Share

Bab 6

Author: Aall
last update Huling Na-update: 2025-04-20 15:03:55

Bab 6: Di Antara Sorotan dan Rahasia

Suasana kantor berubah drastis dalam waktu kurang dari tiga hari. Media mulai mencium aroma skandal yang menguar dari balik dinding kaca gedung megah tempat Adrian memimpin. Sebuah artikel anonim muncul di salah satu portal berita finansial, menyebutkan "seorang CEO muda dari perusahaan teknologi ternama" yang menyembunyikan masa lalu kelam di Eropa. Meski nama Adrian tidak disebutkan langsung, deskripsi dalam artikel itu terlalu rinci untuk dianggap kebetulan.

Sophie membacanya di ruang pantry, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Kata demi kata seperti pisau yang mengiris bayangan sempurna yang selama ini berusaha Adrian bangun.

"Kalau berita ini benar, bisa jadi perusahaan kita bakal jatuh," gumam Rina, salah satu staf keuangan.

"Gila ya... masa lalu kayak gitu bisa keangkat lagi," sahut Leo, staf marketing.

Sophie menutup peramban di ponselnya, berusaha menenangkan diri. Ia tahu ini bukan saatnya panik. Namun, dalam hatinya, ada kecemasan lain yang tak bisa ia kendalikan—bagaimana jika kepercayaan yang Adrian berikan padanya justru menjadi kelemahan yang bisa dimanfaatkan orang lain?

---

Hari itu juga, Adrian mengadakan rapat darurat dengan semua divisi utama. Sophie duduk di belakang, mencatat poin-poin penting sambil mengamati ekspresi Adrian yang tampak lebih tegang dari biasanya.

"Aku tidak akan menyangkal bahwa masa laluku bukan hal yang mudah. Tapi aku berdiri di sini bukan karena aku bersembunyi, melainkan karena aku bertanggung jawab atas setiap keputusan yang kuambil," ucap Adrian lantang.

Beberapa kepala mengangguk pelan, namun tak sedikit pula yang masih tampak ragu. Dunia korporat memang kejam. Tidak cukup hanya dengan kerja keras—reputasi adalah segalanya.

Setelah rapat selesai, Adrian memanggil Sophie ke ruangannya.

"Kita harus bicara."

Sophie mengangguk, lalu masuk dan menutup pintu.

"Aku butuh bantuanmu buat menyusun pernyataan resmi perusahaan. Tapi bukan itu saja. Aku juga butuh kamu untuk jadi penghubung antara aku dan beberapa investor. Kamu tahu cara bicara yang tenang, dan mereka sudah mengenalmu."

"Baik, saya siap," jawab Sophie cepat.

Adrian mengangguk, menatapnya dalam. "Dan satu lagi. Aku tahu ini bisa membahayakan kamu. Kalau kamu merasa tidak nyaman, kamu boleh menolak. Aku tidak akan menganggap kamu tidak setia."

Sophie tersenyum tipis. "Saya tetap di sini karena saya percaya Anda. Bukan karena terpaksa."

Adrian tak menjawab. Namun, dari sorot matanya, Sophie tahu ia menghargai itu lebih dari apa pun.

---

Malam harinya, Sophie bekerja lembur menyiapkan dokumen klarifikasi. Ia duduk sendirian di ruang rapat, ditemani kopi dingin dan laptop yang menyala. Di luar, hujan turun deras.

Tiba-tiba, pintu diketuk. Adrian masuk, membawakan dua kotak makanan.

"Kamu belum makan, kan?"

Sophie terkekeh. "Kamu? Eh, maksud saya... Bapak CEO beliin saya makan malam?"

Adrian menarik kursi dan duduk di sebelahnya. "Anggap saja sebagai bentuk terima kasih. Atau suap, biar kamu terus bela aku."

Sophie membuka kotak nasi goreng dan mulai makan. Suasana hening, tapi nyaman.

"Sophie," ucap Adrian perlahan, "kamu pernah merasa... semua orang melihat kamu seperti kamu bukan siapa-siapa?"

