Elvan dan Andrew sedang makan siang bersama di cafe yang tak jauh dari kantor. “Abis ini gue balik ya, gak balik ke kantor!” ujar Elvan di sela makannya.“Mau ke mana Lu?” tanya Andrew setelah menelan makanannya.“Mau jemput Aya terus ke rumah sakit,” jawab Elvan dengan santai.Mata Andrew membelalak, “Pacar masa depan gue sakit? Kok Lu gak ngasih tau gue sih? Sakit apa? Parah gak? Dia suka apa? Entar gue bawain pas jenguk!” cerocos Andrew.Elvan memutar bola matanya. “Gak ada yang sakit, kita berdua emang mau Premarital check up, dan gue udah janjian sama dokternya jam 3 sore ini,” jelas Elvan.“Ohh… cuma Premarital check doang ternyata…” gumam Andrew pada akhirnya. Tapi sesaat kemudian ia kembali membelalakkan matanya kemudian setengah berteriak. “Apaaaa?? Premarital check up??” tanyanya tak percaya.Elvan mengangguk, “Jangan teriak Lu, malu-maluin aja, liat orang keganggu sama teriakan Lu!” tegur Elvan seraya melirik pada beberapa orang yang dekat dengan meja yang kini mereka temp
Saat Elvan keluar dari toilet ia melihat Aya yang sedang menatap ke arah koridor sebelah kanan. Ia mencoba mengikuti arah pandangan Aya, di sana ia bisa melihat seorang wanita berpakaian mini yang ditemani oleh seorang pengasuh. Awalnya Elvan berpikir, mungkin Aya sedih karena menginginkan kehidupan seperti wanita itu yang sudah memiliki anak."Ada apa?" tanya Elvan lembut berusaha untuk menghibur Aya.Aya tersentak kaget, dengan cepat ia menoleh pada Elvan."Ehh... Kamu bikin kaget aja!" seru Aya. Aya segera berdiri untuk mensejajarkan dirinya dengan Elvan."Apa yang kau lihat?" tanya Elvan kemudian.Aya menggeleng. Awalnya Aya tak ingin mengatakannya pada Elvan. Tapi kemudian ia berpikir ia tak mau menyembunyikan apapun ada Elvan, meskipun itu hal yang sangat kecil. "Tadi aku bertemu dengan Shella," cicit Aya pelan.Mata Elvan membulat, "Apa dia melihatmu? Menghinamu? Atau yang lainnya?" tanya Elvan khawatir. Karena ia tahu Shella adalah wanita jahat. Ia yakin Shella sanggup mela
“Mama gak ikut ya,” ujar Hilda pada Aya, “Mama ada perlu dengan teman Mama hari ini.”Aya mengangguk, “Gak apa-apa, Ma. Lagikan Aya pergi sama Mamih, jadi tenang aja,” balas Aya.“Soraya nanti jemput ke sini atau kalian ketemu di salon?” tanya Hilda.“Mamih bilang, Mamih mau jemput aja. Sekalian ketemu sama Mama kalau Mama belum sempet pergi,” jawab Aya.Hilda mengangguk, “Ya udah, Mama mending nunggu Soraya aja sampai ke sini, baru Mama pergi.”Hari ini Soraya mengajak aya untuk ke salon bersama. Sekitar 2 minggu lagi Aya dan Elvan akan menikah, maka dari itu Soraya mengajak Aya untuk melakukan perawatan di salon. Soraya mengambil perawatan khusus untuk pengantin bagi Aya.Soraya merasa senang, hasil pemeriksaan Aya dan Elvan minggu lalu sudah keluar beberapa hari yang lalu. Dan hasil pemeriksaan tersebut menyatakan, baik Elvan maupun Aya dalam keadaan yang sehat dan semuanya normal.Soraya berharap, Aya segera hamil tak lama setelah mereka menikah. Elvan sudah cukup umur untuk memil
