Lucia pun dengan cepat memasukkan kartu nama yang di berikan oleh nyonya Rosalina padanya ke dalam tas. Karna ia tau, semakin lama berbincang dengan nyonya Rosalina, bukanlah hal yang bagus untuknya. "Baiklah, saya akan menerimanya. Tapi saya tidak ingin anda terlalu merasa kecewa, karna sepertinya kartu nama ini tidak akan berguna." Ucapnya.
Nyonya Rosalina hanya tersenyum, tanpa menjawab apapun. Ia membiarkan Lucia pergi untuk berangkat ke kantornya. Lagi pula, jika Lucia menolak tawarannya, Rosalina hanya perlu membuat situasi agar Lucia, merasakan perbedaan dengan jelas di antara dirinya dan Arsyad. Dan dengan begitu, Lucia pasti akan pergi dan meninggalkan Arsyad dengan sendirinya.
****
Lucia berjalan, menaiki bis yang kebetulan dengan lewat dengan perasaan yang campur aduk. Karna di pagi hari, ia bahkan sudah mengetahui kenyataan yang begitu pahit. Di dalam hatinya pun sampai saat ini masih saja merasa terkejut, dirinya bagai terkena petir di siang bolong. Lucia pun menatap ke jam yang berada di tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Tak terasa, rupanya waktu yang ia habiskan dengan nyonya Rosalina cukup lama.
Begitu sampai di depan kantor, tempat di mana ia bekerja, Lucia pun dengan segera masuk ke dalam kantornya untuk menghindari amarah dari atasannya yang begitu galak. Namun anehnya, begitu masuk dan bertemu dengan atasannya, bukannya memberinya hukuman atau pu menegur karna sudah berangkat ke kantor dengan telat, atasannya yang sangat galak itu justru bersikap santai seolah tidak terjadi apapun pagi ini.
"Lucia? Kamu sudah datang?" Ucap atasannya menyapa, begitu berpapasan dengan Lucia yang kebetulan hendak pergi ke ruangannya.
Dengan raut wajahnya yang terlihat begitu terkejut, Lucia pun hanya menanggapinya sewajarnya. "Iya, saya baru saja sampai." Jawab Lucia sambil tersenyum ramah.
Berbeda dengan apa yang Lucia bayangkan begitu bertemu dengan atasannya, kini atasannya justru langsung memintanya untuk segera bekerja tanpa membahas keterlambatannya datang pagi hari ini. "Ya sudah, cepat masuk ke ruanganmu dan bekerja." Katanya.
Lucia pun hanya mengangguk, bergegas masuk ke dalam ruangannya dengan perasaan yang bingung. Meskipun tadi Lucia berfikir bahwa nyonya Rosalina hanya berpura pura menelfon atasannya untuk memberinya ijin masuk terlambat hari ini, Lucia tidak menyangka jika atasannya benar-benar bersikap biasa saja padanya tanpa memberinya hukuman seperti biasa.
Lucia pun merasa bingung, dengan nyonya Rosalina yang merupakan konglomerat di negara ini, bagaimana bisa sampai memiliki nomor telfon atasannya di kantor. Meskipun begitu, Lucia tidak berniat bertanya dan hanya menyimpan pertanyaan itu pada dirinya sendiri. Namun saat Lucia hendak membuka pintu ruangannya begitu sampai di depan, kebetulan ia bertemu dengan Arsyad, pria yang menjadi kekasihnya selama tiga tahun belakangan ini.
Pria dengan paras yang sangat tampan, rambut coklatnya yang sedikit berwarna coklat serta garis matanya yang sangat mirip sekali dengan nyonya Rosalina, tak lain dan tak bukan adalah, Arsyad Roygen, kekasihnya yang selama 3 tahun ini sudah berbohong padanya dengan menggunakan identitas palsu sebagai Arsyad Nourwein.
Sambil memegang telapak tangan Lucia yang sedang menggenggam gagang pintu dan menghalanginya untuk masuk, Arsyad menatap Lucia dengan tatapannya yang lembut seperti biasa. "Lucia? Dari mana saja kamu? Aku sudah menunggumu dari tadi, ku pikir kamu tidak masuk bekerja." Ucapnya dengan lirih nada bicara yang sangat lembut, pada Lucia.
Lucia yang biasanya pasti akan merasa tersentuh dengan tatapan hangat dan ucapan Arsyad yang begitu lembut padanya, kini justru merasa muak, begitu melihat wajah Arsyad di depan matanya. "Minggir," Kata Lucia dengan singkat, ingin segera masuk ke dalam ruangannya tanpa melihat wajah Arsyad yang membuatnya muak kali ini.
Bagaimana mungkin Lucia tidak merasa muak begitu melihat pria yang dengan teganya, menjalani sebuah hubungan dalam waktu yang tidak sebentar dengannya dalam kebohongan. Lucia pun menerobos Arsyad yang hendak menghalanginya itu, kemudian merebahkan dirinya di sofa yang ada di dalam ruangan kerjanya.
