Share

53.

Penulis: Zee Zee
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-26 18:20:12

"Azizah, kita shalat sunnah dulu, yuk!"

Azizah yang tengah duduk di tepian ranjang segera bangkit kemudian menuju kamar mandi untuk berwudhu.

Rayyan menggelar dua sajadah kemudian memasang kopiah. Sembari menunggu Azizah, lisannya sibuk berdzikir.

Waktu berlalu, kini Azizah kembali. Langkahnya menuju lemari pakaian lalu segera memakai mukenah. Hal itu tak luput dari pandamgan Rayhan.

Azizah lalu berdiri di atas sajadahnya. Rayyan kemudian ikut berdiri. Mereka melakukan shalat sunnah berjamaah.

Kedua tangan mereka terangkat dengan do'a masing-masing. Azizah berdoa agar dia bisa menjalani biduk rumah tangga dengan baik, menjadi istri shalehah dan terus bersama Rayyan hingga maut memisahkan. Berbeda dengan Azizah, Rayyan justru berdoa agar Allah hilangkan rasa cintanya pada Sofia dan menghadirkan cinta untuk Azizah.

Setelah keduanya memanjatkan doa, Rayyan berbalik lalu mengulurkan tangan yang kemudian disambut oleh Azizah.

Azizah mencium punggun tangan sosok yang kini sah menjadi s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   54.

    "Mas, teh hangatnya."Rayhan yang sedang menatap lurus ke luar jendela.Sofia menghampiri suaminya yang mungkin tak mendengar suaranya."Mas," tegurnya lagi.Rayhan membalikkan tubuh menghadap ke Sofia. Senyum tercipta di wajah Sofia."Tehnya."Sofia mengangkat cangkir yang berisi teh hangat itu tepat di depan suaminya. Rayhan meraih cangkir itu kemudian menyeruputnya.Mereka sama-sama terdiam sekarang. Sofia menjadi bingung akan sikap suaminya."Ada apa?"Kali ini tangannya menyentuh pundak suaminya. Rayhan menoleh. Lago dan lagi tana senyuman."Aku ingin kamu jujur, Sofia!"Alis Sofia mengerut. Dia tak mengerti tentang apa yang dimaksud Rayhan."Maksud, Mas?""Kamu masih mencintai dia kan?""D-dia siapa?"Rayhan mendengus kesal. Dia kembali menatap keluar jendela.Dia merasa Sofia berusaha menyembunyikan sesuatu. 

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   55. Masalah Hati

    "Mas, kamu masih marah?" tanya Sofia sesaat setelah Fatih tidur siang. "Aku tidak tahu.""Maaf ...."Rayhan berjalan menjauhi Sofia. Dia menatap lurus ke depan. "Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, Sofia."Rayhan sengaja menjeda kalimatnya untuk menenangkan perasaannya. "Rasanya begitu menyakitkan melihat kamu yang seolah cemburu. Aku tahu .... Tapi aku memilih diam."Rayhan menoleh ke arah istrinya yang sedang menunduk dalam. "Kamu tahu, Sofia? Aku merasa gagal mendapatkan hatimu," lirihnya yang terdengar begitu menyakitkan. Sofia semakin menunduk. Dia menyadari kesalahannya. Tapi, dia juga tak bisa menampik perasaannya."Maaf. Itu tidak akan terulang.""Aku cuma butuh pengakuan, Sofia. Bukan cinta sepihak!" tegasnya. "Bukan cinta sepihak, Mas. Sejak hari itu aku sudah berusaha mencintai kamu.""Iya, aku tahu. Tapi semua cuma sementara. Ya, kebahagiaan kita hanya sementara.""Semenjak Rayyan kembali, semua berubah. Kita kembali menjadi dua orang asing."Sofia berdiri kemudian

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-30
  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   56

