsyilla Bellvania Azzahra?" Potong seorang lelaki tampan berwajah angkuh sambil melipat tangan di dada. Berlagak dia-lah pemimpin besar para polisi bodoh itu, Syilla mendecih ketika melihat wajah angkuh itu, walau hatinya sempat terkejut akan kejutan tak terduga ini.
"Bukan urusanmu?"
"Cih! Baiklah, kurung gadis itu sekarang juga." Perintah mutlak lelaki itu tegas, membuat Syilla gelagapan.
"Kak Izzu, tunggu!" Seru gadis itu panik.
Ya, lelaki itu adalah Izzuddin Elbarak, Jendral muda Aparat Keamanan Internasional yang turun tangan langsung untuk mengawasi pergerakan King Frederich, bahkan Syilla sendiri tak tahu jika Izzuddin bukanlah lelaki sembarangan.
"Apa?"
"Hm... tolong bebaskan Syilla dari sini, Syilla tak mau masuk penjara, karena Syilla tak melakukan kesalahan apa-apa."
"Imbalannya?"
"Kak, apa Kakak tega membuat Kakek dan Nenek khawatir jika Syilla masuk penjara?" Rajuknya dramatis, membuat Izzuddin mendecih akan akal bulus gadisnya.
"Baiklah! Kamu, saya bebaskan."
"Tapi, Mr." Sanggah Pak Erwin, selaku bagian jaksa.
"Gadis ini tunangan saya, biar saya urus sendiri." Titahnya mutlak. Membuat jaksa itu menunduk ketakutan karena di tatap tajam oleh pimpinannya.
Saat berada di Apartemen, spontan Syilla mendorong lelaki itu ke sofa lalu berdecak pinggang seperti emak-emak yang siap mengomeli anak nakalnya.
"Tugas anda sudah selesai, Pak Polisi! Sekarang aku mau pulang."
"Pulang? Cih, tapi kau masih punya hutang budi padaku?"
"Hhh... maaf, aku tidak punya banyak waktu." Jawab gadis itu sinis dan langsung pergi begitu sana, membanting pintu begitu kuat.
Dengan derai air mata penyesalan, gadis itu berlari sekuat tenaga agar segera sampai ke paviliun Tionghoa yang sudah menampungnya seminggu ini. Walaupun jaraknya sangat jauh tapi ia terus memaksakan kehendaknya agar cepat-cepat sampai, hingga ada mobil pajero modifikasi hitam melintas dan tepatnya berhenti didepan gadis itu, dengan hati gelisah Syilla langsung masuk mobil itu.
"Kak Leon, cepat jalankan mobilnya."
"Baik, Nona!" Jawab pemuda itu tenang, ia tahu jika gadis malang itu saat ini dilanda banyak masalah, karena ulah Bosnya. Ya, pemuda itu Leon, orang kepercayaan Mr. Frezzer.
Sesampainya di Rumah milik Mr. Freezer, Syilla langsung berlari memasuki rumah dengan nafas tersenggal-senggal. Belum juga kekhawatirannya terbayar lunas tiba-tiba lelaku bertudung mencekiknya membuat gadis itu terkejut juga ketakutan ketika melihat kilatan kemarahan dari si pelaku.
Gadis itu terbatuk-batuk sambil memohon ampun karena tulang lehernya terasa akan patah setelah ini.
"Tiada ampun untuk stupid sepertimu." Desis pria itu tajam.
"Hiks... am-pun.. kakkk... hiks.. hiks..." gadis itu terus berusaha meminta pengampunan sambil berusaha melepaskan diri dari cekikan itu.
Hampir saja gadis itu sekarat jika tak ada suara tangisan seorang bayi dilantai atas, dengan sadis lelaki itu melempar Syilla ke arah sofa dan langsung pergi begitu saja.
Setelah cengkeraman itu terlepas, Syilla langsung menghirup udara sebanyak mungkin, tubuhnya melemah seketika karena punggungnya menghantam pinggiran sofa.
Gadis itu menangis menahan nyeri dikepala juga punggungnya, ia sudah biasa diperlakukan kasar oleh lelaki barusan, walaupun Izzuddin tak tau jika gadisnya sangat menderita selama ini.
Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki menuruni anak tangga, Syilla mendongak bingung karena lelaki yang baru saja mencekiknya itu sudah rapi dengan balutan pakaian kasual, kaos putih dilapisi jaket bulu, lengkap dengan celana jeans dan sepatu sport putih. Sementara dilengan kirinya ada seonggok gumpalan lemak bernyawa dengan lahap meminum susu botolnya, sungguh pemandangan hot daddy yang sempurna.
