“Aku menolak.”
Kinara yang terus-terusan mendapat penolakan dari Arlan pun sontak memasang raut kesalnya. Dia menatap tajam Arlan yang berdiri di depannya.“Arlan ....”“Gak, Ma, aku menolak perjodohan ini,” sergah Arlan dengan tegas. “Aku gak mau bentak Mama, karena itu tolong jangan buat aku sampai melakukan itu ke Mama. Aku tau usiaku sudah matang untuk menikah, tapi aku masih belum memikirkan itu, Ma. Kalaupun iya aku dijodohkan, kenapa harus sama gadis kampung seperti dia?"Shena yang mengerti bahwa sebutan ‘gadis kampung’ yang Arlan katakan tadi ditujukan untuknya pun hanya bisa menunduk saja, sedangkan Niko berusaha untuk menenangkan emosi anaknya.“Lalu, kamu mau perempuan yang seperti apa?” Kinara mencoba untuk tetap sabar, meskipun suaranya dia tinggikan sedikit. “Kamu benar-benar meragukan pilihan mama?”“Bukan seperti itu, Ma. Oke, kalaupun aku dijodohkan, apa Mama gak bisa pilih perempuan yang berkelas? Apa yang akan dikatakan sama para karyawanku di kantor kalau aku menikah dengan gadis kampung sepertinya, Ma?“Aku mau perempuan yang berkelas, berpendidikan, bisa merawat diri, dan juga cantik. Coba Mama lihat gadis itu! Dia lugu dan norak, gak pantas untuk dijadikan istri seorang Arlan.“Lalu, usiamu berapa?” lanjut Arlan bertanya seraya menatap Shena.Shena yang mendapat pertanyaan dari Arlan pun sontak mendongak dan menjawab, “Dua puluh dua.”Jawaban Shena membuat Arlan menunjukkan senyum miringnya. “Mama dengar tadi? Usianya masih sangat kecil, dia masih berusia dua puluh dua tahun. Selisih tujuh tahun denganku,” ucap Arlan sembari menekan kalimat terakhir dalam ucapannya.“Selisih tujuh tahun tidak terlalu jauh, Arlan.”“Sangat-sangat jauh, Ma. Bahkan saat aku lulus SMA, dia masih duduk di bangku sekolah dasar. Coba Mama bayangkan, seberapa bocahnya gadis kampung ini.”Suasana semakin gaduh dan semakin memanas. Niko yang melihat pertengkaran antara Kinara dan Arlan pun akhirnya mulai ikut membuka suara, berniat untuk merelai.“Maaf, kalau saya bersikap lancang karena telah menyela obrolan kalian, tapi sebaiknya kalian hentikan pertengkaran ini. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada kalian, karena kedatangan saya dan putri saya kemari hanya membuat keributan saja,” ucap Niko menyela seraya berdiri dan membungkukkan badannya sedikit sebagai tanda permintaan maaf. “Nak Arlan, saya tidak akan memaksa Nak Arlan untuk menerima perjodohan ini. Karena bagaimanapun juga, soal perasaan tidak bisa dipaksakan.”Mendengar kata-kata Niko, Arlan sontak menoleh ke arahnya dan menganggukkan kepalanya pelan. “Bagus kalau Pak Niko paham. Keluarga kami memang tidak selevel dengan keluarga Pak Niko yang hanya berasal dari kampung.”Ucapan Arlan sontak membuat Kinara memasang raut kesalnya kembali. Dia menatap Arlan dengan tajam dan menusuk. “Arlan, yang sopan kalau bicara sama orang yang lebih tua! Sejak kapan keluarga kita menjadi keluarga yang memandang status orang lain, hah?!”“Ma, aku---”“Maaf, saya menyela,” sahut Shena. Suara Shena yang terdengar tiba-tiba membuat Arlan menghentikan kalimatnya. “Sedaritadi aku terus diam dan hanya mendengarkan obrolan semuanya. Kami tau kalau kami adalah dari kampung dan hanya keluarga miskin. Namun, meskipun status kami berada di bawah, bukan berarti Anda boleh menginjak-injak keluarga kami seenaknya.