Seolah merasa bingung dengan sikap Lucia padanya yang tiba-tiba berubah, Arsyad pun mengikuti Lucia ke dalam ruangan kerjanya sambil terus bertanya tanya. "Tumben sekali kamu bersikap begini padaku. Apa aku tanpa sadar sudah melakukan kesalahan?" Tanya Arsyad.
Lucia pun bertambah kesal, dengan Arsyad yang sampai saat ini bahkan tidak terlihat sedikit pun, memberi tau padanya tentang identitasnya yang sebenarnya. "Apa kamu sendiri tidak merasa bahwa kamu sudah melakukan kesalahan padaku?" Tanya Lucia kembali.
Arsyad pun dengan serius, mencoba mengingat kembali, akan apa sebenarnya kesalahan yang sudah ia perbuat pada Lucia. "Tentu saja aku tidak akan tau, jika kamu tidak menyebutnya. Katakan padaku, apa kesalahanku?" Kata Arsyad yang bahkan sampai memelas, hanya untuk meminta Lucia agar mau menyebutkan apa kesalahan yang sudah ia perbuat padanya.
"Kesalahanmu ada banyak sekali padaku, Arsyad Roygen." Tutur Lucia dengan singkat.
Bukan menyebutnya sebagai Arsyad Nourwein, tapi Arsyad Roygen. Tentu saja begitu mendengar Lucia menyebut nama keluarga yang selama ini ia tutupi, membuat Arsyad begitu tercengang. "A, apa yang kamu maksud barusan? Sepertinya karna terlalu marah, kamu sampai salah dalam menyebutkan nama belakangku." Ujar Arsyad berdalih.
Tentu saja mendengar Arsyad yang bahkan sampai akhir pun, tetap berniat menyembunyikan identitasnya yang sebenarnya, membuat rasa kesal dalam hati Lucia semakin memuncak. "Bahkan sudah sampai seperti ini pun, kamu tetap tidak berniat untuk menjelaskannya padaku, ya?" Tanya Lucia yang sedikit merasa sedih, pada kekasihnya yang sampai berdalih.
Arsyad pun merasa bingung, entah dari mana Lucia bisa sampai mengetahui nama aslinya meskipun selama ini, ia sudah berusaha agar bisa menutupinya dengan baik. "Aku tidak tau apa yang sedang kamu bicarakan saat ini. Kita bicara lain kali saja," Dengan cepat, Arsyad yang semula duduk di samping Lucia pun kini berniat menghindari obrolan tersebut dengan cara buru buru melarikan diri dari dalam ruangan kerja Lucia.
Lucia pun merasa emosi, dengan sikap Arsyad yang justru kini hendak melarikan diri dari kenyataan yang sedang ia hadapi. "Ibumu menemuiku, tadi. Karna itulah, aku sampai di kantor dengan telat." Kata Lucia yang mengungkapkan fakta bahwa, ibu kandung Arsyad sendirilah yang menemuinya.
Tentu saja Arsyad langsung bisa mengerti bahwa, ibunya sendiri lah yang telah mengungkapkan identitasnya yang sebenarnya pada Lucia. Entah apa alasan dari ibunya yang sampai melakukan hal itu, tapi saat ini yang jelas, Arsyad harus memberikan alasan pada Lucia dengan berbagai macam cara untuk meredakan amarahnya. Karna dari 3 tahun lamanya Arsyad menghabsikan waktu bersama dengan Lucia sebagai seorang kekasihnya, Arsyad sangat mengerti bahwa Lucia sangatlah membenci seorang pembohong.