Jangan lupakan wajahnya yang tampan, mata elang tajam menyala, bahkan selalu menunjukan wajah dingin tanpa ekspresi dan tak pernah menunjukkan wajah ceria sedikitpun. Memang semenjak bayi itu lahir ke dunia, Mr. Freezer lebih condong tak peduli di sekitarnya, ia hanya hangat pada putranya saja.
"Tentukan sekarang." Desisnya dengan nada dingin.
"M-maksud Kakak! Hm.. Baiklah, Syilla milih Kakak dan Baby Darrell, Sy-syilla memilih kalian berdua, Ka-karena Syilla tak ingin menyakiti Kak Izzu lagi." Jawab gadis itu gagap.
Sementara Mr. Freezer hanya menyunggingkan senyumnya remeh, dengan langkah angkuh serasa permainannya sudah selesai, lelaki itu langsung berjalan mendekati Syilla yang menatapnya bingung sedari tadi.
"Good job, Sweaty." Desisnya lagi tajam sambil mengelus pipi cubby Syilla.
Kemudian pergi begitu saja diikuti dua bodyguard yang sudah membopong satu koper besar, sadar jika Mr. Freezer akan pergi meninggalkan rumahnya dengan membawa Baby Darrell. Syilla langsung mengejar langkah lelaki itu tapi naas, mobil mewah Mr. Freezer sudah melaju menjauhi paviliun.
Gadis itu menjerit histeris berlari mengejar mobil itu agar berhenti, tapi ketika berada didepan gerbang, pintu gerbang sudah ditutup secara otomatis. Gadis itu menangis menjadi-jadi ketika dua orang tercintanya sama-sama pergi meninggalkannya sendiri. Eh.. ralat, dia menyesal telah meninggalkan orang yang ia campakkan demi orang yang sekarang meninggalkannya tanpa kata perpisahan, ternyata karma itu masih ada.
Dengan teganya Syilla meninggalkan Izzuddin hanya demi seonggok buntalan lemak mengemaskan. Dan, kini ia harus menerima kenyataan pahit lagi ketika Ayah kandung Baby Darrell langsung membawanya pergi dalam hitungan menit, hancur sudah harapan Syilla untuk tetap bersama baby tak berdosa itu.
Di sinilah awal penderitaan Seorang Arsyilla Bellvania Azzahra dimulai, sosok gadis yang polos, lugu, ceria nan manja. Kini hanya bisa menatap kosong pintu gerbang bertegangan listrik itu nanar, seakan-akan tuhan sudah mengutuknya menjadi patung manekin bernyawa.
###Li.Qiaofeng
Dunia itu bagaikan roda berputar, kadang kita ada dibawah, kadang kita ada diatas, semuanya terjadi tanpa kita sadari. Manusia hidup di bumi hanya untuk menjalani skenario yang Tuhan susun begitu rapi disaat kita dilahirkan ke dunia. Skenario itu bisa saja berubah sesuai doa dan permohonan kita pada sang kuasa, tapi yang tidak bisa kita ubah adalah Jodoh, Rezeki dan Ajal. Seperti hidup gadis malang yang menatap kosong isi kamar, sudah dua bulan lebih 7 hari ralat sudah 9 minggu Syilla tak melakukan apapun dikamar milik lelaki yang telah meninggalkan rumahnya 2 bulan lalu. Bagaikan mayat hidup terkena penyakit kering, tubuh mulai mengkurus, pipi mulai menirus, kantong mata menghitam karena insomnia, jejak air mata yang mengering pun terlihat, sementara kedua tangannya bergemetar sambil memeluk dua bingkai foto yang selama dua bulan ini menjadi kekuatannya untuk tetap h
Kini gadis itu duduk tegak didepan Victo, seakan siap untuk di interview. Victo tersenyum geli ketika melihat raut wajah tegas gadis itu. Seakan tahu jika Victo tak menerima Syilla sebagai karyawannya, maka gadis itu akan mengamuk atau merayunya, licik benar gadis berwajah polos di depannya itu. "Ceritakan?" "Ceritakan apanya? Syilla tak punya pengalaman pekerjaan." Jawab gadis itu polos. "Maksudku? Selama ini kamu tinggal di-" "Kakak ingin menginterogasiku atau menginterview ku?" Potongnya kesal. "Melamarmu? Bagaimana apa diterima?" Jawabannya enteng. "Kau benar-benar menyebalkan, apa kau tak takut pada sepupumu itu?" "Ngapain harus takut sama Izzu, jika sama-sama suka makan nasi." jawab Victo enteng. "Oh," jawab Syilla hanya ber'oh ria saja sambil mengangguk polos. "Syilla, katakan bagaimana bisa kamu berada di daerah
