Beranda / Romansa / Cinta Untuk Sang Pendosa / BAB 64 Menjadikanku Seperti Seorang Ratu

Share

BAB 64 Menjadikanku Seperti Seorang Ratu

Penulis: Nurmelyaa_
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-12 20:11:52

“Nicha, taraa…”

Wanita itu berbalik setelah mendengarkan suara Gilang dari depan pintu, wajahnya tersenyum sumringah saat melihat apa yang pria itu bawa.

“Dia!”

Nicha berlari kecil dan langsung mengambilnya.

“Kucing ini, yang kemarin, bukan?”

“Iya, kau benar. Ternyata tidak ada pemiliknya.”

“Sungguh, syukurlah.”

Nicha memeluk kucing bengal yang umurnya sekiranya setahun itu. “Kau suka?” tanya Gilang.

“Tentu, dia yang akan menemaniku saat kau pergi.”

Nicha menggendong kucing tersebut seperti bayi kecilnya, senyumnya tidak pernah luput dari bibirnya bahkan matanya berbinar saking senangnya.

Gilang tersenyum, tatapannya begitu dalam seakan menembus langit biru, tentang bagaimana ia melihat matahari yang setelah ini akan selalu menyinari hari-harinya.

Itu adalah Nicha, perempuan yang kini akan tinggal bersamanya. Ah tidak, harusnya Gilang tak berpikir demikian karena Nicha bukanlah miliknya.

“Hei, kita beri nama siapa kucing ini?” tanya Nicha.

Lamunan Gilang buyar kembali, ia berpikir seb
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 65 Berita Kehilangan

    Dia terbangun dengan kaget, matanya membulat sempurna setelah memperhatikan ruangan disekitarnya. “Kamar?” Gadis itu menepuk jidatnya setelah menyadari semalam ia ketiduran di sofa dan bisa ia tebak semalam juga Gilang mengangkatnya menuju kasur.Suara pintu terdengar jelas di telinganya, dengan cepat Nicha bangkit dan berlari keluar kamar.“Kau sudah mau pergi?”Pria itu berhenti tepat di depan pintu, bisa di lihat ia sudah lengkap dengan kemeja hitamnya. Setelah melihat Nicha yang ternyata sudah bangun, ia maju menuju gadis itu.“Makanan sudah tersedia di meja makan, jangan membuka pintu jika ada yang mengetuk sebelum aku pulang dan juga berhati-hatilah di rumah ya,” ucapnya panjang lebar.Nicha bengong dibuatnya. “Hei, kau dengar aku kan?”“Iya. Aku dengar, harusnya aku yang mengatakan seperti itu, kau harus hati-hati dengan pria itu, kau tahu betapa berbahayanya dia, bukan?”Gilang mengangguk. Ia menatap wanita itu. “Aku juga berbahaya kok,” gumamnya pelan.Nicha mengerutkan kedua

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-15
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 66 Malam Pengakuan

    Gilang panik setelah melihat pintu belakang ternyata terbuka.Gelap sekali. Hingga Gilang tak dapat menerka-nerka apakah ada orang di luar sana.Dengan perlahan ia mendekati pintu tersebut, matanya tidak pernah berpaling sedikit pun.“Shiru, jangan lari-lari!”Kucing bernama Shiru tersebut hampir saja menabrak tubuh Gilang hingga Gilang kehilangan keseimbangan, namun mungkin itu adalah takdirnya untuk jatuh setelah tubuhnya benar-benar di tabrak oleh wanita yang berlari mengejar kucing tersebut.Bruakkkk…“Auh..”Gilang sungguh merasakan sakit dibagian punggungnya karena langsung menghantam lantai, namun rasa sakit itu tidak ada apa-apanya setelah ia menyadari sesuatu yang berat diatasnya.Mata Gilang membulat sempurna setelah menyadari Nicha sedang berada di atasnya.Nicha pun demikian, ia kaget setelah melihat wajah Gilang yang begitu dekat dengannya, bahkan ia bisa merasakan detak jantung pria tersebut.Mereka sama-sama terdiam. Mencoba mencerna semua kejadian ini.Nicha tak menger