    "Jangan mengkhayal saat sedang berjalan, Mas."Wanita itu tersenyum hangat. Rayyan membalas senyum indah itu. "Maaf, pikiranku sedang kalut."Azizah kembali mengukir senyum meskipun jauh di dasar lubuk hatinya penuh tanda tanya. Namun, dia urung menanyakan hal itu. Terlebih saat ini mereka sedang berada di luar. "Kamunmau kemana malam-malam begini?" tanya Rayyan nerusaha mencairkan suasana. "Aku lagi nyariin kamu. Kata Ummi, kamu belum makan ya, Mas?" tanyanya khawatir.Rayyan mengangguk. Dia merasa bersyukur mendapatkan istri seperti Azizah. Memamg pilihan orangtua adalah yang terbaik. "Tadi, mas belum lapar. Sekarang, mas jadi lapar," jawabnya seraya terkekeh dan memegangi perutnya yang rata."Mau makan?" tawar Azizah. Rayyan mengangguk kemudian menggenggam tangan istrinya. Mereka berjalan beriringan sambil bercanda bersama. Suatu pemandangan yang indah. Rayyan terus berusaha membina hubungan baik dengan istrinya. Menciptkan suasana-suasana yang membuat mereka semakin terasa

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-09
  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   57

    "Abah saya ingin berdiskusi sebentar," ucap Ustaz Luthfi pada Kiyai Jalal. Kiyai Jalal menyeruput kopi yang dihidangkan oleh Nyai Zikra-istrinya. "Soal apa?"Ustaz Luthfi menarik napas dalam sejenak kemudian mengembuskannya perlahan. "Ini soal anak dan menantuku, Abah."Ustaz Luthfi menjeda kalimatnya. Sungguh dia merasa sangat malu saat ini. Penyelesaian masa lalu tak kunjung usai. "Saya merasa gagal sebagai ayah untuk mereka."Kiyai Jalal mengerutkan keningnya. Dia belum tahu arah pembicaraan putranya."Apa keputusam untuk membawa Rayyan kembali salah? Menurut penuturan Rayhan, semenjak Rayyan kembali, hubungannya dengan Sofia sedikit renggang."Ustadz Luthfi kemudian menceritakan bagaimana keadaan rumah tangga kedua anaknya. Bagaimana Rayhan yang merasakan perubahan Sofia semenjak Rayyan kembali. Ustaz Luthfi juga menceritakan kondisi mereka saat ini. Dia terus mengatakan telah gagal sebagai orang tua."Jadi, apa yang harus kita lakukan, Bah?"Kiyai Jalal memperbaiki posisi du

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-09
  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   58.

    "Sofia, aku sudah maafin kamu. Aku tidak akan meminta lagi kamu untuk membuka hati atau apapun itu. Mari kita jalani semuanya seperti air mengalir hingga salah satu di antara kita menyerah. Lakukan semua demi Fatih." Deg. Kata-kata yang diucapkan begitu menusuk hingga ke relung hati paling dalam. Apa dia sudah menyerah?Sofia tak bisa berkata-kata lagi. Raut wajah Rayhan begitu datar. Sofia tak bisa menebak isi hati suaminya sendiri. Rayhan berlalu meninggalkan Sofia yang berdiri mematung. Dia memilih mengistirahatkan tubuh dan pikirannya meskipun sebenarnya tak bisa. "Mas ...."Rayhan memaksakan diri untuk memilih memejamkan mata. Dia sangat berharap bisa tertidur secepatnya.Panggilan Sofia begitu menyakitkan baginya. Tangannya mengepal kuat. "Aku minta maaf. Aku .... Aku butuh waktu.""Aku sudah membebaskanmu, Sofia. Lakukanlah apa yang menurutmu baik. Aku akan tetap melakukan peranku sebagai suami dan ayah yang bertanggungjawab.""Mas, aku mohon ....""Tidurlah!"Sofia menggi

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-15
  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   59.

