Share

45.

Penulis: Zee Zee
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-20 16:16:00

Sebuah pergelaran acara yang begitu sederhana tampak dari sebuah rumah yang asri. Dekorasi nuansa hijau daun dan putih disertai hiasan bunga menambah keindahan. 

Hari ini rombongan keluarga Kiyai Jalal datang bertandang ke rumah Azizah. Suatu kehormatan bagi keluarga besar Pak Khalid selaku orang tua Azizah. Seperti mimpi, Azizah dipinang oleh cucu Kiyai Jalal yang termashur di daerahnya.

Pak Khalid yang berprofesi sebagai guru agama di sebuah sekolah dasar dan Bu Annisa yang berprofesi sebagai penjual kue keliling. 

Banyak yang tak menyangka keluarga besar Kiyai Jalal justru memilih keluarga sederhana, bukan dari keluarga berada dan setara.

"Masya Allah, tidak disangka-sangka ya, Bu, Azizah justru dipinang sama keluarga Kiyai."

"Benar, Bu. Saya merasa ini hanya mimpi," jawab Bu Annisa kala ditanyai oleh salah satu tetangganya.

Rayyan dan Azizah kini duduk di antara kedua belah pihak. Mereka saat ini tengah melakukan prosesi lamara

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   46.

    POV Sofia.Aku sejenak termenung kala secara tak sengaja pendengaranku menangkap apa yang dikatakan para santri tadi."Bukannya Ustaz Rayyan punya pilihan lain? Kenapa justru memilih Ustazah Azizah? Padahal Ustaz Rayyan berhak mendapat yang jauh lebih baik. Bukan Ustazah Azizah."Kalimat itu terngiang terus di telingaku. Apa maksud mereka? Bukankah Azizah begitu sempurna di mata orang lain?Gadis cerdas, bertutur kata halus dan sangat menyayangi kedua orangtuanya. Apakah itu belum cukup untuk dijadikan pujian?Jiwa rasa ingin tahuku bangkit. Segera kudekati mereka yang sedang sibuk di dapur."Apa masih ada yang perlu saya bantu?" tanyaku basa-basi."Sudah tidak ada, Mbak.""Alhamdulillah ya, acara lamaran kemarin berjalan dengan baik," pancingku."I-iya, Mbak.""Rayyan pasti sudah menemukan orang yang tepat."Mereka memilih diam. Aku tak boleh kalah. Sengaja aku memancing mereka lagi. Aku

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-21
  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   47.

    "Sofia, apa kamu baik-baik saja?" tanya Rayhan saat mendapati istrinya sedang menatap dengan pandangan kosong."E-eh, aku baik-baik saja, Mas."Ella kemudian menghampiri suaminya. Diraih punggung tangan itu.Rayhan sebenarnya belum sepenuhnya yakin. Dia begitu ragu akan Sofia, akan tetapi dia memilih untuk melupakannya. Rayhan hanya ingin semua baik-baik saja.Rayhan mendekati putranya yang sedang tertidur pulas. Diciumi pipi bulan itu berkali-kali.Rayhan seolah tengah bercermin kala melihat rupa Fatih. Mereka begitu sangat mirip.Senyum tercipta di wajahnya. Sofia memandangi wajah rupawan milik suaminya. Ada denyut yang begitu terasa. Sejujurnya, Sofia jatuh cinta akan paras suaminya. Namun, karena masa lalu kembali membayanginya, dia selalu merasa tengah berkhianat."Sayang, segitu menikmati wajah mas ya, sampai-samlai mas cerita sejak tadi malah dianggurin."Sofian terkesiap. Dia ketahuan tenga

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-21
  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   48.

    "Alhamdulillah, ya, akhirnya kita bisa mondok di sini bareng-bareng?" ungkap Ayu-sahabat Azizah sejak kecil.Gadis bermata sipit berwajah oriental itu tersenyum tipis. Dia yang lebih bersyukur saat ini. Dia yang berasal dari keluarga sederhana diberikan kesempatan menimbah ilmu di Pondok Pesantren yang terkenal di wilayahnya.Ayahnya seorang guru agama dengan penghasilan pas-pasan, sedangkan ibunya hanya penjual kue keliling. Berada di tempat ini adalah jawaban atas do'anya. Juga do'a kedua orangtuanya."Aku lebih bersyukur, Ayu. Kamu tahu kan kondisi perekonomian keluargaku? Jika dilihat, ini hanya angan yang tak akan pernah kugapai. Berkat beasiswa itu, aku bisa berdiri di sini memandang gedung yang telah melahirkan banyak temaga pendidik agama Allah."Ayu dan Azizah saling merangkul satu sama lain. Air mata Azizah terus menetes kala melihat dengan jelas pesantren impiannya.Para calon santri dan santriwati berlalu lalang hendak menuj

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-21
  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   49.