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-17
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 67 Gelisah

    “Aku mencintaimu, Nicha. Aku ingin bersamamu selamanya, kumohon mengertilah.”Setelah mengatakan hal diluar dugaan itu, laki-laki tersebut melepaskan tangannya dari kedua pipi mulus Nicha. Kini Gilang berjalan menuju tembok kayu lalu menyandarkan kepalanya di sana.Frustasi, malu dan emosional setelah mengungkapkan semuanya pada wanita yang ia cintai. Tapi ini sudah terlanjur terjadi, Gilang pasrah dengan keputusan Nicha sekarang.“Pasti kau kesal bukan, karena mengetahui kalau aku menolongmu karena punya perasaan. Ya, itu semua benar, jauh dilubuk hatiku, aku butuh imbalan darimu –““Apa.” Nicha seakan menatapnya tidak percaya.“Kau pasti tahu apa yang aku inginkan, jadi jangan menyiksaku agar mengatakannya untuk kesekian kali. Maafkan aku telah egois, jika kau ingin pergi setelah mengetahui fakta ini, aku… tidak apa-apa.”Gilang menunduk, ia masih membelakangi Nicha.Air mata perempuan itu kembali mengalir, ia tidak percaya akan semua yang ia dengar.“Setelah… setelah kau memohon pa

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 68 Hanya Saling Menunggu

    Sebuah handphone keluaran terbaru hanya tergeletak di atas nakas begitu saja. Sepasang mata terus melihatnya dengan penuh keraguan, sudah sehari berlalu namun mereka sama sekali belum bicara.Di samping ranjang pria itu, terdapat lukisan yang juga tidak sempat diperlihatkan, padahal mereka berdua sudah saling berjanji akan hal tersebut.Ia memijit pelipisnya. Setelah kecanggungan yang tak tahu di mana akhirnya ini, Gilang memutuskan untuk dewasa, melupakan kejadian memalukan itu tapi bahkan hanya sekedar mengatakan hai saja ia tidak sanggup.Sedangkan wanita itu, masih tidak tahu diri. Dia hanya termenung sepanjang hari tanpa melakukan apapun, ia mencari sebuah arti dari apa yang telah ia jalani ini.Namun tak ada jawaban sama sekali.Terdengar suara langkah kaki yang berhenti tepat di depan pintu kamar Nicha yang tertutup. Nicha menoleh, mencoba melihat seberapa beraninya laki-laki itu.Tak ada suara ketukan pintu, hingga laki-laki itu akhirnya pergi tanpa pamit lagi.Nicha menghela

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 69 A Love Story In Los Angeles

    Perempuan dengan baju terusan berwarna biru polos itu masih asyik dengan kucing yang ia gendong seperti seorang bayi.Rambutnya tampak terurai indah, membiarkannya nari dengan angin desa yang sejuk, bibirnya tersenyum simpul setelah melihat langit yang mulai berubah menjadi orange.Dia mulai suka senja setelah tinggal di desa ini, ia suka bau sawah dan ketenangan saat berdiri di aspal yang menuju rumah yang ia tinggali.“Shiru lihatlah, pemandangan di sini memang sangat indah, tidak seperti di kota.”Tak ada balasan dari kucing tersebut, hanya sebuah pemberontakan kecil minta dilepaskan.“Hei, jangan lari lagi, nanti aku tak bisa menemukanmu,” ujar Nicha mencoba memegang erat Shiru.Terpaksa Nicha melepaskan Shiru namun ia tetap memantau kucing tersebut bermain. Matanya tak sengaja menangkap sosok pria yang begitu ia kenal dari kejauhan.Tampak jika pria tersebut mendekat padanya dengan wajah khawatir, Nicha terus saja menatapnya, memperhatikan setiap helaian rambut hitam pria tersebu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 70 Alasan Aku Mencintaimu