Sophie mengangkat kepala, menatapnya. "Iya. Bahkan waktu aku kuliah. Anak-anak lain dari keluarga pengusaha. Aku? Anak single mom yang buka laundry kiloan."

Adrian terdiam sejenak. "Kadang aku juga merasa seperti itu. Di mata mereka, aku cuma pewaris yang gagal. Bukan orang yang membangun perusahaan dari nol."

"Tapi saya lihatnya beda."

"Kenapa?"

"Karena saya lihat kamu sebagai orang yang jatuh, tapi bangkit lagi. Dan itu lebih keren dari semua gelar atau warisan."

Mata mereka bertemu. Tatapan itu tak lagi sekadar profesional. Ada kehangatan, pengertian, dan sesuatu yang belum mereka ucapkan.

---

Keesokan paginya, Sophie menjadi juru bicara perusahaan dalam video internal yang dikirim ke semua investor. Dengan suara tenang dan bahasa yang sopan, ia menyampaikan bahwa perusahaan tetap sehat secara finansial dan segala tuduhan yang beredar tidak berdasar hukum. Adrian berdiri di belakang kamera, memperhatikan setiap kata.

Usai video direkam, Adrian menghampirinya dan berkata pelan, "Kamu luar biasa."

Sophie tertawa kecil. "Saya cuma baca skrip yang kamu tulis."

"Bukan. Cara kamu bawakan. Kepercayaan kamu. Itu yang bikin beda."

---

Namun, badai belum benar-benar reda.

Beberapa wartawan mulai mencoba menyusup ke area gedung, berpura-pura menjadi tamu atau kurir. HRD harus menambah petugas keamanan. Bahkan, beberapa surel ancaman anonim mulai masuk ke akun email Adrian.

Sophie mulai merasa cemas. Ia tahu Adrian kuat, tetapi dia juga manusia. Ia bisa lelah, bisa takut.

Dan malam itu, ketakutannya menjadi kenyataan.

Adrian menghilang.

Ponselnya tidak aktif. Sopir pribadinya tidak tahu ke mana dia pergi. Bahkan tim direksi pun panik.

Sophie mencoba menenangkan diri. Ia ingat satu hal: tempat favorit Adrian.

Ia memanggil taksi dan meluncur ke arah taman kecil di sisi kota—taman yang pernah diceritakan Adrian sebagai tempat ia sering duduk saat pertama kali datang ke Indonesia.

Dan benar saja. Di bangku taman yang sepi, dalam hujan gerimis, Adrian duduk dengan jas basah kuyup, menatap langit gelap.

"Kenapa kamu ke sini?" tanya Sophie pelan, berjalan mendekat dengan payung.

Adrian menoleh. Matanya merah, entah karena lelah atau karena air hujan.

"Aku cuma... butuh sebentar untuk jadi bukan siapa-siapa."

Sophie duduk di sebelahnya. Payungnya hanya cukup untuk satu orang, jadi mereka berdua tetap basah. Tapi tidak ada yang peduli.

"Kamu nggak sendiri," ucap Sophie.

Adrian menatapnya. Lama.

"Kenapa kamu masih di sini?"

"Karena saya peduli. Bukan sebagai sekretaris. Tapi sebagai Sophie."

Dan saat itu, di tengah hujan yang menari di atas aspal dan daun, Adrian perlahan menggenggam tangan Sophie. Tak ada kata-kata romantis, tak ada pengakuan cinta. Hanya genggaman diam yang lebih kuat dari segala janji.

---

Hari-hari berikutnya tetap berat. Namun, ada kekuatan baru yang muncul dari kebersamaan mereka. Sophie menjadi penopang dalam diam, tempat Adrian kembali saat dunia terasa berat.

Adrian mulai bicara lebih terbuka. Tentang rasa takut. Tentang rasa bersalah pada ibunya yang kini tinggal di rumah sakit di Paris. Tentang adik laki-lakinya yang memutuskan hubungan karena percaya rumor itu.

Sophie mendengarkan. Kadang membalas. Kadang hanya menggenggam tangannya.

Namun, hubungan itu tetap tak bisa diumumkan. Mereka masih CEO dan sekretaris. Dan dunia masih terlalu kejam untuk kisah cinta yang tumbuh dalam bayang-bayang.

