Share

47. Lamaran

Penulis: Jana Indria
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-25 22:15:13

Mendengar apa yang tadi Ronald serukan. Sontak hati Ratna berdebar. Apalagi saat melihat sebuah mobil yang ia hafal siapa pemiliknya, berhenti menepi dan memilih parkir di seberang jalan.

"Aku ke kamar mandi dulu, ya." Ratna pamit buru- buru ke Nay, dan segera masuk ke dalam rumah Rafi. Tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya itu.

Tak ada yang ia lakukan di kamar mandi, selain mencoba menenangkan debaran hatinya. Tampak berulang kali Ratna menarik nafas panjang melalui hidung, dan membuangnya perlahan melalui mulut.

Membasahi kedua kakinya dengan beberapa siraman air, baru kemudian keluar dari kamar mandi setelah dirasa lebih dari cukup.

Dengan perlahan, Ratna melangkah mendekati pintu. Terdengar olehnya, gelak tawa di luaran sana, termasuk suara dari orang yang entah kenapa membuat Ratna jadi gelisah seperti ini. 

"Aduh!" serunya dengan suara tertahan, tampak kebimbangan di raut wajah Ratna, antara meneruskan langkahnya atau berdiam diri saja

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Tanpa Tapi   48. Penjelasan Delon

    "Assalamualaikum!" Suara salam dari Mila yang turun dari motor Rafi membuat Nay kembali menghentikan ucapannya."Wa alaikumussalam." Terdengar jawaban dari semua yang ada, dengan pandangan mata kini teralih ke arah Mila yang melangkah mendekat dengan menggendong Lauren."Kok lama, banget?" tanya Ratna. Setelah tak ada lagi jarak diantara dirinya dengan Mila."Tadi mantanmu datang ke rumah, mau ketemu Nay, karena Nay nggak ada ya ... terpaksa aku yang nemuin," sahut Mila dengan suara agak tertahan. Namun, tetap saja terdengar oleh semua orang yang ada. Kecuali pak tukang yang sedang bekerja."Mau ngapain dia?" tanya Ratna, yang tampaknya masih penasaran dengan pernyataan Mila."Ngakunya sih mau silahturahmi," sahut Mila, tangan kanannya meraih kue di tengah bale, dan langsung melahapnya."Iiish ...." Ratna langsung memutar bola matanya dengan gusar."Selamat aja dia nggak ketemu ma aku," seru Nay, sambil menahan senyu

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-31
  • Cinta Tanpa Tapi   49. Tamu

    Lima belas hari waktu yang dibutuhkan untuk mewujudkan sebuah cafe impian Ratna. Tentu saja dengan di bantu oleh Delon.Ratna, Nay dan Rafi kini menyibukkan hari hari mereka di cafe, bertiga bergotong royong melakukan semuanya bersama, dari memasak, melayani hingga membersihkan cafe, dibantu oleh enam orang yang mereka terima untuk membantu bekerja di cafe.Selain tempat yang sengaja di desain sangat menyenangkan, promosi yang mereka bertiga, lakukan pun sangat gencar, tidak heran bila setiap hari cafe selalu ramai."Maaf, cafe sebentar lagi mau tutup, jadi–""Ish, sombong banget! Mana owner-nya?" potong seorang tamu perempuan, yang datang bersama kedua temannya, yang tampak bukan asli pribumi.Malam itu jam memang sudah hampir menunjukkan waktu tutup cafe. Jadi bukan salah karyawan perempuan itu, yang mengingatkan sang tamu."Maaf, ada yang bisa saya ban–" ujar Nay yang datang saat mendengar keramai

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-01
  • Cinta Tanpa Tapi   50. Dosaku kamu tanggung