    Azizah semakin hari semakin dirundung kesedihan mendalam. Mengetahui bahwa orang yang selama ini dia idamkan ternyata mengidamkan wanita lain.Kini, dia sedang duduk di pelantaran mesjid. Mushaf di tangannya dibiarkan begitu saja. Hingga Ayu menegurnya."Azizah?"Azizah hanya menoleh sekilas kemudian kembali menatap lurus ke depan."Hari ini kita setoran, loh. Kamu malah santai aja.""Aku juga lagi muroja'ah, Yu," bohongnya.Ayu mengendikkan bahu. Dia tidak ingin membahas lagi.Lama waktu berlalu hingga Azizah menoleh ke arah Ayu yang tengah fokus mengingat hafalannya."Ayu, salah nggak sih, kita suka sama seseorang?""Nggak.""Kalau gitu, salah kalau kita menyukai orang yang justru menyukai orang lain?"Ayu menghentikan aktivitasnya. Dia menoleh ke arah sahabatnya."Kamu jatuh cinta?" tanyanya curiga.Azizah menggeleng tegas. Bisa bahaya jika Ay

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-21
  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   50.

    Tinggal tiga hari lagi. Ya, hari di mana Mas Rayyan akan datang membawa rombongannya lalu mengucapkan ijab di depan ayahku. Jangan tanya bagaimana perasaanku saat ini. Tentu saja aku merasa deg-degan. Rasa haru, sedih, bahagia bercampur aduk. Benarkah semua ini nyata? Aku tidak sedang bermimpi kan?Senyum terus terukir di wajahku. Rasa bahagia tak bisa kusembunyikan. Sebentar lagi aku akan bersatu dengannya. Dia yang telah lama kunanti.Kupandangi kembali cincin emas yang melingkar di jari manisku. Cincin pengikat yang dipasang langsung oleh Umi Aisyah. "Azizah, lagi apa, Nak?" tanya ibu saat aku tengah memandangi cincin berlapis emas ini. "Aku baru saja selesai mandi, Bu."Ibu tersenyum hangat. Dia kemudian menghampiriku. "Hari ini keluarga kita yang dari Garut akan tiba."Mataku membulat sempurna. Aku sangat bahagia saat tahu keluargaku akan datang. Ayah berasal dari Garut sedangkan ibu asli dari Cirebon."Aki dan Nini bagaimana?""Mereka nggak bisa ikut. Kamu kan tahu, Nak, m

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-22
  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   51

    Azizah tak berhenti mematut diri di hadapan cermin. Wajahnya yang kini dipolesi make-up tipis, kebaya berwarna putih dengan siger di kepalanya sebagai mahkota pengantin. Hari ini dia tampil begitu cantik dan mempesona. Azizah tak berhenti melantunkan dzikir demi menetralkan dentuman hebat dari dalam dada. "Masya Allah, kamu cantik banget, Nak," puji Ibunya. "Pantas saja cucu Kiyai jatuh cinta," timpal Mbak Hani, MUA yang disewanya. Azizah hanya mampu tersenyum. Andai mereka tahu bahwa Azizah lah yang selama ini berjuang untuk mendapatkan hati Rayyan. Terlebih dia harus terus berperang hati kala dia tahu orang yang dia cintai ternyata mencintai wanita lain. Jarum jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Sebentar lagi rombongan pengantin akan tiba. Rencananya jam sepuluh pagi akad akan dimulai. "Bismillah, Azizah. Semua calon pengantin juga merasakan apa yang kamu rasakan saat ini," ucap Mbak Hani. "Iya, Mbak."*Di tempat berbeda rombongan keluarga mempelai pria sedang sibuk mempers

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-23
  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   52

    "Terimakasih, Azizah, sudah menerimaku," bisik Rayyan saat mereka tengah sibuk mengurus dokumen.Azizah tersenyum begitu mendengar penuturan dari Rayyan yang kini resmi menjadi pasangan halalnya. Jantungnya berdetak kuat kala sang potografer meminta mereka untuk berfoto bersama. Bang Ihsan yang seorang potografer yang disewa pun terus mengintruksikan kedua oengantin baru untuk saling mendekatkan diri. "Tolong rapat sedikit ya! Tidak usah malu, kan sudah halal," goda Bang Ihsan. Para tetamu tertawa melihat keduanya yang masih sangat kaku, termasuk Kiyai Jalal ikut tersenyum melihat cucunya. Mereka berdua gemas melihat sepasang pengantin di sana. Bahkan Rayhan maju mendorong tubuh adiknya yang masih sangat kaku untuk berdekatan. "Jangan kaku gitu! Tubuhnya dirapatkan saja. Ikuti kata Bang Ihsan," gerutunya. "Malu ....""Bang, malu katanya," ucap Rayhan. "Sudah sah kok. Nanti hasilnya malah kayak pengantin robot," canda Bang Ihsan.Azizah mengulum senyum. Bunga yang dipegangnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-26
  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   53.

