Hanya memberi waktu tujuh hari untuk Syilla membolos sekolah, karena gadis itu butuh waktu menenang jiwa dan pikirannya yang terguncang. Bahkan selama seminggu ini Syilla tinggal bertiga dengan Mr. Freezer dan Baby Boy (sebutan ala Syilla). Lelaki blasteran China-Rusia yang sialnya mirip dengan kekasih hatinya yang selama seminggu ini ia tinggalkan, namun ia seperti tak pedulikan hal itu.
Sementara lelaki yang duduk tenang dikursi pengemudi tetap fokus kedepan, saat mata elangnya melirik tingkah gadis di sampingnya yang sedang asyik menggoda bayinya tanpa menyadari jika mereka sudah sampai, hingga terlontar pertanyaan singkat dari bibir sexy nya yang akan membuat siapapun melihatnya akan agresif ingin menciumnya.
"School or go home?" Satu pertanyaan pertama muncul dari bibir sexy lelaki itu. Suaranya yang berat dan tegas memancarkan ia sosok lelaki dingin nan kaku, kalo bicara juga pasti irit sekali bahkan langsung ketujuan awal saja.
Sungguh, tipe lelaki to the point tanpa bantahan dan itu mutlak dijawab jika tak ingin membangunkan singa yang sedang tertidur. Syilla menghentikan kegiatannya dan mendongak menatap lelaki itu kesal, karena sudah menganggu kegiatan bermainnya.
"School!!" jawab Syilla kesal,
"Okay, what time come home?"
"Three o'clock." jawab Syilla malas, dan lelaki itu hanya menganguk samar. Karena tak ada jawaban lagi dari lelaki itu, gadis itu beralih mencium wajah gemuk bayi itu dengan gemas.
"Baby, tittle Frederich is the best handsome and freezer, Mommy going to scholl first? You're fine with Daddy, don't be naughty, Okay!" pamit Syilla lembut, seraya tahu ucapannya bayi gendut itu tersenyum padanya.
Sebagai ucapan salam Syilla mencium kedua pipi gembul bayi laki-laki itu dengan gemas, kemudian memberikannya pada lelaki di sampingnya itu dengan hati-hati. Dan diterima dengan baik oleh empunya, walaupun wajahnya masih tetap sama tembok berjalan ber-aura dingin.
"Please look after my Baby Boy well, dear Mr. Freezer." seru Syilla tegas, seakan dia sedang menitipkan anaknya pada pengasuhnya saat ia sekolah. Mendengar ucapan Syilla barusan otomatis membuat lelaki itu melirik tajam ke arahnya dan menjawabnya tak kalah sinis.
"Don't teach me, stupid girl! He's my son so it's my responsibility."
"Hi, Mr. You may insult me stupid, but you are only biological Daddy my Baby and I'm a--" belum selesai Syilla mengajukan protesnya.
Lelaki itu sudah memberikan tatapan membunuh, membuat Syilla kesusahan menelan ludahnya sendiri. Karena takut singa tidur mengamuk cepat-cepat ia keluar dari mobil dan lari berbirit-birit masuk gerbang sekolah dengan nafas terengah-engah.
"Shut, Dia sangat menyeramkan sekali, untung gue langsung lari jika tidak! Besok bisa tinggal nama gue. Oh.. No, gue belum nikah, gue belum siap mati duluan, untung saja baby gemuk itu putranya kalo bukan! Pasti sudah ditelan bulat-bulat tuh baby, Oh.. tidak! Jangan sampai itu terjadi." monolog Syilla absurd terkesan dramatis. Sadar ia sudah berada dilingkungan sekolah, sedetik kemudian ia mengubah raut wajahnya sedatar mungkin.
Ketika hendak masuk kelas, gendang telinga Syilla hampir dibuat pecah, karena teriakan cempreng gadis aneh yang tak lain adalah sahabatnya. Hingga mau tidak mau ia menutup kedua telinganya rapat-rapat, Syilla langsung menatap tajam ke arah sahabatnya itu karena pagi-pagi sudah dibuat kesal.
