“Hai ...” Davin masuk dengan gaya khasnya yang playboy dan menatap Mila dengan nakalnya. “Mas Davin? Ada apa kemari?” Yasmin yang sudah merasa lebih baik mulai bisa kembali membuka diri dan mau bicara. Sikap kasar Dody cukup menyisakan trauma, untung saja dokter pendamping yang disediakan Claretta benar-benar mampu membuat Yasmin tetap baik-baik saja. “Tidak ada, hanya sedang bosan saja menunggu Kakak ku yang sedang di rawat juga.” “Kakak?” Yasmin sedikit penasaran, kakak mana yang dimaksud Davin. “Iya, kakak! Sean, dia adalah kakak ku satu-satunya. “Tu-tuan Sean? Dia kenapa? Apa dia mengalami kecelakaan?” “Tidak! Dia hanya mengalami penurunan suhu tubuhnya karena terlalu lama berendam di malam hari.” Yasmin menarik napas dalam, mendengar Sean ada di tempat yang sama langsung menarik Yasmin untuk menemui pria itu. Pria yang kehadirannya selalu saja membuat Yasmin nyaman, meskipun terkadang membuat bayangan-bayangan aneh bermunculan. “Emmm ... Aku boleh tahu di mana Tuan Sean di
“Apa aku tidak salah dengar?” matanya terbelalak. “Maksudku ... jadi Kakak akan memberikan restu padaku dan Mila?” Davin menunjukkan betapa antusiasnya dia diminta untuk bertanggung jawab atas apa yang sudah dia lakukan dengan suster pribadi Yasmin.“Ya! Aku mengenal Mila dan keluarganya dengan baik. Sayangnya kau justru merusak Mila, Dav!” balas Sean.Yasmin yang mendengar itu bisa bernapas lega, paling tidak Mila tidak perlu takut jika terjadi sesuatu padanya setelah apa yang dia lakukan bersama Davin.“Jadi Mila, apa kamu mau menerima pinangan Davin? Secara tidak langsung, sekarang aku melamarmu untuk adikku ini.” Sean membenarkan posisi duduknya dan menatap Mila penuh harap.“Sa-saya takut, apalagi kalau sampai bapak tahu apa yang saya dan Mas Davin lakukan.”“Jangan pikirkan itu! Kamu hanya perlu menjawab ya atau tidak. Selebihnya itu akan menjadi urusanku.”Untuk sesaat, ruangan VVIP itu hening karena Mila seakan merenungi semua yang telah dia lakukan. Mungkin juga dia merasa ra
“Aku tidak tahu! Tapi mungkin saja aku sedang merasakan bagaimana jatuh cinta yang sesungguhnya,” ucap Sean dengan membayangkan hidup bahagia bersama Yasmin dan memiliki banyak anak.“Lalu cinta apa yang kau rasakan pada Hana dulu? Bukankah kau mengatakan jika kau jatuh cinta pada wanita itu saat pandangan pertama?”Sean bungkam seketika, pertanyaan Putra cukup menohok untuk kali ini, membuat Sean bingung untuk bisa menggambarkan arti cinta yang dia rasa untuk Hana dan Yasmin.“Itu benar! Tapi sekarang aku rasa itu bukan cinta, melainkan obsesi akan kecantikannya. Bahkan kau tahu sendiri, sampai aku dan Hana hampir saja bertunangan, Mami sama sekali tidak setuju padanya, karena mungkin Mami tahu jika aku bukan mencintainya.”“Tapi setelah bersama Yasmin, banyak hal berbeda yang aku rasakan.”“Oh ya? Bisa kamu gambarkan satu saja untukku,” kali ini Putra seperti memohon, entah apa yang terjadi pada Casanova itu.“Dunia terasa berhenti berputar pada poros yang sama saat melihat dia ters