"Maaf, Tuan! Jam kerja saya sudah selesai, permisi--" pamit Syilla lirih, gadis itu langsung pergi meninggalkan Izzuddin sambil menahan ribuan pisau menghujam hatinya. Tetapi, saat berada di depan cafe spontan ada yang menarik tangannya, menyeretnya masuk mobil sport merah tanpa diduga-duga, Syilla panik akan tindakan Izzuddin sore ini. "Tuan, tolong! Saya ingin pulang--" "Tempatmu bukan di tempat laknat itu, akan saya antar kamu pulang ke rumah yang sebenarnya." desis Izzuddin dingin, lelaki itu langsung menancap gas diatas rata-rata. "Tidak!! Saya mohon, turunkan saya disini." teriak Syilla panik disertai derai air mata. "Jangan membantah, Ibu mencarimu di rumah." "Aku tak peduli, cepat turunkan aku." Pekik gadis itu frustasi. Gadis itu langsung merebut setir mobil agar putar balik, Izzudin tak bodoh, aksi gadisnya itu sangatlah gila, bisa-bisa ia mengalami kecelakaan jika tak bisa mengend
Sepasang mata elang itu berkaca-kaca, menatap nanar gadisnya dengan senyuman miris akan perubahan draktis gadisnya itu, di usaplah lembut kepala gadis itu. Izzuddin tidak pernah melepaskan gadis itu begitu saja selama ini, ia selalu mengawasinya dari kejauhan tapi kali ini ia ingin sekali membenturkan kepalanya sendiri yang berisi IQ diatas rata-rata, kelicikan melabuhi musuh, bahkan kemampuan yang jarang orang lain tahu pun dia miliki. Tapi apa? Dia tidak bisa menjaga gadisnya sendiri dengan baik, ia bagaikan manusia terbodoh di dunia. Keduanya juga sama-sama terluka, sama-sama frustasi, sama-sama menyalahkan diri sendiri tapi apa daya seluruh cinta, kasih sayang, janji, dan ketulusan yang keduanya bangun mati-matian sampai menerjang siapapun yang berani mengganggunya. Kini menguap begitu saja dikalahkan oleh ego, disaat kejujuran dan ketulusan hanya hiasan dinding. Kini hanya penyesalan dan kekecewaan terdalam yang keduanya rasa
Syilla berlari keluar Rumah Sakit dengan membawa luka kecewa sambil menangis dan menangis, tanpa peduli tatapan aneh dari orang-orang yang melihatnya. Sehingga tanpa sadar ia berada dijalan trotoar tak jauh dari Rumah Sakit, gadis itu terlihat menahan nyeri di kepalanya karena bekas operasi masih belum kering betul, ia duduk dipinggir jalan hanya untuk meredakan nyeri itu, berharap setelah ini ia bisa menjauhi Izzuddin. Tiba-tiba ada preman tua dengan perut buncit sedang mabuk mendekatinya, Syilla mencoba bergegas menghindarinya tapi nyeri di kepalanya terasa amat menyakitkan. Gadis itu mundur ketakutan bukan karena ia tak bisa melawan, tapi tiba-tiba darah merembes ke wajahnya, menyebabkan ia tak mampu bangkit lagi. "Hay, cantik! Main sama Abang, yuk! Nanti Abang beliin boneka." "Hiks... tolong jangan mendekat.. ssshh..." pekik gadis itu lirih menahan sakit dengan sa
Setelah menyelesaikan pekerjaannya yang datang secara mendadak, menguras fikiran, emosi dan tenaga akhirnya kini rampung juga. Izzuddin kembali kekamar rawat gadisnya dengan peluh yang tercetak jelas di dahinya, inginnya ia melepas penat karena jam tangannya sudah menunjukkan pukul 23.00 malam, tapi saat ia kembali senyumannya langsung luntur seketika. Ketika melihat Victo tertidur di tempatnya, sambil memegang tangan Syilla, Izzuddin membuang muka untuk menahan diri agar emosinya tak meledak, ingin rasanya ia menerjang Victo malam ini juga karena sudah lancang menyentuh gadis kecilnya. "Hey, bangke! Bangun... malu-maluin lu tidur ditempat gue, lu nyari mati, huh!" Hardik Izzuddin kesal terkesan dingin, karena hatinya terbakar api cemburu. "Apaan sih! Gangguin gue tidur ah--" gerutu Victo menyamankan diri. Izzuddin makin geram dibuatnya, dengan sekali hentakan