Tapi mereka tahu satu hal cinta itu nyata, meski tersembunyi.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 7

    Bab 7 - Paris, Rahasia, dan Sebuah PelukanSophie menatap boarding pass di tangannya dengan detak jantung tak menentu. Paris. Kota yang hanya pernah ia lihat dari layar laptop dan mimpi-mimpinya yang paling liar. Tapi sekarang, ia akan terbang ke sana—bukan sebagai turis, melainkan sebagai satu-satunya orang yang dipercaya Adrian untuk menemani perjalanan menghadapi masa lalu.Bandara Soekarno-Hatta malam itu terasa lebih sibuk dari biasanya. Adrian muncul dengan setelan kasual serba hitam, tanpa pengawalan. Ia terlihat berbeda—lebih tenang, tapi juga lebih rapuh. Ia menatap Sophie dari kejauhan, lalu mengangguk pelan. Sophie membalas dengan langkah mantap, walau dalam hatinya ada gejolak yang tak bisa ia redam."Siap?" tanya Adrian singkat."Siap," jawab Sophie, meski kakinya terasa gemetar.Mereka duduk berdampingan di business class, tetapi tak banyak bicara. Hanya sesekali saling menatap, saling memahami bahwa tak semua rasa perlu dijelaskan dengan kata-kata.---Paris menyambut m

    Huling Na-update : 2025-04-21
  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 8

    Bab 8 – Dinding yang Retak di Balik Kilau Kemewahan Paris memang kota cinta. Tapi tidak semua cinta yang bersemi di Paris berakhir dengan tawa. Ada pula yang berbalut luka, terselubung dalam senyum manis, dan disimpan rapat di balik dinding marmer hotel berbintang lima. Sophie duduk di balkon kamar hotel, menatap langit sore Paris yang mulai meremang kejinggaan. Secangkir teh yang mulai dingin terletak di meja kecil di sampingnya, nyaris tak tersentuh sejak Adrian keluar dua jam yang lalu. Ia tak bilang hendak ke mana, hanya mengatakan ada pertemuan penting yang harus dihadiri. Pertemuan penting. Kalimat itu terdengar terlalu akrab di telinga Sophie selama beberapa bulan terakhir. Selalu ada yang 'penting', yang mengalahkan kebersamaan mereka. Ia memutar cincinnya di jari manis. Masih di sana. Tapi rasanya makin longgar. Pintu kamar berderit pelan. Adrian masuk, menenteng jaket dan koper kecil. Wajahnya terli

    Huling Na-update : 2025-04-22
  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 9

    Bab 9 – Ketika Masa Lalu Mengetuk Pintu Paris telah mengubah arah angin hubungan mereka. Tapi angin yang tenang pun bisa menyimpan badai. Hari-hari setelah percakapan di balkon terasa seperti embun pagi: sejuk, damai, namun mudah menguap. Adrian benar-benar berubah. Ia menyempatkan waktu untuk menemani Sophie, berjalan berdua menyusuri Montmartre, mengabadikan momen di bawah Menara Eiffel, hingga bersantai bersama di taman Tuileries. Mereka kembali menjadi pasangan, bukan hanya dua orang yang tinggal di kamar hotel yang sama. Namun, Sophie tahu: sesuatu masih disembunyikan Adrian. Tatapannya yang kadang kosong, telepon yang tiba-tiba harus dijawab di balkon, dan nama “Elena” yang terucap pelan saat Adrian mengigau di malam hari. ** Hari ke-7 di Paris, mereka berada di sebuah restoran Italia klasik di Rue Cler. Lampu-lampu temaram berpendar lembut, menyinari pasta dan gelas anggur yang belum disentuh.