    Malam ini Diandra setuju untuk pulang ke rumah bersama Ratna, setelah sebelumnya mengantar teman bulenya dulu ke hotel.Selama di perjalanan. Barulah Diandra memperkenalkan temannya yang bernama Carlos dan Ken pada Ratna, tentu saja menggunakan bahasa asing, tapi bukan bahasa Inggris."Nanti kita tidur di kamarmu, ya?" tanya Diandra, dengan tetap fokus mengendarai mobil."Eh, kenapa harus di kamarku? Kamarmu sendiri kan ada," seru Ratna yang tampaknya keberatan dengan permintaan Diandra."Akuu ....""Kamu masih istimewa di hati Bunda, Diandra." Ratna sepertinya paham dengan keadaan yang Diandra rasakan."Mmm ....""Sudahlah, jangan berprasangka yang jelek jelek dulu, kau belum pernah ketemu dengan Bunda sejak ada aku kan?" Saat mendengar Diandra hanya membuang nafas panjang dengan kasar"Bagaimana kamu tah

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-06
  • Cinta Tanpa Tapi   51. Lamaran

    "Setelah sarapan, aku harap kalian tidak langsung pergi karena ada yang harus bunda katakan," pinta Bunda pagi itu, saat Delon, Diandra dan Ratna baru saja mauk ke dalam ruang makan.Diandra yang berdiri, melirik ke arah Ratna dan Delon yang saat itu juga melakukan hal yang sama.Semua duduk terdiam, kecuali Ratna, dia membantu ART yang ada untuk menyiapkan sajian yang akan di letakkan di meja makan.Hingga saat makan pun, hening! Semuanya terdiam sepertinya sibuk dengan pikirannya masing masing.Bunda menyelesaikan sarapannya dengan cepat, kemudian berdiri sambil berkata, "bunda tunggu di ruang kerja."Tak ada yang menjawab ujaran Bunda, ketiganya terdiam dan hanya saling pandang. Saat langkah kaki Bunda meninggalkan ruang makan.Dan seperti ada yang mengomando, ketiganya sontak berdiri dan meninggalkan makan pagi yang belum selesai merek

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-06
  • Cinta Tanpa Tapi   52. Bagaimana dengan Ratna

    "Bun ...." Mata Diandra membesar, menatap Delon yang terlihat sama kagetnya. Kemudian beralih menatap sang Bunda, mencari kebenaran di binar mata perempuan yang sudah mengasuhnya itu."Kenapa, masih mau sembunyikan masalah ini dari Bunda? Mau berapa lama lagi?" goda Bunda yang menatap sinis ke arah Delon dan Diandra, bergantian.Namun, pandangan mata itu diartikan beda oleh Delon dan Diandra. Mereka menganggap itu pandangan kesal karena mereka berdua sudah tidak jujur pada Bunda"Mmm ... maaf, Bunda. Sebenarnya aku ingin mengatakan dari awal. Namun, tidak tahu harus di mulai dari mana? Aku hanya takut bunda tak mau merestui kami karena–" Delon menggantung ucapannya, tapi dia yakin Bunda dan Diandra tahu apa yang dimaksud oleh lelaki tampan yang menunduk, tak berani mengangkat kepalanya."Jadi ... kapan kalian akan menikah?" tanya Bunda yang kembali melangkah menuju kursinya."Bunda!?" pekik Diandra, matanya yang berkaca kaca

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • Cinta Tanpa Tapi   53. Serius

    "Pak Aldo ...."Berapa kagetnya Nay. Pagi itu Aldo berdiri di depan pintu, pas saat perempuan cantik itu membukanya.Banyak pertanyaan kini di kepala Nay, karena selama dia bekerja di salon, pak Aldo tak pernah menghampirinya ke rumah, apalagi sekarang dia sudah tak lagi bekerja pada lelaki yang berdiri di depannya.."Sudah mau berangkat, Nay?" tanya pak Aldo saat melihat Nay sudah siap, mengenakan sepatu, tas dan jaket."Iya sih, Pak. Tapi telat sedikit mungkin tak apa kok. Mari masuk." Nay menepi dan membuka pintunya lebih lebar. Memberikan ruang untuk pak Aldo bisa masuk ke dalam rumah."Bagaimana kalau aku antar kamu ke kafe, kita bicara di mobil saja?" usul pak Aldo, dengan tetap berdiri di luar pintu."Bo–boleh, boleh kok, Pak." Nay pun bergegas ke luar rumah, dengan tangan kanan menarik pintu dan menutupnya rapat."Sudah dari tadi, Pak?" tanya Nay yang melangkah beriringan dengan pak Aldo, menuju ke luar