“Liat Ma, wanita murahan ini bener-bener gak tau diri. Masih berani panggil Mama setelah apa yang dia lakuin ke Mama. Jangan-jangan dia nyesel dan ngarep kembali ke rumah Mama,” ujar Shella mengompori.Seketika emosi Martina naik sampai ke ubun-ubun. Rasanya Martina ingin menampar dan menjambak Aya, tapi ia sadar jika kini statusnya masih tahanan kota dan harus bisa menjaga sikap. Jika sampai ia ketahuan kembali melakukan tindak kekerasan pada Aya. Sudah jelas ia akan diseret masuk ke dalam penjara.“Dasar kamu tidak tahu diri! Sundal gila, masih punya muka kamu ya keluar dan tampil di muka umum?” sindir Martina.Rasanya Aya sudah tidak tahan, semakin di pendam akan semakin pedas omongan mereka berdua.“Kenapa harus malu, aku tidak melakukan kesalahan. Apa Anda lupa Nyonya Martina? Jika status Anda saat ini masih tahanan kota? Jadi pertanyaan itu harusnya ditujukan pada Anda sendiri,” jawab Aya dengan santai seraya berdiri dan memberikan tatapan tajam pada keduanya.Shella tertawa, “W
Menjelang sore perawatan yang di lakukan oleh Soraya dan Aya akhirnya selesai. Aya merasa tubuhnya sangat segar dan juga wangi setelah rangkaian perawataran yang sudah di jalaninya. Bahkan rambutnya sudah dipercantik dengan gelombang acak di bagian bawahnya. Aya tampak semakin cantik.Tak jauh berbeda dengan Soraya, ia pun tampak semakin memukau.“Ahh… kayanya kita harus sering nyalon deh nanti, gimana?” tanya Soraya.Aya mengangguk, “Aya ikut Mamih aja.”“Bagus! Nanti kamu jadi partner in crime Mamih aja ya, kadang saat Mamih butuh temen, temen-temen Mamih pada sibuk. Kan malesin kalau nyalon sendirian,” ujar Soraya.“Iya Mih, nanti Aya temenin kemana aja Mamih mau,” sahut Aya.“Nahhh gitu donggg!! Bagusss!” seru Soraya senang. Ia merasa setelah Elvan menikahi Aya nanti ia tak akan merasa kesepian. Dan Soraya berharap jika setelah menikah nanti mereka akan tinggal dengannya agar rumah besarnya itu tidak sepi.Tapi Soraya belum meminta hal itu pada Elvan, karena takut jika Elvan sudah
Elvan sudah mengajak Aya Sabtu ini untuk berjalan-jalan. Pernikahan mereka akan di laksanakan sekitar kurang dari 2 minggu lagi. Saat ini Elvan masih diijinkan untuk bertemu dengan Aya. Sedangkan pada minggu terakhir sebelum menikah, Elvan di larang untuk menemui Aya. ‘Pake ada acara pingitan segala…’ ujar Elvan pada waktu itu.Tapi Soraya mengatakan, agar mereka nantinya saling merindukan. Dan di hari H rindu mereka semakin menggebu jadi saat pertemuan di hari pernikahan mereka akan muncul perasaan yang begitu membahagiakan. Jadi setidaknya Elvan akan memanfaatkan minggu ini untuk tetap bertemu dengan Aya.Seperti pada hari ini…“Jadi kita mau pergi ke mana?” tanya Aya yang sudah duduk di samping Elvan. Sedangkan Elvan sedng fokus mengendarai mobilnya.“Nonton bioskop aja yuk, aku udah lama gak nonton bioskop,” ujar Elvan.“Hmm, boleh deh…” sahut Aya sambil menganggukkan kepalanya.Sebenarnya Elvan ingin mengajak Aya ke apartement. Meski di apartement tidak ada apa-apa setidaknya ia
Acara pertemuan di mulai pukul 7 malam, tapi pada pukul 6 sore sebagian tamu sudah hadir di tempat.Elvan dan Aya akan datang menjelang acara itu di mulai. Sejak beberapa hari yang lalu Soraya sudah menyiapkan gaun yang cantik untuk Aya dari kenalannya seorang pemilik butik terkenal di Jakarta.Gaun itu sengaja di serasikan dengan jas yang akan dikenakan oleh Elvan.Sejak sore Aya sudah berada di kediaman orang tua Elvan. Orang tua Aya sendiri pun akan hadir di acra, tapi sedikit telat karena Aji ada keperluan mendadak. Sedangkan Soraya dan Mahanta memang tidak akan menghadiri acara tersebut, karena sudah di wakili oleh Elvan dan Aya.Soraya memanggil penata rias yang biasa melayani dirinya ke rumah, khusus untuk merias Aya. Kini Aya sudah siap dengan gaun malam dan juga tatanan rabut serta riasan wajahnya.“Ahhh… kamu cantik bangettt sihh!! Kamu tau gak dulu waktu muda Mamih juga cantik kaya kamu loh…” puji Soraya.Aya tersenyum, “Terima kasih, Mih. Tapi, Mamih sekarang juga masih te