    "Azizah, kita shalat sunnah dulu, yuk!"Azizah yang tengah duduk di tepian ranjang segera bangkit kemudian menuju kamar mandi untuk berwudhu.Rayyan menggelar dua sajadah kemudian memasang kopiah. Sembari menunggu Azizah, lisannya sibuk berdzikir. Waktu berlalu, kini Azizah kembali. Langkahnya menuju lemari pakaian lalu segera memakai mukenah. Hal itu tak luput dari pandamgan Rayhan. Azizah lalu berdiri di atas sajadahnya. Rayyan kemudian ikut berdiri. Mereka melakukan shalat sunnah berjamaah. Kedua tangan mereka terangkat dengan do'a masing-masing. Azizah berdoa agar dia bisa menjalani biduk rumah tangga dengan baik, menjadi istri shalehah dan terus bersama Rayyan hingga maut memisahkan. Berbeda dengan Azizah, Rayyan justru berdoa agar Allah hilangkan rasa cintanya pada Sofia dan menghadirkan cinta untuk Azizah. Setelah keduanya memanjatkan doa, Rayyan berbalik lalu mengulurkan tangan yang kemudian disambut oleh Azizah. Azizah mencium punggun tangan sosok yang kini sah menjadi s

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-26

Bab terbaru

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   120. Akhir yang bahagia

    "Alhamdulillah ya, Allah," pekik Azizah saat dua garis merah tampak di depan matanya. Tubuhnya langsung bersujud dan terus menyebut asma' Allah. Air matanya luruh. Azizah terisak di dalam sujudnya. Penantiannya selama ini terjawab. Allah masih memberinya kepercayaan untuk dititipkan amanah. "Mas Rayyan harus tahu."Azizah bergegas keluar dari kamar. Langkahnya dipercepat. Air mata tak berhenti mengalir dari mata indahnya. Beberapa santriwati yang kebetulan lewat di sana sedikit heran dengan sikap Ustazahnya kali ini. "Mas, lihat Mas Rayyan?"Rayhan yang baru saja selesai mengajar di kelas berhenti sejenak."Sepertinya masih di kantor. Kenapa, Zah?""Aku harus bertemu dengan dia, Mas.""Ada yang mencoba menyakitimu? Bilang sama Mas."Azizah menggeleng. Rayhan tak mengerti karena melihat mata Azizah yang terus mengkristal. "Aku ingin memberi dia kejutan.""Ya sudah, kamu tunggu dia di rumah, biar Mas yang panggilkan dia ya?" bujuk Rayhan.Azizah mengangguk antusias. Dia kemudian b

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   119.Jodoh dari Allah

    "Menghadiri undangan itu wajib selama tidak ada halangan syar'i, Dek.""Tapi, Mas ....""Kamu tenang saja. Atau kamu juga mau ikut?"Sofia terdiam. Dia merasa ragu. Namun, atas penjelasan Rayhan akhirnya dia memilih ikut. Sepanjang jalan Sofia memilih diam. Farhan terus berusaha mencairkan suasana dengan bermain bersama Fatih. Perjalanan tiga puluh menit mereka tempuh hingga tampak terlihat janur kuning melengkung. Farhan turun, menyusul Rayhan dan keluarga kecilnya. Mereka memasuki ruangan. Rupanya keluarga calon mempelai pria belum tiba. "Belum tiba, Han.""Biar saja. Kita di sini menunggu."Tiba-tiba datang sosok yang mereka kenal. Ustaz Afwan."Assalamu'alaikum, Rayhan, Farhan."Keduanya mendekat dan mencium punggung tangan gurunya yang sangat mereka hormati. Ustaz Afwan tersenyum lebar dan memeluk satu per satu muridnya. Rasa rindu bertahun-tahun akhirnya terobati. "Apa kabar, Ustaz?""Alhamdulillah, baik. Kalian bagaimana?""Alhamdulillah, Ustaz."Matanya beralih pada dua