Empat hari sudah, gadis malang itu tak kunjung membuka mata indahnya, membuat Izzuddin dilanda kekhawatiran yang mendalam. Izzuddin makin terlihat sangat frustasi, lelaki itu mendatangi dokter yang menangani gadisnya dengan tatapan bengis. Pintu ruang Dokter Jo terbuka secara tak terduga setelah tendangan kuat dari luar, lelaki muda itu menarik kerah jas dokter Jo dengan kasar. "Kenapa Syilla tak sadar-sadar juga, huh!" "Maafkan saya, Tuan! Tu-tunggu hingga 6 jam lagi. Jika Nona Syilla tak kunjung melewati masa kritisnya, maka ia dinyatakan Koma--" Bugh.. Bugh.. kenyataan kata 'Koma' membuat Izzuddin tega memukul keras wajah dokter itu membabi buta, pendengarannya terasa panas jika mendengar kata itu. Karena bukan ini yang ia inginkan, ia benci kata itu, ia tak peduli lagi, ia hanya ingin gadisnya sadar bukan malah berbaring tak berdaya diranjang sialan itu.
Pagi-pagi buta tepatnya pukul 3 dini hari ada seorang gadis dewasa membuat gempar seluruh isi Mansion Elbarak, putri sulung Keluarga Elbarak itu berteriak histeris memanggil kedua Orang tuanya, membuat kedua Orang tuanya terkejut juga cemas bukan main. "Ada apa, Kak?" "Izzu, Yah! Izzu--" "Ada apa lagi dengan anak itu?" Guman Ayah Jem cemas. "Ayo, Yah! Kita periksa keadaan putra kita." Seru Bunda Vanya tak kalah cemas, Wanita paruh baya itu langsung lari menaiki undak-undakan tangga menuju kamar putra tercinta, dan langsung tertegun karena akan apa yang ia lihat. "Ayah... Ezha... cepat panggil Dokter Matthew." Teriak Bunda Vanya histeris, Ayah Jem yang baru sampai dikamar Izzuddin diikuti putri sulungnya langsung menghubungi Dr. Matthew. 10 menit adalah waktu paling cepat khusus dokter asal Italia itu, ia baru saja terlelap langsung ditelepon dadakan oleh Tuan Elbarak. Membuatnya g
"Jauhkan mawar sialan itu dariku," pekiknya dengan nada panik. "Kenapa? Mawar ini kesukaan cucu menantumu, kau--" "Aku mohon, tolong jauhkan mawar itu dariku.." pintanya dengan nada ketakutan ketika aku mendekatkan kelopak mawar itu tepat didepan wajahnya. "Darren, tolong! Maafkan aku, aku janji tak akan mengejar Xiao Fu dan anak-anakmu lagi, t--tolong, jauhkan itu dariku--" "Apa? coba panggil namaku dengan jelas." "D-Darren... t-tidakk.. maksudku.. King Frederich.. tolong--"Plakk...Suara tabrakan antara telapak tanganku dan pipi tirus penyihir tua itu terdengar renyah di pendengaranku, tubuh ringkih itu terlempar ke lantai cukup keras."Ulangi..""K-king.. tolong ampuni aku.. hiks..." pintanya memelas sambil mencuri-curi lirikan kearah mawar merah keemasan di tanganku ini.Senyum meremehkan ku tunjukkan dengan santai, berjongkok di depannya yang tampak tubuh kurus bergetar ketakutan. "Apa apa, Nenek? kenapa kau melihatku seperti itu?"Reveena hanya menggelengkan kepalanya lemah