"Bisa diem nggak lu?" Desisnya sinis.
"Hehehe.. jangan marah dong, beibh... aku kangen tahu." Rayu gadis itu yang lebih akrab dipanggil Siska sambil cengar-cengir tak jelas.
Biasanya Syilla akan menjitak keningnya dengan gemas, tapi kali ini ia hanya melirik tajam kearah sahabatnya tersebut. Syilla tak bergeming sedikitpun dan malah memasuki kelasnya dengan aura dinginnya membuat bulu kuduk Siska berdiri seketika.
'Ada apa dengan Syilla, ya? Kok dia jadi begitu?' guman Siska bertanya-tanya akan perubahan draktis dari sahabatnya yang bolos sekolah selama seminggu.
Syilla yang dikenal gadis ceria dan cerewetnya minta ampun, kini telah berubah dalam hitungan detik. Bahkan gadis itu dikabarkan pergi dari rumah, hingga membuat keluarga dilanda kekhawatiran mendalam. Sampai bertanya-tanya padanya juga teman-teman yang lain, tapi semuanya tidak ada yang tahu. Bahkan, Izzuddin yang notebane-nya kekasih hati Syilla pun hanya bungkam, tak memberikan jawaban sedikitpun saat Siska bertanya apa lelaki itu.
"Syill--" panggil Siska takut-takut saat Syilla sudah ada di bangkunya.
"Hm."
"Syill... anu... itu... maaf-- selama seminggu ini, kamu ada dimana? Tinggal dimana? Kakek dan Nenek kamu-- mencarimu di rumahku sampai--" tanya Siska gagap takut-takut Syilla mengamuk dikelas. Syilla yang tampak tenang di bangkunya sambil membolak-balikan buku pelajarannya, langsung menatap Siska dengan tatapan tajam nan mengerikan disertai smirk devil.
Spontan sahabatnya itu menunduk ketakutan seperti itu, membuatnya geli sendiri tapi Syilla tetap pada posisinya dengan mengangkat sebelah alisnya. Hatinya memang rapuh tapi pikiran dan raganya tak bisa membohongi, jika dia butuh sendiri setelah kejadian tujuh hari lalu membuatnya berubah jadi manusia dingin seperti ini.
Ya, selama seminggu ini Syilla tak masuk sekolah dan malah menghabiskan waktunya menangis dan menangis. Tetapi, berkat buntalan lemak mengemaskan itu menemani hari-harinya, membuat Syilla melupakan kesakitan dan penyesalannya.
"Nothing." jawab Syilla dingin.
Tanpa peduli gerutuan tak bermutu dari bibir Siska yang masih setia menunduk ketakutan, terlihat bibirnya komat-kamit entah sedang membaca ayat kursi atau mengeluarkan sumpah serapah padanya, Syilla tak peduli hal itu, baginya itu sudah biasa.
Kini Syilla berada di Perpustakaan pembatas, antara sekolahnya dan gedung fakultas hukum dan kedokteran. Karena hari ini pulang pagi gegara para guru mengadakan rapat persiapan ujian nasional kelas 12. Kemungkinan besar tinggal 2 bulan lagi Syilla akan lulus SMA.
Sebenarnya gadis itu malas ke perpustakaan, bukan karena malas baca tapi ia takut bertemu dengan seseorang disana, tapi Siska memaksanya ikut dengan dalih ujian UN tinggal dua bulan lagi dan harus belajar giat mulai sekarang-- Sungguh menggelikan gadis itu.
"Syill, aku ke sana dulu ya, mau nyari buku?"
"Hm."
Malas berkeliling mencari buku yang saat ini tak membuatnya minat, akhirnya gadis itu duduk dibangku paling pojok kemudian mengeluarkan buku novelnya yang berjudul *Andromeda* karya *Septy Wardani*. Author favorit Syilla selama ini karena semua novelnya pasti diperankan oleh Chanyoel Park si Happy Virus -Member EXO Boyband, Korea selatan.