Persiapan pernikahan Davin dan Mila telah dimulai, beberapa keluarga dan kerabat mulai berdatangan, bahkan hantaran untuk pihak wanita sudah rampung dipersiapkan.“Mami tidak pernah menyangka jika anak itu akan menikah secepat ini,” Claretta melirik Davin yang ikut sibuk mengatur beberapa hantaran, bahkan menatanya sendiri.“Bukankah ini lebih baik?” Sean yang ada di samping Clareta angkat bicara. “Dengan menikah, Davin akan mulai ikut terjun dalam dunia bisnis dan memegang salah satu hotel milik keluarga kita.”Claretta mengangguk pelan, kedua sudut bibirnya juga terangkat sebagai bentuk rasa bahagianya. Awalnya Claretta tidak bisa menerima Mila, namun Sean meyakinkan semua orang jika Mila cukup pantas untuk bersanding bersama Davin.“Permisi, Bu …” Claretta mengalihkan pandangannya pada sosok cantik yang sekarang sudah siap dengan kebayanya. “Apa kebaya ini tidak terlalu mahal untuk saya, Bu?”“Kamu pantas memakai ini, Yasmin dan jangan lupa jika dipernikahan Davin kamu harus menema
Pukul lima pagi, kediaman Claretta sudah disibukkan dengan persiapan menuju gedung pernikahan Davin dan Mila digelar. Untuk kali ini semua persiapan gedung diserahkan pada keluarga Mila, lebih tepatnya keluarga pihak mempelai wanita yang meminta.Meskipun begitu Claretta tidak menolak, jelas terlihat jika keluarga Mila memang tidak ingin mengandalkan pihak pria dan mengatur segalanya agar bisa berbagi tugas.Davin sebagai calon mempelai pria sama sekali tidak bisa memejamkan matanya barang sekejap saja. Sepanjang malam dia hanya bisa mengganggu Sean yang sudah lelah setelah mencuri hak dari Yasmin. Tanpa ada yang tahu, Sean benar-benar lelah luar biasa. Namun karena ulah Davin dia ikut terjaga sampai pagi.“Dav, di mana Sean dan kakak iparmu?” Claretta memasuki kamar Davin, di mana putra bungsunya itu sudah siap dengan penampilan sempurna, namun saat melirik ranjang Claretta melihat Sean sedang tertidur pulas.“Bangunkan kakak mu! Atau kita akan datang terlambat.”“Aku sudah berusaha
“Yasmin, buka pintunya, kita harus bicara!” Sean memegang handle pintu dan terus menggerakkannya dengan kasar. Namun tak kunjung membuahkan hasil karena pintu itu terkunci.Sean merasa gelisah, dia semakin khawatir saat mendengar Yasmin terus saja berteriak memintanya untuk pergi. Bahkan Sean mendengar jika Yasmin sedang melempar beberapa benda pada pintu.“Jangan … Jangan temui aku! Aku benci kamu, Sean …!”“Tidak! Kamu tidak boleh membenciku, Yas. Tidak …” Sean duduk seketika dengan mata membeliak dan melihat sekeliling. Napasnya memburu, bahkan keringat membasahi keningnya setelah dia mengalami mimpi buruk yang terasa begitu nyata.Suara teriakan Yasmin yang begitu marah terngiang, membuat Sean terkejut saat ada seseorang di luar sana mengetuk pintu kamar Davin, di mana dia berada sekarang.Shit! Sean mengumpat keras saat menyadari jika dia terlelap dengan penampliannya yang masih berantakan. Sean bahkan baru memakai celana panjang, sedangkan bagian tubuh atasnya masih terbuka, per
Sean membuka kaca mobilnya dan tersneyum ramah pada juru parkir, dia tahu benar jika mungkin aksinya dalam mobil cukup menimbulkan kecurigaan.“Ada apa, pak?”“Apa semuanya baik-baik saja, Tuan?”“Ya … Semuanya baik-baik saja, hanya saja istri saya sedang merapihkan makeupnya.”“Kalau begitu silahkan dilanjutkan lagi, maaf saya menggangguk.”Sean hanya mengangguk dan kembali menutup jendela mobilnya. Jika boleh jujur, Sean benar-benar khawatir sekarang. Dia tidak menyangka jika ternyata Yasmin sadar dengan apa yang mereka lakukan semalam. BUkan mereka, lebih tepatnya apa yang sudah Sean lakukan padanya.“Kita harus cepat, akad nikahnya akan segera berlangsung.” Sean berusaha untuk terus berkilah, meskipun Yasmin akan tetap mengejarnya untuk mendapat jawaban dari apa yang terjadi.“Sebentar, pertanyaanku belum terjawab, Tuan!” Yasmin meraih tangan Sean dan menahannya untuk beberapa saat. “Dan … Kenapa Tuan berbohong pada pria tadi kalau kita suami-istri?”“Jawaban apa yang kamu inginka