“Kami juga manusia, punya hati, perasaan dan juga harga diri. Saya juga sebenarnya tidak ingin dijodohkan, tetapi karena ini adalah salah satu keinginan ayah, saya tidak mungkin bisa menolak. Jika, Anda tidak ingin menikah dengan saya, cukup katakan saja ‘tidak’. Tidak perlu sampai menginjak-injak harga diri kami dengan perkataan busuk Anda.“Saya hanya ingin membuktikan kepada Anda, bahwa sifat dewasa tidaklah diukur dari seberapa tua usia seseorang. Bahkan mungkin saya sendiri bisa lebih dewasa dari Anda. Saya juga akan buktikan, bahwa seorang perempuan tidaklah cukup hanya berpendidikan, karena yang terpenting adalah berpengalaman dan juga berpengetahuan.“Saya akan buktikan kalau saya bukanlah gadis kampung biasa yang tidak mengerti apa-apa seperti yang Anda pikirkan. Karena gadis kampung seperti saya pun berhak untuk mengubah nasibnya menjadi lebih baik dan saya akan buktikan kalau saya juga bisa menjadi perempuan berkelas seperti yang Anda katakan tadi.”Kalimat panjang yang Shena katakan membuat semuanya seketika terdiam dan tertegun. Niko yang awalnya ingin mengalah dan menerima semua ejekan dari Arlan pun seketika kembali tersenyum dan mengelus-elus bahu Shena dengan bangga, begitupun juga dengan Kinara, dia tidak hentinya untuk tersenyum seraya menatap Shena dengan kagum.Berbeda dengan reaksi Niko dan Kinara, Arlan justru kini menjadi diam seribu bahasa. Entah apa yang sedang dipikirkan olehnya, tetapi sudah jelas bahwa dirinya telah benar-benar diskakmat oleh Shena; gadis kampung yang lebih muda darinya.Arlan hanya bisa membuang muka dan terus berusaha agar matanya tidak bertemu tatap dengan mata Shena. Malu? Benar.“Makasih udah belain ayah,” ucap Niko seraya terus menunjukkan senyum leganya. Shena pun hanya mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban.“Keren,” puji Kinara. Dia terus menatap Shena dengan tatapan kagumnya. “Mama emang gak salah pilih calon mantu. Iya, ‘kan, Arlan?” lanjutnya menoleh ke arah Arlan.Arlan hanya melengos dan terus bersikap tak acuh kepada semuanya. Dia menatap Shena sekilas dan mendapat tatapan balasan tajam dari Shena. Decakan kesal mulai terdengar, Arlan membalikkan badannya dan memilih untuk pergi dengan perasaan kesalnya.Melihat Arlan yang berjalan pergi dengan terburu-buru, Kinara hanya bisa menghela dan mengembuskan napas lelahnya.Tahu bahwa ekspresi Kinara berubah, Shena pun kembali tersenyum dan menatap Kinara dengan hangat. “Mama hebat karena bisa menahan amarah Mama yang hampir memuncak.”Mendapat pujian dari Shena, senyum Kinara kembali mengembang. “Kamu bisa aja,” balasnya seraya terkekeh kecil. “Mama minta maaf atas nama Arlan untuk sikapnya yang tidak sopan seperti tadi. Niko, maafkan anak saya, ya.”“Tentu, Kinara, pasti saya maafkan,” jawab Niko.“Terima kasih.” Setelah mendapat anggukan dari Niko, Kinara kembali menatap Shena dengan serius. “Shena, cuma kamu harapan mama. Tolong ubah sikap Arlan yang terlalu keras kepala. Mama yakin, cuma kamu yang bisa buat Arlan berubah.”Tidak langsung menjawab, Shena terdiam sejenak dan berkata, “Imbalan untukku apa, Ma?” Pertanyaan Shena membuat Kinara dan Niko seketika terdiam karena terkejut. Namun, sedetik kemudian tawa renyah terdengar dari mulut Shena. “Aku bercanda, Ma. Jangan terlalu dipikirkan.”Niko pun seketika mengembuskan napas leganya. “Bercandamu gak lucu, Shena. Jangan buat malu begitu, ah.”Mendengar peringatan dari Niko, Shena pun tersenyum kecil. “Maaf, Ayah. Maaf, Ma.” Sebuah anggukan kepala dari Niko