Carlos menyeringai sinis. Lalu dengan acuh tak acuh dia menjawa, “Dia tipe gadis yang kusukai. Aku tertarik padanya sejak pertama kali kami bertemu.”Mulut Victoria membulat membentuk huruf O. Kemudian wanita itu kembali bertanya, “Kalau memang menyukainya, kenapa harus buru-buru menikah, Nak? Kalia bisa berpacaran dulu, kan. Buat saling mengenali pribadi masing-masing.”Carlos tergelak mendengar ide ibu kandungnya itu. Entah kenapa suara tawanya terdengar mengerikan di telinga Victoria. Wanita itu berusaha menguasai perasaannya dengan tetap bersikap tenang. Dia tak boleh terpancing dengan sikap arogan anaknya ini. Sikap yang diwarisi Carlos dari dirinya.“Aku ini sudah dewasa, Ma. Sudah dipercaya memimpin perusahaan besar dan membawahi ratusan karyawan. Aku butuh pasangan yang mengurusku sepulang kerja dan menikmati hidup. Kalau masih harus melakukan penjajakan lagi, itu artinya bukan aku yang diurus, tapi akulah yang mengurus pasanganku. Itu sama sekali tidak sesuai dengan tujuank
Sementara itu Joy yang merasa tidak nyaman dengan suasana formal di rumah itu kemudian bertanya lugu pada tantenya, “Tante Mira, apakah kita masih lama di sini? Joy sudah bosan.”Miranda yang kaget mendengar pertanyaan keponakannya langsung mengacungkan jari telunjuk di depan bibir, memberi tanda agar Joy diam. Anak itu langsung mengerti. Dia segera menutup mulutnya. Namun ekspresi wajahnya berubah jadi cemberut. Victoria yang melihat hal itu langsung menyeletuk, “Oh, maafkan Oma ya, Joy. Lupa menyiapkan kue dan minuman buatmu. Sebentar, ya,”“Oh, nggak usah repot-repot, Tante Victoria,” kata Miranda sungkan. “Tadi di rumah Joy sudah makan, kok. Iya kan, Sayang?”Tatapan tajam tantenya membuat anak laki-laki itu tak berkutik. Dia mengangguk pasrah. Victoria tersenyum sinis. Wanita itu lalu menoleh pada putra kandungnya, “Carlos, sepertinya Joy merasa kurang nyaman di rumah kita. Terlalu sepi mungkin. Kamu ajak Miranda dan Joy ke mal aja sekarang. Yang penting kita kan sudah sepakat b
Akhirnya bulan madu nan romantis itu selesai sudah. Cinderella bersama pangerannya kembali ke dunia nyata. Mereka pulang ke kota Surabaya dan tinggal bersama Joy di rumah baru berlantai dua dengan fasilitas kolam renang outdoor dan golf view. Rumah pilihan Miranda. Tempat dimana Carlos melamar dan menyematkan cincin berlian di jari manisnya.Lukas yang mengantar anaknya ke rumah Miranda tak ingin berlama-lama agar tak terlihat oleh Carlos. Dia tak mau mempersulit keadaan Miranda. Carlos sudah mewanti-wanti istrinya agar tak sering-sering bertemu dengan Lukas. Karena bagaimanapun juga adik iparnya itu dulu pernah menjadi kekasihnya.“Joy baik-baik tinggal di sini sama Tante Mira, ya,” pesan Lukas pada anaknya. “Yang nurut. Jangan nakal, ok?”“Papa kok cepat sekali pulangnya?” keluh Joy sedih. “Papa kan belum lihat kolam renang di halaman belakang. Bagus, lho.”Lukas tersenyum simpul. Sempat terlihat olehnya ekspresi wajah Miranda yang tegang saat mendengar kata-kata Joy barusan.Pasti
Tiba-tiba sebuah pikiran buruk muncul dalam benak Miranda. Jangan-jangan Carlos sudah merasa bosan terhadap dirinya. Pria itu tampan dan kaya raya. Pasti tak sedikit perempuan yang dulu keluar-masuk dalam hidupnya. Saking Miranda tidak berani menanyakan hal tersebut pada suaminya. Hati wanita itu dapat merasakan bahwa suaminya tidak suka ditanya-tanyai tentang masa lalunya. Beberapa kali Miranda sempat nyelimur tentang masa kecil maupun masa remaja Carlos, namun tak mendapatkan respon yang memuaskan.Dengan sikap acuh tak acuh pria itu menjawab, “Masa kecilku tak ada bedanya dengan anak-anak lainnya, Mir. Main, sekolah, les. Itu saja. Terus waktu remaja aku kadang merokok sama teman-teman di sekolah. Terus nyoba minum minuman keras, nonton film porno, ya gitu-gitulah. Waktu SMA mulai mencicipi rasanya clubbing. Biasa-biasa aja kan, hidupku dulu?”Setelah itu Carlos pergi meninggalkan istrinya dan masuk ke dalam kamar mandi. Miranda cuma bisa mengelus dada melihat sikap suaminya terseb