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   118. Pertemuan

    Humairah menutup pintu kamarnya. Pertemuan hari ini begitu mengejutkan. Bagaimana tidak, orang yang tak sengaja dia temui di mesjid setelah dipatahkan oleh keadaan adalah sosok laki-laki yang sudah lama dijodohkan oleh kedua orangtuanya. Dia tidak memungkiri bahwa sikapnya persis dengan sikap Rayhan. Dia mampu memberikan kesejukan saat hatinya rapuh. Bahkan patah. "Ya, Allah, apakah dia jodohku?"Humairah berjalan ke sisian ranjang kemudian mendudukkan dirinya. Disentuhnya dada kiri yang sejak tadi tiba bisa ditahan untuk tidak mengeluarkan detaknya yang tak berirama. Humairah tersenyum tipis. Melihat tatapan teduh dari Hadid membuatnya merasa nyaman. "Astaghfirullah."Humairah buru-buru berdoa agar dijaga hatinya. Suara pintu diketuk. Rupanya ada Umi Hilda. "Sibuk, Nak?""Tidak, Umi."Umi Hilda tersenyum dan duduk di sebelah putrinya. "Bagaimana pendapatmu tentang Hadid?"Humairah menunduk dalam. Kedua jari telunjuknya memilin ujung jilbabnya. "Apa kamu setuju?""Insya Allah,

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   117. Dijodohkan

    "Kamu di mana, Nak? Abi ingin bicara penting.""Lagi di mesjid, Bi. Humairah segera ke sana."Humairah menyeka air matanya setelah panggilan terputus. Baru saja ingin mengucapkan terima kasih, sosok laki-laki yang berdiri di sampingnya menghilang. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sosok tadi untuk mengembalikan sisa tisu yang dipakainya, namun orangnya tak kunjung ada. Jarum jam menunjukkan jam dua siang. Humairah memutuskan untuk meninggalkan area mesjid untuk menemui orang tuanya. "Ya Allah, kuatkan hamba."***"Kamu dari mana saja, Mai? Keluarga Ustaz Hilal datang bertamu.""Aku .... Berkunjung ke rumah Rayhan, Bi."Ustaz Hasan mengembuskan napas berat. Usianya sudah kepala tiga namun sampai saat ini putrinya masih menutup diri. Alasannya tetap sama. Masih belum bisa melupakan sosok Rayhan. "Sampai kapan kamu akan terus berharap pada dia, Nak? Ingat, umi sama abi sudah tua. Kami juga ingin melihat kamu bahagia dan hidup bersama dengan orang yang tepat.""Tapi, ti

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   116. Menghadapi Musuh

    "Ya, aku sudah menemukan jawabannya tanpa perlu mencari tahu. Mba lupa? wanita baik-baik tidak akan menyakiti sesama wanita. Wanita baik-baik itu berkelas, bukan merendahkan dirinya untuk merebut lelaki yang sudah beristri!"Sebuah tamparan keras dilontarkan Sofia pada Humairah yang sontak membuat mereka tercengang. Bagaimana tidak, mereka tidak menyangka Sofia akan mengatakan hal itu.Azizah tersenyum sumringah. Di dalam hatinya dia bersorak dan memuji keberanian Sofia."Justru aku wanita baik-baik, makanya aku pun memintanya baik-baik," sanggah Humairah. "Aku tidak akan memintamu untuk merasakan posisiku saat ini. Tapi, sebagai wanita cerdas lulusan universitas ternama dunia, tentu Mbak Humairah sudah tahu jawabannya tanpa harus berada di posisiku."Lagi dan lagi Sofia menekan posisi Humairah saat ini. "Lagi pula, aku tidak yakin, Mbak Humairah bisa ada di posisiku. Jadi, pintu ada sebelah sana. Silahkan, Mbak!"Humairah geram dengan sikap Sofia. Secara tidak langsung dia telah m

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   115. Humairah Kembali

    "Eum, itu bagi Rayhan tapi bagiku, kami lebih dari teman," jawabnya seraya mengukir senyum."Jangan memancing keadaan, Humairah. Nyatanya kita hanya teman biasa," tegur Farhan yang tiba-tiba muncul dari aeah belakang."Ada perlu apa ke sini?" tanya Rayhan."Aku ingin ketemu kamu," jawab Humairah santai. Rayhan mendengus kesal. Sofia dan Azizah sama-sama menyimak pembicaraan mereka. Keduanya sama-sama tidak suka dengan kehadiran Humairah. Farhan yang mengerti suasana hati Sofia merasa tidak enak dengan situasi yang terjadi saat ini. "Humairah, memang dulu kita berteman, tapi kamu harus tahu batasan.""Batasan?"Farhan menyenggol lengan Rayhan. Dia memberi kode untuk peka dengan raut wajah istrinya. Rayhan menangkap maksud dari Farhan. Dia kemudian merangkul Sofia dengan hangat. "Oh iya, aku sampai lupa. Ini istriku, namanya Sofia."Humairah terpaku sejenak melihat sosok wanita cantik yang ada di depannya. Di dalam hatinya dia merasa kalah. Pantas saja Rayhan dulu menolak mentah-m