"Tidakkk... tolong lepaskan aku, Nek? Hiks.. hiks.. tolong kasihani aku, aku mohon--" "Hhh... kamu tidak akan bisa lari lagi, manis. Kembar tiga? Huhh.. akhirnya aku akan hidup kembali... hhh.." "A-apa maksudmu?" Suara bergetar Syilla terdengar memilukan di dalam sana, sementara aku hanya bisa menatap gelap pintu aneh ini. "Apakah kamu tidak sadar, jika mendiang kedua putrimu sudah ku jadikan tumbal, hm? Apakah si anak Iblis itu tidak memberitahumu?" Degg... "Tu- tumbal? Jadi...?" "Hhh... bagaimana? Sudah tahu? Dasar bodoh, apa kamu tahu, kamu hanya di jadikan alat untuk menghasilkan bayi yang akan menjadi tumbalku. Darren menghamilimu bukan karena cinta, tapi karena ingin membantuku untuk mendapatkan tumbal dari tubuhmu, hhhhh..." Sreeekkk... kedua mataku memerah menahan amarah, sejak kapan aku mengorbankan darah dagingku untuk wanita gila itu? "Sialan kau, Tua bangka.." umpatku tertahan. "Tidakkk... kamu tidak bisa mengambil bayiku lagi dengan paksa. Kamu... kamu.." "Apa? D
Fengying langsung mendekat dan menatap penuh rindu kedua mata indah milik Arsyilla, namun perempuan itu masih cukup lemah untuk banyak bergerak. "Iya, Ge. Maafkan aku yang sudah merepotkan Gege--" "Jangan katakan hal itu lagi, kau adik perempuan kami satu-satunya. Kami hanya ingin memenuhi kewajiban kami sebagai Kakak laki-laki kamu." Belum juga Fengying menjawab, Faihung langsung mendekat dan mengusap pipi pucat Syilla dengan lembut. "Sekarang kondisimu masih terlalu lemah, sebaiknya kamu istirahat dikamar." "Tidak, Ge. Aku lebih nyaman seperti ini-- memeluk suamiku adalah tempat ternyaman ketika aku bangun." Syilla mendongak dan tersenyum manja sambil menatap wajah tampan lelaki yang memeluknya saat ini. Oh ayolah, tanpa malu-malu Syilla yang baru terbangun dari tidur cantiknya, malah dengan posesif memeluk pinggang sang suami, membuat Izzuddin tertawa kecil akan tingkah wanitanya itu. "Posesif.." bisik Izzuddin gemas.
"Gege, apa yang harus kita--" "A life crystal capable of awakening him, but--" "What, the crystal of life? Then where are we going to get it? Isn't that kind of thing hard to---" "That rare life crystal exists only in Frederich's own family. We also don't need to think too deeply, because the crystal is currently in their son's hands. Darrell Frederich." Fengying mengenyit dengan sedikit linglung atas apa yang di ucapkan saudara kembarnya tersebut, selama bertahun-tahun mengenal sosok Darren Frederich sebagai kekasih Arsyilla, adik kecil mereka. Baru kali ini Fengying mendengar tentang batu kehidupan, apakah di dunia ini masih ada benda keramat seperti itu? Entahlah? "Ayah, izinkan saya untuk menjemput Darrell. Saya khawatir Bibi Arsyi tidak mampu tertolongkan, hm.. maafkan saya yang sudah berani menguping pembicaraan Ayah dan Paman, saya harap Ayah dan Paman mengerti maksud saya." Seru pemuda tampan tampak baru keluar dari bal
Di dalam ruang keluarga paviliun milik Darren, sepasang suami dan istri paruh baya tengah lama terdiam menatap wajah kecil angkuh di depannya.Wanita paruh baya itu menatap suaminya sekilas kemudian menatap dalam diam anak kecil yang tengah asyik mengubah mainan rubiknya dengan tenang."Apa yang terjadi? Kenapa dia seperti itu?" Kun yang tidak tahan untuk bertanya, akhirnya menatap istrinya yang hanya diam sejak tadi."Sepertinya cucu kesayangan kita dalam suasana hati yang buruk."Mendengar kalimat singkat yang Aneska katakan tentang anak kecil di depannya, yang merupakan cucu laki-lakinya. Darrell Frederich. Pria paruh baya itu menghela napas berat kemudian menatap Darrell penuh arti."Jangan gegabah, dia masih terlalu kecil untuk mengerti permasalahan Orang tuanya. Otak dan hatinya masih kurang stabil dibandingkan dengan orang dewasa."Kun tak mengatakan apapun sebagai balasan, ia malah menaikkan salah satu alisnya. Aneska melanjutkan uca