    "Kamu sudah membuat kami malu.""Abah, nanti saja, Sofia baru tiba loh," tegur Nyai Zikrah. "Kakek tahu, semua memang tidak mudah. Tapi, ingat statusmu saat ini. Kamu itu seorang istri dan ibu. Harusnya lebih menjaga perasaan mereka," lanjut Kiyai Abdullah tanpa mengindahkan teguran istrinya. "Maaf, Kek.""Maaf, Kek, Insya Allah, Rayhan akan terus membimbing Sofia."Kiyai Abdullah menoleh ke arah cucu menantunya. Dia merasa beruntung memiliki cucu seperti Rayhan. Di saat kondisi seperti ini, dia masih mampu menahan diri dan berusaha menjaga istrinya. Padahal dia sendiri yang terluka. "Rayhan, maafkan Sofia. Kami akan terus berusaha agar pernikahan kalian baik-baik saja.""Rayhan sudah lama memaafkan Sofia, Kek. Benar bahwa dia butuh waktu. Saya akan berusaha bersabar menunggu hatinya kembali pulih."Sofia yang sejak tadi tertunduk dalam perlahan menoleh ke arah suaminya. Entah terbuat dari apa hati Rayhan sehingga dia begitu berbesar hati menerima istrinya. "Kamu harusnya tahu,

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-15
  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   60.

    "Eh, ada ustaz baru tuh," ujar Nirwana salah satu santriwati. "Masya Allah calon iman," celetuk Hafizah. Keduanya saling bersaing memuji paras Rayhan. Ketiga santriwati yang baru satu tahun berada di pondok milik Kiyai Abdullah terus memandangi Rayhan dari kejauhan. "Akan kubawa dia ke dalam do'a," imbuh Syafira. Nirwana dan Hafizah saling menyikut satu sama lain. Mereka tertawa cekikan kala mendengar perkataan Syafira. "Fokus saja sama hafalanmu. Biar ustaz ganteng itu milik kami," celetuk Hafizah. Syafira tersenyum tipis. Dia tak memperdulikan lagi ocehan teman-temannya. Rayhan terus melangkah hingga melewati ketiga santriwati yang sedang membicarakannya tadi. Seperti pada umumnya. Ketika seorang guru melintas maka para santri dan santriwati akan menundukkan pandangan sebagai tanda penghormatan. Jantung Syafira semakin berdetak kuat kala derap langkah Rayhan terdengar jelas do telinganya. Setelah Rayhan berlalu, matanya tak berhenti memandangi punggung lebar itu. "Sudah,

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-15
  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   61

    "Ustaz, bukankah berpoligami itu diperbolehkan? Lalu, apakah Ustaz, nanti akan melakukannya?"Semua tercengang dengan pertanyaan yang dilontarkan Syafira. Tak terkecuali Rayhan.Semua santriwati mulai gaduh. Mereka menyebut Syafira begitu lancang dan tidak memiliki adab terhadap gurunya. "Kamu sebagai seorang murid harusnya memiliki adab pada gurumu!" tegur salah satu santri yang bernama Faizah. Para santriwati yang lain ikut menyetujui teguran Faizah. "Lalu apa bedanya aku dengan kamu? Kamu menegurku melebihi suara dari guru kita. Bukannya itu juga tak beradab?" balas Syafira lembut namun tegas.Faizah terdiam. Dia merasa Syafira sudah keterlaluan. Dia hanya ingin Syafira menyadari posisinya. Terlebih sosok yang berdiri di depan adalah cucu menantu pemilik pondok pesantren ini.Melihat suasana semakin gaduh karena mereka tak terima pertanyaan Syafirah yang dianggap tak beradab, Rayhan kemudian menginstruksikan agar mereka diam. "Kalian tenang!"Suara gaduh perlahan menghilang. Me