Sean mengapit lengan Yasmin dan menuju panggung, di mana di sana terdapat live music dari penyanyi tanah air. Tanpa sungkan, Sean meminta ijin dan music berhenti seketika karena mic sudah berpindah tangan padanya.“Permisi, maaf mengganggu!” kini semua orang mengalihkan fokus mereka pada Sean dan Yasmin yang berdiri di atas panggung.Sebelum benar-benar menunjukkan segala kebenaran yang ada, Sean melirik Yamsin yang terlihat pias, lantas Sean meraih jemari istrinya yang terasa dingin, menggengganya erat. Menunjukkan jika apa yang terjadi padanya dan Sean adalah yang sesungguhnya.“Kak Davin, apa yang mereka lakukan?” bisik Mila di atas pelaminan. “Aku khawatir dengan Kak Yasmin.”“Jujur saja aku tidak tahu, Mil. Tapi semoga saja itu tidak membuat kakak ipar kembali tidak sadarkan diri.”Sedangkan di bawah panggung, Claretta tidak kalah terkejut dengan apa yang dilakukan putra sulungnya. Dia berniat naik ke atas panggung, namun Anggara menghentikan langkah istrinya.“Jangan! Biarkan Se
Sore menjelang malam, Sean menatap gedung tinggi yang dihuni oleh banyak orang. Ia merasa ragu saat hendak datang untuk menyambangi Hana di apartemennya. Sean bukan cenayang yang bisa tahu isi kepala seseorang atau membaca ekspresi wajahnya. Namun semakin lama ia diam, maka semakin besar kemungkinan jika Yasmin akan pergi dan ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.Sekarang di sini ia berada, di depan sebuah pintu yang tertutup rapat, pintu di mana dulu ia singgah dan mengahbiskan waktu bersama Hana. Sean membuang jauh kenangan itu dan langsung menekan bel.Pintu terbuka, di depan sana Hana berdiri sambil menggendong anak yang dia katakan sebagai darah daging kita. Namun hati kecil Sean tetap menolak.“Hai … maaf ya, apartemennya berantakan.”“Tidak masalah, lagi pula kau tidak akan lama, cukup di sini saja.” Sean tidak ingin masuk.“Apa tempat ini sudah seburuk itu, sampai kamu enggan untuk menginjakkan kakimu lagi?” Hana berusaha untuk menekan amarahnya sendiri. “Ayo kita menikah
Sean diam dalam kesendirian di ruang kerjanya, beberapa laporan yang harusnya ia periksa hanya teronggok tak tersentuh. Masalah yang baru saja datang cukup sulit untuk ia tanggung sendiri. Jika tidak melibatkan Yasmin, mungkin Sean tidak akan sekhawatir ini dan ia pasti menyelesaikan semuanya tanpa harus bergerak. “Sepertinya aku harus meminta bantuan Mami untuk menjaga Yasmin.” Sean lantas meraih ponselnya dan langsung mengirim pesan. Sean Mam, pulanglah lebih awal. Tolong jaga Yasmin untukku. Selang beberapa menit, ponselnya masih saja sepi, tidak ada balasan apa pun dari Claretta atau pun Anggara. Beberapa kali Sean hanya bisa menghela napas, hatinya sama sekali tidak tenang karena sikap Yasmin yang terlampau dingin padanya. Brakkk “Bagaimana bisa ini terjadi?” “Mami …” Sean terbelalak, jadi ini alasan Maminya tidak membalas pesan. Ternyata wanita yang masih cantik diusia tuanya itu langsung datang menemuinya. “Bisa jelaskan semuanya sama, Mami, Rev?” Claretta melepaskan kac