    Gilang begitu serius memperbaiki keran air di belakang rumahnya. Kemeja putihnya mulai basah akibat percikan air yang mulai naik.“Airnya sudah deras, Gilang,” ucap Nicha masih terus memperhatikan selang berwarna biru itu.“Benarkah?” Gilang berbalik.“Iya, lihatlah.” Gilang refleks menghindar setelah Nicha menyodorkan selang air tersebut kearahnya. “Hei, jangan begitu.”Keduanya saling bertatapan, itu memunculkan ide gila pada wanita dengan rambut yang diikat ke belakang menyisakan poni tipis tersebut.Ia kembali mendekatkan selang tersebut membuat kemeja dan juga celana jeans hitam Gilang mulai basah. “Nicha, hentikan!”Nicha tertawa puas setelah mengerjai pria itu. “Awas kau ya!” Gilang berlari mengejar Nicha mencoba merebut selang tersebut dari tangannya. Dress putih selutut milik Nicha, ikut basah akibat Gilang yang akhirnya berhasil merampas selang itu.Perang air tak bisa dihelai lagi, keduanya saling bergantian menyerang membuat seluruh tubuh mereka ikut basah.“Gilang, buatla

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-31
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 71 Rumah Sakit

    Gilang masih memperhatikan wanita yang sedang menangis itu. Entah apa yang harus ia lakukan, entah bagaimana ia harus menyikapi hal ini, dia tidak tahu.Suara tangisan itu masih terdengar, bahkan belum berhenti sedikit pun sejak Rangga memutuskan untuk pergi.“Nicha, kau ingin aku mengantarmu ke ibumu?”Nicha menggeleng.Gilang mengangguk. Ia paham, mungkin Nicha ingin sendiri, apalagi ia baru saja meminta cerai pada suaminya.Mungkin Nicha sedang patah hati, bagaimana pun juga, dia pernah bermimpi untuk hidup bahagia dengan pria itu. Gilang sungguh paham bahwa Nicha, ingin sendirian.Perlahan ia mundur dan mulai bersandar di pinggir pintu yang masih terbuka, Gilang hanya diam tapi suara Nicha membuatnya ikut sakit hati.Hanya mengetahui kalau wanita yang dicintainya menangis untuk pria lain saja, Gilang sudah kesal mengetahuinya. Apalagi jika wanita itu meninggalkannya.“Gilang, kau bisa mengantarkan aku pada ibuku?”Nicha sepertinya berubah pikiran. Keduanya saling menatap seolah be

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-31
  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 72 Apakah Cemburu

    “Hei, tunggu!”Nicha dan Gilang menoleh melihat siapa orang yang memanggil mereka di rumah sakit itu.Seorang wanita cantik dengan rambut panjang yang terurai indah berdiri tepat dibelakang mereka. Matanya berkaca-kaca saat melihat tangan Gilang sedang memegang erat tangan wanita lain.“Zia?”“Kakak dari mana? tumben ke rumah sakit, apa kakak dipanggil?”“Emm tidak.. kami baru saja menjenguk seseorang di rumah sakit ini.”Zia mengerutkan alisnya tak paham, dari kejauhan Gilang bisa melihat kakak Zia yaitu Izzam juga sedang memantau mereka dari kejauhan.“Zia, aku harus mengantar Nicha pulang, kalau begitu sampai jumpa ya,” pamit Gilang.Tanpa persetujuan Zia, Gilang menarik tangan Nicha untuk menjauh dari wanita tersebut. Zia mengepalkan tangannya erat, kenapa sulit sekali baginya. “Harusnya aku yang di sana, bukan dia…”Jika dipikir-pikir lagi, Nicha bukanlah wanita baru dihidup Gilang, justru Zia lah yang menjadi wanita baru itu.Jika saja waktu bisa di ubah, Zia ingin bertukar deng