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-21

Bab terbaru

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   120. Akhir yang bahagia

    "Alhamdulillah ya, Allah," pekik Azizah saat dua garis merah tampak di depan matanya. Tubuhnya langsung bersujud dan terus menyebut asma' Allah. Air matanya luruh. Azizah terisak di dalam sujudnya. Penantiannya selama ini terjawab. Allah masih memberinya kepercayaan untuk dititipkan amanah. "Mas Rayyan harus tahu."Azizah bergegas keluar dari kamar. Langkahnya dipercepat. Air mata tak berhenti mengalir dari mata indahnya. Beberapa santriwati yang kebetulan lewat di sana sedikit heran dengan sikap Ustazahnya kali ini. "Mas, lihat Mas Rayyan?"Rayhan yang baru saja selesai mengajar di kelas berhenti sejenak."Sepertinya masih di kantor. Kenapa, Zah?""Aku harus bertemu dengan dia, Mas.""Ada yang mencoba menyakitimu? Bilang sama Mas."Azizah menggeleng. Rayhan tak mengerti karena melihat mata Azizah yang terus mengkristal. "Aku ingin memberi dia kejutan.""Ya sudah, kamu tunggu dia di rumah, biar Mas yang panggilkan dia ya?" bujuk Rayhan.Azizah mengangguk antusias. Dia kemudian b

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   119.Jodoh dari Allah

    "Menghadiri undangan itu wajib selama tidak ada halangan syar'i, Dek.""Tapi, Mas ....""Kamu tenang saja. Atau kamu juga mau ikut?"Sofia terdiam. Dia merasa ragu. Namun, atas penjelasan Rayhan akhirnya dia memilih ikut. Sepanjang jalan Sofia memilih diam. Farhan terus berusaha mencairkan suasana dengan bermain bersama Fatih. Perjalanan tiga puluh menit mereka tempuh hingga tampak terlihat janur kuning melengkung. Farhan turun, menyusul Rayhan dan keluarga kecilnya. Mereka memasuki ruangan. Rupanya keluarga calon mempelai pria belum tiba. "Belum tiba, Han.""Biar saja. Kita di sini menunggu."Tiba-tiba datang sosok yang mereka kenal. Ustaz Afwan."Assalamu'alaikum, Rayhan, Farhan."Keduanya mendekat dan mencium punggung tangan gurunya yang sangat mereka hormati. Ustaz Afwan tersenyum lebar dan memeluk satu per satu muridnya. Rasa rindu bertahun-tahun akhirnya terobati. "Apa kabar, Ustaz?""Alhamdulillah, baik. Kalian bagaimana?""Alhamdulillah, Ustaz."Matanya beralih pada dua

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   118. Pertemuan

    Humairah menutup pintu kamarnya. Pertemuan hari ini begitu mengejutkan. Bagaimana tidak, orang yang tak sengaja dia temui di mesjid setelah dipatahkan oleh keadaan adalah sosok laki-laki yang sudah lama dijodohkan oleh kedua orangtuanya. Dia tidak memungkiri bahwa sikapnya persis dengan sikap Rayhan. Dia mampu memberikan kesejukan saat hatinya rapuh. Bahkan patah. "Ya, Allah, apakah dia jodohku?"Humairah berjalan ke sisian ranjang kemudian mendudukkan dirinya. Disentuhnya dada kiri yang sejak tadi tiba bisa ditahan untuk tidak mengeluarkan detaknya yang tak berirama. Humairah tersenyum tipis. Melihat tatapan teduh dari Hadid membuatnya merasa nyaman. "Astaghfirullah."Humairah buru-buru berdoa agar dijaga hatinya. Suara pintu diketuk. Rupanya ada Umi Hilda. "Sibuk, Nak?""Tidak, Umi."Umi Hilda tersenyum dan duduk di sebelah putrinya. "Bagaimana pendapatmu tentang Hadid?"Humairah menunduk dalam. Kedua jari telunjuknya memilin ujung jilbabnya. "Apa kamu setuju?""Insya Allah,