Sikap Lucia yang tidak senang dengan pembohong itulah, yang membuat Arsyad selama ini berusaha dengan keras untuk menutupi kebohongan yang telah ia ciptakan sendiri. Karna Arsyad tidak bisa membayangkan, seperti apa nanti jadinya jika Lucia suatu hari nanti mengetahui semua kebohongan tentang dirinya. Arsyad bahkan tidak menyangka, jika hal yang dari dulu sangat ia khawatirkan justru terjadi hari ini atas ulah dari ibunya sendiri."Apa yang sudah ibuku katakan padamu?" Tanya Arsyad dengan panik, merasa khawatir jika ibunya sampai mengatakan hal yang macam-macam pada Lucia.Lucia tentunya sangat memahami perasaan Arsyad yang tengah panik saat ini. Karna kebohongan yang selama ini sudah berhasil ia sembunyikan dengan baik, justru jadi terbongkar karna perbuatan ibunya. "Yang terpenting bukanlah hal itu, sekarang. Aku memerlukan penjelasan darimu." Tegas Lucia.Arsyad pun menarik nafas panjang, kini ia tidak bisa lagi lari kemanapun. "Aku tidak tau apa saja yang ibuku katakan padamu. Tap
Di suatu pagi yang cerah, wanita dengan rambut hitamnya yang panjang ini, menjalani harinya seperti biasanya yang di awali dengan keberangkatannya ke kantor. Kicau burung-burung yang berterbangan di atas langit, membuat suasana kota yang padat itu bertambah ramai. Lucia Navitan, itulah nama dari seorang wanita yang kini bekerja sebagai direktur di sebuah perusahaan besar di ibu kota. Di usianya yang baru menginjak 21 tahun ini, ia berhasil meraih posisi tersebut dengan kerja kerasnya selama ini.Lucia berlari dengan cepat, hendak mengejar bis yang sebentar lagi akan berangkat. "Permisi, permisi." Kata Lucia sambil terus berlari, menerobos kerumunan orang-orang yang tengah berlalu lalang di sepanjang jalan menuju halte bis.Namun saat hampir tiba di halte bis, Lucia tidak sengaja menabrak seseorang sehingga membuat tas yang semula ia dekap di dada kini terjatuh ke atas tanah. Lucia pun membungkukkan tubuhnya, meraih kembali tasnya yang terjatuh itu dengan tangan kanannya.Lucia pun men
Tentu saja Lucia yang mendengarnya pun seolah merasa kaget dan di buat tak percaya. Ia pasti kini merasa bingung, dengan ucapan yang baru saja di katakan oleh orang yang baru pertama kali ia temui itu secara tiba-tiba, memintanya memutuskan hubungan dengan kekasihnya yang selama ini baik-baik saja. Lucia Merasa ada yang aneh dengan wanita tua di depannya. Mulai dari namanya hingga nama atasannya di kantor, wanita tua di depannya ini mengetahuinya dengan sangat betul.Apalagi dengan ucapannya yang menekankan kata putraku pada Lucia, tentu saja hal itu sempat membuatnya tercengang. Tapi Lucia tetap berfikir bahwa tidak mungkin wanita yang kini duduk di depannya adalah ibu dari kekasihnya, mengingat kembali akan perbedaan di antara keduanya yang dapat di lihat dari penampilan mereka.Saya tidak tau anda ini siapa tapi yang jelas, anda tidak punya hak untuk ikut campur dalam hubungan saya dan kekasih saya. Lagi pula hubungan kami selama ini berjalan baik-baik saja, tidak ada alasan yang m
"Tapi ... apa alasan anda meminta saya untuk memutuskan hubungan dengan Arsyad? Selama ini hubungan kami baik-baik saja, ssya tidak memiliki alasan untuk mengakhiri hubungan kami." Tolak Lucia yang berfikir bahwa, tidak masuk akal jika ia langsung memutuskan hubungannya dengan Arsyad yang selama ini berjalan baik hanya karna permintaan ibu dari kekasihnya itu.Rosalina pun tersenyum, melihat Lucia yang dengan polosnya tak dapat langsung mengerti dengan masalah yang sebenarnya. "Bukankah kamu yang lebih tau jika, kamu tidak pantas bersanding dengan putraku? Hanya dengan alasan seperti ini saja sudah cukup untuk mengakhiri hubungan kalian." Katanya menyindir secara langsung.Meskipun Rosalina sampai berkata seperti itu, tentu saja Lucia tetap berfikir sesuai dengan pendiriannya. Ia tidak akan melepaskan Arsyad, meskipun ibunya secara terang terangan menentang keras hubungan mereka. Karna Lucia berfikir, bahwa tentunya ia akan sangat menyesal jika sampai harus melepaskan cinta pertamanya