dan Kinara membuat Shena merasa lega.Senyum Shena tiba-tiba mengendur ketika melihat sorot mata Kinara yang menatapnya penuh harap. “Sekali lagi mama minta tolong, ya. Mama janji, mama akan bantu kamu untuk wujudkan keinginan kamu menjadi ‘perempuan berkelas’ dan membungkam mulut Arlan biar gak bisa ejek kamu lagi.”Shena menganggukkan kepalanya tanpa ragu. “Makasih, Ma. Aku akan coba.”Hari kembali berganti, Arlan berjalan menuruni anak tangga lantai atas dengan setelan jas berwarna abu-abunya yang sudah melekat dengan rapi.Kinara yang sudah lebih dulu duduk di meja makan pun sontak memanggilnya. “Arlan, makan dulu, yuk!” ajak Kinara. Arlan refleks menolehkan kepalanya, kemudian mendekat. “Ayo makan, ini masakan spesial, loh.”“Aku buru-buru, Ma. Pagi ini ada meeting, jadi aku harus cepat-cepat ke kantor. Gak ada waktu buat makan pagi, gampang nanti aku makan di sana aja.”Mendengar jawaban dari Arlan membuat Kinara seketika melemas dan mengembuskan napasnya pelan. “Sayang banget. Yaudah, kalau gitu kamu makan roti aja, ya. Setidaknya perut kamu harus keisi.”Arlan mengangguk. “Yaudah, Ma.”“Sebentar, mama buatkan dulu, ya.” Arlan mengangguk pelan dan menunggu Kinara membuatkan roti untuknya seraya sesekali melihat ke jam tangannya.Drrtt!Getaran ponsel terasa dari saku celana Arlan. Dia pun segera mengambil dan menerima panggilan tersebut.“Sudah datang?!” tanyan
Tawa ejek terdengar dari Arlan. “Saya gak minta kamu buat nunggu saya, ya. Sebaiknya sekarang kamu pergi, masih banyak kerjaan yang harus saya selesaikan. Lagipula, ini pemberian mama. Mama yang masak dan siapkan semuanya, lalu untuk apa saya berterima kasih sama kamu?”“Tapi, Mas, itu ....”“Pak Arlan, ini laporan yang sudah saya perbaiki.”Seseorang yang datang tiba-tiba membuat Shena menghentikan kalimatnya. Keduanya menoleh ke sumber suara dengan kompak. Sedangkan, karyawan yang datang tadi sontak terdiam di tempat ketika melihat sosok Shena yang juga berada di ruang kerja Arlan.Shena yang merasa tidak enak hati dengan Arlan pun sontak membuka suaranya. “Maaf, tolong jangan salah paham dulu, ya. Saya Shena, ART baru di rumah pak Arlan. Saya ditugaskan oleh ibu Kinara untuk mengantarkan bekal makanan pak Arlan, itu saja.”Sang karyawan sontak menganggukkan kepalanya dan tersenyum. “Iya, saya tau, kok. Di depan tadi kan kita ketemu,” ucapnya membuat Shena menepuk keningnya karena l
“Loh, Arlan, kamu gak ke kantor?” Mendengar suara Kinara, Arlan sontak menoleh. “Hari ini aku kerja di rumah aja,” jawabnya seraya menatap layar laptopnya kembali.“Mumpung kamu di sini, tolong antar Shena pulang, ya.”Arlan sontak menghentikan aktivitasnya, matanya beralih menatap Kinara kembali. “Pulang?” Kinara mengangguk cepat sebagai jawaban. “Ke kampung?” tanya Arlan lagi dan diangguki oleh Kinara. “Dia bisa pulang sendiri, ‘kan? Kasih aja uang buat ongkosnya.”“Gak bisa gitu dong. Kamu kan calon suaminya, kamu yang antar dong. Sekalian pendekatan sama ayahnya, alias calon mertua kamu.” Kinara terkekeh kecil di akhir kalimatnya.“Aku udah bilang kalau aku gak mau dijodohkan sama dia, kenapa Mama terus maksa gitu?” tanya Arlan, “sebenarnya apa alasan Mama terus bersikeras agar perjodohan tetap berlanjut?”“Mama berhutang nyawa dengannya,” jawab Kinara. Arlan memasang raut tanyanya. “Pak Niko. Lagipula, setelah mama mengenal Shena, entah kenapa mama langsung kagum sama dia. Perha