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04

Bab terbaru

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 100 Terima Kasih

    “Dahlia, mungkin itu bunga yang bisa melambangkan kisah tentang kita…kau tahu apa maknanya? Dia lambang ikatan dan komitmen, dia adalah anugerah dan juga perubahan hidup yang positif. Jika ada kata yang lebih dari terima kasih, aku akan mengucapkannya…”~Ileanna Hanicha ****Pada matahari yang memancarkan sinarnya, ia ingin berterima kasih. Ia membulatkan tekadnya untuk keluar dari kegelapan yang menyelimuti kalbunya, melangkah demi melangkah hingga mendapat titik terang dari hidupnya.Semua perubahan itu terbayar sudah, di sini dia sekarang. Nicha, memasang raut wajah tersenyum melihat dua orang yang telah menjadi kekuatannya selama ini.“Papa, susunannya tidak seperti itu!”Mainan lego itu yang awal mulanya berbentuk sebuah robot seketika hancur, Nicha akui suaminya tidak pandai untuk merangkai atau menyusun lego seperti di petunjuk gambar, keributan terus terjadi hingga anak laki-laki yang berumur delapan tahun itu berdiri.“Aku tak mau main sama papa lagi, aku mau main sama Cinta

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 99 Seseorang Yang Menyatukan

    Mata besar wanita itu hanya memandang satu orang dari banyaknya orang disekitar sana, ibarat dari semua kegelapan malam, hanya ada satu objek yang bersinar. Matanya tak bisa berpaling, punggungnya yang tadinya bersandar di tembok kini berdiri tegap. Sedangkan laki-laki itu masih berjalan ke arahnya, membelah lautan manusia, seperti dialah pemeran utamanya.Malam ini, dia memang adalah pemeran utama, bisa dilihat dari tampilannya yang sangat berbeda dari orang-orang. Wanita itu tak pernah melihatnya memakai setelan jas hitam dengan dasi berwarna merah.“Tampan,” gumamnya tanpa sadar.Entah sejak kapan lelaki itu sudah ada di depannya, memberinya segelas minuman.“Kau menunggu siapa?” tanya pria itu.“Orang tuaku, katanya mereka akan datang. Lalu kau, kenapa bisa ada di sini?” tanya wanita itu balik.Pria itu tersenyum. “Aku ada urusan dengan seseorang,” jawabnya.Wanita itu mengangguk. Matanya kembali melihat-lihat orang-orang yang sedang berpesta. “Kata ibu, ini pesta teman ayah, tapi

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 98 Restu Orang Tua

    Waktu demi waktu terus berjalan, Gilang mungkin sudah duduk tiga jam di café tersebut, ia melirik jam dinding besar yang terletak di atas jendela besar menghadap jalan itu, rupanya sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Tidak. Tapi hampir jam sepuluh itu artinya café akan tutup dua jam lagi.Tak ada satupun pikiran bahwa ayah Nicha tidak akan datang atau lupa, tapi Gilang malah berpikir bahwa ayah Nicha sedang mempermainkannya atau mencoba melihat keseriusannya, sampai kapan ia akan bertahan ditengah orang-orang yang mulai meninggalkan tempat itu.Dengan coat berwarna cokelat yang ia kenakan, Gilang menghela napas mencoba sabar untuk menunggu, jika benar ayah Nicha Cuma mempermainkannya, tak apa. Ia akan coba dilain hari.Gilang mengaduk kopi panas yang sudah dingin dan setengah dari gelasnya itu. Sungguh bosan hingga ia rasanya ingin memejamkan mata.Suara rintik hujan terdengar di atasnya, mencoba menyadarkan dirinya kalau janji ayah Nicha hanyalah kebohongan belaka. Mana ada orang