Lagi pula, ini masih pukul 11 siang dan akan dijemput nanti pukul 3 sore, jadi ia bisa santai-santai aja dulu, menemani sahabat cemprengnya itu juga tak masalah, selagi gadis itu tak bertanya macam-macam.
Oh.. ya, Happy Virus seperti Chanyoel Park itu juga sering mengingatkannya pada Sang Kekasih, karena kekasih hatinya itu juga mempunyai lesung pipi di sebelah kanannya.
Jika pemuda itu tersenyum, tak heran jika Syilla mempunyai tipe cowok yang manis-manis seperti gula jawa eh, samar-samar Syilla tersenyum ketika mengingat kenangan indah saat sang kekasih tersenyum manis sambil menunjukkan lesung pipinya itu. Maka, tidak ada keindahan selain mengagumi ciptaan Tuhan pemilik segala.
"Arsyilla." Tiba-tiba terdengar suara tak asing memanggil namanya, berharap itu hanya ilusi belaka.
Syilla tetap fokus pada bukunya, walaupun suara itu seakan-akan menyampaikan jika ia sama-sama terluka. Bahkan tanpa permisi pun buliran bening itu membasahi pipi cubby-nya, sesak rasanya jika mendengar suara itu lagi. Di hapuslah kasar air matanya dan terus mencoba acuh, walaupun dihatinya ingin mencari sumber suara itu saat ini juga.
"Syilla." Panggilnya lagi.
Membuatnya tambah merasakan sesak saja bukan karena asma tapi karena luka tak berdarah.
Suara itu suara yang sangat ia rindukan, suara penenang yang membuatnya tak bisa jauh-jauh darinya. benar! Suara itu adalah milik Izzuddin--kekasih hati Syilla yang sudah memadu kasih dengannya selama tiga tahun ini.
Dan, kini harus berakhir dengan 'Sad Ending' padahal keduanya sudah berjanji akan hidup bersama 'Sehidup-Semati'. Seminggu tanpa kehadiran canda-tawa rengekan gadis kecilnya. Seorang Izzuddin Elbarak seperti mati rasa untuk tetap bertahan hidup, semuanya sudah hancur sangat hancur, karena ini juga kesalahannya yang tak berpikir dua kali.
Ketika mendengar namanya dipanggil dua kali, kini hatinya yakin jika itu bukanlah sebuah ilusi belaka yang hanya ingin menghantuinya. Aura dingin yang dibangun mati-matian untuk membentengi betapa terpuruknya hidup seorang Arsyilla Bellvania Azzahra, tanpa kehadiran Muhammad Izzuddin Elbarak, kini runtuh bersama dengan luruhnya buliran bening membasahi pipinya kembali.
'Kenapa ini sangat sakit sekali, ya Allah!' Gumannya lirih dalam hati.
Gadis itu mendongak menatap nyalang kearah Izzuddin. Ya, pemuda yang memanggilnya itu adalah Izzuddin--kekasih hatinya. Lelaki itu tersenyum miris ketika menatap kedua mata indah gadis itu.
Kini berubah menjadi mata tajam setajam pisau dapur yang menusuk jantungnya berkali-kali bahkan seperti monster kecil mengerikan. Untuk mencairkan aura dingin yang Syilla pancaran, Izzuddin hanya bisa berdehem saja, membuat Syilla menaikkan sebelah alisnya tanda ia tak mengerti.
"Syill, selama ini kamu ada dimana? Tinggal dimana? Sama siapa? Kau tahu, orang rumah menjadi kalang kabut mencarimu, Kakak-" ucapnya to the point. Lelaki itu tak ingin membuang-buang waktu lagi hanya untuk berbasa-basi.
Ini tentang orang rumah yang khawatir akan keberadaan gadis itu, bagaimana juga Izzuddin mempunyai tanggung jawab besar menjaga gadis itu walaupun ia sendiri tak tahu apa yang sudah gadis itu sembunyikan darinya selama ini.