Setelah mengantar Shena ke terminal, Arlan segera melajukan mobilnya kembali untuk pulang. Sesampainya di rumah, tentu Kinara tidak diam karena kedatangan anaknya yang terlalu cepat dari waktu yang seharusnya.Mendapat tatapan tajam dari Kinara, Arlan hanya mengembuskan napas panjangnya. Dia berjalan menghampiri laptopnya kembali yang masih tergeletak di meja ruang tamu, lalu melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertinggal.“Kenapa kamu udah pulang? Kenapa cepet banget kembalinya? Kamu antar Shena, ‘kan? Kamu gak turunin Shena di tengah jalan, ‘kan?” tanya Kinara memberondong. Tidak ada jawaban dari Arlan. “Arlan, jawab mama!”“Aku antar dia sampai di terminal,” jawab Arlan seraya masih menatap layar laptopnya dengan santai. “Dia bilang gak papa, kok. Jadi, yaudah, aku turunin aja di sana. Dia kan pengertian,” lanjutnya seraya menekan kalimat terakhir dari ucapannya.Mendengar jawaban Arlan, Kinara sontak menggeram kesal. Dia membuang napasnya kasar sembari terus menatap tajam anaknya
Esok harinya, Arlan bergegas ke mobilnya dengan buru-buru karena terlambat bangun. Dia lupa untuk menyetel alarm di jamnya, alhasil dia hanya mandi dan langsung berangkat ke kantor tanpa sarapan.“Argh, terlambat bangun lagi! Masih ada setengah jam lagi sebelum meeting dimulai,” gumam Arlan dengan perasaan gelisahnya. “Semoga jalanan pagi ini lancar tanpa hambatan.”Seperti yang Arlan harapkan, jalanan pagi itu sangat lancar tanpa hambatan sedikit pun. Arlan melihat jam tangannya, pukul 08.54 waktu pagi. Arlan bergegas keluar dari mobil dan masuk ke kantornya dengan langkah panjang.Para karyawan pun sontak menghentikan aktivitasnya sekejap untuk menyapa Arlan. Mereka membungkukkan badannya sebagai tanda hormat.“Selamat pagi, Pak,” sapa mereka secara bergantian.Meskipun para karyawan sudah bersikap baik padanya tetapi, Arlan tetap terlihat tidak peduli sama sekali. Tidak ada satu sapaan pun dari mereka
“Perempuan yang tadi itu siapa, sih? Kamu kenal sama dia?” tanya Dira terus mendumel. Arlan pun tidak menggubrisnya. “Dari wajahnya ... kayaknya dia dari kampung, ya? Kayak ada norak-noraknya gitu.”Dira melirik ke arah Arlan dengan kesal karena tidak mendengarkannya sama sekali. Dia mengembuskan napasnya kasar dan berdecak kesal. “Arlan!”Seruan Dira yang cukup keras membuat Arlan menoleh ke arahnya, meskipun masih dengan raut malasnya. “Berisik,” balasnya dengan nada ketus.Mendapat ucapan ketus dari Arlan sontak membuat Dira memajukan sedikit bibirnya alias cemberut. Dira selalu melakukannya ketika sedang kesal atau bete dengan seseorang. Tingkahnya benar-benar seperti anak kecil.“Aku ini lagi ngomong sama kamu! Kenapa kamu malah cuekin aku terus, sih?!” geram Dira, “aku ini pacar kamu, loh! Hargai aku dong! Kamu, kok, jadi berubah banget gini sama aku? Ke mana perginya Arlan yang dulu perhatian banget sama aku?! Kamu jahat, Arlan!”Brak!Suara gebrakan meja yang cukup keras sonta