    Huling Na-update : 2025-04-23
  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 10

    Bab 10 – Jejak Bayangan di Antara Kita Hening menyergap mobil yang melaju pulang ke Paris malam itu. Sophie menyadari perubahan ekspresi Adrian. Tangannya yang tadinya menggenggam setir dengan tenang, kini mulai mengencang. Matanya tidak lagi hangat seperti tadi sore di danau. Ia menegang, seperti seseorang yang baru mendengar kabar buruk dari dunia yang lama ingin ia lupakan. Sophie melirik ponselnya, berharap bisa mengintip pesan yang membuat kekasihnya begitu gelisah. Namun Adrian dengan cepat menyembunyikannya di balik jaket. “Semua baik-baik saja?” tanya Sophie, berusaha lembut. Adrian hanya mengangguk. Tapi diamnya lebih keras dari teriakan. Sophie tahu, ia baru saja kalah oleh sesuatu yang belum ia kenali. ** Keesokan paginya, Sophie bangun di hotel tanpa Adrian di sisinya. Sebuah catatan diletakkan di meja dekat tempat tidur: Aku harus menemui seseorang. Jangan khawatir.

    Huling Na-update : 2025-04-24
  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 1

    Bab 1 - Langkah Pertama Pagi itu, suasana di kantor pusat Ward Corporation begitu sibuk. Langkah-langkah kaki di lantai marmer yang mengilap terdengar jelas di antara deru mesin dan percakapan para pegawai yang sibuk mengurus urusan masing-masing. Semua tampak rapi dan teratur, seperti yang diinginkan oleh sang CEO, Adrian Ward. Sophie, yang baru saja diterima sebagai sekretaris baru, melangkah hati-hati di lorong panjang yang memisahkan ruangannya dengan kantor Adrian. Rambutnya yang hitam legam tergerai rapi di bawah bahu, dan matanya yang tajam memantulkan kekhawatiran dan harapan yang bercampur aduk. Ini adalah hari pertamanya bekerja di Ward Corporation, dan meskipun ia sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin, ada rasa cemas yang terus menggelayuti hatinya. Bertemu dengan Adrian Ward, sang CEO yang terkenal dingin dan misterius, adalah sesuatu yang membuat jantungnya berdegup lebih cepat. Tidak ada yang tahu pasti siapa Adrian Ward sebenarnya. Di luar kantor, ia hanya dikenal

    Huling Na-update : 2025-04-20
  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 2

    Bab 2 – Dinginnya Hati, Hangatnya LangkahHari-hari pertama Sophie di Ward Corporation berlalu dengan cepat, namun tak sedikit pun ia merasa bisa menyesuaikan diri sepenuhnya. Setiap kali bertemu Adrian, sikap dinginnya yang penuh misteri terus mengguncang perasaan Sophie. Meskipun mereka hanya berbicara tentang pekerjaan, jadwal rapat, pengaturan dokumen, atau soal telepon yang perlu diurus—ada sebuah ketegangan yang tak terucapkan di antara mereka.Pagi ini, Sophie masuk lebih awal dari biasanya. Ia ingin memastikan semuanya terorganisasi dengan baik sebelum Adrian tiba di kantor. Suara klakson mobil dan keramaian kota sudah mulai mengalun di luar gedung, sementara Sophie mempersiapkan secangkir kopi panas di pantry kecil dekat ruangannya. Ketika ia kembali ke mejanya, ia mendengar langkah kaki yang mendekat—langkah yang sudah sangat familiar.Adrian Ward. Tentu saja, siapa lagi yang akan datang lebih awal selain dia?Sophie menahan napas, mencoba tetap tenang, dan melanjutkan peker

    Huling Na-update : 2025-04-20
  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 3

    Bab 3: Di Antara Rahasia dan PerasaanBeberapa minggu berlalu sejak hari pertama Sophie bekerja di Ward Corporation. Meskipun ia merasa mulai terbiasa dengan rutinitasnya, ada satu hal yang terus menghantuinya—perasaan yang semakin kuat terhadap Adrian Ward. Semakin sering mereka bertemu, semakin banyak pula ia menemukan sisi-sisi kecil dari sang CEO yang jarang terungkap pada orang lain.Meskipun tetap dingin dan tertutup, Adrian seolah memiliki cara untuk membuat Sophie merasa spesial, walaupun tak pernah diucapkan secara terang-terangan.Pagi ini, seperti biasa, Sophie tiba lebih awal dari yang lain. Ia tahu bahwa Adrian akan datang tepat waktu, dan ia ingin memastikan segalanya siap. Namun, hari ini ada yang berbeda. Pada rapat yang dijadwalkan siang nanti, Adrian sudah meminta Sophie untuk mempersiapkan presentasi penting—sesuatu yang cukup jarang terjadi. Biasanya, ia hanya diberi tugas administratif, tetapi kali ini ada sesuatu yang mengarah pada tanggung jawab yang lebih besar