"Bukan urusan anda." potong Syilla dingin. Membuat Izzuddin mengeram tertahan menahan diri, agar ia tak berbuat kasar pada gadisnya.
###Li.Qiaofeng
Syilla yang merasa paling tersakiti disini, memutuskan untuk pergi dengan cepat ia mengemas buku-bukunya. Saat hendak pergi dari hadapan pemuda yang sangat ia cintai itu tiba-tiba lengannya dicekal erat oleh lelaki itu membuat Syilla meringis. Izzuddin mulai menunjukkan tatapan tajam, akan jawaban gadisnya yang mengisi hatinya selama tiga tahun lebih. Kecewa, sakit, cinta, penghianatan melebur menjadi satu dalam hati Izzuddin, bagaimana bisa gadis itu menghianatinya seperti ini. Di manakah janji setianya dulu? Di manakah gadis kecilnya dulu? Hari ini, detik ini Izzuddin tak lagi melihat mata indah miliknya dulu terpancar begitu indah, ia hanya bisa melihat tatapan membunuh itu menghumus dalam kedalam kornea sepasang mata coklatnya. "Bukan urusan anda." potong Syilla dingin. Ini pertama kalinya
Walaupun sebenarnya ia tak sanggup berdiri, berjalan tertatih keluar perpustakaan karena hatinya terasa sangat nyeri, jika berlama-lama ditempat saksi bisu perpisahannya dengan Izzuddin barusan. Menghapus kasar sisa air matanya tanpa peduli Siska yang menatapnya iba, dengan sekuat tenaga ia berlari kearah Taman belakang Sekolah yang jarang dikunjungi para siswa-siswi Sekolah. Di taman itu, dibawah pohon belimbing manis yang cukup lebat, Syilla menangis histeris lagi, lagi dan lagi. Sambil menutup wajahnya, menjambak rambut panjangnya, gadis itu tampak frustasi, ia kalut ia hancur tak tersisa lagi. 'Aaarrrggghhh... aku benci ini, aku benci.. hiks..' bathinnya menjerit tak terima. Tiba-tiba gadis itu meringis karena kepalanya terasa begitu nyeri, pandangannya mulai memburam, dalam hitungan detik ia merasa pandangannya mulai mengelap hingga hilang sudah kesadarannya dan tumbang tergeletak disana.
"Aduhhh... sakit, sayang! Aduhh.. ampunn..." ringis Izzuddin ketika Syilla menghadiahinya cubitan pedas di pinggangnya. "Dasar menyebalkan, mentang-mentang pintar, sombongnya minta ampun, makanya ajarin Syilla. Jangan cuma bicara doang tapi nggak di ajarin." Gerutu gadis itu sambil mencebik lucu. "Mau minta ajarin, hm? Tapi Kakak nggak pintar-pintar amat, tapi kalo minta ajarin panas-panasan diranjang, wah... ayo, hari ini juga Kakak siap, gimana?" goda Izzuddin sedikit, padahal ia hanya menjahili kekasihnya saja. "Kyaa... dasar mesum, tenggelam sana di lautan... bugh.. bugh.." pekik Syilla geregetan sendiri sambil memukul-mukul lengan lelaki itu dengan brutal. Si korban pun bukannya meminta ampun malah tertawa berbahak-bahak, sore ini pasangan Zuddilla terisi dengan canda-tawa bersama, membuat yang menyaksikan tawa sepasang kekasih itu iri dibuatnya. "Syilla." Panggil lelaki itu tiba-tiba dengan nada mengi
Izzuddin Elbarak, hanya bisa memandangi wajah polos gadis kecilnya miris dengan keadaan terlelap dikamar pribadinya. Lelaki itu membawa gadis kecilnya ke Apartemen pribadinya pasca tak sadarkan diri beberapa jam lalu, dari mata indahnya yang masih setia tertutup. Lelaki itu bisa menganalisis jika gadis kecilnya ini kebanyakkan menangis juga memikul beban berat yang selama ini ia tutupi dengan senyuman polos nan manjanya. Bukan berarti Izzuddin tak peka selama ini, tapi sudah beberapa kali ia menanyakan; 'ada masalah apa? Ceritakan sama Kakak keluh kesahmu, bukannya selama ini kamu menganggap Kakak bukan hanya kekasihmu, tapi juga seorang Kakak pada adiknya?' Bukannya menjawab, Gadis kecilnya itu malah berlagak bodoh dan polosnya minta ampun. Hanya untuk mengalihkan perhatian dengan alasan lapar, haus, ngantuk kadang manja bak anak kecil pada Ayahnya. Izzuddin