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   117. Dijodohkan

    "Kamu di mana, Nak? Abi ingin bicara penting.""Lagi di mesjid, Bi. Humairah segera ke sana."Humairah menyeka air matanya setelah panggilan terputus. Baru saja ingin mengucapkan terima kasih, sosok laki-laki yang berdiri di sampingnya menghilang. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sosok tadi untuk mengembalikan sisa tisu yang dipakainya, namun orangnya tak kunjung ada. Jarum jam menunjukkan jam dua siang. Humairah memutuskan untuk meninggalkan area mesjid untuk menemui orang tuanya. "Ya Allah, kuatkan hamba."***"Kamu dari mana saja, Mai? Keluarga Ustaz Hilal datang bertamu.""Aku .... Berkunjung ke rumah Rayhan, Bi."Ustaz Hasan mengembuskan napas berat. Usianya sudah kepala tiga namun sampai saat ini putrinya masih menutup diri. Alasannya tetap sama. Masih belum bisa melupakan sosok Rayhan. "Sampai kapan kamu akan terus berharap pada dia, Nak? Ingat, umi sama abi sudah tua. Kami juga ingin melihat kamu bahagia dan hidup bersama dengan orang yang tepat.""Tapi, ti

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   116. Menghadapi Musuh

    "Ya, aku sudah menemukan jawabannya tanpa perlu mencari tahu. Mba lupa? wanita baik-baik tidak akan menyakiti sesama wanita. Wanita baik-baik itu berkelas, bukan merendahkan dirinya untuk merebut lelaki yang sudah beristri!"Sebuah tamparan keras dilontarkan Sofia pada Humairah yang sontak membuat mereka tercengang. Bagaimana tidak, mereka tidak menyangka Sofia akan mengatakan hal itu.Azizah tersenyum sumringah. Di dalam hatinya dia bersorak dan memuji keberanian Sofia."Justru aku wanita baik-baik, makanya aku pun memintanya baik-baik," sanggah Humairah. "Aku tidak akan memintamu untuk merasakan posisiku saat ini. Tapi, sebagai wanita cerdas lulusan universitas ternama dunia, tentu Mbak Humairah sudah tahu jawabannya tanpa harus berada di posisiku."Lagi dan lagi Sofia menekan posisi Humairah saat ini. "Lagi pula, aku tidak yakin, Mbak Humairah bisa ada di posisiku. Jadi, pintu ada sebelah sana. Silahkan, Mbak!"Humairah geram dengan sikap Sofia. Secara tidak langsung dia telah m

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   115. Humairah Kembali

    "Eum, itu bagi Rayhan tapi bagiku, kami lebih dari teman," jawabnya seraya mengukir senyum."Jangan memancing keadaan, Humairah. Nyatanya kita hanya teman biasa," tegur Farhan yang tiba-tiba muncul dari aeah belakang."Ada perlu apa ke sini?" tanya Rayhan."Aku ingin ketemu kamu," jawab Humairah santai. Rayhan mendengus kesal. Sofia dan Azizah sama-sama menyimak pembicaraan mereka. Keduanya sama-sama tidak suka dengan kehadiran Humairah. Farhan yang mengerti suasana hati Sofia merasa tidak enak dengan situasi yang terjadi saat ini. "Humairah, memang dulu kita berteman, tapi kamu harus tahu batasan.""Batasan?"Farhan menyenggol lengan Rayhan. Dia memberi kode untuk peka dengan raut wajah istrinya. Rayhan menangkap maksud dari Farhan. Dia kemudian merangkul Sofia dengan hangat. "Oh iya, aku sampai lupa. Ini istriku, namanya Sofia."Humairah terpaku sejenak melihat sosok wanita cantik yang ada di depannya. Di dalam hatinya dia merasa kalah. Pantas saja Rayhan dulu menolak mentah-m

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   115. Kepergian Nyai Zikra