Andre sangat kaget mendengar Aya menyebut calon suami. Ia tahu, Aya sosok wanita pemalu dan kurang percaya diri. Aya bukan tipe wanita yang suka omong kosong. Ia sungguh tidak menyangka jika Aya akan cepat mendapatkan pengganti dirinya. Bahkan belum genap 3 bulan mereka bercerai tapi Aya sudah mengatakan bahwa ia datang dengan calon suaminya.Andre sangat penasaran seperti apa calon suami dari mantan istrinya ini, tapi mengingat jika Aya tidak bisa hamil, mungkin hanya pria tua yang sudah memiliki anak kemudian ditinggal istrinya yang mau menikahi wanita seperti Aya, hingga tidak membutuhkan keturunan. Atau mungkin saja Aya dijadikan istri kedua atau bahkan ke tiga pria itu.Shella tertawa terbahak-bahak, “Lagi ngehalu Lu? Mana ada yang mau nikahin wanita mandul kaya Lu!”“Bukannya di Pengadilan saya sudah melampirkan pemeriksaan dokter dan mengatakan jika saya sehat dan normal, jadi mengapa Anda Nyonya Shella Sanjaya te
“Jawabannya cuma satu kalau Lu masih ngerasa kaya ada yang hilang dan pengennya selalu ketemu dia...” ujar Elvan tak lama kemudian.Andrew yang sejak tadi menatap Elvan kemudian mengerutkan keningnya, “Apa?” tanyanya dengan suara yang masih lirih."Gue akan jawab panjang lebar dan jangan Lu potong dulu, tapi tolong Lu simak baik-baik, oke?!"Andrew mengangguk.“Tanyakan pada dirimu sendiri, coba masuki hatimu yang paling dalam. Gue yakin selama Lu deket dengan cewek-cewek Lu selama ini, Lu tuh gak pernah pake hati atau perasaan sama mereka. Lu selalu mengedepankan dan memanjakan pandangan mata Lu yang di hibur oleh kecantikan mereka, dan nafsu Lu yang besar,” ujar Elvan.“Mata Lu di hibur oleh visual mereka yang menarik, hingga akhirnya Lu tertarik dan di sambungkan sama nafsu Lu. Lu gak pernah menyukai mereka dengan hati dan pikiran Lu. Jadi saat mereka pergi dari hidup Lu gak akan ada rasa kehilangan yang bakal Lu rasain, beda dengan sekarang. Mungkin Lu gak pernah mencoba untuk pak
“Astagaaaa!! Gila Lu yaaa!!” decak Elvan tak percaya.“Dengerin dulu! Kan gue udah bilang kalau gue ada alesan kenapa lakuin itu! Situasinya sangat memaksa. Tuh cowok gak percaya banget kalo Metta itu cewek normal meski gue udah rangkul pinggangnya. Dia dendam banget karena ditolak Metta dan gagal nglecehin. Jadi menurut gue, dia gak akan berhenti dan pasti akan bikin susah Metta di kemudian hari. Cowok itu ngomong sendiri, kalo dia gak bisa dapetin Metta, yang lainnya juga gak akan bisa. Jadi spontan gue nyium bibirnya di depan dua orang itu untuk mentahin prasangka buruknya," jelas Andrew.Elvan terdiam dan berusaha membayangkan situasi yang terjadi saat itu.Rasanya sangat sulit bagi Elvan, mengingat posisi Andrew saat itu sama saja dengan dirinya dan Aya di saat Aya sedang di sudutkan oleh Andre dan Shella dulu di pesta, hingga ia langsung mengatakan jika Aya adalah calon istrinya. Hanya saja yang menjadi perbedaan adalah saat itu Aya memang calon istrinya sungguhan. Sedangkan And