"Jika dengan membunuhku bisa membuatmu sembuh, maka lakukanlah sekarang... itu jauh lebih baik daripada setelah memukulku, kamu malah repot-repot membawaku ke Rumah sakit dan pergi begitu saja. Inikah cinta yang selalu kamu ucapkan padaku? Membiarkan diriku opname di Rumah sakit tanpa kamu rawat sendiri, Oh... barusan kamu mengigau minta agar aku tak pergi, tapi kamu sendiri yang menyuruhku pergi, lalu katakan apa mau mu, hm?" Tanpa banyak kata-kata yang keluar dari bibirnya, Izzuddin mencium dahi, pipi, hidung dan terakhir bibir merah yang berani-beraninya melumat bibirnya dengan agresif, bibir yang tak pernah ia sentuh. Biarlah di tanggal ini, di jam ini sebagai saksi bisu dua pasang kekasih tak saling mencintai itu merasakan apa yang dinamakan first kiss untuk pertama dan terakhir kalinya. Ciuman yang paling menyakitkan hingga tanpa sadar lelehan cairan bening di sudut mata lelaki itu menetes. Kini sinar matahari pagi m
Dunia itu bagaikan roda berputar, kadang kita ada dibawah, kadang kita ada diatas, semuanya terjadi tanpa kita sadari. Manusia hidup di bumi hanya untuk menjalani skenario yang Tuhan susun begitu rapi disaat kita dilahirkan ke dunia. Skenario itu bisa saja berubah sesuai doa dan permohonan kita pada sang kuasa, tapi yang tidak bisa kita ubah adalah Jodoh, Rezeki dan Ajal. Seperti hidup gadis malang yang menatap kosong isi kamar, sudah dua bulan lebih 7 hari ralat sudah 9 minggu Syilla tak melakukan apapun dikamar milik lelaki yang telah meninggalkan rumahnya 2 bulan lalu. Bagaikan mayat hidup terkena penyakit kering, tubuh mulai mengkurus, pipi mulai menirus, kantong mata menghitam karena insomnia, jejak air mata yang mengering pun terlihat, sementara kedua tangannya bergemetar sambil memeluk dua bingkai foto yang selama dua bulan ini menjadi kekuatannya untuk tetap h
Kini gadis itu duduk tegak didepan Victo, seakan siap untuk di interview. Victo tersenyum geli ketika melihat raut wajah tegas gadis itu. Seakan tahu jika Victo tak menerima Syilla sebagai karyawannya, maka gadis itu akan mengamuk atau merayunya, licik benar gadis berwajah polos di depannya itu. "Ceritakan?" "Ceritakan apanya? Syilla tak punya pengalaman pekerjaan." Jawab gadis itu polos. "Maksudku? Selama ini kamu tinggal di-" "Kakak ingin menginterogasiku atau menginterview ku?" Potongnya kesal. "Melamarmu? Bagaimana apa diterima?" Jawabannya enteng. "Kau benar-benar menyebalkan, apa kau tak takut pada sepupumu itu?" "Ngapain harus takut sama Izzu, jika sama-sama suka makan nasi." jawab Victo enteng. "Oh," jawab Syilla hanya ber'oh ria saja sambil mengangguk polos. "Syilla, katakan bagaimana bisa kamu berada di daerah