    "Azizah, bangun, Nak. Hari sudah sore.""Maaf, Nek, aku ketiduran.""Tidak apa-apa. Adzan Ashar sudah dikumandangkan. Segeralah shalat!""Baik, Nek."Azizah kemudian pamit untuk melaksanakan empat rakaat sebentar. Dia kemudian berjalan menuju ke ruang belakang. Sofia yang sedang membersihkan dapur bersama beberapa santri menghampiri Azizah. "Baru bangun, Za?""Iya, Mbak. Dibangunkan sama nenek.""Oh iya, Mbak, aku ingin shalat di sini. Rasanya aneh kalau meninggalkan nenek begitu saja."Sofia tersenyum kemudian menunjukkan di mana dia harus mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajibannya. Setelah selesai berwudhu, Sofia menyerahkan mukenah dan sajadah miliknya kemudian menyusul Nyai Zikra."Nek, sudah shalat?" tanya Sofia sembari merapikan selimut Nyai Zikra. "Sudah."Entah kenapa Sofia merasa suara Nyai Zikra semakin melemah. Tatapan matanya juga semakin redup. Hatinya mulai gelisah. "Sofia, tolong panggilkan Mertua dan suamimu, Nak."Tanpa berpikir panjang lagi, Sofia segera

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   113. Kesalahpahaman

    "Alhamdulillah, Allah kembali mempercayakan kalian untuk menjaga amanah-Nya.""Iya, Nek. Insya Allah, Sofia akan menjaga titipan-Nya dengan baik."Nyai Zikra dan Sofia sedang duduk bersama. Saat ini kondisi Nyai Zikra juga semakin menurun. Semenjak kematian Kiyai Jalal, Sofia dan Rayhan memilih tinggal bersama Nyai Zikra. Mereka tidak ingin Nyai Zikra merasa sendiri. "Bagaimana kondisi kamu hari ini?""Hanya sering mual dan muntah, Nek.""Masya Allah, kamu tidak boleh mengeluh ya. Di balik senua itu pahala terus mengalir.""Insya Allah, Nek."Sofia terus memijit kaki Nyai Zikra-neneknya-. Sofia memang sangat menyayanginya dan begitu pun sebaliknya. Terlebih Sofia lebih dekat dengannya dibanding Azizah.Sofia sejak dulu lebih banyak menghabiskan waktu bersama Nyai Zikra. Tentu saja itu membuat Nyai Zikra merasa senang karena kehadiran Sofia menghilangkan sepi. "Bagiamana dengan Azizah?"Sofia terdiam. Tentu saja dia merasa bingung harus menjawab seperti apa. "Apa dia sudah hamil?"

  • Cinta Untuk Sofia (Ketika Takdir yang Memilih)   112. Berita Bahagia

    Satu tahun berlalu ....."Mas, aku ada kejutan," bisik Sofia di telinga Rayhan.Rayhan yang mempersiapkan diri menuju kelas untuk mengajar berhenti sejenak dari aktivitasnya. Sofia tersenyum melihat kebingungan Rayhan."Apa, Sayang?""Coba Mas tebak!" ucapnya dengan senyum merekah."Eum, Ayah dan Bunda mau datang?" tebak Rayhan. Sofia menggeleng. "Fatih sebentar lagi masuk sekolah TK?" Lagi lagi Sofia menggeleng."Mas nyerah, Dek."Sofia menyerahkan benda yang sejak tadi sengaja disembunyikan di belakangnya. Alis Rayhan mengerut. Namun, saat dia mengetahui alat itu, jantungnya berdetak dengan cepat. Dua garis merah tampak nyata di depan matanya. Tangannya gemetar."Ini .... Serius?" Sofia mengangguk. "Alhamdulillah ...."Tubuhnya melutuh ke lantai dan sujud syukur atas apa yang telah dihadiahkan Tuhan padanya. Bahunya bergetar. Isak tangis mulai terdengar. Lisannya tak berhenti mengucapkan rasa syukur yang tidak terkira.Sofia ikut duduk di samping Rayhan sembari mengelus punggu

DMCA.com Protection Status