Faihung langsung meloncat dari ketinggian lima ribu tujuh puluh kaki tanpa alat bantuan keselamatan, seakan sudah biasa pria pucat itu terjun dari ketinggian tanpa takut tubuhnya akan remuk ketika jatuh kelantai bawah. Terdengar samar teriakan Lian memanggilnya, Faihung hanya tersenyum ketika mendengar itu. Tapp.. Begitu kedua pasang kaki jenjang Faihung berpijak diatas lantai kaki istana, suara retakan dahsyat terdengar begitu mengerikan namun retakan itu hanya terlihat begitu kecil jika dilihat. Darren yang tengah mengubah wujuh menjadi King Frederich yang sebenarnya malah acuh tak acuh dengan turunnya Faihung seolah dewa langit sedang turun. Wujud Monster manusia tersebut malah asyik mencabuti organ tubuh para prajurit tanpa henti. "Hentikan--" Belum sempat Faihung menyelesaikan ucapannya, sosok Monster itu malah melemparkan tubuh tak berdosa dua prajurit sekaligus ke arah Faihung dengan ringan. Faihung
Lian menatap acuh tak acuh pertunjukkan yang terpapar jelas di kedua mata tajamnya, Eilert terlihat memberontak tak ingin kembali ketempatnya. Anak laki-laki itu terus berteriak kesetanan seolah dirinya nyaman dalam posisi setengah arwah seperti itu. "Tidak.. Paman Fai, aku mohon.." suara serak Eilerd tertengar memohon pada Faihung, namun pria pucat itu hanya menyeringai. "Kau bahkan belum lahir ke dunia, anak muda. Bertahanlah sedikit dan buang emosi gilamu itu." Kata Faihung mengingatkannya, Eilerd yang mendengarnya langsung mencoba melepaskan diri dari cengkeraman pria dewasa tersebut. "Tidak, Aku sangat benci penipu, penipu itu pantas mati. Aku.. aku harus menjaga Ibuku, lepas.. lepaskan aku.." "Lepas emosimu, El. Jika kau tidak melepaskannya, sampai lahirpun takdirmu tidak akan baik." Suara dingin dan santai dari arah Lian membuat Eilerd melototi pria muda itu sinis. "Apa pedulimu dengan takdir hidupku, kau bukan Tuhan. Jan
"Apakah Mr. Watanake ada disana?" Darren bertanya dengan santai seolah serangan mendadak itu bukan apa-apa baginya. "Benar, Mr. Watanake sedang meluncur kesini bersama Mr. Joseph untuk melakukan serangan balik." "Bos.. Ernesta Luciano, adik perempuan Lucky ditemukan tewas dalam keadaan terpengal disalah satu gedung tua di pinggiran Kota Peterburg, kini aku sedang menyelidiki penyebab ..." "Lempar mayat sialan itu ke dalam kadang Patric." Sela Darren sedikit mengeram marah. Patric yang dimaksud adalah anjing besar seukuran serigala yang bertugas menjaga Kota Peterburg. Setiap dalam kota kekuasaan Frederich, Darren telah menugaskan sebangsa anjing, serigala dan singa untuk menjaganya. Dan, kali ini Darren cukup marah karena Patric tak menyadari kehadiran Ratu tuannya. "Siap laksanakan." Jawab si penelepon diseberang sana. Darren yang sedang kesal langsung melempar tatapan membunuhnya kedepan. "Rupanya akan ada pertumpahan darah d
Pria pucat itu hanya meliriknya dengan tenang, Izzuddin langsung menoleh ke arah salah satu pintu Mansion rasaksanya. Di sana terdapat sosok pria janggung yang merupakan kembaran pria pucat itu tengah berdiri dengan malas sambil merokok.Kembali ke pria pucat tersebut, Izzuddin langsung memasuki mobilnya dan menyalahkan mesin mobil secara brutal."Jangan gegabah, Lian dan putra kedua mu sudah beraksi sejak satu setengah jam yang lalu." Kata pria pucat yang dipanggil Fai Gege itu penuh teka-teki, Izzuddin melirik pria di sampingnya itu acuh tak acuh.Pria misterius itu benar-benar ...."Maksudmu apa? Istriku diluar sana dalam bahaya, lebih baik jangan campurkan anak-anak dalam urusan orang dewasa...""Hm... kau benar." Faihung hanya berdehem kecil tanpa dosa.Izzuddin mengeram frustasi juga marah, ini yang tidak ia suka, sikap Faihung benar-benar sangat misterius dan menyebalkan. Pantas saja selama pria itu hidup, keluarga Dinasti Li selalu d