Sejak pagi Elvan mengamati Andrew, memang menurutnya Andrew sedikit berubah. Tapi ia belum tahu apakah perubahan dalam diri Andrew ini berhubungan dengan Metta atau tidak. Tapi melihat hubungannya dengan Metta sedikit aneh, serta tindakan sikap mereka berdua semakin menguatkan pada tebakannya.Siang ini Andrew masuk ke dalam ruangannya untuk memberikan berkas pada Elvan.“Mau makan di mana ntar?” tanya Andrew seraya menunggu berkas yang sedang di periksa dan akan ditanda tangani oleh Elvan. “Di sini aja lah, lagi males keluar. Kayanya panas banget,” ujar Elvan. “Emang Lu mau keluar?” tanya Elvan kemudian.“Tadinya sih, cuma kaya emang panas banget, jadi males lah…” balas Andrew.“Makan sini ajalah, Lu pesenin ya, biasa. Gue bayarin lah…” ujar Elvan.“Beneran nih?” tanya Andrew.Elvan mengangguk.“Awas ya, udah ini Lu malah mau balik cepet-cepet! Nggak kan?” desis Andrew seraya menatap tajam pada Elvan.“Gak lahh. Kerjaan banyak gini gue gak mungkin balik cepet-cepet!” seru Elvan.“Ya
“Wahhh… cantiknyaa….” puji Hilda pada putrinya--Metta. Metta tampak begitu cantik dengan dress potongan sederhana, namun menojolkan bentuk tubuhnya yang bagus. Riasan wajahnya punt tidak terlalu berlebihan, begitu juga dengan rambut pendek Metta yang dibiarkan tergerai, di tata dengan sangat simple namun terlihat rapi.“Ma, gak bisa pake celana aja gitu?” tanya Metta.“Duhh… gak bisa dong, ini kan acara resmi, kamu kan dampingi Papa gantiin Mama, kalau Mama sehat sih Mama yang pergi.” Hilda masih memperhatikan penampilan putrinya yang terlihat begitu cantik.Metta mendengus. “Kamu ini perempuan sayang, meski kamu emang tomboy, kamu juga harus bisa berpenampilan seperti ini sesekali. Gimana kalau kamu nanti dapat pasangan kaya Papa, kamu harus loh mendampinginya ke acara seperti ini,” ujar Hilda.“Iya sih, Ma. Tapi…”“Ah jangan ada tapi-tapinya deh, pokoknya kamu tuh cantik banget kok!” ujar Hilda.Metta hanya mengangguk, dengan terpaksa dan tanpa bisa menolak lagi, Metta harus mengga
Setelah Metta bisa meredam emosinya ia kembali berkata seraya menatap Andrew lagi. Jika tidak ingat siapa Andrew, dan sudah banyak pertolongannya padanya, sudah pasti Metta akan menghajar Andrew dengan tangannya saat ini juga. Tapi dia bukanlah orang yang tidak tahu terima kasih dan tidak tahu diri, jadi Metta berusaha menahan dirinya dan tetap berpikir dingin."Karena aku bukan bocil yang biasa dicium cowok gitu aja, Kak. Apalagi setelah tau, cowok yang menciumku adalah seorang player. Aku gak biasa banget kaya gitu dan gak mau di biasakan untuk hal yang seperti itu. Mencium itu seharusnya pakai hati pake perasaan, demikian juga yang terima ciumann dari kakak. Bukan sekedar rasa kepo pengen tau rasanya dicium kaya apa. Aku gak kaya Kakak. Mungkin buat Kakak itu hal yang biasa, Kakak bebas mencium siapa aja, tapi gak denganku!”Andrew terdiam mendengar perkataan Metta yang terdengar sangat serius itu.“Asal Kakak tahu, aku emang menghindari Kakak! Dan minggu lalu aku bohong soalnya da
Sudah tiga hari ini Andrew mencoba menghubungi Metta dengan mengiriminya chat, tapi Metta tak pernah membalasnya, hanya membacanya saja. Bahkan Andrew juga sempat menghubunginya melalui panggilan suara bahkan panggilan video, tapi Metta tak mengangkatnya sama sekali.“Bocil ini aneh banget sihh… Apa datang bulannya belum selesai?” gumam Andrew di dalam ruangannya.Tadinya ia ada rencana untuk makan siang di luar, karena setelah makan siang ia ada janji dengan klien dan tempatnya berdekatan dengan kampus Metta. Jadi dia mau mengajak Metta makan siang bersama jika dia ada di kampus, tapi selama tiga hari ini dan yang barusan terakhir Metta tetap tak menggubrisnya.“Ini bener-bener aneh…” gumam Andrew lagi.Ia belum bisa menemui Metta kecuali siang ini, karena besok sampai akhir pekan ini Andrew sangat sibuk. Tapi ia penasaran pada Metta yang tiba-tiba saja berubah drastis padanya.“Kalau ada waktu nanti aku temui dia deh…” ujar Andrew lagi.Andrew masih sangat penasaran mengapa Metta ja