"Maaf, Tuan! Jam kerja saya sudah selesai, permisi--" pamit Syilla lirih, gadis itu langsung pergi meninggalkan Izzuddin sambil menahan ribuan pisau menghujam hatinya. Tetapi, saat berada di depan cafe spontan ada yang menarik tangannya, menyeretnya masuk mobil sport merah tanpa diduga-duga, Syilla panik akan tindakan Izzuddin sore ini. "Tuan, tolong! Saya ingin pulang--" "Tempatmu bukan di tempat laknat itu, akan saya antar kamu pulang ke rumah yang sebenarnya." desis Izzuddin dingin, lelaki itu langsung menancap gas diatas rata-rata. "Tidak!! Saya mohon, turunkan saya disini." teriak Syilla panik disertai derai air mata. "Jangan membantah, Ibu mencarimu di rumah." "Aku tak peduli, cepat turunkan aku." Pekik gadis itu frustasi. Gadis itu langsung merebut setir mobil agar putar balik, Izzudin tak bodoh, aksi gadisnya itu sangatlah gila, bisa-bisa ia mengalami kecelakaan jika tak bisa mengend
"Jauhkan mawar sialan itu dariku," pekiknya dengan nada panik. "Kenapa? Mawar ini kesukaan cucu menantumu, kau--" "Aku mohon, tolong jauhkan mawar itu dariku.." pintanya dengan nada ketakutan ketika aku mendekatkan kelopak mawar itu tepat didepan wajahnya. "Darren, tolong! Maafkan aku, aku janji tak akan mengejar Xiao Fu dan anak-anakmu lagi, t--tolong, jauhkan itu dariku--" "Apa? coba panggil namaku dengan jelas." "D-Darren... t-tidakk.. maksudku.. King Frederich.. tolong--"Plakk...Suara tabrakan antara telapak tanganku dan pipi tirus penyihir tua itu terdengar renyah di pendengaranku, tubuh ringkih itu terlempar ke lantai cukup keras."Ulangi..""K-king.. tolong ampuni aku.. hiks..." pintanya memelas sambil mencuri-curi lirikan kearah mawar merah keemasan di tanganku ini.Senyum meremehkan ku tunjukkan dengan santai, berjongkok di depannya yang tampak tubuh kurus bergetar ketakutan. "Apa apa, Nenek? kenapa kau melihatku seperti itu?"Reveena hanya menggelengkan kepalanya lemah
"Tidakkk... tolong lepaskan aku, Nek? Hiks.. hiks.. tolong kasihani aku, aku mohon--" "Hhh... kamu tidak akan bisa lari lagi, manis. Kembar tiga? Huhh.. akhirnya aku akan hidup kembali... hhh.." "A-apa maksudmu?" Suara bergetar Syilla terdengar memilukan di dalam sana, sementara aku hanya bisa menatap gelap pintu aneh ini. "Apakah kamu tidak sadar, jika mendiang kedua putrimu sudah ku jadikan tumbal, hm? Apakah si anak Iblis itu tidak memberitahumu?" Degg... "Tu- tumbal? Jadi...?" "Hhh... bagaimana? Sudah tahu? Dasar bodoh, apa kamu tahu, kamu hanya di jadikan alat untuk menghasilkan bayi yang akan menjadi tumbalku. Darren menghamilimu bukan karena cinta, tapi karena ingin membantuku untuk mendapatkan tumbal dari tubuhmu, hhhhh..." Sreeekkk... kedua mataku memerah menahan amarah, sejak kapan aku mengorbankan darah dagingku untuk wanita gila itu? "Sialan kau, Tua bangka.." umpatku tertahan. "Tidakkk... kamu tidak bisa mengambil bayiku lagi dengan paksa. Kamu... kamu.." "Apa? D
Fengying langsung mendekat dan menatap penuh rindu kedua mata indah milik Arsyilla, namun perempuan itu masih cukup lemah untuk banyak bergerak. "Iya, Ge. Maafkan aku yang sudah merepotkan Gege--" "Jangan katakan hal itu lagi, kau adik perempuan kami satu-satunya. Kami hanya ingin memenuhi kewajiban kami sebagai Kakak laki-laki kamu." Belum juga Fengying menjawab, Faihung langsung mendekat dan mengusap pipi pucat Syilla dengan lembut. "Sekarang kondisimu masih terlalu lemah, sebaiknya kamu istirahat dikamar." "Tidak, Ge. Aku lebih nyaman seperti ini-- memeluk suamiku adalah tempat ternyaman ketika aku bangun." Syilla mendongak dan tersenyum manja sambil menatap wajah tampan lelaki yang memeluknya saat ini. Oh ayolah, tanpa malu-malu Syilla yang baru terbangun dari tidur cantiknya, malah dengan posesif memeluk pinggang sang suami, membuat Izzuddin tertawa kecil akan tingkah wanitanya itu. "Posesif.." bisik Izzuddin gemas.