Kemudian anak itu spontan berkata, “Joy pikir setelah tinggal di sini, kita akan lebih sering main bareng, Om. Ternyata Om Carlos makin sibuk. Enakan dulu waktu Joy masih tinggal di rumah yang lama. Dulu Om Carlos sering datang dan mengajak Joy main.”Tiba-tiba terdengar suara meja makan dipukul dengan sangat keras. Miranda dan Joy sama-sama terkejut. Kengerian terpancar dari ekspresi wajah mereka berdua. Sorot mata Carlos menyala-nyala bagaikan siap menerkam dua orang itu.“Joy, jaga mulutmu! Kamu seharusnya bersyukur sudah pindah ke rumah yang jauh lebih besar dan mewah seperti ini. Segala fasilitas ada. Kolam renang, taman untuk bermain, ayunan dan macam-macam lagi yang sudah Om sediakan buatmu. Kalau kamu memang tidak puas dengan semuanya itu, ya sudah. Balik saja ke rumah kalian yang dulu. Om tak akan menghalang-halangi!”Selanjutnya laki-laki itu bangkit berdiri dan berjalan cepat meninggalkan ruang makan. Dia langsung keluar rumah untuk berangkat ke kantor. Air mata Joy tumpah
Miranda lalu berkata pada si sopir agar bersama-sama dengannya memapah Carlos hingga sampai ke kamar tidur mereka di lantai dua. Pria itu mengiyakan. Tubuh tuannya memang berat sekali dan harus dipapah dua orang untuk naik ke atas.Beberapa menit kemudian tubuh Carlos telah dibaringkan di atas tempat tidur mewah miliknya. Miranda mengucapkan terima kasih pada sopirnya dan memberi pria itu uang tip. Laki-laki itu menerimanya sembari mengucapkan terima kasih juga.Setelah mengantar sopirnya kembali ke lantai satu dan menutup pintu depan rumah, Miranda mendesah penuh kekecewaan. Dipandanginya tangga melingkar yang menuju ke lantai dua dengan perasaan masygul. Dia enggan sekali meniti anak-anak tangga itu lagi. Malas melihat wajah Carlos dan mencium aroma tubuhnya yang dipenuhi bau alkohol.Tapi kalau besok pagi dia terbangun dan tahu aku tidak tidur di sampingnya, terus bagaimana? batin wanita itu cemas. Aku takut Carlos akan memarahiku dan Joy mengetahuinya. Suasana rumah ini akan semak
Setelah bercinta penuh gelora dengan istrinya pagi itu di dalam kamar mandi, Carlos pergi ke kantor dengan penuh sukacita. Kelihatannya pengaruh alkohol sudah menghilang dari tubuhnya. Miranda merasa lega.“Om Carlos kelihatan ceria hari ini, Tante Mira,” puji Joy saat diantar Miranda berangkat ke sekolah. “Joy diajak bergurau tadi. Senang sekali rasanya. Om Carlos yang ramah sudah kembali lagi. Hehehe….”Si tante tersenyum manis. Dia senang hubungan suaminya dengan Joy membaik. Carlos juga cepat sekali pulih dari pengaruh alkohol.Barangkali karena hasratnya tadi sudah disalurkan padaku di kamar mandi, batin Miranda kecut. Sikapnya masih agak kasar, tapi aku rasanya sudah mulai terbiasa. Kemaluanku juga tidak sesakit kemarin. Apa jangan-jangan sudah kebal, ya?“Tante, Joy kangen sekali sama Papa. Bisakah nanti sepulang sekolah kita pergi ketemu Papa?” tanya si keponakan membuyarkan lamunan Miranda.Wanita itu langsung mengangguk. “Ok deh, Joy. Nanti Tante telepon Papa Lukas, ya. Bi
Aku sudah salah memilih suami, jerit wanita itu dalam hati. Benar-benar salah. Aku silau oleh harta kekayaannya semata. Dan sekarang aku menuai akibatnya!Carlos bagaikan kesetanan. Setelah berkali-kali menampar wajah Miranda, dilucutinya pakaian istrinya itu dengan kasar. Wanita itu tersentak. Dia membuka mata. Wajah suaminya tampak garang sekali bagaikan binatang buas. Napasnya memburu bagaikan serigala yang siap menerkam Miranda bulat-bulat.Kejadian selanjutnya bagaikan film horor yang menimbulkan trauma mendalam bagi wanita itu. Dua bukit kembarnya sakit sekali akibat terkaman Carlos yang seperti binatang liar tanpa perasaan. Belum lagi bagian inti kewanitaannya. Terasa nyeri sekali. Miranda bahkan tak bisa menutup rapat kedua kakinya begitu kejadian mengerikan itu selesai.Aku diperkosa oleh suamiku sendiri. Sungguh menyesal aku menikah denganmu, Carlos Martin. Menyesal! teriak wanita itu dalam hati. Air matanya mengalir deras sekali. Tapi dirinya sama sekali tak mengeluarkan su