    Huling Na-update : 2025-04-20
  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 4

    Bab 4: Getaran yang Tak Bisa DijelaskanSuasana kantor mulai lengang saat jam menunjukkan pukul lima sore. Beberapa karyawan mulai berkemas, ada yang masih duduk menyelesaikan pekerjaan, tetapi kebanyakan sudah menghela napas lega, bersiap menyambut kebebasan usai jam kerja.Sophie masih duduk di balik mejanya, jemarinya menari di atas keyboard laptop, menyelesaikan laporan keuangan mingguan yang harus masuk malam ini. Namun, bukan angka-angka yang memenuhi pikirannya. Sejak pagi, pikirannya sudah tidak sinkron dengan tubuhnya. Semua bermula dari ucapan Adrian kemarin sore di ruangannya.“Lebih dari sekadar sekretaris.”Kalimat itu berulang kali terngiang di kepalanya, seperti gema yang menolak reda. Ia berusaha menepisnya, menyibukkan diri dengan pekerjaan, bahkan mengganti playlist Spotify-nya ke lagu-lagu rock agar tidak terlalu larut dalam pikiran, tetapi tetap saja bayangan Adrian datang seperti siluet yang enggan pergi.Apalagi pagi tadi, pria itu muncul dengan memegang kopi han

    Huling Na-update : 2025-04-20

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 10

    Bab 10 – Jejak Bayangan di Antara Kita Hening menyergap mobil yang melaju pulang ke Paris malam itu. Sophie menyadari perubahan ekspresi Adrian. Tangannya yang tadinya menggenggam setir dengan tenang, kini mulai mengencang. Matanya tidak lagi hangat seperti tadi sore di danau. Ia menegang, seperti seseorang yang baru mendengar kabar buruk dari dunia yang lama ingin ia lupakan. Sophie melirik ponselnya, berharap bisa mengintip pesan yang membuat kekasihnya begitu gelisah. Namun Adrian dengan cepat menyembunyikannya di balik jaket. “Semua baik-baik saja?” tanya Sophie, berusaha lembut. Adrian hanya mengangguk. Tapi diamnya lebih keras dari teriakan. Sophie tahu, ia baru saja kalah oleh sesuatu yang belum ia kenali. ** Keesokan paginya, Sophie bangun di hotel tanpa Adrian di sisinya. Sebuah catatan diletakkan di meja dekat tempat tidur: Aku harus menemui seseorang. Jangan khawatir.

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 9

    Bab 9 – Ketika Masa Lalu Mengetuk Pintu Paris telah mengubah arah angin hubungan mereka. Tapi angin yang tenang pun bisa menyimpan badai. Hari-hari setelah percakapan di balkon terasa seperti embun pagi: sejuk, damai, namun mudah menguap. Adrian benar-benar berubah. Ia menyempatkan waktu untuk menemani Sophie, berjalan berdua menyusuri Montmartre, mengabadikan momen di bawah Menara Eiffel, hingga bersantai bersama di taman Tuileries. Mereka kembali menjadi pasangan, bukan hanya dua orang yang tinggal di kamar hotel yang sama. Namun, Sophie tahu: sesuatu masih disembunyikan Adrian. Tatapannya yang kadang kosong, telepon yang tiba-tiba harus dijawab di balkon, dan nama “Elena” yang terucap pelan saat Adrian mengigau di malam hari. ** Hari ke-7 di Paris, mereka berada di sebuah restoran Italia klasik di Rue Cler. Lampu-lampu temaram berpendar lembut, menyinari pasta dan gelas anggur yang belum disentuh.