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   115. Kepergian Nyai Zikra

    "Azizah, bangun, Nak. Hari sudah sore.""Maaf, Nek, aku ketiduran.""Tidak apa-apa. Adzan Ashar sudah dikumandangkan. Segeralah shalat!""Baik, Nek."Azizah kemudian pamit untuk melaksanakan empat rakaat sebentar. Dia kemudian berjalan menuju ke ruang belakang. Sofia yang sedang membersihkan dapur bersama beberapa santri menghampiri Azizah. "Baru bangun, Za?""Iya, Mbak. Dibangunkan sama nenek.""Oh iya, Mbak, aku ingin shalat di sini. Rasanya aneh kalau meninggalkan nenek begitu saja."Sofia tersenyum kemudian menunjukkan di mana dia harus mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajibannya. Setelah selesai berwudhu, Sofia menyerahkan mukenah dan sajadah miliknya kemudian menyusul Nyai Zikra."Nek, sudah shalat?" tanya Sofia sembari merapikan selimut Nyai Zikra. "Sudah."Entah kenapa Sofia merasa suara Nyai Zikra semakin melemah. Tatapan matanya juga semakin redup. Hatinya mulai gelisah. "Sofia, tolong panggilkan Mertua dan suamimu, Nak."Tanpa berpikir panjang lagi, Sofia segera

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   113. Kesalahpahaman

    "Alhamdulillah, Allah kembali mempercayakan kalian untuk menjaga amanah-Nya.""Iya, Nek. Insya Allah, Sofia akan menjaga titipan-Nya dengan baik."Nyai Zikra dan Sofia sedang duduk bersama. Saat ini kondisi Nyai Zikra juga semakin menurun. Semenjak kematian Kiyai Jalal, Sofia dan Rayhan memilih tinggal bersama Nyai Zikra. Mereka tidak ingin Nyai Zikra merasa sendiri. "Bagaimana kondisi kamu hari ini?""Hanya sering mual dan muntah, Nek.""Masya Allah, kamu tidak boleh mengeluh ya. Di balik senua itu pahala terus mengalir.""Insya Allah, Nek."Sofia terus memijit kaki Nyai Zikra-neneknya-. Sofia memang sangat menyayanginya dan begitu pun sebaliknya. Terlebih Sofia lebih dekat dengannya dibanding Azizah.Sofia sejak dulu lebih banyak menghabiskan waktu bersama Nyai Zikra. Tentu saja itu membuat Nyai Zikra merasa senang karena kehadiran Sofia menghilangkan sepi. "Bagiamana dengan Azizah?"Sofia terdiam. Tentu saja dia merasa bingung harus menjawab seperti apa. "Apa dia sudah hamil?"

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   112. Berita Bahagia

    Satu tahun berlalu ....."Mas, aku ada kejutan," bisik Sofia di telinga Rayhan.Rayhan yang mempersiapkan diri menuju kelas untuk mengajar berhenti sejenak dari aktivitasnya. Sofia tersenyum melihat kebingungan Rayhan."Apa, Sayang?""Coba Mas tebak!" ucapnya dengan senyum merekah."Eum, Ayah dan Bunda mau datang?" tebak Rayhan. Sofia menggeleng. "Fatih sebentar lagi masuk sekolah TK?" Lagi lagi Sofia menggeleng."Mas nyerah, Dek."Sofia menyerahkan benda yang sejak tadi sengaja disembunyikan di belakangnya. Alis Rayhan mengerut. Namun, saat dia mengetahui alat itu, jantungnya berdetak dengan cepat. Dua garis merah tampak nyata di depan matanya. Tangannya gemetar."Ini .... Serius?" Sofia mengangguk. "Alhamdulillah ...."Tubuhnya melutuh ke lantai dan sujud syukur atas apa yang telah dihadiahkan Tuhan padanya. Bahunya bergetar. Isak tangis mulai terdengar. Lisannya tak berhenti mengucapkan rasa syukur yang tidak terkira.Sofia ikut duduk di samping Rayhan sembari mengelus punggu

DMCA.com Protection Status