"Gege, apa yang harus kita--" "A life crystal capable of awakening him, but--" "What, the crystal of life? Then where are we going to get it? Isn't that kind of thing hard to---" "That rare life crystal exists only in Frederich's own family. We also don't need to think too deeply, because the crystal is currently in their son's hands. Darrell Frederich." Fengying mengenyit dengan sedikit linglung atas apa yang di ucapkan saudara kembarnya tersebut, selama bertahun-tahun mengenal sosok Darren Frederich sebagai kekasih Arsyilla, adik kecil mereka. Baru kali ini Fengying mendengar tentang batu kehidupan, apakah di dunia ini masih ada benda keramat seperti itu? Entahlah? "Ayah, izinkan saya untuk menjemput Darrell. Saya khawatir Bibi Arsyi tidak mampu tertolongkan, hm.. maafkan saya yang sudah berani menguping pembicaraan Ayah dan Paman, saya harap Ayah dan Paman mengerti maksud saya." Seru pemuda tampan tampak baru keluar dari bal
Di dalam ruang keluarga paviliun milik Darren, sepasang suami dan istri paruh baya tengah lama terdiam menatap wajah kecil angkuh di depannya.Wanita paruh baya itu menatap suaminya sekilas kemudian menatap dalam diam anak kecil yang tengah asyik mengubah mainan rubiknya dengan tenang."Apa yang terjadi? Kenapa dia seperti itu?" Kun yang tidak tahan untuk bertanya, akhirnya menatap istrinya yang hanya diam sejak tadi."Sepertinya cucu kesayangan kita dalam suasana hati yang buruk."Mendengar kalimat singkat yang Aneska katakan tentang anak kecil di depannya, yang merupakan cucu laki-lakinya. Darrell Frederich. Pria paruh baya itu menghela napas berat kemudian menatap Darrell penuh arti."Jangan gegabah, dia masih terlalu kecil untuk mengerti permasalahan Orang tuanya. Otak dan hatinya masih kurang stabil dibandingkan dengan orang dewasa."Kun tak mengatakan apapun sebagai balasan, ia malah menaikkan salah satu alisnya. Aneska melanjutkan uca
Faihung langsung meloncat dari ketinggian lima ribu tujuh puluh kaki tanpa alat bantuan keselamatan, seakan sudah biasa pria pucat itu terjun dari ketinggian tanpa takut tubuhnya akan remuk ketika jatuh kelantai bawah. Terdengar samar teriakan Lian memanggilnya, Faihung hanya tersenyum ketika mendengar itu. Tapp.. Begitu kedua pasang kaki jenjang Faihung berpijak diatas lantai kaki istana, suara retakan dahsyat terdengar begitu mengerikan namun retakan itu hanya terlihat begitu kecil jika dilihat. Darren yang tengah mengubah wujuh menjadi King Frederich yang sebenarnya malah acuh tak acuh dengan turunnya Faihung seolah dewa langit sedang turun. Wujud Monster manusia tersebut malah asyik mencabuti organ tubuh para prajurit tanpa henti. "Hentikan--" Belum sempat Faihung menyelesaikan ucapannya, sosok Monster itu malah melemparkan tubuh tak berdosa dua prajurit sekaligus ke arah Faihung dengan ringan. Faihung