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 97 Aku Hanya Mau Dengannya

    Wanita dengan baju tidur bermotif kotak-kotak hijau itu menutup segera jendelanya, matanya masih menatap sosok laki-laki yang baru saja pergi setelah diberi nasihat oleh ibunya.Matanya memancarkan kesedihan, ada rasa khawatir yang juga tersinggap dipikirannya, bagaimana kelanjutan hubungan mereka saat ini.Ia menghela napas berat lalu menutup gordennya, dengan lesuh Nicha segera berbaring di kasurnya berusaha memejamkan matanya ditengah lampu yang bersinar terang, pantaslah ia tak bisa tidur, meski ia mencoba memutup mata namun cahaya lampu itu seakan bisa menembus kelopak matanya.Samar – samar, ia dapat melihat hari-hari lama yang telah ia lalui namun ini lebih ke suasana rumah kediaman orang tua Gilang, betapa indahnya hari itu. Apalagi setelah ia menyadari jika perasaannya mulai tumpuh positif menjadi cinta yang sekarang telah menjadi luar biasa.‘Apa aku harus berbicara dengan ayah, besok?’‘Jika aku terus seperti ini maka, aku tidak akan bisa menikah dengan Gilang!’Demikianlah

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 96 Kamar

    “Jika ibu perhatikan, kau belakangan ini sudah mulai memasak di dapur dan masakanmu enak menurut ibu,” puji ibu Hesti.Nicha yang sedang memotong kentang itu tersenyum. “Benarkah bu, itu Gilang yang ajar.”Ibunya mengangguk. “Gilang bisa memasak juga? dia pria hebat.” Nicha mengangkat alisnya lalu kembali tersenyum.“Ya, bu. Dia memang pria serba bisa, dia bisa memasak, bisa melukis, bisa berbicara depan umum, bisa –“ ucapannya terhenti setelah ayahnya lewat dan meliriknya tajam.“Ah.. ya begitulah bu,” lanjutnya kaku dan kembali melanjutkan kegiatannya.Waktu terus berjalan tapi ayahnya masih tidak suka jika nama Gilang disebut di rumah itu, Nicha memanyumkan bibirnya, lagian Gilang tidak melakukan kesalahan apapun tapi kenapa ayahnya begitu sensitif pada pria tersebut.Harusnya ayahnya berterima kasih, tapi Nicha sangat mengenal ayahnya. Pria tua itu memang angkuh, jika sekali ada orang lain yang dia tidak suka akan sangat sulit bagi orang tersebut untuk mengambil hati ayahnya lagi.

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 95 Cinta Yang Tak Bisa Diungkap

    “Kenapa kau sampai melakukan hal sejauh itu, Rangga?”Rangga mengacak rambutnya frustasi. “Aku tidak berniat untuk menembak Zia, percayalah padaku, aku hanya ingin membunuh Gilang!” jujurnya.“Dengan entengnya kau bilang hanya membunuh Gilang?”“Jika tidak ada dia dari awal mungkin semuanya akan berjalan baik.”“Berjalan baik? kau itu sungguh jahat, Rangga!”“Semuanya berawal dari kau, bukan?”Nicha mengangguk pelan, ia masih menatap Rangga dengan kekecewaan. Polisi masih mengawal mereka berdua di belakang sana. Hari ini, Nicha menjenguk Rangga hanya ingin memastikan semuanya.“Sejujurnya target sebenarnya adalah kau namun ditengah jalan rencana tersebut, aku menyadari ada yang tidak beres dengan hatiku, aku dendam namun terus memikirkanmu, aku terlambat menyadarinya kalau perasaanku tumbuh terhadapmu. Sungguh.”Rangga menatap seduh wajah wanita yang ada di depannya tersebut.Nicha membuang mukanya, tak sudi mendengar ucapan menjijikkan dari Rangga.“Kita sudah berakhir,” ketusnya.Ra