“Jangan hiraukan mereka. Ini perintah. Makanlah di sini saja!”Mendengar itu, Shena sontak terdiam sesaat, kemudian mengangguk. Dia kembali duduk di bangku yang sama dan mulai membuka bekalnya di samping Arlan.Mereka mulai memakan bekalnya masing-masing dengan lahap hingga suara Arlan membuat Shena menoleh kembali.“Ini masakanmu?” tanya Arlan tanpa menoleh ke arah Shena sedikit pun. Dia hanya terus menatap bekal miliknya dan menunggu jawaban dari Shena.Mendapat pertanyaan tiba-tiba dari Arlan sontak membuat Shena terkejut untuk sesaat. Namun, sesaat kemudian, dia menganggukkan kepalanya dan tersenyum. “Itu memang masakanku. Apa Pak Arlan suka?”Arlan mengangkat bahunya seraya menjawab, “Setidaknya untuk sekarang saya bisa menghabiskannya.”Jawaban Arlan berhasil membuat senyum Shena terlihat lebih lebar dari sebelummnya. Dia menatap Arlan yang terus memakan masakannya dengan perasaan senang. “Syukurlah kalau begitu,” ucapnya, kemudian kembali memakan makanannya.Suasana begitu heni
Permintaan yang Shena tujukan untuk Arlan sontak membuat Arlan terdiam cukup lama. Namun, kemudian dia mengembuskan napas beratnya dan mengangguk pelan.“Saya tidak bisa menjelaskannya karena tidak tahu harus dimulai dari mana,” ucap Arlan, “jadi, hanya hari ini saja, saya bebaskan kamu untuk bertanya apa saja ke saya.”Shena menatap Arlan cukup lama, kemudian mengangguk. Dia mengembuskan napasnya panjang dan berkata, “Oke. Aku boleh tanyakan apa pun, ‘kan?”“Apa pun,” balas Arlan masih terus menunduk tanpa melirik ke Shena sedikit pun.“Sebenarnya ada hubungan apa di antara Mas Arlan dan Mbak Dira?”Pertanyaan Shena yang langsung merujuk ke sosok Dira sanggup membuat Arlan kembali terdiam. Namun, dia akhirnya menjawab juga. “Dua tahun yang lalu, dia adalah kekasih saya. Namun, semenjak dia menghilang satu tahun kemudian, saya sudah menyelesaikan hubungan saya dengannya.”
“Selamat malam, Semuanya,” sapa Agas dengan suara tegas, tetapi tetap terdengar lembut. Dia bersikap layaknya seorang pangeran sungguhan. “Selamat datang dalam acara pesta dansa istana kerajaan.”Adegan kembali berlanjut hingga akhirnya Shena kembali muncul dengan anggunnya. Para penonton benar- benar dibuat terkagum dengan kemunculan Shena yang sangat berbeda. Gaun bak seorang putri kerajaan, sepatu kaca yang cantik, rambut yang terurai indah, dan sikap anggun yang Shena peragakan. Shena benar-benar terlihat seperti seorang putri kerajaan.Arlan semakin tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia bertopang dagu pada pahanya seraya masih terus melihat adegan keduanya. Dira terkekeh kecil saat menyadari perubahan raut Arlan pada adegan dansa Cinderella dan Pangeran.“Rileks saja, jangan gugup,” bisik Agas di sela adegan keduanya.Mendengar bisikan seperti itu dari Agas, Shena sontak mengangguk pelan. Dia memejamkan matanya sejenak, lalu menarik dan membuang napasnya untuk berusaha tenang. S
26. Pertunjukan TeaterPukul 14.45 waktu siang hari. Panggung teater telah bersih, semua properti yang dibutuhkan pun sudah tersedia di atas panggung. Kini hanya tinggal menunggu waktu saja sampai mereka semua tampil di atas panggung.Sebenarnya acara sedang diistirahatkan dulu hingga jam tiga sore lebih lima belas menit. Namun, karena persiapan yang dilakukan oleh anggota teater sangat banyak, mereka semua rela tidak beristirahat dulu hingga pertunjukan berakhir.“Shena, ini kostum pertamamu. Segera ganti dan bersiap untuk riasan sederhananya,” ucap salah satu divisi penata busana seraya memberikan kostum tersebut kepada Shena.Shena sontak menoleh dan mengangguk. “Baik,” jawabnya. Dia mengambil kostum tersebut dan segera bergegas menuju ruang ganti. Setelah selesai, Shena kembali ke posisi untuk dirias.Namun, kedatangan Doni dan temannya membuat aktifitas meriasnya terhenti sejenak. Shena menatap pria yang berdiri di samping Doni dengan tatapan bingung.“Shena, kenalin, ini Kenzo.