“Hana?” gumam Sean pelan.Hana yang melihat keterkejutan Sean lantas mendekat, dengan kasar ia mendorong Yasmin hingga mundur beberapa langkah.“Minggir! Pembantu sepertimu tidak pantas ada di hadapanku.”“Berhenti!” Sean mengangkat tangannya, jangankan untuk berpelukan dengan wanita itu, Sean bahkan sudah muak saat melihat wajahnya yang munafik itu.“Pergi dari rumah ini sebelum aku bersikap kasar!” tegas Sean.“Kamu tega kasar sama aku?” Hana memelas. “Kamu berubah! Apa seperti ini cara kamu menyambutku?”Sean tertawa lepas, ia seperti mendengar sebuah lelucon yang menggelikan dari Hana. Tanpa bicara, Sean mendekati Yasmin dan berdiri di samping istrinya, menunjukkan siapa yang sekarang mengisi hidupnya yang dulu telah hancur.“Kenapa tidak? Siapa Kau sampai berani mengaturku seperti itu. Kau datang ke rumahku, menghina istriku. Jadi aku sudah melakukan hal yang sepatutnya padamu.”“Yas, pergilah ke kamar, sebentar lagi aku akan menyusul.” Sean tersenyum manis, sedangkan Yasmin hany
Setibanya di kantor, Sean benar-benar merasa tidak tenang. Ia masih tidak menghubungi Yasmin atau pun Mila. Sean tidak pernah menyangka jika seperti inilah sifat asli dari Hana.Saat Sean kembali menghubungi Yasmin, akhrinya mereka bicara, meskipun ada kebingungan yang nyata dari anda bicara istri dari Sean.“Hati-hati …” panggilan pun berakhir, tidak berselang lama Davin masuk bersama Putra.“Bagaimana kak, apa kakak ipar sudah bisa dihubungi?”Sean mengangguk, “Sudah! Aku meminta Yasmin dan Mila untuk segera kemari.”Kekhawatiran Sean sedikit berkurang, mereka kembali duduk dan menunggu kedatangan Yasmin. Putra yang sudah kembali sebelum cutinya selesai terlihat lebih pendiam. Ia duduk dan menyibukan diri dengan ponselnya, air mukanya seketika berubah saat melihat sebuah video viral yang baru saja beberapa menit di up ke media social.‘Model ternama, Wihana Aurelya sudah memiliki bayi dan memarahi wanita lain di mall’KlikPutra membesarkan volume ponsel dan memberikan benda pipih i
Di pusat perbelanjaan, Hana mendorong sebuah stroller di mana seorang balita mungil sedang terlelap. Wajahnya begitu lucu, dia bahkan memilih kulit yang putih dengan hidung mancung yang begitu menggemaskan.Hana memasuki sebuah restoran cepat saji, duduk sendiri sambil sesekali memperhatikan balita tersebut. Sudut bibirnya terangkat membentuk bulan sabit, kemudian memotret si pipi gembul itu.“Aku akan memulainya dari media social,” gumamnya pelan. Media social, di sana banyak sekali fans seorang Hana dan setelah sekian lama menghilang dia akan mengejutkan dunia dengan captionya kali ini.‘Baby Arvinku tersayang, sebentar lagi kita akan bertemu dengan Daddy.’KlikDalam hitungan detik, foto itu tersebar dengan cepat. Hana sengaja mematikan kolom komentar dan hanya tertawa melihat begitu banyak orang yang masih memperhatikan serta menunggu kabar darinya.‘Sean …’ lirih Hana.Hana kemudian meletakkan ponselnya dan mulai makan, dia kembali hanya untuk mendapatkan Sean, membuang jauh kisa
Hampir menjelang makan siang kedua pasangan suami-istri itu akhirnya keluar dari kamar dan berkumpul di meja makan dengan canggung, seakan mereka baru bertemu untuk pertama kalinya. Namun itu hanya berlaku untuk Yasmin dan Mila.“Kenapa meja makan ini sepi sekali,” keluh Davin.“Hmmm …” sahut Sean sambil melirik istrinya makan sambil menundukkan kepalanya. Berbeda dengan Mila, yang masih terlihat biasa saja.“Kak Yasmin …” Mila memulainya, dia tahu jika kakak iparnya itu malu karena ketahuan sesuatu. Ah, rasanya Mila langsung berdebar saat mengingat itu.“I-ya, ada apa, Mil?”“Kalau hari ini kakak ada waktu kita shooping, ada beberapa kebutuhanku yang sudah habis. Aku pikir kita bisa pergi bersama,” jelas Mila.Yasmin melirik Sean yang ada di sampingnya, sedikit mendongak saat melihat rahang tegas suaminya dengan kulit yang glowing luar biasa. Yasmin sempat bepikir, apa yang akan terjadi jika lalat hinggap di wajah suaminya.“Kamu bisa pergi dengan Mila, tapi kalian harus di antar ole