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • Cinta Tanpa Tapi   54. Beda perasaan

    "Nay ...."Ratna memandangi wajah sahabatnya itu dengan raut muka keheranan.Seharian ini Ratna sudah berulang kali menegur Nay yang kedapatan duduk dengan pandangan kosong di ruangan khusus–ruangan yang sengaja dibuat, hanya untuk Ratna Nay dan Rafi"Ada apa? Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Ratna saat pandangan mata kosong milik perempuan yang duduk di depannya, itu kini beralih menatap dirinya."Siapa? Aku? Aku sedang tidak memikirkan apa apa kok?" elak Nay dengan menggelengkan kepalanya berulang kali."Ini sudah untuk kesekian kalinya aku melihatmu dengan pandangan kosong, jadi jangan bohong."Nay gaya bisa menghela nafas panjang, apa yang tadi dia bicarakan dengan pak Aldo belum dia laksanakan.Sejak menginjakkan kaki ke kafe, ucapan pak Aldo tentang Ronald terus menerus terngiang di telinganya.&nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • Cinta Tanpa Tapi   55. Dua Wanita (21+)

    [ Kamu di mana? Kapan nyampai rumah?]Sebuah pesan di aplikasi hijau dari Diandra masuk ke ponsel milik Ratna. Hingga menimbulkan bunyi bip satu kali.Ratna hanya membaca notifnya, kemudian kembali meletakkan ponsel itu ke atas meja.Mata dan hidungnya tampak merah. Alasan inilah yang membuatnya memutuskan untuk di kantor malam ini, tidak pulang. Tak ingin orang lain tahu, betapa hancur kondisinya, saat ini.Entah berapa lama kemudian, ponselnya berbunyi lagi, terpampang jelas nama Delon di layar.Ratna bimbang, mengangkat atau membiarkan saja panggilan dari kakak lelakinya itu. Hingga akhirnya sinar dan bunyi dari benda pipih itu tak ada lagi.Ratna memejamkan matanya, dengan kepala bersandar di punggung kursi dan ke dua kaki yang sengaja ia angkat ke tepian meja. Hingga akhirnya terlelap."Kamu, bagaimana bisa masuk ke sini?" sentak Ratna yang terbangun saat merasa ada hembusan nafas di wajahnya. Entah sudah berapa lama

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-16

Bab terbaru

  • Cinta Tanpa Tapi   105. Tamat

    "Sudah siap?" tanya Delon, pada Aldo yang memasukkan semua perlengkapan istri dan dirinya ke dalam tas ransel yang Mak bawa tadi dari rumah.Terlihat Aldo menganggukkan kepalanya sekilas. Menjawab pertanyaan Delon.Hari itu hari ke empat setelah Ratna bangun dari tidurnya, dan dokter yang menangani Ratna sudah memberikan izin untuk pulang."Pak Ri, yang tas itu, nanti tolong di bawa ke rumah, ya. Jadi kita cuma bawa tas yang ini aja."Aldo menunjuk tas yang lebih besar untuk di bawa pak Ri yang mengiyakan perintah majikannya, serta langsung membawa pergi setelah sebelumnya pamit lebih dulu pada Aldo dan Ratna."Nanti kau pakai saja mobilku, Do. Aku bisa pakai taxi online nanti."Delon menyodorkan tangannya yang sedang memegang kunci mobil."Terima kasih," ucap Aldo, tangannya ikut maju mengambil kunci yang disodorkan Delon."

  • Cinta Tanpa Tapi   104. Disa dan Denis

    Terlanjur, dokter Siska sudah memencet tombol di atas kepala Ratna, memberitahukan bahwa ada sesuatu yang terjadi pada pasien."Apa yang kau lakukan?" tanya Aldo yang masuk ke dalam ruangan dengan raut wajah marah. Tangannya mengepal menahan geram."A-aku ...." jawab Siska yang tergagap, kaget! Wajahnya pucat seketika."Bang ...."Seperti tak percaya Aldo mendengar Ratna memanggilnya, seketika itu juga ia menoleh ke arah istrinya dan baru menyadari kalau perempuan yang ia cintai sudah bangun dari tidur panjang."Yang ...."Aldo mendekat ke arah Ratna, menggenggam tangan istrinya erat, dan menciumi setiap inci wajah perempuan yang sangat ia cintai.Membuat dokter Siska seketika itu juga mundur perlahan menuju pintu.Hampir saja dirinya menabrak beberapa dokter dan perawat yang berdatangan mendekati Ratna, dan mem

  • Cinta Tanpa Tapi   103. Ti–ti–dak ....