Sikap Lucia yang tidak senang dengan pembohong itulah, yang membuat Arsyad selama ini berusaha dengan keras untuk menutupi kebohongan yang telah ia ciptakan sendiri. Karna Arsyad tidak bisa membayangkan, seperti apa nanti jadinya jika Lucia suatu hari nanti mengetahui semua kebohongan tentang dirinya. Arsyad bahkan tidak menyangka, jika hal yang dari dulu sangat ia khawatirkan justru terjadi hari ini atas ulah dari ibunya sendiri."Apa yang sudah ibuku katakan padamu?" Tanya Arsyad dengan panik, merasa khawatir jika ibunya sampai mengatakan hal yang macam-macam pada Lucia.Lucia tentunya sangat memahami perasaan Arsyad yang tengah panik saat ini. Karna kebohongan yang selama ini sudah berhasil ia sembunyikan dengan baik, justru jadi terbongkar karna perbuatan ibunya. "Yang terpenting bukanlah hal itu, sekarang. Aku memerlukan penjelasan darimu." Tegas Lucia.Arsyad pun menarik nafas panjang, kini ia tidak bisa lagi lari kemanapun. "Aku tidak tau apa saja yang ibuku katakan padamu. Tap
Lucia pun dengan cepat memasukkan kartu nama yang di berikan oleh nyonya Rosalina padanya ke dalam tas. Karna ia tau, semakin lama berbincang dengan nyonya Rosalina, bukanlah hal yang bagus untuknya. "Baiklah, saya akan menerimanya. Tapi saya tidak ingin anda terlalu merasa kecewa, karna sepertinya kartu nama ini tidak akan berguna." Ucapnya.Nyonya Rosalina hanya tersenyum, tanpa menjawab apapun. Ia membiarkan Lucia pergi untuk berangkat ke kantornya. Lagi pula, jika Lucia menolak tawarannya, Rosalina hanya perlu membuat situasi agar Lucia, merasakan perbedaan dengan jelas di antara dirinya dan Arsyad. Dan dengan begitu, Lucia pasti akan pergi dan meninggalkan Arsyad dengan sendirinya.****Lucia berjalan, menaiki bis yang kebetulan dengan lewat dengan perasaan yang campur aduk. Karna di pagi hari, ia bahkan sudah mengetahui kenyataan yang begitu pahit. Di dalam hatinya pun sampai saat ini masih saja merasa terkejut, dirinya bagai terkena petir di siang bolong. Lucia pun menatap ke j
"Tapi ... apa alasan anda meminta saya untuk memutuskan hubungan dengan Arsyad? Selama ini hubungan kami baik-baik saja, ssya tidak memiliki alasan untuk mengakhiri hubungan kami." Tolak Lucia yang berfikir bahwa, tidak masuk akal jika ia langsung memutuskan hubungannya dengan Arsyad yang selama ini berjalan baik hanya karna permintaan ibu dari kekasihnya itu.Rosalina pun tersenyum, melihat Lucia yang dengan polosnya tak dapat langsung mengerti dengan masalah yang sebenarnya. "Bukankah kamu yang lebih tau jika, kamu tidak pantas bersanding dengan putraku? Hanya dengan alasan seperti ini saja sudah cukup untuk mengakhiri hubungan kalian." Katanya menyindir secara langsung.Meskipun Rosalina sampai berkata seperti itu, tentu saja Lucia tetap berfikir sesuai dengan pendiriannya. Ia tidak akan melepaskan Arsyad, meskipun ibunya secara terang terangan menentang keras hubungan mereka. Karna Lucia berfikir, bahwa tentunya ia akan sangat menyesal jika sampai harus melepaskan cinta pertamanya
Tentu saja Lucia yang mendengarnya pun seolah merasa kaget dan di buat tak percaya. Ia pasti kini merasa bingung, dengan ucapan yang baru saja di katakan oleh orang yang baru pertama kali ia temui itu secara tiba-tiba, memintanya memutuskan hubungan dengan kekasihnya yang selama ini baik-baik saja. Lucia Merasa ada yang aneh dengan wanita tua di depannya. Mulai dari namanya hingga nama atasannya di kantor, wanita tua di depannya ini mengetahuinya dengan sangat betul.Apalagi dengan ucapannya yang menekankan kata putraku pada Lucia, tentu saja hal itu sempat membuatnya tercengang. Tapi Lucia tetap berfikir bahwa tidak mungkin wanita yang kini duduk di depannya adalah ibu dari kekasihnya, mengingat kembali akan perbedaan di antara keduanya yang dapat di lihat dari penampilan mereka.Saya tidak tau anda ini siapa tapi yang jelas, anda tidak punya hak untuk ikut campur dalam hubungan saya dan kekasih saya. Lagi pula hubungan kami selama ini berjalan baik-baik saja, tidak ada alasan yang m
Di suatu pagi yang cerah, wanita dengan rambut hitamnya yang panjang ini, menjalani harinya seperti biasanya yang di awali dengan keberangkatannya ke kantor. Kicau burung-burung yang berterbangan di atas langit, membuat suasana kota yang padat itu bertambah ramai. Lucia Navitan, itulah nama dari seorang wanita yang kini bekerja sebagai direktur di sebuah perusahaan besar di ibu kota. Di usianya yang baru menginjak 21 tahun ini, ia berhasil meraih posisi tersebut dengan kerja kerasnya selama ini.Lucia berlari dengan cepat, hendak mengejar bis yang sebentar lagi akan berangkat. "Permisi, permisi." Kata Lucia sambil terus berlari, menerobos kerumunan orang-orang yang tengah berlalu lalang di sepanjang jalan menuju halte bis.Namun saat hampir tiba di halte bis, Lucia tidak sengaja menabrak seseorang sehingga membuat tas yang semula ia dekap di dada kini terjatuh ke atas tanah. Lucia pun membungkukkan tubuhnya, meraih kembali tasnya yang terjatuh itu dengan tangan kanannya.Lucia pun men