Pagi ini Yasmin keluar dari kamarnya dengan rambut yang tergerai, sedikit basah. Beberapa asisten rumah tangga tersenyum melihat Yasmin yang berbeda, jelas sekali jika semalam dia dan Sean melakukan sebuah penyatuan luar biasa.“Non, biar bibi saja.”“Enggak apa-apa, Bi, aku hanya buat kopi buat Tuan.”“Eh, kok sama suami panggil Tuan sih. Mas atau bebep gitu non, mirip anak-anak jaman sekarang.”Yasmin tergelak mendengar celotehan tersebut, namun dia merasa lebih nyaman memanggil Sean dengan sebutan Tuan. Ada rasa yang berbeda saat kata Tuan terucap dari bibirnya. Seperti semalam, entah berapa kali Yasmin meneriaki Sean dengan panggilan Tuan di tengan hasrat keduanya yang menggebu.“Aku mencintaimu, Yas …”“Ahhh … Tu-tuan …” inti tubuh Yasmin menegang saat Sean membelai seluruh tubuhnya dengan begitu lembut.“Sebut namaku … Berteriaklah, Yas!”“Tu-an Sean …” Yasmin semakin terbata-bata saat menyerukan nama suaminya yang sekarang sedang bermain pada titik sensitive Yasmin dengan mengg
Pukul 7 malam Sean akhirnya tiba di kediamannya, wajahnya benar-benar lesu setelah seharian ini bergelut dengan berkas dan meeting dengan beberapa tamu dari luar kota. Karena Putra meminta cuti secara tiba-tiba, Sean terpaksa mengerjakan semuanya.“Hahhh … Aku lelah sekali,” Sean menjatuhkan tubuhnya di atas sofa di ruang tamu. Kakinya terasa lemas untuk sampai ke kamarnya di lantai atas. Selain pekerjaan, pikiran Sean juga terbagi pada Putra. Dia tahu dengan bai kapa yang akan terjadi pada sahabatnya jika kenangan Rachel kembali.“Tu-tuan …”Sean mendongak, dia tersenyum tipis mendapati istrinya berdiri di belakang dengan wajah polos tanpa makeup, membuatnya merasa sedikit lebih baik. Namun panggilan ‘Tuan’ membuat Sean sedikit tidak nyaman.“Yas, duduklah di sini sebentar.” Sean menepuk tempat kosong di sampingnya.Yasmin berjalan dan melakukan apa yang Sean minta. Setelah penyatuan itu, tidak ada jarak antara keduanya, namun masih terselip kecanggungan yang terkadang membuat Yasmin
Sean baru saja selesai makan siang di sebuah resto yang tidak jauh dari kantor. Matanya terus saja celingukan mencari asisten sekaligus sahabatnya yang tak kunjung datang, padahal Sean sudah mengirim pesan dan mengirim lokasi di mana dia berada. Ting “Aku sudah selesai makan siang, tapi dia baru merespon pesanku.” Sean berdecak kesal, lantas membuka pesa dari Putra. Keningnya seketika berkerut, ekspresinya juga sedikit berubah. ‘Aku akan cuti 2 hari, aku lelah dan ingin istirahat dulu.’ “Putra, lelah dan ingin istirahat?” Bahasa yang sangat dia dengar dari sosok itu. Sean merasa ada yang tidak benar dengan sahabatnya, dia segera meminta bill dan berniat untuk kembali ke kantor secepatnya. Namun saat ingin beranjak, seseorang tiba-tiba saja datang menghampirinya dan meminta Sean untuk duduk sebentar. “Tuan Sean?” tanya seseorang. “Ya, saya. Anda siapa?” Sean sedikit waspada, karena sampai sekarang orang yang sengaja ingin menabraknya belum juga ditemukan. “Saya ingin bicara dan