    "Mas, baju yang mau di bawa yang mana?" tanya Mak siang itu.Mak sengaja di antar pak Ri untuk mengantarkan baju bersih yang akan di pakai Aldo, di rumah sakit. dan membawa balik baju yang sudah kotor untuk Mak cuci di rumah.Tanpa bicara, Aldo yang dengan wajah sangat menampakkan kesedihan, memberikan baju yang sudah ia lipat dalan paperbag yang lumayan besar pada Mak."Mbak gimana, Mas?" tanya Mak, dengan tangan terulur menerima paper bag dari Aldo."Masih tidur, Mak. Tolong doain, ya. Biar bisa cepat pulang ke rumah." Aldo sedikit tersenyum, senyum yang terlihat terpaksa."Iya, Mas. Saya dan Mak selalu berdoa semoga Mbak dan si kembar cepat pulang, biar rumahnya ramai." Pak Ri yang tadinya hanya terdiam mendengarkan, kali ini ikut membuka suara.Sudah sebulan lebih pasca kecelakaan, Ratna tak sadarkan diri. Terbaring lemah dengan beberapa

  • Cinta Tanpa Tapi   102. Yang terbaik ....

    "Apa tidak sebaiknya kalau kamu, aku antar saja, Yang?" usul Aldo saat melihat istrinya mengambil kunci mobil, pagi itu setelah sarapan bersama."Tidak usah, aku baik baik saja, kok!" jawab Ratna yang mendekat untuk mencium pipi, dan punggung tangan kanan suaminya."Tapi perutmu sudah tak memungkinkan untuk menyetir, Yang ...."Jelas saja Aldo sangat khawatir dengan kondisi Ratna, yang memaksa menyiapkan sendiri acara tujuh bulanan si kembar yang rencananya akan di laksanakan seminggu lagi."Perutku tidak masalah kok, Bang. Asalkan kau tidak lagi terlalu mempermasalahkan," ujar Ratna, yang terus melangkah melewati dapur menuju ruang garasi.Setelah sebelumnya meminta Mak untuk membuka pintu garasi dan juga pintu pagar.Sambil mengikuti istrinya dari belakang, Aldo hanya bisa mengambil nafas panjang dan mengembuskannya dengan kasar.&n

  • Cinta Tanpa Tapi   101. Gaya bumil (21+)

    Ratna terus mengulang pertanyaan yang sama hingga membuat dokter Agni sedikit gemas."Hei! Saya serius, Bu! Anda hamil. Selamat ya ...."Masih banyak lagi pesan yang dikatakan oleh dokter di depannya yang sedang membersihkan perut Ratna dari gel tadi. Namun, Ratna hanya bisa menangis sambil terus memandangi layar."Sekarang anda boleh berbalik ke kanan, baru kemudian bangun dengan perlahan," suruh dokter Agni pada Ratna yang ia ikuti."Benarkan apa yang aku bilang." Siska tersenyum sambil terus memainkan ponselnya."Memangnya dokter Siska bilang apa!" tanya dokter Agni yang kemudian pindah ke kursi miliknya dan menuliskan sesuatu di sana."Cuman minta traktiran kalau mereka berdua terbukti hamil," jawab dokter Siska, yang kemudian tertawa terbahak."Ah dokter Siska, ada ada saja!" seru dokter Agni, yang kemudian memberikan amplop co

  • Cinta Tanpa Tapi   100. Aku mandul!