“Ck!” Andrew tampak kesal saat ia membuka pintu mobilnya, bersamaan dengan itu, wanita yang tadi berbicara dengan Andrew pergi begitu saja meninggalkan tempat ini.“Sorry, agak lama nunggunya,” ujar Andrew begitu ia sudah kembali masuk ke dalam mobil, dan langsung memasang sabuk pengaman ke tubuhnya. Andrew juga langsung menyalakan mesin mobilnya. "Kita pergi sekarang!”“Hmm…” sahut Metta. Masih ada perasaan tak percaya dalam dirinya atas apa yang sudah di lihatnya beberapa saat yang lalu dan pengakuan dari mulut Andrew sendiri bahwa ia memiliki banyak mantan kekasih bahkan kini tangannya terasa gemetar. Metta mencoba mengeratkan genggamannya agar Andrew tidak mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya.Mobil yang Andrew kendarai mulai memasuki jalanan besar. “Kita pulang aja, Kak.” Metta tiba-tiba saja berkata.“Loh, kan kamu mau nemenin aku ke sana!” sahut Andrew.“Gak enak badan, Kak. Tiba-tiba lemes!” ujar Metta.Andrew menolehkan pandangannya pada Metta sejenak, “Mau ke rumah s
“Makanan di sini emang enak ternyata,” ujar Andrew setelah ia mencoba makanannya yang beberapa saat lalu sudah datang dan di sajikan di hadapan mereka.Metta yang duduk di hadapan Andrew mengangguk menyetujuinya. Memang makanan yang sedang di makannya pun juga terasa enak. Meski pun ia sebenarnya bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan.“Iya, Kak. Enak…” sahut Metta.Andrew tersenyum, “Eh masih sakit?” tanyanya.Metta menggeleng, “Gak kok, Kak. Udah mendingan,” bohong Metta. Karena sudah terlanjur berbohong jadi Metta harus terus melanjutkan kebohongan yang sudah terlanjur ia buat sendiri.Duduk di hadapan Andrew seperti ini sangatlah tersiksa, tapi Metta mencoba untuk mengontrol dirinya. Jadi saat menatap Andrew di usahakan dirinya tidak melihat bibir Andrew atau matanya tapi melihat ke arah keningnya saja untuk menghindari kontak mata.“Abis dari sini enaknya ke mana ya?” tanya Andrew.“Aku gak tau, Kak.”“Lumayan, tumben-tumenan aku pengen jalan-jalan kaya gini, udah lama juga ka
Andrew yang sudah membaringkan tubuhnya dan bersiap untuk tidur kembali mendudukkan tubuhnya lalu meraih ponselnya. Kemudian ia mengetikkan sesuatu di sana.Andrew : Bocil udah tidur belum?Metta yang hampir terlelap kembali terbangun karena ponselnya berbunyi, saat ia memeriksanya rupanya pesan dari Andrew. Seketika rasa kantuknya hilang begitu saja.Metta : Baru mau tidur, Kak. Kenapa?Andrew : Traktir akunya besok aja ya, kamu kan gak mungkin latihan dengan kondisi perut kamu yang masih sakit.Seketika mata Metta membulat, karena ia tahu persis kondisi tubuhnya. Semuanya baik-baik saja, dan datang bulan itu hanyalah kebohongan.Metta : Tapi Kak, besok pasti udah gak apa-apa kok.Andrew : Masa kamu lagi datang bulan mau olah raga berat sih? Ngaco deh…“Aduhhh alesan apa yaa buat nolaknya,” gumam Metta yang terus menatap layar ponselnya.Andrew : Pokoknya besok aku jemput ya, jadi gak usah pake motor ahh panas!Metta : Tapi Kak aku mau latihan aja.Andrew : Gak usah deh, kan lagi sak