Acara reuni masih terus berjalan. Satu per satu dari susunan acara mulai terealisasi. Pukul 12.00 siang hari acara dihentikan sejenak untuk beristirahat. Para tamu dalam reuni acara kampus tersebut mengambil beberapa camilan dari stand makanan yang sudah disiapkan oleh panitia acara.“Kamu mau ke mana?” tanya Dira saat melihat Arlan yang bangun dari kursinya.Arlan tidak langsung menjawab, dia merapikan setelan jas biru dongker yang dipakainya. Pun merapikan rambutnya juga. “Ada seseorang yang harus saya cari,” jawabnya tanpa menoleh ke Dira sedikit pun.“Siapa?” tanya Dira lagi. Dia memasang raut tanyanya, penasaran. “Shena?” tanya Dira semakin penasaran. Namun, Arlan tetap diam dan pergi meninggalkan tempatnya begitu saja. “Aneh.”Kembali ke ruang teater, mereka juga sedang beristirahat dari kesibukan mereka. Para pelakon drama segera menutup naskah mereka dan menyimpannya di atas meja. “Shena, kamu mau ke masjid?” tanya Sinta. Shena yang mendapat pertanyaan pun sontak mengangguk.
Pukul 09.45 pagi hari, Arlan telah sampai di kampusnya yang dulu. Dia datang ke acara tersebut dengan Dira. Para alumni pun sudah banyak yang datang, tetapi hanya beberapa yang masih Arlan kenal.Mereka segera mencari tempat duduk sebelum acara dimulai. Karena datang di waktu 15 menit sebelum acara dimulai, mereka akhirnya mendapat kursi di barisan belakang.“Mereka semua satu angkatan sama kamu?” tanya Dira seraya menunjuk sekumpulan pria yang sedang bercanda seraya menggendong anak masing-masing dengan matanya.Arlan sontak menoleh ke arah yang Dira tunjuk. “Saya tidak mengenal mereka.”“Aneh. Yang lain beneran reuni sama teman-teman lamanya. Lah, kenapa kamu diam aja di sini? Dulu kamu gak punya teman, ya? Ah, maksud aku ... kamu gak punya teman selain dia?” Mengerti dengan siapa yang Dira sebut ‘dia’, Arlan hanya mengembuskan napas beratnya. “Mungkin,” jawabnya singkat.“Wah ... gawat, sih, ini,” balas Dira seraya menggelengkan kepalanya pelan, lalu berdecak kecil secara berkali-
Waktu terus berjalan tanpa henti, semenjak penyelesaian gosip tentang Dira dan Arlan, pun dengan Shena juga. Shena akhirnya bisa kembali bekerja dengan penuh semangat seperti biasanya.Bukan hanya itu, Shena bahkan memiliki teman baru, yaitu Dira. Karena kedekatannya dengan Dira dan Arlan, para karyawan juga benar-benar menghormatinya. Mereka benar-benar merasa bersalah karena telah menuduh dan menyebut Shena sebagai wanita tidak tahu diri. Namun, semuanya telah berlalu dan Shena sudah tidak ingin membahasnya kembali.Satu hari sebelum acara reuni kampus dimulai. Berbagai macam dekorasi pun sudah terpasang di beberapa bagian. Kampus pun sontak dipenuhi oleh para mahasiswa dan mahasiswi yang akan tampil di acara tersebut. Dimulai dari eskul tari, marching band, taekwondo, paskibra, dan tentunya teater juga.Pukul 19.30 malam hari, anak teater kembali berkumpul untuk melakukan gladi resik. Mereka semua berkumpul di ruang tata panggung yang akan menjadi tempat mere