    "Nay, kamu kenapa?" tanya Ratna, saat tangan membuka pintu di ruangannya.Ini hari pertama Ratna kembali ke kafe setelah dua hari menemani Aldo di rumah."Aku nggak tahu, mungkin masuk angin," jawab Nay, wajahnya basah, dan terlihat menahan sesuatu yang sepertinya akan keluar dari mulut Nay."Kamu periksa saja, Nay. Jangan jangan kamu hamil." Rafi yang datang di belakang Ratna tiba tiba ikut buka suara."Iya, Nay. Periksa aja deh!" Seru Ratna mendukung apa yang di katakan Rafi"Tapi–""Kalau kamu nggak periksa malah fatal, pengin sembuh, terus minum obat anti masuk angin. Eh ... ternyata hamil, gimana? Kan pasti ada resiko dari obat yang kamu minum, Nay." Rafi Langsung memotong pembelaan Nay.Ada iba menggelantung di dada Rafi, melihat kondisi Nay saat ini."Tapi–""P

  • Cinta Tanpa Tapi   99. Mie ayam

    "Kamu nggak makan? Serius?" tanya Aldo setelah selesai menelan makanan yang tadi di dalam mulutnya kemudian ia dorong dengan cara meminum air mineral, hingga terasa kerongkongannya yang lega."Kenapa?" tanya Ratna, bersuara pelan dengan penuh perhatian."Kalau aku saja yang makan, gimana? Bolehkan? Dari pada jadi mubasir kan sayang, Yang," rayu Aldo, sambil menaik turunkan kedua alisnya bersamaanRatna tersenyum, dan ia sudah menduga sebelumnya. Hanya saja yang masih tidak ia percayai betapa Aldo sudah membuang urat malunya dengan makan sembarangan di tempat umum."Boleh?" tanya Aldo, lagi!"Boleh, silahkan?!"Ratna mendekatkan mangkok yang seharusnya menjadi miliknya untuk lebih dekat lagi dengan Aldo."Makasih ya, Sayang," ucap Aldo yang langsung mengeksekusi mie di hadapannya."Habis ini kita jala

  • Cinta Tanpa Tapi   98. Aldo sakit.

    "Sudah datang, Yang?" tanya Aldo yang sedang duduk di depan tv, sambil memangku buku tebal di pahanya. Saat merasa ada seseorang yang tiba tiba sudah mencium pipinya dari belakang."Iya ...." jawab Ratna, yang kemudian melangkah di samping Aldo, setelah tadi mencium pipi dan kening lelaki tampan bermata tajam itu.Dia sengaja pulang awal karena Mak menghubunginya tadi dan mengatakan kalau Aldo sedang sakit."Tadi kata Mak, Abang belum makan apa pun ya, kenapa? Mau aku buatin sesuatu?" tanya Ratna yang sudah duduk di samping kaki Aldo yang sedang selonjoran, sambil mencium punggung tangan suaminya itu. Kemudian berpindah memijat betis Aldo.Selama hampir setahun menikah, baru kali ini Aldo sakit hingga membuat nafsu makannya hilang. Aldo terkenal sangat menjaga sekali kesehatan badannya, dan itu yang membuat Ratna heran."Tidak usah, aku sendiri bingung dengan sakitku. Setiap meli

  • Cinta Tanpa Tapi   97. Kurang kuat? (21+)

    Ratna terjaga dari tidurnya saat merasakan sentuhan sentuhan halus pada kulit tubuhnya, terutama di bagian dada, tangan itu terasa meremasnya lembut.Ratna menggelinjang kegelian, gelenyar gelenyar kenikmatan itu mulai datang.Posisi tidur Ratna yang miring ke kanan, benar benar membuat tangan milik Aldo itu bergerak sangat bebas dari belakang punggungnya.Pura pura tak ingin di ganggu, Ratna menahan tangan itu. Dan memeluk di dadanya.Tapi beberapa detik kemudian, dia kembali merasakan serangan benda basah dan kenyal itu di bagian leher belakang area telinga dan bahunya yang terbuka.Mengundang sengatan birahi yang lebih besar lagi.Dengan sedikit terpaksa Ratna membuka matanya dan mengerjapnya berulang kali. Dan melihat ke arah jam, masih menunjukkan jam empat pagi."Akhirnya kau bangun juga." Aldo bersuara dengan suar

DMCA.com Protection Status