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 8

    Bab 8 – Dinding yang Retak di Balik Kilau Kemewahan Paris memang kota cinta. Tapi tidak semua cinta yang bersemi di Paris berakhir dengan tawa. Ada pula yang berbalut luka, terselubung dalam senyum manis, dan disimpan rapat di balik dinding marmer hotel berbintang lima. Sophie duduk di balkon kamar hotel, menatap langit sore Paris yang mulai meremang kejinggaan. Secangkir teh yang mulai dingin terletak di meja kecil di sampingnya, nyaris tak tersentuh sejak Adrian keluar dua jam yang lalu. Ia tak bilang hendak ke mana, hanya mengatakan ada pertemuan penting yang harus dihadiri. Pertemuan penting. Kalimat itu terdengar terlalu akrab di telinga Sophie selama beberapa bulan terakhir. Selalu ada yang 'penting', yang mengalahkan kebersamaan mereka. Ia memutar cincinnya di jari manis. Masih di sana. Tapi rasanya makin longgar. Pintu kamar berderit pelan. Adrian masuk, menenteng jaket dan koper kecil. Wajahnya terli

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 7

    Bab 7 - Paris, Rahasia, dan Sebuah PelukanSophie menatap boarding pass di tangannya dengan detak jantung tak menentu. Paris. Kota yang hanya pernah ia lihat dari layar laptop dan mimpi-mimpinya yang paling liar. Tapi sekarang, ia akan terbang ke sana—bukan sebagai turis, melainkan sebagai satu-satunya orang yang dipercaya Adrian untuk menemani perjalanan menghadapi masa lalu.Bandara Soekarno-Hatta malam itu terasa lebih sibuk dari biasanya. Adrian muncul dengan setelan kasual serba hitam, tanpa pengawalan. Ia terlihat berbeda—lebih tenang, tapi juga lebih rapuh. Ia menatap Sophie dari kejauhan, lalu mengangguk pelan. Sophie membalas dengan langkah mantap, walau dalam hatinya ada gejolak yang tak bisa ia redam."Siap?" tanya Adrian singkat."Siap," jawab Sophie, meski kakinya terasa gemetar.Mereka duduk berdampingan di business class, tetapi tak banyak bicara. Hanya sesekali saling menatap, saling memahami bahwa tak semua rasa perlu dijelaskan dengan kata-kata.---Paris menyambut m

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 6

    Bab 6: Di Antara Sorotan dan RahasiaSuasana kantor berubah drastis dalam waktu kurang dari tiga hari. Media mulai mencium aroma skandal yang menguar dari balik dinding kaca gedung megah tempat Adrian memimpin. Sebuah artikel anonim muncul di salah satu portal berita finansial, menyebutkan "seorang CEO muda dari perusahaan teknologi ternama" yang menyembunyikan masa lalu kelam di Eropa. Meski nama Adrian tidak disebutkan langsung, deskripsi dalam artikel itu terlalu rinci untuk dianggap kebetulan.Sophie membacanya di ruang pantry, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Kata demi kata seperti pisau yang mengiris bayangan sempurna yang selama ini berusaha Adrian bangun."Kalau berita ini benar, bisa jadi perusahaan kita bakal jatuh," gumam Rina, salah satu staf keuangan."Gila ya... masa lalu kayak gitu bisa keangkat lagi," sahut Leo, staf marketing.Sophie menutup peramban di ponselnya, berusaha menenangkan diri. Ia tahu ini bukan saatnya panik. Namun, dalam hatinya, ada kecemasan

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 5

    Bab 5: Rahasia di Balik Tatapan DinginHari-hari setelah pertemuan di rooftop berubah menjadi teka-teki baru bagi Sophie. Tatapan Adrian kini berbeda. Tak lagi sekadar menilai atau memberi perintah—ada kelembutan tersembunyi di sana, seolah ia berbicara tanpa suara. Namun, kedekatan mereka tak sepenuhnya bebas. Mereka masih berada dalam ruang lingkup profesional, terikat etika kantor, dan kerumitan perasaan yang masih samar.Pagi itu, Sophie tiba di kantor lebih awal dari biasanya. Ia ingin menyelesaikan laporan presentasi untuk dewan direksi, tapi juga ada rasa tak sabar untuk sekadar melihat Adrian lagi—meski hanya sekilas, dari balik kaca ruangannya.Namun, suasana kantor hari ini tampak berbeda. Ada bisik-bisik di antara karyawan, dan suasana terasa agak tegang. Beberapa staf terlihat membicarakan sesuatu dengan ekspresi serius.Sophie melirik ke arah ruang rapat kecil di ujung koridor. Terdapat dua orang pria berjas yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Mereka membawa berkas teb