Jam istirahat telah datang. Seperti biasanya, Shena duduk di bangku panjang yang ada di belakang kantor. Dia membuka tasnya dan mengambil bekal untuk dia makan. Shena tiba-tiba terdiam saat melihat kotak bekal yang dia keluarkan.“Ini, kan, bekal buat mbak Dira,” gumamnya seraya terus menatap kotak bekal tersebut. Dia mengembuskan napasnya pasrah. “Tapi, kalau aku kasih nanti mbak Dira bakal mau gak, ya?”“Mau apa?” Suara Dira yang tiba-tiba sontak membuat Shena terkejut. Dia melihat Dira dan Arlan yang berjalan ke arahnya. “Mau apa?” tanya Dira mengulangi pertanyaannya.Shena menatap Dira dengan gugup, lalu memberikan kotak bekal yang dipegangnya untuk Dira. “Saya bawakan ini untuk Bu Dira,” ucap Shena dengan nada gugup.Melihat kotak bekal yang Shena sodorkan untuknya, Dira pun hanya terdiam. “Untuk saya?” tanyanya memastikan. Setelah mendapat anggukan dari Shena, Dira pun meneriman
Esokan harinya, Shena bangun jam lima pagi. Dia segera bangun dan melaksanakan salat subuh, lalu mencuci baju. Setelah selesai mencuci baju di jam setengah enam pagi, Shena mulai menggoreng risol-risol yang dibuatnya bersama Dira sore kemarin. Sekalian memasak untuk sarapan dan membawakan bekal untuk Arlan.Jam tujuh, semuanya telah selesai. Shena bergegas untuk mandi, sarapan, dan bersiap berangkat kerja. Seperti biasanya, Shena menunggu tukang ojek online di depan kosan. Setelah ojek datang, Shena segera naik, lalu melaju menuju ke kantor Arlan.Shena membawa wadah kotak yang berisi risol tersebut di pangkuannya. Tidak seperti yang dia harapkan, jalanan hari itu cukup padat hingga membuatnya merasa sedikit cemas karena takut terlambat.Namun, keberuntungan masih berpihak ke Shena. Dia berhasil datang pada pukul 07.50 waktu pagi hari, itu artinya dia berhasil datang sepuluh menit sebelum jam kerjanya dimulai. Setelah membayarkan ongkosnya, Shena segera bergegas masuk ke kantor. Namun
“Arlan!” seru Dira memanggil seraya membuka pintu ruang Arlan. Arlan yang mendengar seruan tersebut sontak memasang raut terkejutnya. “Aku punya berita besar buat kamu!”“Harus berapa kali saya bilang sama kamu buat ketuk pintu dulu sebelum masuk,” ucap Arlan menahan kekesalannya. “Ada apa?”Mendengar nada kesal dari Arlan, Dira hanya menunjukkan cengengesannya tanpa meminta maaf. Dia menutup kembali pintu tersebut dan menghampiri meja kerja Arlan, lalu duduk di bangku yang ada di depan meja Arlan.Dira melihat ke tas serut yang dikenalnya. “Loh, bukannya dia lagi libur, ya? Kok, bisa dapat gitu?”Mengerti dengan ke mana arah tatapan Dira, Arlan mengangguk. “Dia mengutus tukang ojek, lalu dititipkan ke satpam di depan seperti biasanya.”“Dia perhatian banget, ya. Kemarin malam juga dia nolongin aku dari penjahat.”Mendengar itu, Arlan sontak menoleh. &l
Satu minggu telah berlalu. Namun, gosip kedekatan Arlan dan Dira masih saja belum hilang. Shena yang terus-terusan mendapat omongan tidak enak dari para karyawan pun hanya bisa tutup telinga dan berpura-pura untuk tidak peduli. Meskipun gosip tentangnya yang semakin hari semakin memanas, Shena tetap tidak bisa melawannya. Terus berusaha menghindari Arlan agar gosip tersebut tidak semakin menyebar hingga keluar benar-benar melelahkan baginya. Karena gosip tersebut, semangat kerja Shena pun perlahan menghilang. Mendengar hal buruk tentangnya dari orang lain, mendengar orang-orang yang mendukung hubungan Arlan dan Dira, lalu melihat secara langsung dari kedekatan antara keduanya. Shena hanya bisa mengembuskan napasnya pasrah berkali-kali setiap mendengar para karyawan yang membicarakannya secara terang-terangan. Tidak ingin terjadi keributan, Shena bergegas pergi ke ruang lainnya. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Arlan dan Dira yang sedang berjalan berdampingan untuk masuk ke k