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 94 Tetesan Air Mata

    “Maaf, aku tidak melihat teleponmu,” ujar Gilang sembari menangis.Ditatapnya Zia yang begitu kasihan, matanya yang mulai gelas, suhu tubuhnya yang juga mulai dingin belum lagi darah masih jatuh bercucuran di dadanya.Zia menggeleng. “Tak apa, yang penting kau selamat, aku bersyukur,” ujar Zia.Wanita itu bersyukur melihat Gilang masih hidup dan tidak terluka sedikit pun, itu mungkin adalah tujuan akhirnya.Ia tidak menyesal sama sekali telah berkorban dengan nyawanya untuk pria yang dicintainya, meski cintainya tak akan pernah terbalaskan namun ia legah kalau pria itu bersama wanita yang dipercayakannya.Meski dulu Zia membenci Nicha, tapi ia sadar jika hanya Nicha tempat bahagia untuk Gilang. Zia percaya kedepannya bahwa hanya Nicha lah yang dapat membuat hidup Gilang bahagia, nyaman dan damai.Zia rela jika Nicha menjadi wanita sandaran Gilang disaat pria tersebut lelah, Zia rela jika Nicha menjadi tempat ternyaman untuk Gilang pulang, dan Zia rela jika Nicha suatu hari melahirkan

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 93 Tubuh Dingin Zia

    BAB 93“Aku ingin meresmikan hari ini.”Nicha mengedipkan kedua matanya lalu natap Gilang dalam. “Hah, apa maksudmu?” tanyanya tak paham.otaknya belum bisa mencerna apa perkataan lelaki itu. “Bisakah kau tinggal sebentar saja di sini, nanti aku akan mengantarmu pulang jam sepuluh?” tanyanya balik.Nicha mengangguk. “Ya, tentu. Tapi apa maksudmu meresmikan?”Gilang tersenyum. Ia perlahan memegang tangan Nicha dengan lembut. “Menurutku selama ini hubungan kita tak pernah resmi, aku tidak bisa mengatakan kau milikku jika Rangga masih berstatus sebagai suamimu, namun mulai hari ini juga, kau akhirnya menjadi seorang wanita yang sendiri lagi, aku legah dan tentunya bahagia. Jadi –“Nicha memperhatikan bicara Gilang dengan seksama. “Jadi?” katanya.“Jadi, emmm.” Gilang melepas kedua tangannya lalu merogoh saku celana hitamnya.Dengan jantung yang berdebar kencang, Nicha menunggu Gilang mengambil sesuatu tersebut.Matanya membulat sempurna ketika ia melihat kotak berbentuk hati berwarna mer

  • Cinta Untuk Sang Pendosa    BAB 92 Gelapnya Malam Itu

    Perceraian itu hal yang paling dibenci oleh Tuhan.Ada seseorang yang singgah hanya menjadi ujian bagi kita, tapi ada juga seseorang yang benar-benar ingin menetap dihati kita, itulah yang namanya jodoh.Seberapa jauhnya dan lamanya waktu itu, kita akan tetap bertemu dengannya kembali jika memang ia adalah jodoh terbaik untuk kita.Itulah yang Nicha pahami.Bahwa ia kini sedang dihadapkan dua pilihan. Antara bertahan dengan yang lama tapi menderita atau akhiri semuanya dan menjalani hidup baru bersama orang baru yang selama ini telah ada selalu bersamanya.Tentu semuanya pasti tahu jawabannya, ‘kan?Hari itu tepat selesainya sidang perceraian Nicha dan Rangga. Tak ada persidangan lagi, karena ini telah berakhir. Rangga kalah.Pak Faris hari itu tidak datang ke persidangan, laki-laki tua tersebut memilih tidak bertemu dengan Rangga, bahkan ia telah menyiapkan kejutan dihari Rangga akan kembali bekerja.Ya. Itu adalah surat pemecatannya.Rangga sungguh geram, marah dan merasa dipermaink

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status