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 4

    Bab 4: Getaran yang Tak Bisa DijelaskanSuasana kantor mulai lengang saat jam menunjukkan pukul lima sore. Beberapa karyawan mulai berkemas, ada yang masih duduk menyelesaikan pekerjaan, tetapi kebanyakan sudah menghela napas lega, bersiap menyambut kebebasan usai jam kerja.Sophie masih duduk di balik mejanya, jemarinya menari di atas keyboard laptop, menyelesaikan laporan keuangan mingguan yang harus masuk malam ini. Namun, bukan angka-angka yang memenuhi pikirannya. Sejak pagi, pikirannya sudah tidak sinkron dengan tubuhnya. Semua bermula dari ucapan Adrian kemarin sore di ruangannya.“Lebih dari sekadar sekretaris.”Kalimat itu berulang kali terngiang di kepalanya, seperti gema yang menolak reda. Ia berusaha menepisnya, menyibukkan diri dengan pekerjaan, bahkan mengganti playlist Spotify-nya ke lagu-lagu rock agar tidak terlalu larut dalam pikiran, tetapi tetap saja bayangan Adrian datang seperti siluet yang enggan pergi.Apalagi pagi tadi, pria itu muncul dengan memegang kopi han

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 3

    Bab 3: Di Antara Rahasia dan PerasaanBeberapa minggu berlalu sejak hari pertama Sophie bekerja di Ward Corporation. Meskipun ia merasa mulai terbiasa dengan rutinitasnya, ada satu hal yang terus menghantuinya—perasaan yang semakin kuat terhadap Adrian Ward. Semakin sering mereka bertemu, semakin banyak pula ia menemukan sisi-sisi kecil dari sang CEO yang jarang terungkap pada orang lain.Meskipun tetap dingin dan tertutup, Adrian seolah memiliki cara untuk membuat Sophie merasa spesial, walaupun tak pernah diucapkan secara terang-terangan.Pagi ini, seperti biasa, Sophie tiba lebih awal dari yang lain. Ia tahu bahwa Adrian akan datang tepat waktu, dan ia ingin memastikan segalanya siap. Namun, hari ini ada yang berbeda. Pada rapat yang dijadwalkan siang nanti, Adrian sudah meminta Sophie untuk mempersiapkan presentasi penting—sesuatu yang cukup jarang terjadi. Biasanya, ia hanya diberi tugas administratif, tetapi kali ini ada sesuatu yang mengarah pada tanggung jawab yang lebih besar

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 2

    Bab 2 – Dinginnya Hati, Hangatnya LangkahHari-hari pertama Sophie di Ward Corporation berlalu dengan cepat, namun tak sedikit pun ia merasa bisa menyesuaikan diri sepenuhnya. Setiap kali bertemu Adrian, sikap dinginnya yang penuh misteri terus mengguncang perasaan Sophie. Meskipun mereka hanya berbicara tentang pekerjaan, jadwal rapat, pengaturan dokumen, atau soal telepon yang perlu diurus—ada sebuah ketegangan yang tak terucapkan di antara mereka.Pagi ini, Sophie masuk lebih awal dari biasanya. Ia ingin memastikan semuanya terorganisasi dengan baik sebelum Adrian tiba di kantor. Suara klakson mobil dan keramaian kota sudah mulai mengalun di luar gedung, sementara Sophie mempersiapkan secangkir kopi panas di pantry kecil dekat ruangannya. Ketika ia kembali ke mejanya, ia mendengar langkah kaki yang mendekat—langkah yang sudah sangat familiar.Adrian Ward. Tentu saja, siapa lagi yang akan datang lebih awal selain dia?Sophie menahan napas, mencoba tetap tenang, dan melanjutkan peker

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status