Lian menatap acuh tak acuh pertunjukkan yang terpapar jelas di kedua mata tajamnya, Eilert terlihat memberontak tak ingin kembali ketempatnya. Anak laki-laki itu terus berteriak kesetanan seolah dirinya nyaman dalam posisi setengah arwah seperti itu. "Tidak.. Paman Fai, aku mohon.." suara serak Eilerd tertengar memohon pada Faihung, namun pria pucat itu hanya menyeringai. "Kau bahkan belum lahir ke dunia, anak muda. Bertahanlah sedikit dan buang emosi gilamu itu." Kata Faihung mengingatkannya, Eilerd yang mendengarnya langsung mencoba melepaskan diri dari cengkeraman pria dewasa tersebut. "Tidak, Aku sangat benci penipu, penipu itu pantas mati. Aku.. aku harus menjaga Ibuku, lepas.. lepaskan aku.." "Lepas emosimu, El. Jika kau tidak melepaskannya, sampai lahirpun takdirmu tidak akan baik." Suara dingin dan santai dari arah Lian membuat Eilerd melototi pria muda itu sinis. "Apa pedulimu dengan takdir hidupku, kau bukan Tuhan. Jan
"Apakah Mr. Watanake ada disana?" Darren bertanya dengan santai seolah serangan mendadak itu bukan apa-apa baginya. "Benar, Mr. Watanake sedang meluncur kesini bersama Mr. Joseph untuk melakukan serangan balik." "Bos.. Ernesta Luciano, adik perempuan Lucky ditemukan tewas dalam keadaan terpengal disalah satu gedung tua di pinggiran Kota Peterburg, kini aku sedang menyelidiki penyebab ..." "Lempar mayat sialan itu ke dalam kadang Patric." Sela Darren sedikit mengeram marah. Patric yang dimaksud adalah anjing besar seukuran serigala yang bertugas menjaga Kota Peterburg. Setiap dalam kota kekuasaan Frederich, Darren telah menugaskan sebangsa anjing, serigala dan singa untuk menjaganya. Dan, kali ini Darren cukup marah karena Patric tak menyadari kehadiran Ratu tuannya. "Siap laksanakan." Jawab si penelepon diseberang sana. Darren yang sedang kesal langsung melempar tatapan membunuhnya kedepan. "Rupanya akan ada pertumpahan darah d
Pria pucat itu hanya meliriknya dengan tenang, Izzuddin langsung menoleh ke arah salah satu pintu Mansion rasaksanya. Di sana terdapat sosok pria janggung yang merupakan kembaran pria pucat itu tengah berdiri dengan malas sambil merokok.Kembali ke pria pucat tersebut, Izzuddin langsung memasuki mobilnya dan menyalahkan mesin mobil secara brutal."Jangan gegabah, Lian dan putra kedua mu sudah beraksi sejak satu setengah jam yang lalu." Kata pria pucat yang dipanggil Fai Gege itu penuh teka-teki, Izzuddin melirik pria di sampingnya itu acuh tak acuh.Pria misterius itu benar-benar ...."Maksudmu apa? Istriku diluar sana dalam bahaya, lebih baik jangan campurkan anak-anak dalam urusan orang dewasa...""Hm... kau benar." Faihung hanya berdehem kecil tanpa dosa.Izzuddin mengeram frustasi juga marah, ini yang tidak ia suka, sikap Faihung benar-benar sangat misterius dan menyebalkan. Pantas saja selama pria itu hidup, keluarga Dinasti Li selalu d